Damian dan keluarga sduah selesai makan di restoran itu. Lelaki itu menggandeng sang putra dan juga istri bersamaan. Sementara Arsan mengepalkan tangannya yang terasa sangat marah mengetahui kekasihnya pergi dengan suaminya. Seharusnya, memang dia yang sekarang menggendeng Zahwa, bukan Damian. Awalnya memang tujuannya hanya untuk membuat Damian frustrasi mengejar Zahwa karena rasa bersalahnya. Tapi semakin dia dekat dengan Zahwa, kepribadian wanita itu semakin membuatnya tersentuh. Sehingga Arsan yang tadinya memanfaatkan Zahwa menjadi sangat cinta padanya.
“Sakit? Itu juga aku sekarang, San. Ketika kamu lebih memilih mengejarnya dan mengacuhkanku.” Cassandra meninggalkannya. Sementara itu, Arsan masih bergelut dengan perasaannya. Otaknya jadi buntu. Sementara itu, dia harus melakukan pekerjaannya, sekaligus mengejar cintanya. Hidupnya sangat berantakan sekarang.
“Keano, kalau papa mengajakmu jalan-jalan, kamu pilih mana,Na
Pagi ini Zahwa sudah mandi dan siap-siap membuat makanan. Dia belum memakai baju kerjanya. Untuk sementara, Keano home schooling. Damian belum mengijinkan sekolah, sebab Arsan masih berkeliaran. Kenao menurut saja. Dia sangat suka selama ada vidio games dan internet. “Sayang, makan dulu.” Damian dan Keano keluar hampir bersamaan.“Pagi, Boy.” Damian mengacak rambut sang putra.“Papa, jangan mengacak rambutku!” Keano menyugar rambut lurusnya saat papanya baru saja mengacaknya.“Hahah, kamu mirip papa dulu, marah kalau rambutnya diacak.” Keano duduk di meja makan. Kemudian Zahwa memberikan menu sarapan pagi. Damian hanya sarapan salad saja. Sednagkan Keano meminta nasi goreng kali ini. Kalau susu, keduanya sama. Sangat suka susu rendah lemak.“Papa sama mama ke kantor, Keano di rumah, ya? Mulai besok akan ada guru yang datang ke rumah. Apakah kau su
Damian dan Zahwa masuk ke ruangan Damian. Lelaki itu memepet istrinya ke tembok. “Dengerin, ya nyonya Zahwa Damian. Kau tidak bisa lari dariku. Kau sudah menjadi milikku sekarang.” Zahwa mencubit perut suaminya.“Dasar mesum! Lepasin, kita di sini kerja. Nggak usah usil, deh. Kalau mau ngapa-ngapain di rumah saja.” Damian tidak melepaskan istrinya. Dia malah memajukan wajahnya, sehingga Zahwa merasakan embusan napasnya.“Sekali saja, aku janji akan kilat.” Zahwa menghindar, sehingga David hanya memperoleh ruang hampa.“Nggak! Awas kalau curi-curi kesempatan! Pasa tiga hari.” Zahwa menerobos dari bawah kemudian meninggalkan Damian. Tinggalah dia sendiri yang tersenyum karena triknya tidak mempan. Damian memilih fokus dengan pekerjaannya. Sesekali dia mengobrak-abrik beberapa dokumen karena memang ada beberapa kesalahan, sehingga beberapa orang harus revisi. Sedang serius, ti
