“A-aku ....” Zahwa tidak berani memandang mata Damian. Mata yang mengintimidasi yang membuat dirinya sangat menderita selama beberapa tahun. Untung ada Arsan yang menolongnya.
“Aku apa? Kau tahu, aku mencarimu ke mana saja. aku mirip orang gila. Tapi semua nihil. Mereka tutup mulut tidak mau bicara. Sampai akhirnya hal tersialnya Papa menikahkanku dengan wanita yang bahkan bukan aku yang menghamili.” Damian menundukkan kepala. Zahwa menganga.
“Jadi Nyonya Cassandra bukan kekasih sesungguhnya?” batin Zahwa. “Ta-tapi apa urusanku? Anda salah sangka, Tuan Damian. Saya bukan Rara yang Anda maksud. Permisi, saya tidak mau lembur untuk menyelesaikan pekerjaan saya.” Zahwa akan berdiri dan memutar kursi tersebut. tapi Damian masih menguncinya, hingga dia tidak dapat bergerak.
“Sudah kubilang jangan pura-pura. Atau kau ingin peristiwa di Lombok itu terulang?” Dami
“Siapa yang menciummu?” Zahwa melonjak ketika pertanyaan itu terbit dari bilik toilet. Dia mengelus dadanya yang bergemuruh karena reaksi kaget tersebut.“Ingrid, kebiasaan ngagetin. Bukan siapa-siapa,ih kepo.” Ingrid membuka kran sebelah untuk mencuci tangannya, kemudian mengambil tisu.“Bukan ngagetin, tapi kamu yang kurang fokus. Siapa yang menciummu? Pasti Pak Arsan, ya? Ayo ngaku!” Zahwa bersemu merah sehingga Ingrid menduga bahwa yang dia katakan sebuah kebenaran.“Ada deh, ayo ah ....” Ingrid masih belum yakin.“Tunggu! Kenapa kamu marah-marah kalau dia menciummu? Bukankah kalian calon suami-istri? Untung dia nggak ngajak ML. Kalau iya, mungkin sudah ngamuk kali kamu?” Zahwa membulatkan matanya. Bisa-bisanya sahabatnya itu berkata demikian? ML sebelum menikah tidak ada dalam sejarahnya. Walau pernah hamil di luar nikiah, itu hanya kec
Sore sudah menjelang. Zahwa beres-beres untuk pulang. Dia pulang agak lambat sebab tadi rapat dan pekerjaannya terbengkelai. “Za, kita turun bareng, yuk?” ucap Ingrid.“Iya, baiklah.” Zahwa mengelap keringatnya. Dia mengeluaran keringat dingin. Sepertinya dia sakit.“Za, kamu sakit?” tanya Ingrid. Dia melihat sahabtnya itu pucat dan penuh dengan keringat.“Nggak tahu, gue rasanya sedikit pusing.” Ingrid menangkap tubuh Zahwa yang limbung.“Gue panggilin Pak Arsan, Zahwa ... Ya Allah ....” Zahwa pinsan. Kebetulan Damian lewat di depan ruangan itu. mendengar Ingris yang berteriak, maka Damian masuk ke ruangan itu.“Zahwa kenapa?” tanya Damian. Dia memeluk tubuh Zahwa yang sudah lunglai itu.“Baiklah, kita ke rumah sakit.” Damian menggendong tubuh Zahwa. Dalam hati Ingrid terseny
Damian diam dan hanya memandang anaknya. Remaja itu memang sangat terlihat begitu emosi mendengar pernyataan dari Damian. Dia mengira perkataannya hanya isapan jempol belaka. “Begini saja, kau kenal Tante Ingrid? Aku akan menghubunginya jika kau tidak percaya padaku. Aku hanya berniat menolong. Mamamu pingsan tadi di kantor.” Damian tidak lagi menggoda keano. Dia menelpon seseorang untuk menanyakan nomor telepon dari Ingrid.“Ingrid, ini Damian. Putra Zahwa tidak percaya kalau ibunya sakit. Kau bicaralah padanya,” ucap Damian.“Baik, Pak. Mana Kenaonya?” Damian memberikan telepon itu, Keano ragu menerimanya. Tapi akhirnya mau menerimanya. Dia menempelkan telepon ke pipinya.“Halo, Tante Ingrid. Apa benar mama sakit?” tanya Keano.“Iya, Keano. Pak Damian ke rumah untuk menjemputmu.” Keano mengangguk walau Ingrid tidak akan melihat
