Hari pertama untuk menjajahkan susu kedelai buatanya membuat Ardi sedikit gugup. Dia sudah sebisa mungkin membuat rasa susu kedelai buatanya, terasa berbeda di mulut orang yang akan membelinya nanti.
Dia memberikan secara cuma-cuma kepada beberapa tetangga terdekat, untuk komentar kekurangan apa, yang ada di susu kedalinya ini. Dia sangat bersyukur, karena kebanyakan orang-orang yang telah mencicipi susunya itu memberikan tanggapan rasa yang positif alias enak.
"Rehan udah siap?!" tanya Ardi penuh semangat.
"Udah ayah." jawab Rehan sepontan.
Dengan modal kecil yang ia terima kemarin. Ardi dengan tanpa berputus asa, mencari-cari dan meminta saran kepada teman-temanya usaha apa yang cocok untuk dirinya saat ini.
Setelah menemukan usaha yang menurutnya cocok. Dia meracik sedikit rasanya agar nanti ketika di minum, akan berbeda dengan susu kedelai kebanyakan.
Dengan yakin, Ardi menjajahkan susu kedelainya pertama kali di area sekitaran anak-anak Sekolah dasar. Setelah singgah beberapa menit ada satu dua anak yang membeli susu kedelainya itu karena penasaran.
Setelah menunggu sekitar tiga puluh menitan. Puluhan anak-anak tiba-tiba berkerumun menuju ke arahnya. Hari pertama itu merupakan hari yang membahagiakan bagi Ardi dan Rehan.
Belum sampai anak-anak Sekolah Dasar ini masuk pada jam pelajaran pertama. Daganganya sudah habis terjual, karena saking bahagianya dia beberapa kali mencium kening anaknya.
"Yuk pulang nak." ajak Ardi dengan tersenyum puas.
Tanpa sadar, beberapa sorot mata menatap punggung keduanya dengan sangat geram.
"Siapa dia?!"
"Enggak tau, tapi benci juga aku liatnya."
"Nanti kita usir aja, bila perlu kita sewa preman kalo dia tidak mau pergi nanti."
"Iya setuju."
Beberapa penjual merasa risih dengan kehadiran Ardi. Mereka tidak suka jika ada penjual baru malah lebih laris dari pada jualan mereka.
Sementara itu, Ardi membeli puluhan balon terbang yang seharga lima ratus perakan. yang akan ia berikan kepada anak-anak yatim piatu yang berada di panti asuhan tempat dia besar dulu.
Kegiatan ini sudah ia sering lakukan, jika ia ada rejeki lebih. Kadang-kadang, dia membeli puluhan baju murah untuk di sumbangkan kepada anak-anak panti. Kadang juga memberikan beberapa uang kepada panti asuhan ini.
Ini sebagai tanda rasa syukur dan rasa terima kasihnya kepada panti asuhan yang telah menampungnya dulu. Setelah sampai di panti asuhan, Ardi di sambut dengan riang oleh anak-anak panti.
"Tenang.. Balonya masih banyak, jangan berebut." seru Ardi mengingatkan. Rehan yang memiliki banyak teman di panti asuhan segera bermain dengan teman-temanya.
Ibu kepala panti yang mendengar kedatangan Ardi segera ikut mengingatkan anak-anak yang bandel agar tidak saling berebut. Setelah di bagikan keseluruhan, Ardi berbincang-bincang dengan ibu kepala panti yang sudah ia anggap sebagai ibunya sendiri.
"Buk, ini ada sedikit rejeki untuk adik-adik panti. Tolong di terima yah." ucap Ardi sambil menyodorkan beberapa lembar rupiah kepada ibu kepala panti.
Ibu Idah tersenyum lembut sambil mendorong tangan Ardi. "Nak, sudah ibu bilang. Nak Ardi enggak usah repot-repot sama adik-adik panti di sini. Masih banyak para dermawan yang mau memberikan lebihan rizki mereka kepada anak-anak."
"Buk! Kalau adik-adik enggak butuh. Sudah Ardi bilang ini ya untuk ibu. Ibarat anak aja yang mu ngasih orang tuanya, masa enggak boleh."
"Udah untuk Rehan aja, Ibu tau kamu yang lebih butuh saat ini."
Ardi terdiam untuk beberapa saat, dia bergumam dalam hati. Berarti ibu Idah sudah tau jika dirinya sudah tidak berjualan sayur lagi.
"Udah untuk Rehan aja ya nak. Ibu maksa loh, masa cucu ibu harus kurang jajanya sih?!"
