"Makan bersama …!" ucap Darma sambil duduk di kursi kebesaran, sedangkan mama dan istri ada di sisi kiri dan kanan.Menu yang tersaji begitu menggugah selera, sehingga Ceo tampan berulang kali menambah lauk dan nasi ke dalam piring miliknya.Darma terlalu lahap makan, sampai sang mama Sasmita terbengong-bengong. Menghentikan kunyahan dan memperhatikan makan anaknya."Tumben banyak sekali makanmu, Darma. Seperti setelah bekerja berat saja.""Ia, seperti tidak pernah muda saja, Mama ini." Darma menatap Intan sambil memainkan mata sebelah kiri.Intan tersedak seketika, karena merasa tidak ada melakukan hal apa pun dengan suami.Uhukk! Uhuukk! Uhuukk!Intan tersedak sampai terbatuk-batuk. Darma berdiri lalu menepuk-meluk punggung Intan perlahan."Hati-hati kalau lagi makan, ketahuan ini kalau sedangkan memikirkan orang lain, hemmm."Tangan Darma mengusap kepala Intan, hingga istrinya yang cantik merasa nyaman. Semuanya kembali duduk dan melanjutkan makan malam."Bik Asih!"Intan memanggil
Tangan Intan bersedekap di dada, memberi pandangan curiga kepada suami yang tak pernah sebelumnya menginjakkan kaki di sana."Ada yang ingin aku tanya dengan bi Asih?" balas santai Darma."Lain kali saja, ya bi Asih!"Darma menarik tangan Intan dan keduanya langsung masuk ke kamar. Tidak lupa mengunci pintu kamar rapat-rapat agar, tidak terlihat oleh sang mamanya dari luar."Apa-apa kamu, Intan. Curiga banget, sih!"Darma naik ke ranjang sambil menata bantal dan guling."Tumben saja ke dapur, apa jangan-jangan karena ada keponakan bi Asih, jadi suka ke sana untuk cuci mata?"Intan memalingkan wajahnya, melihat arah berlawanan dari suaminya yang menyebalkan. Menepuk bantal dengan kuat, sebagai isyarat tidak suka."Kayak anak kecil kamu, Intan. Sama asisten rumah tangga saja cemburu segala, apa aku salah masuk ke dapur di rumahku sendiri?""Buktinya, dahulu tidak pernah, mengapa sekarang suka, setelah ada Sinta di rumah ini!""Ini hanya kebetulan saja istriku. Jangan berprasangka buruk
"Ada apa, Bi Asih?" tanya Ceo sambil menurunkan kecepatan mobilnya."Alamat saudara bibi hilang dari dompet, entah jatuh ke mana. No hpnya juga tidak ingat."Hiks!Bi Asih menangis seketika, alamat rumah saudara yang dituju hilang. Tidak tahu harus berbuat apa, hanya bisa menangis untuk menutupi rasa kecewa.Menyadari sang asisten rumah tangga yang sedih, Darma membelokan arah mobilnya ke apartemen miliknya.Sebuah hunian mewah di tengah kota. Santi takjub melihatnya, tanpa berkedip melihat lokasi yang memanjakan mata.Mobil berhenti, Darma keluar dan mengajak Bi Asih dan Sinta untuk keluar."Santi boleh tinggal di sini. Anggap saja rumah sendiri.""Wah, terimakasih banyak, Tuan Muda. Sungguh mulia hatimu. Semoga bertambah rezeki, berkah dan berlimpah," ujar bi Asih kepala majikan tampannya."Ayo masuk," ajak Darma kepada kedua wanita yang sederhana itu. Mereka bertiga segera memasuki apartemen mewah. Santi yang biasa hidup sederhana pun masih terheran-heran melihat barang yang mahal