Zahwa dan Damian sampai di tepian pantai. Rambut mereka tertiup angin. Sehingga wajah Zahwa tertutup oleh rambut tersebut. Damian menyingkirkan rambut itu. “Sayang, aku dipecat dari perusahaan.” Zahwa tersenyum.“Ada alasan?” Damian hanya mengangkat bahu. Dia tidak mau jika istrinya merasa bersalah karena dirinya dipecat karena menikah dengan Zahwa. “Matamu bohong,’ selidik Zahwa.“Apa kamu mau hidup miskin,” ucap Damian.“Tidak, tapi aku mau berjuang bersamamu,” basal Zahwa. Dia mengalungkan tangannya ke lengan Damian dengan manja.“Tenang saja, Sayang. Aku masih punya perusahaan minyak rambut atsiri yang pastinya diluar mereka. Aku akan buktikan, mereka menyesal telah memecat suamimu ini.” Damian memeluk istrinya. perasaannya damai. Damian tidak memiliki siapa pun. Dia memiliki papi, tapi tak pernah di bela. Selalu keluarganya
“Kita lanjutkan?” Damian dengan rakus memandang sang istri.“Nggak ada, aku marah!” Demikian mulut Zahwa tidak seirama dengan langkah tubuhnya yang menuju jendela.“Ait, boleh saja marah.” Damian memeluk Zahwa dari belakang. Napasnya terdengar tidak teratur berhembus di tengkuk Zahwa.“Aku mencintaimu, jangan marah lagi,” bisik Damian. Tangannya sduah masuk ke gaun Zahwa dengan menangkup dada montok milik istrinya itu.“Jangan, ih ... aku masih marah jangan macam-macam, ah ....” Mulut boleh bilang begitu, tapi badan merespon lain. Akhirnya Zahwa menyerah dan memejamkan matanya, ketika tangan kiri Damian meraih ujung dadanya dan sedikit memilinnya. Mulut yang sedari tadi sudah mencium tengkuknya, kini menggila menjadi sebuah kecupan mesra dan mendalam, sehingga Zahwa mendesis karena merasakan sakit dan nikmat secara bersamaan. Damian memainka
Arsan tertawa mengetahui Damian dipecat dari perusahaan. Dia memang akan menghancurkan Damian. Hatinya sudah diliputi dengan jutaan nafsu amarah. Lelaki itu akan meremukakn tulang-belulang milik Damian. Tapi tentu saja tidak bisa. Dia tidak mau mengotori tangannya, sehingga berakhri dipenjara.“Kau akan terima akibatnya, Damian. Kau belum tahu siapa aku! Aku akan melakukan apa pun untuk membuat kau dan Zahwa terpisah. Zahwa adalah milikku, Damian! Milikku!” Arsan melempar gelasnya sehingga porak-poranda.Sedangkan Damian sendiri baru saja selesai bercinta yang panas dengan Zahwa. “Papa sama mama kenapa baru kembali?” tanya Keano sambil turun dari tangga, ketika keduanya baru pulang pukul delapan malam.“Oh, maaf, Sayang. Kamu sudah lapar? Kita makan, papa beliin martabak untukmu,” ucap Damian.“Ayolah!” Damian menggendeng putranya yang sduah manyun.
Arsan tertawa mengetahui Damian dipecat dari perusahaan. Dia memang akan menghancurkan Damian. Hatinya sudah diliputi dengan jutaan nafsu amarah. Lelaki itu akan meremukakn tulang-belulang milik Damian. Tapi tentu saja tidak bisa. Dia tidak mau mengotori tangannya, sehingga berakhri dipenjara.“Kau akan terima akibatnya, Damian. Kau belum tahu siapa aku! Aku akan melakukan apa pun untuk membuat kau dan Zahwa terpisah. Zahwa adalah milikku, Damian! Milikku!” Arsan melempar gelasnya sehingga porak-poranda.Sedangkan Damian sendiri baru saja selesai bercinta yang panas dengan Zahwa. “Papa sama mama kenapa baru kembali?” tanya Keano sambil turun dari tangga, ketika keduanya baru pulang pukul delapan malam.“Oh, maaf, Sayang. Kamu sudah lapar? Kita makan, papa beliin martabak untukmu,” ucap Damian.“Ayolah!” Damian menggendeng putranya yang sduah manyun.