Pernyataan ibu Idah membuat Ardi tersenyum, itu mengingatkan dia, bagaimana putranya rewel jika meminta di belikan sesuatu seperti mainan tau makanan.
"Baiklah bu, Ardi simpen."
Setelah puas bermain dan beristirahat di panti. habis waktu isya, Ardi berkemas dan pergi pulang ke rumah sambil membopong tubuh Rehan yang tertidur akibat capeknya bermain.
Setelah sampai di rumah, Ardi menyiapkan bahan-bahan yang akan ia olah untuk di jual di pagi hari nanti.
................
Pagi hari pun tiba, dia selesai berkemas dan siap untuk pergi berjualan lagi. Namun, sesampainya di tempat. Ardi sudah di hadang beberapa orang preman dan penjual lama di Sekolah Dasar tersebut.
"Ada apa ini?!" tanya Ardi panik.
"Mulai sekarang mas enggak usah jualan di sini lagi. Kalo mau jualan bayar perbulanya satu juta?!" tegur salah satu penjual di situ.
"Loh kenapa? Saya kan tidak mengganggu jualan bapak-bapak di sini. Lagian, saya bayar buat apa. Orang saya enggak memakan tempat di sini permanen." ucap Ardi yang tidak terima jika dia harus di usir.
"Kami enggak mau tau, Masnya harus pergi. Gara-gara mas jualan saya kemaren enggak banyak laku." tambah penjual itu semakin ngotot.
"Rejeki sudah di atur Allah masing-masing pak?! Bapak enggak boleh kayak gini."
"Banyak bacot lu." salah satu Preman tiba-tiba langsung menyerang Ardi sampai tersungkur di jalan. Barang daganganya di tendang dan di acak-acak dengan sejadinya.
Rehan menangis histeris melihat ayahnya di pukuli para preman. Namun, setelah puas di pukuli dan barang daganganya di hancurkan. Tidak ada satu orangpun yang menolongnya dan malah seakan menganggap penganiyayan itu sebagai tontonan belaka.
Dengan menahan rasa sakit, dia segera menarik tubuh Rehan untuk di peluk dan menenangkanya. Ardi lebih mengkhawatirkan mental Rehan setelah melihat kekerasan yang terjadi di hadapanya barusan.
"Udah.. Ayah enggak papa, pulang yuk?! Entar di jalan kita beli Bakpia yah." dengan polos Rehan mengangguk-ngangguk menyetujui ajakan ayahnya.
Dia membereskan barang-barang daganganya yang hancur. Agar tidak mengganggu orang yang lewat nanti, Ardi menggendong tubuh Rehan. Dan berjalan pergi meninggalkan tempat yang seterusnya ia tidak akan datangi lagi.
Di tengah jalan, Ardi merogoh kantong celananya untuk membelikan Bakpia kepada putranya. Namun, hanya tersisa beberapa lembar uang dua ribuan yang ada di kantong celananya tersebut.
Rasa sakit di sekujur tubuhnya langsung menghilang, setelah menyadari anaknya yang malah tertidur di punggungnya. Dia ingat jika pagi ini Rehan belum sarapan sama sekali, hatinya merasa terluka saat sadar putranya malah melihat kejadian yang tidak pantas terjadi di depan putranya ini.
'Nak! Maafkan ayah yang serba kekurangan ini. Namun, untuk kamu. Jika kulit di tubuh ini harus ayah jual. Ayah akan jual jika itu untuk memenuhi semua kebutuhan kamu.'
Air matanya merembes keluar membasahi pipi. Dia sudah tidak memperdulikan tanggapan orang-orang yang melihatnya saat ini.
"Mas.. Ya Allah kenapa mas?!" tanya Arifin yang terkejut melihat Ardi menangis sambil menggendong Rehan.
Setelah di antar sampai di rumahnya. Ardi menceritakan musibah yang ia dapati hari ini. Mendengar hal itu, kemarahan Arifin langsung memuncak.
"Kita laporkan saja mas?! Ini penganiyayaan namanya." teriak Arifin yang kesal mendengar cerita sahabatnya.
"Udah, jangan di perpanjang. Besok saya cari tempat lain saja." mendengar jawaban yang aneh dari mulut Ardi. Arifin hanya mendengus kesal karena Ardi justru mengalah, jika hal itu terjadi pada dirinya mungkin orang-orang itu akan ia tuntut dan ia jebloskan ke penjara satu-satu.