"Ya, supaya kamu mengerti saja Intan. Bila bi Asih kangen keponakan dan bermain ke sana, tidak jadi bahan permasalahan.""Kalau sudah beres pekerjaan di rumah, bi Asih boleh kok main ke rumah saudaranya, nginap sekali-kali pun tidak apa-apa.""Terima kasih banyak, Nyonya Muda. Anda sungguh baik hati dan mulai, mengerti dengan orang kecil seperti saya ini."Bi Asih maju, menyalami majikan cantiknya. Bergegas ke dapur membuatkan teh manis dan membawakan snack sebagai tanda terima kasih."Ini untuk Nyonya Muda, rasanya pasti enak. Silakan."Intan menikmati sajian makanan ringan dari asisten rumah tangganya, sedangkan Darma masuk kamar untuk berganti kaos oblong putih.Baru saja berganti pakaian yang lebih nyaman, gawai miliknya pun berbunyi. Mengeryitkan dahi, melihat satu nama yang tertulis di sana.Rupanya panggilan dari ibu mertuanya, Puri Berlian, wanita yang melahirkan istrinya, Intan."Ada apa, Mama?" Santun Darma bertanya kepada sang mertua di sebrang gaway."Di mana Intan, Nak. M
"Pagi, Intan. Masih ingat denganku?"Intan mengernyitkan dahi, mencoba mengenali suara di gaway, tetapi tidak ingat juga. Jari telunjuk kiri ditekan-tekan ke dahi kiri, tidak juga ingat dengan suara orang di seberang sana."Maaf, ini siapa?" Lagi-lagi Intan bertanya, memang ia tidak ingat apa-apa."Masak lupa, pejamkan matamu, ingat kisah masa lalumu, saat masih di SMA, adakah orang spesial di hatimu yang suara seperti ini, hmmm.""Astaga, apakah kau Alex, teman SMA yang super degil dan tiap hari kena hukum wali kelas?""Lah, itu sudah kembali ingatanmu Intan, hmm payah, hampir saja kau lupakan aku, ya?" ledek Alex sedikit menggoda.Intan tersenyum sendiri sambil berdiri menatap kaca hias yang ada di kamar."Memang, ada hal apa sehingga nelpon pagi-pagi begini, tidak kerjakan dirimu?" tanya wanita berambut sebahu yang masih penasaran dengan teman lamanya."Aku orang bebas, Intan. Tidak terikat dengan pekerjaan kantor. Yang penting tetap memiliki income halal, kok.""Bagus dong kalau b
"Lanjut bekerja, aku tidak apa-apa. Siapkan berkas meeting pagi ini." Darma berdiri dan membenarkan posisi dasinya."Bagaimana, sudah rapi bukan?"Julaika langsung maju dan memegang dasi atasan sekaligus suami rahasianya. Dirapikan posisi serta memberikan semangat."Tetap semangat, Sayang." bisik Julaika dengan nada mesra."Heem," jawaban singkat keluar dari mulut Darma. Keduanya berjalan beriringan menuju ruang meeting.Saat akan keluar dari ruang Ceo, Julaika menghentikan langkah, memeluk bos dari belakang. Sambil merayu dengan nada syahdu. "Kapan lagi datang ke apartemen, mana waktu malam untuk diri ini, kangen tahu.""Mengertilah, aku sibuk. Lagian sekarang ada mama di rumah. Jadi tidak bisa keluar malam sembarangan.""Jadwal kita ke Surabaya Minggu ini bukan? Sudah tidak sabar menunggu hari itu.""Sabarlah, waktu di sana khusus untuk dirimu. Sekarang fokus saja bekerja, kita tinggalkan produksi, agar melejit tinggi laba perusahaan."Darma melepaskan pelukan istri keduanya, member
Langkah Darma dan Julaika terhenti. Kedua sepasang rekan kerja itu berbalik arah, menatap Intan, seolah tidak kenal dengan wanita yang di hadapannya."Apakah dirimu, memanggil kami, Nona cantik?"Pertanyaan ringan keluar dari mulut Darma, dada wanita berbaju bunga-bunga berdegup kencang. Awalnya rasa cemburu membakar hati, malah kini berbalik ketakutan menghantui.Alex gondrong menatap intens ke arah sepasang serasi yang kian mendekati meja makannya. Mengamati Darma dari atas hingga ujung kaki.Melihat orang yang mendekat dengan pakaian serba bermerek, alis Alex gondrong pun naik sebelah. Awalnya ingin menggertak, tetapi diurungkan secara tiba-tiba."Maafkan kelakuan kekasih saya, Tuan. Dia salah panggil orang."Perkataan Alex sontak membuat Intan terbatuk-batuk. Dengan cekatan Alex gondrong mengambilkan minum serta memberikan dengan lembut."Sungguh pemandangan yang romantis."Perkataan Darma membelalakkan mata Intan, ia tidak mampu berbuat apa-apa, sulit untuk menjelaskan apa yang s