Zahwa dan Ingrid saling memandang. Sedangkan Keano hanya berdiri dan menyenderkan pinggungnya di dinding dekat pintu. Kakinya menapak di tembok hingga kaki kiri itu menekul. Dia hanya memainkan ponselnya. Pura-pura tuli dengan yang dikatakan Damian. Mereka hening tidak ada yang dikatakan sama sekali.Sampai akhirnya seorang draiver ojek online menelpn Damian. Dia keluar dari ruangan Zahwa kemudian setelah setuju untuk menemui draiver tersebut. Keano hanya melirik saja. Dia mendekati sang mama. “Mama baik-baik saja? Kenapa musti dia, Ma? Kemarin kata mama Pak Andra itu, sekarang pria yang tidak berperasaan itu. Sebenarnya berapa cowok yang mendekati Mama. Ternyata mamaku sangat cantik.” Keano duduk di pinggir ranjang Zahwa memukul pelan putranya tersebut. Tidak berapa lama, maka Damian datang dengan makan malam yang ada.Zahwa di bukakan satu kotak untuknya oleh Damian. Bahkan lelaki itu akan menyuapi
Selepas diusir dari ruangan Zahwa oleh dia, kedua lelaki itu berdebat hebat di tempat parkir. “Lo maunya apa sih, Dam? Lo udah ambil Cassandra, sekarang Zahwa juga mau Lo embat. Sebenarnya ada dendam apa sama aku?” geram Arsan. “Gue? Lo yang buta, Ar. Lo mau ambil Cassandra? Silakan! Karena gue tidak pernah mencintainya. Asal lo tahu, sampai hari ini gue nggak pernah menyentuhnya,” tukas Damian. Dia mengeratkan kepalannya, karena marah yang sudah diubun-ubun. Adik sepupunya itu sungguh membuatnya sangat merasa keki sekarang. “Hahaha, gue tahu Lo dengan sangat baik. Lo lebih brengsek dari gue. Mana mungkin lo akan melepaskan begitu saja, cewek seksi macam Cassandra. “Sok tahu, kalau kamu kenal aku, tidak begini. Lo boleh cek, berapa tahun Cassandra pulang ke rumah. Dia Cuma nitipin anaknya doang dan itu anak Lo!” Arsan terdiam sejenak. Namun bukannya dia menyadari kesalahannya, justru untuk mengambil ancang-an
Setelah Keano pergi dengan ojeknya, maka Ingrid juga masuk lagi ke dalam rumah sakit. Dia melewati lorong rumah sakit kemudian berhenti di depan ruangan Zahwa. Dia masuk dan tersenyum melihat Zahwa yang duduk bersender di ranjang itu.“Za, Lo makan dulu, ya? Aku bukain satu. Wuih ayam panggang kalasan. Gila Pak Bos tahu kalau kamu penggila ayam panggang kalasan.” Ingrid membuka bungkusan itu, kemudian memberikan kepada Zahwa.“Jadi, kamu mau bicara apa tentang mereka? Mengapa mereka bertiga seolah memperebutkanmu?” tanya Ingrid sambil menyuapkan sesendok butiran nasi beserta ayam dan sambal.“Hufff, kau tahu ... Damian adalah ayahnya Keano.”“Uhuk ... uhuk ... uhuk ... serius? Gue nggak salah dengar ‘kan? Kok bisa?” Ingrid menenggak air mineral yang di berikan oleh Zahwa.“Jadi, sebelas tahun atau hampir dua belas
