“Kau tahu, terkadang yang tampak mata tidak sama seperti kelihatannya.” Hafizah terlihat tidak mengerti yang dikatakan Keano.
“Au!” Keano menjitak kepala Hafizah.
“Jangan banyak berpikir. Hahhh, kadang kita tidak harus selalu mengerti yang terjadi. Tapi menerimanya jauh lebih lega.” Keano bangkit karena akan membeli permen kapas yang dijual tidak jauh dari tempat mereka duduk. Hafizah hanya memandang kepergian Keano. Lelaki itu mengantongi tangannya sambil berjalan menuju ke penjual permen kapas tersebut. Keano membeli permen kapas itu dan memberikan kepada Hafizah.
“Kekanak-kanakan,” bisik Hafizah. Tapi dia menerima permen kapas berwarna merah muda itu. Lelaki itu tersenyum.
“Kadang kita perlu ke kanak-kanakan dalam melepaskan masalah yang membelenggu kita.” Keano mulai memakan permen kapas itu, de
“Alasannya, umi tidak lagi bisa melayani abi secara batin. Aku bukan gadis kemarin sore yang tidak mengerti tentang hal itu. Tapi, apakah abi tidak berpikir hancurnya umi? Umi sakit, Ke. Umi sakit dan abi malah mendua. Dan kamu lihat tadi … umi masih melayani abi dengan lembut. Kamu tahu … kenapa abi tidak sedikit lagi bersabar … aku … aku menjadi tidak percaya dengan adanya pernikahan dan cinta.” Keano menelan salivanya.“Jangan mengeneralisasikan semua keadaan.” Hafizah menoleh dan menggeleng.“Bukan aku menggeneralisasikan. Tapi kamu lihat, betapa lelaki begitu egois?” Keano tidak mungkin langsung memberikan pemaksaan perasaan dengan Hafizah. Dia cukup mengetahui latar belakang masalahnya. Dia cukup mengerti bahwa Hafizah begitu karena sesuatu hal, diantaranya keadaan orang tuanya.“Oke, kita lupakan sejenak. Kamu tidak mau pulang? Biar aku menemani
“Apa pun alasannya, kamu akan kembali sekarang dan menemani umimu. Kalau abimu masih di rumah, cukup anggap yang sepantasnya saja.” Akhirnya Keano berhasil membujuk Hafizah. Dia mengantarkan pulang dengan berjalan kaki.Hari semakin larut, Keano pamit sama Umi Maryam setelah Hafizah masuk dengan menghentakkan kakinya. Umi Maryam menunduk sekejap dan tersenyum sama Keano.“Saya permisi, Tante. Suasana hati Hafizah sedang buruk. Besok mungkin dia akan lebih baik.” Keano mengangguk demikian juga dengan Umi Maryam mengiyakan yang dikatakan Keano.“Keano, tunggu!” Keano berbalik. “Terima kasih,” ucap Umi Maryam. Wanita itu memang terlihat tegar. Namun Keano bisa memahami dari sorot matanya yang meronta. Tidak salah memang jika sebagai orang terdekatnya, Hafizah membenci abinya. Keano hanya mengangguk sekilas kemudian berjalan menuju ke arah mobil yang sudah menyala m
“Maafkan Umi, Nak. Umi tidak berdaya. Semoga kamu menghentikan kebencianmu. Umi mencintai Abi, karena itu tidak mau menyiksa Abi.” Umi Maryam tergugu duduk di tepian ranjang. Dia membekap mulutnya sendiri karena takut Hafizah terbangun. Setelah merasa sangat tenang, maka dia keluar dari kamar Hafizah. Hafizah sendiri tidak mendengar bahwa uminya sangat menderita sebenarnya. Jika dia tahu tadi uminya menangis, maka dia pasti akan mengamuk pada abinya.Setelah kemarin Keano mengetahui akar masalah yang dihadapi dari Hafizah, maka dia lebih perhatian. Kali ini, dia bangun pagi sekali untuk beribadah. Setelah itu membangunkan Hafizah dengan meneleponnya.“Halo, siapa? Pagi-pagi kurang kerjaan.” Suara serak khas bangun tidur terdengar oleh telinga Keano.“Bangun! Salat!” Keano mengatakan keperluannya menelepon.“Aku masih mengantuk.” Keano menghela napas. Di
