“Hem, mulai deh. Udah, Tin. Entar kesorean lho. Ini nggak kelas satu jam. Mengingat banyak barang-barang begini.” Ucup mengambil barang-barang beling yang ada di lantai.
“Ya sudah, lanjutin, Din. Aku juga nggak mau kemaleman. Takut nggak dapet angkot.” Udin mengangguk.
Cassandra datang ke rumah Arsan dengan marah-marah, karena akhir-akhir ini Arsan memang terkesan menjauhinya.
“Arsan sebenarnya apa, sih. Maumu? Kamu selalu menolak aku. Kamu sudah berjanji akan melupakan dia, kamu lupa akan tujuan kita, Hah? Kamu lupa!” Cassandra mulai emosi.
“Casandra Jangan banyak omong. Aku sedang pusing, Cassandra.” Arsan duduk di kursi sambil memijit pelipisnya.
“Pusing? Kenapa harus pusing? Mikirin wanita jalang itu?” Cassandra dengan sinis menghempaskan tubuhnya.
“Hentikan ocehanmu! Kala
“Arsan! Kamu pengecut! Kamu tahu, aku membencimu. Aku mencintaimu dan memberikan tubuhku. Tapi kau malah berpaling aku membencimu, Ar. Sangat membencimu.” Suara Cassandra merancau tidak jelas.Berisiknya Cassandra membuat ARsan turund ari peraduannya. Dia mendekati Cassandra yang sudah merancau tidak jelas. Arsan memejamkan matanya. Cassandra mendekat ke arah Arsan.Penolakan arisan tidak menjadikan Cassandra menyerah. Karena mabuk, rasanya tubuhnya sudah menuntut untuk dijamah. Wanita itu menanggalkan satu-persatu gaun dari tubuhnya hingga tersisa hanya baju tipis dalam saja. Dia bergerak erotis lebih mendekat kearah Arsan dan mendorong tubuh Arsan agar duduk kemudian dia duduk di pangkuannya.“Jangan begini, Cassandra. Pergilah! Ah ….” Desahan Arsan membuat Cassandra tidak menggubris penolakannya. Dia mulai melumat habis bibir Arsan yang menurutnya memang sangat seksi. Bibir itu yang mengatakan menolak
Damian terhenyak, karena semalam begitu sangat bergairah, jika klimaks berkali-kali. Damian langsung meloncat dan mandi. Zahwa mengembuskan napasnya, yang baru terjaga karena mendengar berisiknya .“Hai, bajumu.” Damian tersenyum kemudian menjawil dagu sang istri. Dia mengenakan bajunya di depan sang istri.“Pagi ini, aku nggak menggodamu dulu.” Damian langsung keluar dari kamar, bahkan sebelum Zahwa memakaikan dasinya. Karena suaminya itu terlihat tergesa-gesa, maka Zahwa langsung memakai baju saja, bahkan tanpa mencuci mukanya.“Sayang, dasimu.” Damian tersenyum, kemudian membiarkan istrinya memakaikan.“Tidak sarapan dulu?” Zahwa sudah selesai memakaikan dasi. Damian langsung mencium keningnya. Zahwa mengikutinya keluar.“Hati-hati.” Hanya satu kecupan singkat yang mendarat ke bibir sang istri.Pa
Damian duduk santai di kursi Arsan, dia mendengus kesal melihat statistika saham perusahaannya turun tajam. Rasanya, ingin dia remukkan dengan tanggannya, karena Arsan melakukan Tindakan bodoh dengan kebijakannya. Rupanya, dia sangat tidak professional. Damian memejamkan matanya kemudian melempar ipad ke atas mejanya. Meskipun dia sangat ingin Arsan hancur, namun bukan berarti menghancurkan perusahaan yang sudah dibangun berpuluh tahun lamanya.“Damian! Kurang ajar kamu! Beraninya duduk di kursiku!” Arsan datang dengan seluruh kemurkaannya.“Apa? Apakah aku tidak salah dengar? Kursimu dengar, Arsan. Ini perusahaan milik papaku dari sudut manapun, kamu tidak berhak memilikinya. Dengarkan aku baik-baik dan simak baik-baik. Aku akan merelakan perusahaan ini sebagai sumbanganku kepadamu. Asal ….” Arsan mengernyitkan keningnya. Dia merasa tidak enak dengan kalimat Damian. Aplagi ditambah dengan senyumnya