Arsan tertawa mengetahui Damian dipecat dari perusahaan. Dia memang akan menghancurkan Damian. Hatinya sudah diliputi dengan jutaan nafsu amarah. Lelaki itu akan meremukakn tulang-belulang milik Damian. Tapi tentu saja tidak bisa. Dia tidak mau mengotori tangannya, sehingga berakhri dipenjara.“Kau akan terima akibatnya, Damian. Kau belum tahu siapa aku! Aku akan melakukan apa pun untuk membuat kau dan Zahwa terpisah. Zahwa adalah milikku, Damian! Milikku!” Arsan melempar gelasnya sehingga porak-poranda.Sedangkan Damian sendiri baru saja selesai bercinta yang panas dengan Zahwa. “Papa sama mama kenapa baru kembali?” tanya Keano sambil turun dari tangga, ketika keduanya baru pulang pukul delapan malam.“Oh, maaf, Sayang. Kamu sudah lapar? Kita makan, papa beliin martabak untukmu,” ucap Damian.“Ayolah!” Damian menggendeng putranya yang sduah manyun.
“My Love, aku mau katakan sesuatu sama kamu.” Zahwa memeluk suaminya yang masih polos tanpa busana saat itu.“Apa, Sayang. Mau bilang apa?” Zahwa mengembuskan napasnya sangat kencang hingga sang suami merasakan sampai ke kulit.“Aku mau ketemu Mas Arsan untuk mengakhiri kegilaannya,” ucap Zahwa.Damian terlihat tidak rela jika istrinya itu menemui Arsan. Sungguh dia masih takut. Sebab bagaimana pun Zahwa dan Arsan pernah saling dekat. Walau dia tidak tahu hubungan mereka apa?“Kau tidak percaya padaku?” Zahwa bangkit untuk memandang wajah sang suami.“Bukan begitu, tapi ....” Damian terlihat berpikir.“Tapi apa?” Zahwa masih coba menebak aura yang dimunculkan oleh Damian tersebut.“Baiklah, aku akan mengantarmu.” Zahwa memeluk kembali tubuh kekar itu. Lela
“Kamu yakin dengan keputusanmu? Brenda, tolong jangan memutuskan sambungan. Tetap hubungi aku,” tutur Keano.“Dari dulu, kamu memang baik. Aku tidak janji, tapi akan kuusahakan.” Brenda pergi dari ruangan Keano setelah pamit. Keano masih tidak menyangka, jika saudaranya berubah sedrastis itu.***Meyyis***Hafiza masuk ke ruangan suaminya, mendengar Brenda sudah meminta maaf dan akan melepaskan semua tentang perusahaan. Mendengar hal itu, Hafiza memeluk sang suami karena merasakan senang yang teramat. Kali ini, tujuan yang dilakukan suaminya untuk membawa Brenda kembali ke jalan yang benar, sudah tercapai. Memang seharusnya begitu sebagai seorang kakak memperlakukan adiknya.“Baiklah, karena aku sedang bahagia, dedek bayi mau minta apa dari papa?” tanya Keano sambil memeluk sang istri dari belakang.“Aku pingin nasi megono,” ucap Hafiza.“Nasi megono? Siap!” Keano bangkit, mencari se
“Aku akan mandi dulu.” Brenda meninggalkan ruangan itu, kemudian mandi di kamarnya. Air matanya luruh bersama air yang mengalir. Belum pernah ada, seseorang yang memperhatikannya seperti itu. Kehadiran Andy malam ini membuatnya menyadari bahwa jalan selalu akan terbuka lebar. Bahwa Tuahan masih ada untuknya.Brenda keluar dari kamar untuk berganti baju. Wanita itu keluar kembali untuk mencari Andy. Lelaki itu tidur di kursi yang dihimpitkan, dijajar. Brenda membangunkannya.“Ada kamar tamu di sana. Kamu bisa menggunakannya.” Bagaimana lelaki itu bisa meluluhkan hati Brenda, bahkan membuatnya percaya pada lelaki itu. padahal, baru saja mengenalnya. Wanita itu tidak lagi berprasangka buruk pada orang asing, ada apa dengan Brenda? Mungkinkah … ah, tidak mungkin jatuh cinta dengan pria asing yang baru setengah jam dikenalnya.***Meyyis***Brenda sudah bisa tidru, wanita itu bahkan tidur sudah beberapa jam