“Ah, wangi banget? Kamu mau buat Hafizah pingsan?” ucap Zahwa.“Terlalu wangi, Ma?” Keano mencium lengannya kanan dan kiri. Zahwa hanya mengangguk. Keano berlari kembali ke kamarnya untuk ganti dengan seragam yang lain.Kenao sudah siap dengan performa yang menurutnya sangat perfek. Dia melangkah menuju ke arah mobilnya yang sudah disiapkan oleh sopir. Dia masuk ke dalamnya.“Tuan Muda, apakah hari ini ada yang special?” Keano memang tidak banyak bicara. Namun, dia sangat suka mendengarkan orang lain berbicara. Keano hanya menggeleng ragu.“Kalau tidak mau cerita tidak masalah.” Keano tersenyum. Sepertinya, memang tidak ada yang bisa disembunyikan dari lelaki yang selama ini menjadi sopirnya itu. Dia yang sehari-hari menemani dirinya dan sang mama. Bahkan lebih dekat dari pada papanya sendiri.“Om ceritakan sedikit. Saat peras
“Tunggu! Habiskan dulu. Pak Yanto akan menunggu.” Hafizah mengangguk. Dia menghabiskan roti tersebut. Sedangkan Keano menemaninya. Setelah selesai, mereka berdua turun. Maka hebohkah sekiolahan itu. Sang Pengeran membawa Hafizah bersamanya.Hafizah menghabiskan makanannya di dalam mobil di temani dengan Keano juga. Setelah makanan Hafizah habis, mereka turun dari mobil. Ada beberapa siswa memperhatikan mereka karena memang Keano sangat popular. Namun, Keano selalu abai terhadap mereka. Terutama salah satu genk yang merajai sekolah. Gank perempuan yang juga popular, mendapat julukan ratu sekolah.“Ada yang mau melawanku ternyata,” ucap gadis dengan pakaian yang agak minim. Namun saat ada Keano, gadis itu hanya mengamati saja.“Lis, kita mau eksekusi kapan?” tanya Jovanka.“Nanti saat istirahat.” Lisa bersedakap.“Tapi Keano men
“Kamu dengar, ya? Aku bukan gadis upik abu yang bisa kamu tindas. Kamu akan menyesal memusuhiku.” Hafizah menghempaskan tangan Lissa. Setelahnya keluar dari kelas. Dadanya mendidih, namun dia sudah berjanji sama Keano tidak akan membuat kesalahan fatal lagi. Lissa tidak terima dia bangkit dan menjambak rambut Hafizah. hafizah tidak terima, dia memutar diri dan alhasil Lissa jatuh tersungkur. “Heh, kamu berani-beraninya ganggu Lissa. Rasain ini!” Hafizah dikeroyok, namun karena dia bisa bela diri, maka dia menghindar dan menendang mereka bertiga sehingga tersungkur.“Dengar! Sudah aku bilang kamu jangan menggangguku.” Hafizah berbalik dan Keano ada di hadapannya.“Ikut aku!” Hafizah mengikuti Keano. Ternyata dia di bawa ke UKS. Keano mengobati luka yang diakibatkan tamparan bertubi-tubi ganknya Lissa. Sejujurnya, Hafizah tadi tidak akan terluka jika dari awal mau membel