“Maafkan kami, Tuan. Kami tidak berani.” Meskipun Damian sudah memberi tahu siapa dia dan kedudukannya, namun tidak membuat Arsan percaya begitu saja. “Kenapa tidak berani? Aku bayar kalian mahal.” Jika boleh digambarkan, perasaan Arsan bagai piring kaca yang jatuh dari atas meja. Ambyar dan berserakan berkeping-keping. “Kami berada di bawah kendali daripada perusahaan Tuan Damian.” Bagai tercabut nyawa Arsan dari tubuhnya. “Kamu bedebah, Damian. Kalian memang semuanya berdebah, pembohong!” Arsan bagai macan kehilangan cakar dan taringnya. Dia berteriak histeris mengumpat dan melemparkan sarkastik kepada Damian. “Bagaimana Arsan? Apa kamu masih tidak mau bekerj sama dan jadi budakku? Kamu masih tidak percaya dengan kekuatanku?” Damian mengangkat kakinya dan diletakkan di atas meja. “Cuih, aku masih punya tangan dan k
Hai, readers. Aku rindu komen kalian, ayo dong jangan diamkan aku, biar akunya rajin up“Sial kau, Damian! Aku akan kembali! Kau ingat itu!” Masih banyak lagi umpatan-umpatan.“Satu tikus sudah mencoba dibasmi.” Arsan pasti akan kembali. Dia pasti tidak akan tinggal diam. Satu telepon masuk dan menghenyakkan lamunan Damian.Bodyguard yang menyeret alasan keluar dari kantor tersebut mengikat Arsan dan membawanya pergi. Lelaki itu akan dia buang ke sebuah pulau terpencil, agar tidak lagi mengganggu mereka. Setelah kepergian Arsan, Andra datang dengan santainya. Dia belum mengetahui bahwa Damian mencium gelagatnya yang telah mengadu domba antara dia dan Arsan. Andra bahkan lebih licik dari pada Arsan. Dia bermuka dua. Sebenarnya Arsan hanya jahat sebab hatinya yang terkoyak oleh cinta yang bertepuk sebelah tangan. Yaitu cintanya pada Rara. Sedangkan Andra se
“Ah, iyakah? Tapi sudah dua hari dia tidak datang. Itu menyebabkan saham terus anjlok. Dia juga tidak menghadiri beberapa rapat penting. Terpaksa aku ambil alih kembali. Sementara itu. Papi juga entah kemana.”“Kalian memang semua bodoh, hanya foya-foya saja.” Tentu saja kata itu hanya dalam hati. Hati Damian penuh dengan kekesalan.***Meyyis_GN***Damian pulang sudah larut malam Mungkin lebih tepatnya dinihari. Dia sampai rumah pukul setengah dua pagi karena banyak hal yang harus diurus, termasuk membuang Arsan ke pulau antah berantah. Kemudian pura-pura ikuti ajakan Andra untuk jalan-jalan menyimpan emosi dalam kepura-puraan, ternyata sangat melelahkan. Damian memegang tengkuk, kemudian merelaksasi lehernya sedikit untuk mengurangi rasa pegal. Rasa lelahnya menghilang ketika melihat sang istri tidur. Zahwa terlihat meringkuk dan mungkin saja kedinginan. Dia menarik selimutnya ke atas lalu kenaik