Pria tampan bertubuh gagah melangkah masuk ke dalam, duduk di sofa dengan menaikkan satu kaki ke kaki satunya."Tunggu sebentar, Bos. Cantika buatkan kopi panas spesial untuk dirimu." Mengangguk dan membuka gaway di tangan kanan. Tangan kiri memijit remote televisi dan menonton bola siaran langsung.Darma mengirimkan pesan melalui WhatsApp kepada Intan.[Usah tunggu aku pulang malam ini, istirahat saja terlebih dahulu, sebab kau terlalu lelah bermain di luar bersama kekasih lama]Intan hanya membaca pesan, lama tidak diberi balasan. Dilemparkan gaway berwarna pink ke ranjang, tepat di sebelah bantal.Nafsu untuk makan malam pun sirna, dikunci pintu kamar rapat-rapat, hingga tertidur dalam keadaan lapar.Mertuanya merasa kesepian, menantu dan anaknya tidak ada yang menemani makan malam, akhirnya, Sasmita juga tidak berselera menyantap hidangan yang sudah tertata rapi.Bi Asih menggeleng, melihat sayur dan lauk yang merana, tidak disentuh oleh majikan seisi rumah. Padahal, wanita paruh
Akhirnya malam sepi berubah menjadi hangat, apa yang diinginkan didapat. Kedua suami istri yang menikmatinya malam panjang tanpa kendala, kehangatan dan cinta disajikan bersama hingga mendapatkan kepuasan dan nikmatHingga fajar menyambut pagi, keduanya masih terkena bersama mimpi indah. Tidak ada yang lebih indah selain mendapatkan cinta kasih dari pasangan halal, meskipun menjadi yang kedua.Julaika terbangun terlebih dahulu, ia pun mengucapkan syukur Alhamdulillah, bisa juga merasakan kehangatan suami meski hanya beberapa kali di saat malam hari, biasanya habiskan waktu bersama istri pertama.Wanita yang berparas cantik bertubuh bohay itu mandi dini hari, menyiram seluruh tubuhnya hingga basah, diguyur dari sebelah kanan tubuhnya sebanyak tiga kali, kemudian menyiram area badan yang sebelumnya kiri.Menggosok lembut dengan sabun mawar, menggunakan sampo kesukaan dan tidak lupa bergosok gigi hingga bersih. Terakhir ia mengambil air wudhu untuk menjalankan kewajiban sebagai hamba yan
Menyebalkan!" Intan melemparkan bantal ke arah Darma yang ada di samping. Dengan rasa yang amat kesal ia tidak mampu lagi berkata-kata, hanya sorot mata yang merah dengan tatapan tajam seperti hendak memakan.Darma hanya menangkap bantal yang dilemparkan istrinya, lalu dilemparkan kembali dengan lebih keras dan secara mendadak."Auhhhhh!""Napa, sakit?" tanya Darma sambil berjalan menuruni ranjang mewah mereka. Ia pun berjalan menuju kamar mandi.Darma membersihkan tubuh ke kamar mandi, tubuhnya gerah dan berkeringat, kini didinginkan agar otak dan pikiran menjadi dingin.Intan kecewa kecewa terhadap apa yang terjadi, bagaimana ia bisa begitu menginginkan hubungan dengan suaminya pada saat yang kurang tepat, berakibat Darma merasa kecewa, beranggapan dia dipermainkan."Achhhhh!" Lagi-lagi ia merutuki diri sendiri dan marah pada apa yang baru saja terjadi. Menggigit bibir bawah dan memukul bantal berulang kali.Dengan kesal, ia memunguti pakaian yang berserakan di lantai dan dikenakan