“Ayo kita ke kelas saja dulu.” Bukan Keano bermaksud kurang ajar. Namun akan lebih baik, jika mereka tidak bertemu dulu. Hafizah baru saja emosi dan berantem. Tidak baik jika sekarang juga abinya muncul.POV AUTHORAbinya Hafizah memang ke sekolahan. Dia merasa tidak tenang karena Hafizah dari rumah sudah marah-marah. Abinya Hafizah tidak tahu kalau ini yang keempat kalinya, Hafizah pindah sekolah. Baru tadi malam mengetahui, karena istrinya ceroboh meletakkan surat pindah tanpa disimpan.“Pak, boleh saya bertanya sesuatu?” Abinya Hafizah mulai dengan arah pembicaraanya.“Silakan, abinya Hafizah.” Abinya Hafizah menunduk sejenak. Ada aura penyesalan dari raut wajahnya.“Maaf, apakah putri saya bermasalah?” tanya abinya Hafizah.“Awalnya memang ada banyak laporan begitu. Tapi beberapa minggu ini, saya lihat
Abinya Hafizah mulai mengerti, bahwa putrinya mungkin saja menyukai pemuda itu. Dia mengangguk dan melanjutkan perjalanan menyusuri koridor untuk sampai ke depan.Dia membuka pintu mobilnya dan masuk ke dalam mobil. Tidak langsung menyalakan mesin, namun merenung terlebih dahulu.Dia akan menggunakan satu waktu yang memang khusus untuk menemui Keano. Setidaknya, Keano harus mengetahui bagaimana keadaannya untuk menjelaskan kepada Keano. Abinya Hafizah mengangguk kemudian pergi dari sekolah itu.Sedangkan Keano melirik ke arah parkiran, terlihat abinya Hafizah sudah pergi. Dia menyusul Hafizah yang ada di ruang ganti. “Hai Keano.” Seperti biasa, dia sangat popular. Keano tidak menanggapinya. Dia menunggu Hafizah di depan. Berdiri, bersandar di tembok dengan kakinya menjejak ke tembok dan tangannya masuk ke saku celananya.“Ke, kamu bikin kaget. Ngapain?” ucap Hafiza
“Kamu yakin dengan keputusanmu? Brenda, tolong jangan memutuskan sambungan. Tetap hubungi aku,” tutur Keano.“Dari dulu, kamu memang baik. Aku tidak janji, tapi akan kuusahakan.” Brenda pergi dari ruangan Keano setelah pamit. Keano masih tidak menyangka, jika saudaranya berubah sedrastis itu.***Meyyis***Hafiza masuk ke ruangan suaminya, mendengar Brenda sudah meminta maaf dan akan melepaskan semua tentang perusahaan. Mendengar hal itu, Hafiza memeluk sang suami karena merasakan senang yang teramat. Kali ini, tujuan yang dilakukan suaminya untuk membawa Brenda kembali ke jalan yang benar, sudah tercapai. Memang seharusnya begitu sebagai seorang kakak memperlakukan adiknya.“Baiklah, karena aku sedang bahagia, dedek bayi mau minta apa dari papa?” tanya Keano sambil memeluk sang istri dari belakang.“Aku pingin nasi megono,” ucap Hafiza.“Nasi megono? Siap!” Keano bangkit, mencari se
“Aku akan mandi dulu.” Brenda meninggalkan ruangan itu, kemudian mandi di kamarnya. Air matanya luruh bersama air yang mengalir. Belum pernah ada, seseorang yang memperhatikannya seperti itu. Kehadiran Andy malam ini membuatnya menyadari bahwa jalan selalu akan terbuka lebar. Bahwa Tuahan masih ada untuknya.Brenda keluar dari kamar untuk berganti baju. Wanita itu keluar kembali untuk mencari Andy. Lelaki itu tidur di kursi yang dihimpitkan, dijajar. Brenda membangunkannya.“Ada kamar tamu di sana. Kamu bisa menggunakannya.” Bagaimana lelaki itu bisa meluluhkan hati Brenda, bahkan membuatnya percaya pada lelaki itu. padahal, baru saja mengenalnya. Wanita itu tidak lagi berprasangka buruk pada orang asing, ada apa dengan Brenda? Mungkinkah … ah, tidak mungkin jatuh cinta dengan pria asing yang baru setengah jam dikenalnya.***Meyyis***Brenda sudah bisa tidru, wanita itu bahkan tidur sudah beberapa jam