“Iya!”“Mau aku ceritain nggak?”“Apa?”“Satu kis dulu.” Zahwa membelalakan matanya, membuat Damian terkekeh.“Ih, lepasin. Nggak usah cerita kalau memang nggak mau cerita.” Zahwa melepaskan pelukan suaminya dengan kasar. Damian akhirnya melepaskannya.“Baiklah, aku ceritain sambil sarapan.” Damian mencuri cium dari bibir sang istri kemudian keluar dari dapur dengan sedikit berlari karena lelaki itu sangat takut jika istrinya mengamuk. Sedangkan Zahwa mncibik, membuat Damian yang kini duduk di meja makan mengedipkan matanya. Suara panggangan roti yang berdentang mengagetkan Zahwa. Rotinya sudah matang. Kini tinggal salad yang sudah dia potong tadi, diberi keju dan susu. Sarapan sehat ala Zahwa sudah siap.“Sarapannya sih sehat, yang menyajikan kurang vitamin kayaknya. Cemberut terus
“Mau di ranjang atau kamar mandi sekalian,” ucap Damian. Dia mulai mencumbui sang istri dengan liar setelah mereka sampai di atas ranjang. Zahwa tidak menjawab. Hanya rintihan dan desahan kecil membuat Damian semakin bersemangat untuk melakukan lebih lagi.Hari ini seperti janji Damian, mereka akan pergi mengunjungi Keano. Damian sudah bersiap dengan jas mahal, karena memang pria itu selalu berpakaian formal. Mereka mantap menuju ke mobil sport milik Damian yang terparkir di garasi.“Aku rasanya sudah tidak sabar ingin ketemu Keano.” Zahwa sangat gembira. Rasanya dia ingin melonjak kalau seandinya tidak malu.“Kau kira aku tidak? Aku juga. Tapi nggak perlu gini juga kali.” Zahwa membawa banyak makanan yang akan diberikan pada putranya tersebut.“Kamu tahu bahagianya aku? Mau, mau ketemu dengan anakku.” Binar wajah wanita
“Kamu yakin dengan keputusanmu? Brenda, tolong jangan memutuskan sambungan. Tetap hubungi aku,” tutur Keano.“Dari dulu, kamu memang baik. Aku tidak janji, tapi akan kuusahakan.” Brenda pergi dari ruangan Keano setelah pamit. Keano masih tidak menyangka, jika saudaranya berubah sedrastis itu.***Meyyis***Hafiza masuk ke ruangan suaminya, mendengar Brenda sudah meminta maaf dan akan melepaskan semua tentang perusahaan. Mendengar hal itu, Hafiza memeluk sang suami karena merasakan senang yang teramat. Kali ini, tujuan yang dilakukan suaminya untuk membawa Brenda kembali ke jalan yang benar, sudah tercapai. Memang seharusnya begitu sebagai seorang kakak memperlakukan adiknya.“Baiklah, karena aku sedang bahagia, dedek bayi mau minta apa dari papa?” tanya Keano sambil memeluk sang istri dari belakang.“Aku pingin nasi megono,” ucap Hafiza.“Nasi megono? Siap!” Keano bangkit, mencari se
“Aku akan mandi dulu.” Brenda meninggalkan ruangan itu, kemudian mandi di kamarnya. Air matanya luruh bersama air yang mengalir. Belum pernah ada, seseorang yang memperhatikannya seperti itu. Kehadiran Andy malam ini membuatnya menyadari bahwa jalan selalu akan terbuka lebar. Bahwa Tuahan masih ada untuknya.Brenda keluar dari kamar untuk berganti baju. Wanita itu keluar kembali untuk mencari Andy. Lelaki itu tidur di kursi yang dihimpitkan, dijajar. Brenda membangunkannya.“Ada kamar tamu di sana. Kamu bisa menggunakannya.” Bagaimana lelaki itu bisa meluluhkan hati Brenda, bahkan membuatnya percaya pada lelaki itu. padahal, baru saja mengenalnya. Wanita itu tidak lagi berprasangka buruk pada orang asing, ada apa dengan Brenda? Mungkinkah … ah, tidak mungkin jatuh cinta dengan pria asing yang baru setengah jam dikenalnya.***Meyyis***Brenda sudah bisa tidru, wanita itu bahkan tidur sudah beberapa jam