"Tapi, mas ada modal buat jualan lagi enggak. Katanya hari ini modalnya mas tambahin?!"
Mendengar hal itu, Ardi baru sadar jika dia sudah tidak memiliki uang lagi untuk berjualan. Arifin yang melihat sahabat baiknya yang diam dan kebingungan.
Dia menawarkan sebuah saran pekerjaan yang mungkin akan cocok untuk Ardi nanti. "Gini aja mas?! Saya punya kerabat yang kerja jadi kepala Office Boy, di PT Harapan. Kalo mas minat nanti saya hubungi kerabat saya itu."
"Apa bisa ya?! Masuk di perusahaan sebesar itu. Tanpa adanya tes dan hal lainya?"
"Tenang, kemarin saudaraku yang malah nanyak ada temen yang mau kerja enggak. Mungkin masih ada kesempatan buat mas."
"Tapi, untuk jalan aja aku susah. Gimana mau kerja di perusahaan yang sebesar itu?!"
"Udah mikirin itu nanti aja. Ingat Rehan mas?! Ingat anak mu."
Kata-kata Arifin kembali membuat Ardi terdiam. "Baiklah nanti kalo ada kabar baik tolong sampaikan ke saya ya mas."
"Mas Ardi jangan khawatir."
Tanpa Ardi percayai. Besok dia akan mulai bekerja di perusahaan ternama di indonesia. PT Harapan, PT yang termasuk perusahaan industri dan pangan yang cukup besar di indonesia.Memiliki enam puluh cabang yang tersebar luas kepenjuru kota di indonesia. Salah satunya di Jogja tempat kelahiran Ardi sekarang. Seragam kerja langsung datang setelah mendapatkan kabar di terima di perusahaan tersebut, sorenya langsung di antar oleh kerabat Arifin yang menjabat sebagai ketua Cleaning Servis di sana."Mas Ardi nanti di tempatkan khusus loh mas?! Mas cuman membersihkan kantor CEO di sana, dan yah. Beruntungnya Mas Ardi, nanti mas bisa di kenal sama Ibu Lia."Ardi terdiam untuk beberapa saat. 'Apa orang cacat seperti ku tidak masalah yah! Jika bekerja langsung di hadapan bossnya?!' batin Ardi kurang percaya diri."Mas?!" sahut kerabat Arifin sekali lagi."Eh iya, Mas.""Jangan panggil mas terus mas Ardi. Saya oranganya kurang nyamanan jika di panggil mas."
"Kenapa anda menatap saya seperti itu?!" bentak Lia."Maaf bu, saya hanya terpukau dengan kecantikan ibu.""Kau kira! Dengan berkata seperti itu aku nanti akan menyukaimu?! Sejujurnya tidak ada satu wanita normalpun yang mau dengan seorang lelaki, yang untuk berjalan saja kesusahan."Ilham memberikan sebuah isyarat untuk diam. Ardi akhirnya paham, kenapa banyak Cleaning cervis yang bekerja di ruangan CEO ini sering di ganti. Ardi menduga jika semua Cleaning Cervis itu di pecat tiba-tiba karena tuan mereka tidak suka.'Aku, lain kali harus berhati-hati.'"Ingat jangan bicara sembarangan, jika masih ingin bekerja di sini." Lia kembali mengingatkan dengan ancaman khasnya. Tatapan mendominasi Lia, sunghuh membuat Ardi ketakutan."Sekrang mulailah bekerja!? Pak Ilham anda boleh segera pergi dari ruangan ini.""Baik bu." jawab Ilham dengan langsung pergi meninggalkan k
"Supaya adik enggak marah lagi. Kakak harus apa?" Lia terus merayu, mencoba membujuk Rehan agar Rehan tidak menjauhinya."Kakak jangan marahi ayah lagi." jawab Rehan sambil berlari ke arah belakag kaki Ardi untuk bersembunyi. Meskipun dia masih kecil, perasaan malu pada orang lain bisa ia rasakan. Dia sangat takut meminta sesuatu dari orang yang baru ia kenali."Iya.. Kakak janji enggak akan marahin ayahmu lagi." Lia mengulurkan jari kelingkingnya, sebagai tanda jika Lia menyetujui permintaan Rehan. Ardi, membimbing Rehan untuk menerima ikrar janji keduanya.Setelah saling mengaitkan jari kelingking, akhirnya Rehan mau menerima eskrim pembelian Lia. Ardi lalu ijin untuk pamit, agar memikirkan kesalahanya hari ini, dan di kemudian hari dia tidak melakukan kesalahan lain lagi.Setelah Lia kembali masuk ke ruanganya. Pandagan mata, yang sedari tadi iri dengan sikap Lia terhadap putra Ardi, ada yang berpikir besok