"Gairah kamu, Intan. Tumben." Darma berkata dasar sambil menatap tubuh istrinya yang lunglai di ranjang. Akhirnya ia pun tidak memenuhi kemauan sang istri ingin memaduh kasih, hanya dilihat dan diabaikan begitu saja."Tidak enak, bermain dengan orang setengah sadar." bisik Darma di telinga Intan lalu beranjak ingin pergi meninggalkan tempat tidur mewah itu.Akan tetapi, sebelum pria gagah itu beranjak pergi, tangan Intan dengan cepat menarik tubuh suaminya hingga terjatuh ke ranjang dan menindih tubuhnya yang langsing."Auuhhhhh!" teriak Intan, sebab merasa kesakitan karena terbentur kepalanya dengan kepala suami. Ia pun kini mengusap dengan tangan kiri. Rasanya kepala berputar dan berterbangan kupu-kupu kecil mengitari dan terus berputar di kepala."Makanya jangan asal tarik, enak bukan sakitnya?"Intan diam saja, tidak menjawab sama sekali meski satu parah kata pun. Tatapan penuh cinta yang ia berikan kepada sang suami, agar ia sedikit peka dan mengetahui isi hatinya, karena sedang
"Tidak ada apa-apa, kepo banget sih!"Intan menarik tangan Julaika, wanita bohay yang kaget dengan perlakuan sang Nyonya Muda kepanya.Mengikuti apa pun yang diperintahkan oleh Intan, istri pertama dari suaminya."Jangan pernah berkata apa pun pada Darma, berjanjilah. Ini hanya rahasia antara kita berdua."Tatapan tajam Intan pada sang asisten, kedua mata indah itu beradu pandang, akhirnya mengangguk sebagai tanda setuju.Julaika memberanikan diri untuk memeluk istri pertama Darma yang cantik, ternyata hatinya juga sangat baik.Terbesit rasa bersalah tersimpan di lubuk hatinya terdalam, telah mencuri hati dan cinta dari suaminya yang sangat dicintai."Hanya bisnis kecil saja sampai kalian bisik-bisik di belangku?" ujar Darma sambil berdiri dan bersandar di pintu. Mata Indah sang Ceo menatap kedua wanita yang ia halalkan itu dalam keadaan damai tanpa ada sengketa, membuatnya merasa bahagia luar biasa."Apa pun bisnis kami, Darma tidak boleh ikut campur. Aku ada perlu sedikit dengan Jul
Karena kesal dengan tingkah suaminya yang bersenang-senang di perusahaan bersama dengan karyawan semua.Intan bergegas mengenakan baju dres hitam, sepatu hak tinggi serta berkaca mata gelap."Pak Danang, antar aku ke perusahaan sekarang!" perintah Intan sambil berkacak pinggang."Siap, Nyonya." Pria yang masih berumur tiga puluh lima tahun yang belum juga menikah itu, langsung lari dan membuka pintu mobil untuk dimasuki oleh sang Nyonya Muda."Mobilnya lebih cepat, Pak Danang!" bentak Intan emosi karena laju mobil yang begitu lambat.Karena mendapatkan bentakan dari Nyonya yang sombong, Danang menaikkan lima kali lebih cepat, sontak mobil menyalip kanan kiri mobil-mobil yang ada di hadapan."Kau mau membunuhku ya!" bentak Intan sambil menjerit ketakutan. Tangan dengan jari-jari yang lentik menutup wajah ayunya.Danang hanya tersenyum di dalam hati, mata melirik kepala majikan yang ketakutan. Kini, kecepatan laju kendaraan menjadi normal seperti semula.Intan bernapas lega, tangan kiri
"Minggu depan aku akan halalkan dirimu di Surabaya!"Ucapan Darma menghentikan langkah Santi. Gadis berbaju merah itu membalik tubuhnya cepat."Aku tunggu hari bahagia itu, tetaplah jaga kesehatan."Diluar dugaan, Santi berbalik mendekati Darma yang masih setia berdiri di sisi depan apartemen. Mencium pipi dan memberikan pelukan hangat.Darma gantian mencium kening dan membalas pelukan hangat dengan menepuk lembut baju Santi.Mata Julaika mengarah ke tempat lain, agar tidak ternoda dengan adegan yang menyayat hati. Bagaimana suami yang disembunyikan selama ini di hadapan orang lain, pun terhadap calon istri ketiganya.Setelah adegan perpisahan calon pasangan suami istri itu, Darma dan Julaika pergi meninggalkan apartemen dalam satu mobil.Di dalam kendaraan roda empat mewah itu, Julaika memilih diam dan menatap ke luar jendela. Melihat sisi luar yang ramai di lintasi lalu lalang kendaraan.Lampu kendaraan menambah warna-warni malam yang kian merambat sunyi. Tanpa ada pembahasan apa pu