Entah setan dari mana? Zahwa yang saat itu bernama Rara sebagai nama panggilan, memegang lembut milik Damian itu, sehingga Damian merasakan sensasi nikmat yang sangat membuatnya tidak bisa menghentikan aksi ini. “Kamu yakin, Nona? Karena kamu tidak bisa mundur ketika aku sudah berada di atas puncak.” Damian menghentikan aksinya. Zahwa tidak peduli. Dia menyerahkan mahkotanya sehingga Damian mengguncang tubuhnya dengan sangat dahsya sehingga mereka bergoyang hingga keduanya melepaskan seluruh hasarat menjadi milik mereka berdua yang bahkan tidak saling mengenal.Entah mereka melakukannya berapa kali, namun mereka nyatanya saling menikmati hingga tenaga sama-sama terkuras habis. Hingga saat mereka terjaga hanya kaget saja. Zahwa menjerit karena keget tanpa busana dengan seorang pria, sedangkan Damian karena teriakan Zahwa.“Begitu ceritanya ....” Zahwa mengakhiri ceritanya.“Jadi, maksudmu seb
Damian duduk di balkon rumahnya. Dia menyesap minuman yang baru diambilnya dari kulkas. Dia menuang ke gelas kristal. Setelah itu menggoyangkannya seakan dapat mencampurkannya.“Rara, aku tidak tahu kau memiliki apa? Tapi aku sangat ingin memilikimu. Seandinya dapat ketemu dari dulu, mungkin sekarang kau sudah menjadi milikku. Aku ....” Damian meninggalkan gelasnya di meja. Dia melihat lurus ke arah menara-menara yang kelap-kelip entah apa? Mungkin apartemen, atau mungkin tower. Damian memandnagnya lekat seolah di sana ada yang dia cari. Tidak berapa lama terdengar bunyi telepon. Damian mengembuskan napasnya sangat lelah. Dia melihat siapa yang menelpon.“Ada apa, Cassandra?” tanya Damian.“Kenapa kamu menyiksa anakku?” tanya Cassandra dengan penuh berapi-api.“Anakmu? Kalau kau merasa dia anakmu, maka peliharalah. Kamu sudah dibohongi oleh anakmu Cassandra.
“Kamu yakin dengan keputusanmu? Brenda, tolong jangan memutuskan sambungan. Tetap hubungi aku,” tutur Keano.“Dari dulu, kamu memang baik. Aku tidak janji, tapi akan kuusahakan.” Brenda pergi dari ruangan Keano setelah pamit. Keano masih tidak menyangka, jika saudaranya berubah sedrastis itu.***Meyyis***Hafiza masuk ke ruangan suaminya, mendengar Brenda sudah meminta maaf dan akan melepaskan semua tentang perusahaan. Mendengar hal itu, Hafiza memeluk sang suami karena merasakan senang yang teramat. Kali ini, tujuan yang dilakukan suaminya untuk membawa Brenda kembali ke jalan yang benar, sudah tercapai. Memang seharusnya begitu sebagai seorang kakak memperlakukan adiknya.“Baiklah, karena aku sedang bahagia, dedek bayi mau minta apa dari papa?” tanya Keano sambil memeluk sang istri dari belakang.“Aku pingin nasi megono,” ucap Hafiza.“Nasi megono? Siap!” Keano bangkit, mencari se
“Aku akan mandi dulu.” Brenda meninggalkan ruangan itu, kemudian mandi di kamarnya. Air matanya luruh bersama air yang mengalir. Belum pernah ada, seseorang yang memperhatikannya seperti itu. Kehadiran Andy malam ini membuatnya menyadari bahwa jalan selalu akan terbuka lebar. Bahwa Tuahan masih ada untuknya.Brenda keluar dari kamar untuk berganti baju. Wanita itu keluar kembali untuk mencari Andy. Lelaki itu tidur di kursi yang dihimpitkan, dijajar. Brenda membangunkannya.“Ada kamar tamu di sana. Kamu bisa menggunakannya.” Bagaimana lelaki itu bisa meluluhkan hati Brenda, bahkan membuatnya percaya pada lelaki itu. padahal, baru saja mengenalnya. Wanita itu tidak lagi berprasangka buruk pada orang asing, ada apa dengan Brenda? Mungkinkah … ah, tidak mungkin jatuh cinta dengan pria asing yang baru setengah jam dikenalnya.***Meyyis***Brenda sudah bisa tidru, wanita itu bahkan tidur sudah beberapa jam