“Kenapa menolongku?” tanya Brenda.“Karena melihatmu.” Brenda memejamkan mata. Untuk sesaat wanita itu merasakan ketenangan batin. lelaki itu membuka matanya untuk mempercayai hidup.***Meyyis***Lelaki itu menuntun Brenda masuk ke dalam rumah. Di sebuah meja, ada air putih juga gelas. Lelaki dengan jaket jeans itu menuangkan air tersebut. “Minumlah agar lebih tenang.” Brenda menenggak air putih itu hingga tandas. Keringatnya membanjiri kening hingga ke leher. Wanita itu duduk lemas di kursi tersebut.“Masih banyak yang membutuhkan kita,” ucap lelaki itu.“Kamu bukan aku, bagaimana bisa berkomentar?” ketus Brenda.“Baiklah, kamu tahu kaki ini?” Lelaki itu menunjukkan kaki kanannya yang sudah tersambung dengan … mungkinkah kaki robot? Brenda menoleh ke arah lain setelah melihatnya.“Aku putus ada karenanya. Namun, kaki ini yang menuntunku ke arah kesuk
Mereka kembali memberikan kenyamanan pada masing-masing di kamar mandi itu. Aura romantic semakin terasa ketika membilas di bawah pancuran shower. Keduanya saling melepaskan lagi rasa cinta.***Meyyis***Brenda duduk termenung di balkonnya. Jika tidak diselamatkan, mungkin saja perusahaan kali ini jadi benar-benar hancur. Tidak ada lagi yang dapat dimintai tolong. Semua kenalannya sudah tidak ada lagi yang dapat dihubungi. Brenda menjadi frustasi. Wanita itu belum pernah mengalami krisis seperti ini.“Brenda, gunakan otakmu seperti biasa,” ucap Cassandra datang dengan minuman di tangannya.“Tidak ada yang bisa kulakukan, Ma. Semuanya tidak bisa melawan Keano. Masih sama, semua perusahaan yang aku hubungi di bawahnya,” tutur Brenda.“Kamu tidak bisa memikat Keano? Tidak ada pria yang menolak kesenangan,” tutur Cassandra.“Ma, apakah mama baru mengenal Keano? Bahkan seluruh dunia sudah berada di sampin
“Kamu benar, tapi anak kita lelaki yang kuat seperti sang papa. Dirinya tetap ingin membantu orang tuanya, bukankah itu seksi?” Keano tidak lagi berdebat dengan sang istri, karena semuanya akan percuma jika wanita itu sudah berkeinginan.***Meyyis***Langkah kecil Keano membuat perusahan Arsan kalang kabut. Keputusannya untuk menarik dana suplay perusahaan miliknya tersebut, terbukti ampuh. Arsan sudah lupa, bahwa dibalik berdirinya perusahaan miliknya tersebut, ada andil Damian, pastilah lelaki itu tidak bersih melepaskan. Hal itu diketahui Keano juga lewat arus bank dan finansial papanya, tidak butuh penjelasan dari lelaki yang berjuluk macan bisnis tersebut.“Tenang, Sayang. Kita akan melihat pertunjukan sebentar lagi. Jika mama dan papa berhati lembut selama ini, tidak dengan Keano. Aku bisa jadi singa daratan yang menyeramkan. Bukankah begitu?” Keano menarik tangan sang istri agar berada di depannya. Kedua pahanya mengapit kaki
Brenda duduk termenung ketika sang papa sudah pulang. Hatinya bingung harus menerima tugas tersebut. Papanya memang berkata benar, akan tetapi membujuk Direktur berhati batu macam direktur DAC sangat membuatnya sakit kepala. Tangannya menjambak rambut sendiri.***Meyyis***Mendengar kesulitan yang dihadapi oleh sang istri, Keano tidak bisa tinggal diam, hari ini, ellaki itu akan datang ke kantor dan sibuk menyelesaikan beberapa kesepakatan. Keano menjadi sangat marah, kali ini akan bertarung bahkan menghabisi Brenda dan Arsan. Sudah cukup, selam ini diam dan tidak melakukan hal yang semestinya.Dirinya bukan sang ibu yang memiliki hati selembut sutra. Keano akan menjadi seorang singa ganas jika sudah diusik. Lelaki bermata colakat itu masih dengan bantuan tongkatnya, siang ini menemui Arsan dan akan mengintimidasinya.“Siang, Om. Masih ingat saya.” Keano sudah sampai di perusahaan milik Arsan.“Maaf, Tuan. Bapak ini menerobos masu