“Kenapa menolongku?” tanya Brenda.“Karena melihatmu.” Brenda memejamkan mata. Untuk sesaat wanita itu merasakan ketenangan batin. lelaki itu membuka matanya untuk mempercayai hidup.***Meyyis***Lelaki itu menuntun Brenda masuk ke dalam rumah. Di sebuah meja, ada air putih juga gelas. Lelaki dengan jaket jeans itu menuangkan air tersebut. “Minumlah agar lebih tenang.” Brenda menenggak air putih itu hingga tandas. Keringatnya membanjiri kening hingga ke leher. Wanita itu duduk lemas di kursi tersebut.“Masih banyak yang membutuhkan kita,” ucap lelaki itu.“Kamu bukan aku, bagaimana bisa berkomentar?” ketus Brenda.“Baiklah, kamu tahu kaki ini?” Lelaki itu menunjukkan kaki kanannya yang sudah tersambung dengan … mungkinkah kaki robot? Brenda menoleh ke arah lain setelah melihatnya.“Aku putus ada karenanya. Namun, kaki ini yang menuntunku ke arah kesuk
Mereka kembali memberikan kenyamanan pada masing-masing di kamar mandi itu. Aura romantic semakin terasa ketika membilas di bawah pancuran shower. Keduanya saling melepaskan lagi rasa cinta.***Meyyis***Brenda duduk termenung di balkonnya. Jika tidak diselamatkan, mungkin saja perusahaan kali ini jadi benar-benar hancur. Tidak ada lagi yang dapat dimintai tolong. Semua kenalannya sudah tidak ada lagi yang dapat dihubungi. Brenda menjadi frustasi. Wanita itu belum pernah mengalami krisis seperti ini.“Brenda, gunakan otakmu seperti biasa,” ucap Cassandra datang dengan minuman di tangannya.“Tidak ada yang bisa kulakukan, Ma. Semuanya tidak bisa melawan Keano. Masih sama, semua perusahaan yang aku hubungi di bawahnya,” tutur Brenda.“Kamu tidak bisa memikat Keano? Tidak ada pria yang menolak kesenangan,” tutur Cassandra.“Ma, apakah mama baru mengenal Keano? Bahkan seluruh dunia sudah berada di sampin
“Kamu benar, tapi anak kita lelaki yang kuat seperti sang papa. Dirinya tetap ingin membantu orang tuanya, bukankah itu seksi?” Keano tidak lagi berdebat dengan sang istri, karena semuanya akan percuma jika wanita itu sudah berkeinginan.***Meyyis***Langkah kecil Keano membuat perusahan Arsan kalang kabut. Keputusannya untuk menarik dana suplay perusahaan miliknya tersebut, terbukti ampuh. Arsan sudah lupa, bahwa dibalik berdirinya perusahaan miliknya tersebut, ada andil Damian, pastilah lelaki itu tidak bersih melepaskan. Hal itu diketahui Keano juga lewat arus bank dan finansial papanya, tidak butuh penjelasan dari lelaki yang berjuluk macan bisnis tersebut.“Tenang, Sayang. Kita akan melihat pertunjukan sebentar lagi. Jika mama dan papa berhati lembut selama ini, tidak dengan Keano. Aku bisa jadi singa daratan yang menyeramkan. Bukankah begitu?” Keano menarik tangan sang istri agar berada di depannya. Kedua pahanya mengapit kaki