“Kenapa menolongku?” tanya Brenda.“Karena melihatmu.” Brenda memejamkan mata. Untuk sesaat wanita itu merasakan ketenangan batin. lelaki itu membuka matanya untuk mempercayai hidup.***Meyyis***Lelaki itu menuntun Brenda masuk ke dalam rumah. Di sebuah meja, ada air putih juga gelas. Lelaki dengan jaket jeans itu menuangkan air tersebut. “Minumlah agar lebih tenang.” Brenda menenggak air putih itu hingga tandas. Keringatnya membanjiri kening hingga ke leher. Wanita itu duduk lemas di kursi tersebut.“Masih banyak yang membutuhkan kita,” ucap lelaki itu.“Kamu bukan aku, bagaimana bisa berkomentar?” ketus Brenda.“Baiklah, kamu tahu kaki ini?” Lelaki itu menunjukkan kaki kanannya yang sudah tersambung dengan … mungkinkah kaki robot? Brenda menoleh ke arah lain setelah melihatnya.“Aku putus ada karenanya. Namun, kaki ini yang menuntunku ke arah kesuk
Mereka kembali memberikan kenyamanan pada masing-masing di kamar mandi itu. Aura romantic semakin terasa ketika membilas di bawah pancuran shower. Keduanya saling melepaskan lagi rasa cinta.***Meyyis***Brenda duduk termenung di balkonnya. Jika tidak diselamatkan, mungkin saja perusahaan kali ini jadi benar-benar hancur. Tidak ada lagi yang dapat dimintai tolong. Semua kenalannya sudah tidak ada lagi yang dapat dihubungi. Brenda menjadi frustasi. Wanita itu belum pernah mengalami krisis seperti ini.“Brenda, gunakan otakmu seperti biasa,” ucap Cassandra datang dengan minuman di tangannya.“Tidak ada yang bisa kulakukan, Ma. Semuanya tidak bisa melawan Keano. Masih sama, semua perusahaan yang aku hubungi di bawahnya,” tutur Brenda.“Kamu tidak bisa memikat Keano? Tidak ada pria yang menolak kesenangan,” tutur Cassandra.“Ma, apakah mama baru mengenal Keano? Bahkan seluruh dunia sudah berada di sampin
“Kamu benar, tapi anak kita lelaki yang kuat seperti sang papa. Dirinya tetap ingin membantu orang tuanya, bukankah itu seksi?” Keano tidak lagi berdebat dengan sang istri, karena semuanya akan percuma jika wanita itu sudah berkeinginan.***Meyyis***Langkah kecil Keano membuat perusahan Arsan kalang kabut. Keputusannya untuk menarik dana suplay perusahaan miliknya tersebut, terbukti ampuh. Arsan sudah lupa, bahwa dibalik berdirinya perusahaan miliknya tersebut, ada andil Damian, pastilah lelaki itu tidak bersih melepaskan. Hal itu diketahui Keano juga lewat arus bank dan finansial papanya, tidak butuh penjelasan dari lelaki yang berjuluk macan bisnis tersebut.“Tenang, Sayang. Kita akan melihat pertunjukan sebentar lagi. Jika mama dan papa berhati lembut selama ini, tidak dengan Keano. Aku bisa jadi singa daratan yang menyeramkan. Bukankah begitu?” Keano menarik tangan sang istri agar berada di depannya. Kedua pahanya mengapit kaki
Brenda duduk termenung ketika sang papa sudah pulang. Hatinya bingung harus menerima tugas tersebut. Papanya memang berkata benar, akan tetapi membujuk Direktur berhati batu macam direktur DAC sangat membuatnya sakit kepala. Tangannya menjambak rambut sendiri.***Meyyis***Mendengar kesulitan yang dihadapi oleh sang istri, Keano tidak bisa tinggal diam, hari ini, ellaki itu akan datang ke kantor dan sibuk menyelesaikan beberapa kesepakatan. Keano menjadi sangat marah, kali ini akan bertarung bahkan menghabisi Brenda dan Arsan. Sudah cukup, selam ini diam dan tidak melakukan hal yang semestinya.Dirinya bukan sang ibu yang memiliki hati selembut sutra. Keano akan menjadi seorang singa ganas jika sudah diusik. Lelaki bermata colakat itu masih dengan bantuan tongkatnya, siang ini menemui Arsan dan akan mengintimidasinya.“Siang, Om. Masih ingat saya.” Keano sudah sampai di perusahaan milik Arsan.“Maaf, Tuan. Bapak ini menerobos masu