“Kenapa menolongku?” tanya Brenda.“Karena melihatmu.” Brenda memejamkan mata. Untuk sesaat wanita itu merasakan ketenangan batin. lelaki itu membuka matanya untuk mempercayai hidup.***Meyyis***Lelaki itu menuntun Brenda masuk ke dalam rumah. Di sebuah meja, ada air putih juga gelas. Lelaki dengan jaket jeans itu menuangkan air tersebut. “Minumlah agar lebih tenang.” Brenda menenggak air putih itu hingga tandas. Keringatnya membanjiri kening hingga ke leher. Wanita itu duduk lemas di kursi tersebut.“Masih banyak yang membutuhkan kita,” ucap lelaki itu.“Kamu bukan aku, bagaimana bisa berkomentar?” ketus Brenda.“Baiklah, kamu tahu kaki ini?” Lelaki itu menunjukkan kaki kanannya yang sudah tersambung dengan … mungkinkah kaki robot? Brenda menoleh ke arah lain setelah melihatnya.“Aku putus ada karenanya. Namun, kaki ini yang menuntunku ke arah kesuk
Mereka kembali memberikan kenyamanan pada masing-masing di kamar mandi itu. Aura romantic semakin terasa ketika membilas di bawah pancuran shower. Keduanya saling melepaskan lagi rasa cinta.***Meyyis***Brenda duduk termenung di balkonnya. Jika tidak diselamatkan, mungkin saja perusahaan kali ini jadi benar-benar hancur. Tidak ada lagi yang dapat dimintai tolong. Semua kenalannya sudah tidak ada lagi yang dapat dihubungi. Brenda menjadi frustasi. Wanita itu belum pernah mengalami krisis seperti ini.“Brenda, gunakan otakmu seperti biasa,” ucap Cassandra datang dengan minuman di tangannya.“Tidak ada yang bisa kulakukan, Ma. Semuanya tidak bisa melawan Keano. Masih sama, semua perusahaan yang aku hubungi di bawahnya,” tutur Brenda.“Kamu tidak bisa memikat Keano? Tidak ada pria yang menolak kesenangan,” tutur Cassandra.“Ma, apakah mama baru mengenal Keano? Bahkan seluruh dunia sudah berada di sampin
“Kamu benar, tapi anak kita lelaki yang kuat seperti sang papa. Dirinya tetap ingin membantu orang tuanya, bukankah itu seksi?” Keano tidak lagi berdebat dengan sang istri, karena semuanya akan percuma jika wanita itu sudah berkeinginan.***Meyyis***Langkah kecil Keano membuat perusahan Arsan kalang kabut. Keputusannya untuk menarik dana suplay perusahaan miliknya tersebut, terbukti ampuh. Arsan sudah lupa, bahwa dibalik berdirinya perusahaan miliknya tersebut, ada andil Damian, pastilah lelaki itu tidak bersih melepaskan. Hal itu diketahui Keano juga lewat arus bank dan finansial papanya, tidak butuh penjelasan dari lelaki yang berjuluk macan bisnis tersebut.“Tenang, Sayang. Kita akan melihat pertunjukan sebentar lagi. Jika mama dan papa berhati lembut selama ini, tidak dengan Keano. Aku bisa jadi singa daratan yang menyeramkan. Bukankah begitu?” Keano menarik tangan sang istri agar berada di depannya. Kedua pahanya mengapit kaki
Brenda duduk termenung ketika sang papa sudah pulang. Hatinya bingung harus menerima tugas tersebut. Papanya memang berkata benar, akan tetapi membujuk Direktur berhati batu macam direktur DAC sangat membuatnya sakit kepala. Tangannya menjambak rambut sendiri.***Meyyis***Mendengar kesulitan yang dihadapi oleh sang istri, Keano tidak bisa tinggal diam, hari ini, ellaki itu akan datang ke kantor dan sibuk menyelesaikan beberapa kesepakatan. Keano menjadi sangat marah, kali ini akan bertarung bahkan menghabisi Brenda dan Arsan. Sudah cukup, selam ini diam dan tidak melakukan hal yang semestinya.Dirinya bukan sang ibu yang memiliki hati selembut sutra. Keano akan menjadi seorang singa ganas jika sudah diusik. Lelaki bermata colakat itu masih dengan bantuan tongkatnya, siang ini menemui Arsan dan akan mengintimidasinya.“Siang, Om. Masih ingat saya.” Keano sudah sampai di perusahaan milik Arsan.“Maaf, Tuan. Bapak ini menerobos masu