Jam menunjukan pukul 00:21 WIB. Ardi beranjak dari tidurnya, dia pergi ke kamar mandi mengambil air untuk berwhudu dan sholat tahajud. Di tengah sujud terakhir, Ardi memperpanjang waktu sujudnya.Dia menangis dan bersimpuh pasrah akan hidupnya. 'Sesungguhnya ibadahku, dan sujudku, hidupku, serya matiku hanya untuk mu ya Tuhan. Maafkanlah hamba yang lemah akan semua cobaan yang telah kau beri. Kuatkanlah hambah untuk lebih pasrah dan berserah diri.'Di pengakhir doanya dia mendoakan masa depan Rehan, agar lebih baik. Ardi yakin, suatu saat nanti. Hidup Rehan pasti akan berbeda dengan dirinya.................Di pagi hari, seperti biasa Ardi datang paling pertama di tempat kerja. Dia membersihkan semua ruangan atas dan bawah, dengan telaten dan sabar."Kenapa kamu mengerjakan semuanya sendirian?" Lia yang tiba-tiba datang pagi, terkejut dengan
Lia menelvon ke Ardi, setelah mendapatkan kabar jika Ilham mengalami kecelakaan. Setelah sadar, Dia langsung menceritakan kesalahanya dan ingin bertemu dengan Ardi untuk meminta maaf.Lia menanyakan prihal kebencianya kepada Ardi dengan alasan apa? Padahal dia sendiri yang merekomendasikanya. Ilham bercerita dia dan rekan-rekan kerjanya yang lain, sangat iri dengan kedekata Ardi dengannya.Setelah memahami situasi, Lia pergi duduk di ruang tunggu. Dia juga merasa aneh dengan sosok Ardi, biasanya dia akan bersikap sangat dingin kepada seorang pria. Namun, bukan hanya Rehan saja yang membuat hatinya suka.Sosok Ardi pun mampu membuatnya cukup nyaman, karena dia tidak seperti lelaki kebanyakan. Hampir semua lelaki yang mendekati Lia, pasti akan berpikiran buruk terhadapnya.Banyak dari mereka yang hanya memandang harta miliknya saja. Jika seorang lelaki itu tau sosok asli Lia, pasti mereka akan berpura-pura sok peduli dan perhatian. Itulah kenapa Lia merasa risi
Ketika jam menunjukan 06:34 WIB, Ardi telah sampai di perusahaan. Di sana, Lia juga sampai dan mengajak Ardi serta anaknya untuk ikut ke rumah sakit. Lia memberikan sebuah kejutan kepada Rehan."Adik, tutup mata dulu! Satu.. Dua.. Tiga.." saat Rehan membuka kedua matanya, dia tersenyum puas. Tanpa rasa malu, Rehan langsung memeluk tubuh Lia dengan tiba-tiba.Ardi yang melihat itu panik, dia segera menasehati putranya."Nak.. Jangan kayak gitu.." belum selesai Ardi berkata Lia segera memotongnya."Udah, biarin aja. Rehan mau duduk di mana? Di depan sama kakak! Atau di belakang sama ayah?""Sama kakak." dengan antusias, Lia segera membukakan pintu. Rehan sudah merasa sangat akrab dengan Lia, dia sudah merasa bahwa Lia bukanlah orang asing baginya.Rehan terus bertanya di setiap jalan, dengan riang. Namun, Lia justru merasa lebih senang dan nyaman dengan suasana ini. Beda dengn Ardi yang melihat dari belakang, dia justru merasa kurang nyaman. Dia mer
Lia terus memasang wajah kesal di dalam mobil. Setelah kedatangan Joong Won, Lia langsung pergi ke asal masalah kemarin. Dia mendatangi rumah ibunya yang kini menikah dengan lelaki selingkuhanya.Ayah Lia sangat ketat dengan agama. Dulu ibu Lia, sering di tampar oleh almarhum ayahnya. Lia yang dulu tidak memahami situasi, akhirnya sangat benci dengan ayahnya yang hanya memikirkan masjid dan yayasan Madrasah yang ayahnya kelola.Tapi setelah ibu Lia tiba-tiba kabur dari rumah, dan menikah dengan selingkuhanya. Lia akhirnya sadar jika yang selama ini ayahnya lakukan itu ternyata benar.Almarhum ayah Lia, sudah mengetahui istrinya yang sudah berbuat serong dengan laki-laki lain. Dia memarahi ibunya karena kasian dengan Lia yang masih kecil, sudah beberapa kali ayahnya, meminta ibu Lia untuk tidak melanjutkan hubungan terlarang itu dengan bahasa yang cukup baik.Bahkan almarhum ayahnya berjanji akan menceraikanya,