Keano tersenyum mendengarnya. Mereka melanjutkan makan dengan lahap. Sesekali, Keano mengusap bibir sang istri yang terkena saos barbeque. Mereka tersenyum bersama, hingga makanan tandas tidak tersisa. Malam ini, rasa tidak nyaman yang sudah dipendam beberapa saat lepas sudah.***Meyyis***Brenda tiba di kantor dengan wajah yang sudah dipenuhi dengan amarah. Sampai mejanya, wanita itu mengamuk dan menyisir mejanya hingga bersih, akan tetapi benda yang ada di mejanya berantakan ke lantai. Wanita itu sangat marah bahwa dirinya dikalahkan oleh Hafiza yang notabennya hanya pimpinan pengganti.“Bodoh kalian semua! Untuk apa aku bayar mahal kalau berakhir gagal. Enyah kalian! Enyah! Perbaiki semuanya. Jangan muncul di hadapanku kalau belum benar.” Brenda melempar barang yang tersisa ke arah beberapa pegawainya.“Aku sungguh tidak tahan lagi.” Pegawainya berbisik pada temannya, setelah keluar dari ruangan Brenda.“Sama,
“Mari makan,” ajak Keano.“Aku sudah makan dengan klien dan Rani. Aku akan menemanimu makan,” ucap Hafiza.“Lupakan.” Keano berbalik dan meninggalkan ruang makan itu. Perutnya tidak lagi lapar. Hafiza merasa sangat bersalah, karena suaminya mempersiapkan semuanya.***Meyyis***Hafiza masuk ke kamarnya untuk mandi dan berganti baju. Sedangkan Keano masih berdiri di depan jendela kamar mereka. Lelaki itu memandang ke arah luar jendela itu. sedangkan Hafiza baru saja selesai mandi, bahkan masih mengenakan handuk kimononya.“Kita makan sekarang?” Hafiza memeluknya dari belakang.“Aku sudah tidak lapar.” Keano hanya diam memandang ke arah luar jendela.“Tidak bisa, harus makan. Aku ganti baju dulu. Nanti kusuapi. Maafkan aku.” Hafiza mencium puncak kepala sang suami. Wanita itu berganti pakaian untuk menemani suaminya makan malam. Meskipun sekarang sudah tengah malam,
“Malam ini, mau makan mi bareng? Kita makan mi ayam sepuasnya, begadang dan makan sosis.” Hafiza tertawa mendengarnya.“Aku ingin, tapi Keano masih membutuhkanku. Oke, aku pamit. Besok kutunggu. Aku akan segera revisi kalau ada yang Kurang pas.” Rani mengacungkan jempolnya dan memeluk sang sahabatn***Meyyis***Hafiza mengembuskan napas berat, wanita itu harus presentasi menyampaikan proposalnya di depan banyak orang untuk memenangkan tender ini. Gilang sebenranya sudah menawarkan diri, akan tetapi wanita itu menolak sebab, menurutnya jika presentasinya berhasil kali ini berarti dirinya memiliki nilai lebih karena CEO pengganti sementara saminya sedang memulihkan diri di rumah. Sebagai pemimpin, tentu para dewan direksi akan percaya padanya, meskipun Keano tidak ada.Sorot lampu mulai hanya fokus kepada dirinya. Hafiza mengembuskan napas panjang. Setelah salam dan mengatakan pembuka, wanita itu mulai presentasi dengan peralat