"Ini bukan masalah tega, Julaika. Cobalah mengerti dengan keadaan aku. Ini adalah konsekuensi dirimu yang jadi kedua. Semua keputusan ada di tanganku. Kau adalah pendukung dan tim suksesnya, apa pun itu.""Jadi aku harus rela berbagi cinta darimu dengan yang ketiga?""Wajib itu, tidak ada penolakan terhadap diriku. Kau pula yang harus mengatur pernikahan dengan yang ke tiga, tanpa diketahui oleh Intan.""Mengapa harus aku? Cari aja orang lain untuk menjalani misi ini. Cantika, Abu atau Jaka."Farm maju mendekati Julaika. Tangan gagah itu membelai rambut, turun ke pipi dan berakhir di bibir pink sexi istri keduanya itu."Biasanya, bibir ini selalu berkata ia dan tidak pernah membantah atasan serta suamimu ini. Apa gerangan yang membuat dirimu berkata seperti tadi, heem?"Julaika hanya diam di tempat. Mata menduduk melihat lantai marmer krim yang mengkilat."Jujur, aku cemburu bila dirimu memiliki yang ketiga, apakah ini salah?" tutur lembut untuk mengungkapkan isi hati tanpa ragu."Itu
"Mengertilah, Intan. Aku bekerja keras untuk masa depan keluarga kecil kita!"Darma menutup pintu mobil, kendaraan roda empat itu terus melaju di keramaian jalan raya.Intan menarik napas panjang, masuk mobil baru beserta supir baru. "Maju, Pak!" ujar wanita berkulit mulus diangkat.Mobil melaju dengan kecepatan sedang, saling diam tanpa ada komunikasi antara supir dan majikan. Sesekali supir baru bernama Danang melirik majikan yang muda berbibir pink melalui kaca.Tidak ada senyum manis di wajah Intan. Bahkan baru setengah beberapa jam yang lalu merasakan surga suguhan suami, kini terasa sesakkan dada karena tidak diantar pulang, Melain hanya bersama supir baru."Pak Danang, kita singgah di cafe sekarang.""Siap, Nyonya. Cafe di mana ya?""Cafe Sugar Next," balas Intan.Intan tidak ingin pulang ke rumah sendiri, dia ingin menikmati suasana cafe sore itu agar menetralkan serta naikkan mood yang rusak.Setelah sepuluh menit, mereka sampai di cafe, Intan melenggang santai menuju tempat
"Achhh, ia. Kami masih ingat tentang itu semua, Mama. Tetap berusaha sekuat tenaga. Namun, belum juga dikaruniai anak."Intan menatap lembut ibunya, wanita yang melahirkan ia itu pun membalas dengan tatapan penuh harap."Sampai kapan, Mama harus menunggu? Jangan sampai kejayaan dan jerih payah selama ini yang aku aku lakukan sia-sia tak berpenerus."Puri Berlian mendekati putrinya, duduk di kursi sebelah kanan, memegang kedua tangan dan mengusap lembut."Berusaha lebih sungguh-sungguh, kalian berdua bisa program hamil di dokter, bukankah itu belum kalian lakukan selama ini?"Wanita berkulit mulus itu mengangguk, menatap Darma sambil mengedipkan mata, meminta dukungan dengan bahasa isyarat.Ia, Mama. Kami akan program hamil dengan dokter mulai hari ini. Bagaimana, apakah Mama senang mendengarnya?"Hemmm, baiklah. Mama percaya dengan kesungguhan kalian berdua. Satu lagi, jangan sering-sering bertengkar. Bila ada masalah yang ingin dibicarakan, selesaikan secara baik-baik. Semua bisa dia