Lia tiba-tiba pingsan saat Ardi memanggilnya. Ardi yang panik segera berlari ke arahnya, dia langsung membawa Lia ke ruanganya di temani Rehan dan supir pribadi Lia.Dengan telaten, Ardi mengompres kenig Lia. "Pak.. Boleh aku meminta bantuamu?""Apa itu mas?""Toong belikan bubur untuk Bu Lia.""Baiklah."Supir pribadi Lia segera beranjak dan mencari bubur untuk atasanya. "Nak! Temani bu Lia dulu yah.. Ayah mau ngambil air." Rehan lalu duduk di samping Lia dan menggenggam telapak tangan Lia dengan perhatian."Kakak sakit yah kok badan kakak sangat panas!""Kakak enggak apa-apa. Adik jangan sedih ya." dengan suara lirih, setelah tersadar Lia membalas dekapan tangan Rehan."Nanti Lehan enggak nakal lagi." saat Ardi sakit, jika Rehan berjanji. Dia akan berubah, seketika besoknya Ardi pasti akan sembuh. Rehan, berpikir jika ia meminta maaf dan berjanj
Setelah kejadian itu, hubungan antara Lia dan Bu Dini semakin baik. Lia bahkan sudah mau untuk tinggal satu atap dengan orang tuanya, saat dia hendak berangkat ke tempat kerja. Lia selalu di titipi oleh orang tuanya beberapa makanan untuk di berikan kepada Ardi dan Rehan.Bu Dini sangat berterima kasih kepada Ardi, sampai-sampai kegiatan seperti itu di lakukanya setiap hari. Hati Lia yang juga mulai terbuka untuknya, tanpa kerepotan dia selalu mampir pagi untuk memberikan makanan yang di titipkan ibunya.Pagi ini, dia sudah berada di dapur rumah Rehan. Dia memotong-motong sayuran di hadapanya dengan rapih. 'Mas Ardi bangun pasti kaget,' dengan penuh antusias dia memotong semua bahan yang akan ia jadikan lauk sarapan pagi.Dia menyalakan kompor di hadapanya, satu demi satu Lia memasukan semua bahan yang harus ia masak ke dalam wajan. Setelah beberapa menit akhirnya masakanya jadi dengan sempurna, dia kembali mencicip sedikit masakanya.'Lumayan
Ardi tidak bisa berkata-kata lagi, pantas saja Lia pegitu dingin dan angkuh terhadap orang lain. Karena kurangnya kasih sayang yang ia rasakan selama ini, mungkin itulah penyebab yang membuatnya selalu berusaha untuk terlihat tetap kuat meski harus berdiri sendiri.Dia akan mengesampingkan perasaanya demi tujuan hidup untuk sebuah pembuktian. Ardi seakan mengerti perasaan kecewa yang di rasa oleh Lia selama ini. Karena nafsu, orang rela menjauh dari tuhanya dan melakukan semua hal, meski itu sudah di luar batas yang telah di tentukan kepada setiap manusianya.Ardi menghela napasnya cukup panjang, dia lalu berdiri dan memegang lembut pundak Ibu Dini dan Pak Alfred. "Saya yakin akan membuat keluarga kalian utuh kembali." Ardi menatap mata keduanya dengan penuh percaya diri. Sentuhan tanganya langsung di balas oleh kedua pasangan suami istri ini."Aku sangat berharap banyak padamu nak." Bu Dini yang sudah tidak kuasa menahan ras
"Dulu, aku pernah bertemu Nayla. Di rumah sakit! Dia menyuruhku untuk menjadi ibu sambung bagi Rehan."Lia kemudian menceritakan masa lalunya, saat dia di jebak oleh Joong Won sampai bertemu Nayla di Rumah sakit kepada Ardi. Ardi yang mendengar semua ceritanya langsung terenyuh, sampai dia bisa merasakan perasaan apa yang selama ini Lia rasakan.Sebelum Nayla meninggal, Nayla pernah menceritakan kisah seorang wanita yang bernasib sangat buruk dan sedih. Nayla ingin mengajak wanita itu untuk bertemu dengan keluarga kecilnya saat itu, namun meski Tuhan telah menemukan keduanya, Nayla justru telah pergi sangat jauh meninggalkan mereka."Ibu tau, Nayla juga saat itu ingin bertemu dengan ibu. Dia bercerita, dia bertemu seorang wanita cantik di rumah sakit! Dia berkeliling memberikan semangat kepada setiap ibu di sana. Yah, meski sekarang Nayla malah telah pergi jauh dari kita." Keduanya merasakan kesedihan serupa.Karena suasana hatinya yang tengah rapuh, Lia mend