Keano tersenyum mendengarnya. Mereka melanjutkan makan dengan lahap. Sesekali, Keano mengusap bibir sang istri yang terkena saos barbeque. Mereka tersenyum bersama, hingga makanan tandas tidak tersisa. Malam ini, rasa tidak nyaman yang sudah dipendam beberapa saat lepas sudah.***Meyyis***Brenda tiba di kantor dengan wajah yang sudah dipenuhi dengan amarah. Sampai mejanya, wanita itu mengamuk dan menyisir mejanya hingga bersih, akan tetapi benda yang ada di mejanya berantakan ke lantai. Wanita itu sangat marah bahwa dirinya dikalahkan oleh Hafiza yang notabennya hanya pimpinan pengganti.“Bodoh kalian semua! Untuk apa aku bayar mahal kalau berakhir gagal. Enyah kalian! Enyah! Perbaiki semuanya. Jangan muncul di hadapanku kalau belum benar.” Brenda melempar barang yang tersisa ke arah beberapa pegawainya.“Aku sungguh tidak tahan lagi.” Pegawainya berbisik pada temannya, setelah keluar dari ruangan Brenda.“Sama,
“Mari makan,” ajak Keano.“Aku sudah makan dengan klien dan Rani. Aku akan menemanimu makan,” ucap Hafiza.“Lupakan.” Keano berbalik dan meninggalkan ruang makan itu. Perutnya tidak lagi lapar. Hafiza merasa sangat bersalah, karena suaminya mempersiapkan semuanya.***Meyyis***Hafiza masuk ke kamarnya untuk mandi dan berganti baju. Sedangkan Keano masih berdiri di depan jendela kamar mereka. Lelaki itu memandang ke arah luar jendela itu. sedangkan Hafiza baru saja selesai mandi, bahkan masih mengenakan handuk kimononya.“Kita makan sekarang?” Hafiza memeluknya dari belakang.“Aku sudah tidak lapar.” Keano hanya diam memandang ke arah luar jendela.“Tidak bisa, harus makan. Aku ganti baju dulu. Nanti kusuapi. Maafkan aku.” Hafiza mencium puncak kepala sang suami. Wanita itu berganti pakaian untuk menemani suaminya makan malam. Meskipun sekarang sudah tengah malam,
“Malam ini, mau makan mi bareng? Kita makan mi ayam sepuasnya, begadang dan makan sosis.” Hafiza tertawa mendengarnya.“Aku ingin, tapi Keano masih membutuhkanku. Oke, aku pamit. Besok kutunggu. Aku akan segera revisi kalau ada yang Kurang pas.” Rani mengacungkan jempolnya dan memeluk sang sahabatn***Meyyis***Hafiza mengembuskan napas berat, wanita itu harus presentasi menyampaikan proposalnya di depan banyak orang untuk memenangkan tender ini. Gilang sebenranya sudah menawarkan diri, akan tetapi wanita itu menolak sebab, menurutnya jika presentasinya berhasil kali ini berarti dirinya memiliki nilai lebih karena CEO pengganti sementara saminya sedang memulihkan diri di rumah. Sebagai pemimpin, tentu para dewan direksi akan percaya padanya, meskipun Keano tidak ada.Sorot lampu mulai hanya fokus kepada dirinya. Hafiza mengembuskan napas panjang. Setelah salam dan mengatakan pembuka, wanita itu mulai presentasi dengan peralat