Keano tersenyum mendengarnya. Mereka melanjutkan makan dengan lahap. Sesekali, Keano mengusap bibir sang istri yang terkena saos barbeque. Mereka tersenyum bersama, hingga makanan tandas tidak tersisa. Malam ini, rasa tidak nyaman yang sudah dipendam beberapa saat lepas sudah.***Meyyis***Brenda tiba di kantor dengan wajah yang sudah dipenuhi dengan amarah. Sampai mejanya, wanita itu mengamuk dan menyisir mejanya hingga bersih, akan tetapi benda yang ada di mejanya berantakan ke lantai. Wanita itu sangat marah bahwa dirinya dikalahkan oleh Hafiza yang notabennya hanya pimpinan pengganti.“Bodoh kalian semua! Untuk apa aku bayar mahal kalau berakhir gagal. Enyah kalian! Enyah! Perbaiki semuanya. Jangan muncul di hadapanku kalau belum benar.” Brenda melempar barang yang tersisa ke arah beberapa pegawainya.“Aku sungguh tidak tahan lagi.” Pegawainya berbisik pada temannya, setelah keluar dari ruangan Brenda.“Sama,
“Mari makan,” ajak Keano.“Aku sudah makan dengan klien dan Rani. Aku akan menemanimu makan,” ucap Hafiza.“Lupakan.” Keano berbalik dan meninggalkan ruang makan itu. Perutnya tidak lagi lapar. Hafiza merasa sangat bersalah, karena suaminya mempersiapkan semuanya.***Meyyis***Hafiza masuk ke kamarnya untuk mandi dan berganti baju. Sedangkan Keano masih berdiri di depan jendela kamar mereka. Lelaki itu memandang ke arah luar jendela itu. sedangkan Hafiza baru saja selesai mandi, bahkan masih mengenakan handuk kimononya.“Kita makan sekarang?” Hafiza memeluknya dari belakang.“Aku sudah tidak lapar.” Keano hanya diam memandang ke arah luar jendela.“Tidak bisa, harus makan. Aku ganti baju dulu. Nanti kusuapi. Maafkan aku.” Hafiza mencium puncak kepala sang suami. Wanita itu berganti pakaian untuk menemani suaminya makan malam. Meskipun sekarang sudah tengah malam,
“Malam ini, mau makan mi bareng? Kita makan mi ayam sepuasnya, begadang dan makan sosis.” Hafiza tertawa mendengarnya.“Aku ingin, tapi Keano masih membutuhkanku. Oke, aku pamit. Besok kutunggu. Aku akan segera revisi kalau ada yang Kurang pas.” Rani mengacungkan jempolnya dan memeluk sang sahabatn***Meyyis***Hafiza mengembuskan napas berat, wanita itu harus presentasi menyampaikan proposalnya di depan banyak orang untuk memenangkan tender ini. Gilang sebenranya sudah menawarkan diri, akan tetapi wanita itu menolak sebab, menurutnya jika presentasinya berhasil kali ini berarti dirinya memiliki nilai lebih karena CEO pengganti sementara saminya sedang memulihkan diri di rumah. Sebagai pemimpin, tentu para dewan direksi akan percaya padanya, meskipun Keano tidak ada.Sorot lampu mulai hanya fokus kepada dirinya. Hafiza mengembuskan napas panjang. Setelah salam dan mengatakan pembuka, wanita itu mulai presentasi dengan peralat