Brenda duduk termenung ketika sang papa sudah pulang. Hatinya bingung harus menerima tugas tersebut. Papanya memang berkata benar, akan tetapi membujuk Direktur berhati batu macam direktur DAC sangat membuatnya sakit kepala. Tangannya menjambak rambut sendiri.***Meyyis***Mendengar kesulitan yang dihadapi oleh sang istri, Keano tidak bisa tinggal diam, hari ini, ellaki itu akan datang ke kantor dan sibuk menyelesaikan beberapa kesepakatan. Keano menjadi sangat marah, kali ini akan bertarung bahkan menghabisi Brenda dan Arsan. Sudah cukup, selam ini diam dan tidak melakukan hal yang semestinya.Dirinya bukan sang ibu yang memiliki hati selembut sutra. Keano akan menjadi seorang singa ganas jika sudah diusik. Lelaki bermata colakat itu masih dengan bantuan tongkatnya, siang ini menemui Arsan dan akan mengintimidasinya.“Siang, Om. Masih ingat saya.” Keano sudah sampai di perusahaan milik Arsan.“Maaf, Tuan. Bapak ini menerobos masu
Keano tersenyum mendengarnya. Mereka melanjutkan makan dengan lahap. Sesekali, Keano mengusap bibir sang istri yang terkena saos barbeque. Mereka tersenyum bersama, hingga makanan tandas tidak tersisa. Malam ini, rasa tidak nyaman yang sudah dipendam beberapa saat lepas sudah.***Meyyis***Brenda tiba di kantor dengan wajah yang sudah dipenuhi dengan amarah. Sampai mejanya, wanita itu mengamuk dan menyisir mejanya hingga bersih, akan tetapi benda yang ada di mejanya berantakan ke lantai. Wanita itu sangat marah bahwa dirinya dikalahkan oleh Hafiza yang notabennya hanya pimpinan pengganti.“Bodoh kalian semua! Untuk apa aku bayar mahal kalau berakhir gagal. Enyah kalian! Enyah! Perbaiki semuanya. Jangan muncul di hadapanku kalau belum benar.” Brenda melempar barang yang tersisa ke arah beberapa pegawainya.“Aku sungguh tidak tahan lagi.” Pegawainya berbisik pada temannya, setelah keluar dari ruangan Brenda.“Sama,
“Mari makan,” ajak Keano.“Aku sudah makan dengan klien dan Rani. Aku akan menemanimu makan,” ucap Hafiza.“Lupakan.” Keano berbalik dan meninggalkan ruang makan itu. Perutnya tidak lagi lapar. Hafiza merasa sangat bersalah, karena suaminya mempersiapkan semuanya.***Meyyis***Hafiza masuk ke kamarnya untuk mandi dan berganti baju. Sedangkan Keano masih berdiri di depan jendela kamar mereka. Lelaki itu memandang ke arah luar jendela itu. sedangkan Hafiza baru saja selesai mandi, bahkan masih mengenakan handuk kimononya.“Kita makan sekarang?” Hafiza memeluknya dari belakang.“Aku sudah tidak lapar.” Keano hanya diam memandang ke arah luar jendela.“Tidak bisa, harus makan. Aku ganti baju dulu. Nanti kusuapi. Maafkan aku.” Hafiza mencium puncak kepala sang suami. Wanita itu berganti pakaian untuk menemani suaminya makan malam. Meskipun sekarang sudah tengah malam,
“Malam ini, mau makan mi bareng? Kita makan mi ayam sepuasnya, begadang dan makan sosis.” Hafiza tertawa mendengarnya.“Aku ingin, tapi Keano masih membutuhkanku. Oke, aku pamit. Besok kutunggu. Aku akan segera revisi kalau ada yang Kurang pas.” Rani mengacungkan jempolnya dan memeluk sang sahabatn***Meyyis***Hafiza mengembuskan napas berat, wanita itu harus presentasi menyampaikan proposalnya di depan banyak orang untuk memenangkan tender ini. Gilang sebenranya sudah menawarkan diri, akan tetapi wanita itu menolak sebab, menurutnya jika presentasinya berhasil kali ini berarti dirinya memiliki nilai lebih karena CEO pengganti sementara saminya sedang memulihkan diri di rumah. Sebagai pemimpin, tentu para dewan direksi akan percaya padanya, meskipun Keano tidak ada.Sorot lampu mulai hanya fokus kepada dirinya. Hafiza mengembuskan napas panjang. Setelah salam dan mengatakan pembuka, wanita itu mulai presentasi dengan peralat