Lia menawarkan kembali untuk bekerja di perusahaanya, dan dia di janjikan libur khusus untuk Ardi. Namun, Ardi menolak karena ia beralasan jika ia sudah mendepatkan pekerjakan yang baru dari teman dekatnya.Lia menatap Ardi dengan rasa kecewa, namun sebisa mungkin ia tidak menunjukan hal itu kepada Ardi. Dia menyalahkan dirinya sendiri atas semua keputusanya yang salah, sudah lama dia tidak merasakan kehilangan seperti ini, Lia mengepalkan tanganya kesal.Saat Lia tengah di lema, Rehan terbangun dari tidurnya. Dia secara mengejutkan memanggil nama Lia setelah ia sadar dari operasinya."Kak Lia! Kaka baik-baik saja?" dengan wajah lesunya Rehan memandangi Lia dengan nanar."Kaka sehat kok, adik istirahat dulu aja. Kalo adik sudah sehat mau kaka beri hadiah loh!""Mau kak. Lehan sayang kak Lia.""Kaka juga sayang Rehan." perasaan Lia kembali tenang, Dia langsung memberikanya sebuah
Di jalan sikap Rehan benar-benar aneh, tidak biasanya dia memaksa ayahnya lewat jalan yang hening yang jauh dengan orang-orang, Rehan semakin berteriak jika Ardi tidak menurutinya.Ardi dengan sabar terpaksa mengikuti semua kemauan putranya, saat tiba di jalanan yang lenggang itu. Dari kejauhan Ardi melihat sebuah mobil yang terparkir sembarang, awalnya dia tidak terlalu peduli. Namun saat dia tiba di samping mobil, sebuah teriakan yang lirih terdengar di telinganya.Dia meminta Rehan untuk bersembunyi di balik mobil, dia lalu diam-diam memeriksa Gang yang ia tahu itu adalah Gang buntu di sana, biasanya tempat tersebut di pakai anak-anak remaja nakal untuk pacaran. Perlahan-lahan Ardi bergerak tanpa suara, suara teriakan lirik seorang perempuan itu semakin jelas di dengarnya.Dia mengintip di balik dinding, dengan menopangkan punggungnya di sana. Wajah Ardi langsung berubah serius, tengah terjadi pemerkosaan di sana.
Keduanya terkekeh ketika mereka membahas masalalu, Ardi mulai mengiat masa-masa kuliahnya sekarang. "Mas kerjanya gimana?" tanya Hani penasaran."Aduh, tadinya aku enggak mau bahas ini! Aku baru di keluarkan Han! Aku enggak sengaja hapus semua data kantor.""Apa? Masa juara Information Technology, bisa enggak sengaja hapus semua data gitu.""Akupun kurang tau, ya mungkin! Karena aku udah lama enggak megang komputer kali. Kalo kamu Han! Sekarang sibuk apa?""Aku kebetulan, sudah punya yayasan. Ada TK sampai SMA.""Wah udah sukses ya sekarang. Kalo Nayla tau, dia akan senang mendengarnya." wajah Hani berubah pilu, dia sangat berduka mendengar kematian sahabat baiknya.Ardi merasa bersalah, dengan melihat raut wajah yang di tunjukan Hani. "Ini bukan salahmu! Semua ini memang sudah jalan hidup kita Han. Kamu jangan sekali-kali menyalahkan dirimu oke.""Makasih mas."
MASA LALU HANI..Persahabatan ketiganya, semakin dekat. Hani yang tergolong keluarga kaya, sering mendonasikan harta miliknya kepada panti asuhan yang Ardi tempati dia juga sering mampir bahkan sampai akrab dengan Bu Idah.Tapi semakin hari, Nayla semakin lama semakin dingin sikapnya dengan Hani. Dia sering di dapati hanya berdua dengan Ardi, saat Hani melihat gelagat mereka. Perasaan marah dengan Nayla semakin muncul di dalam hatinya.Pernah, Hani mengikuti mereka berdua diam-diam dari belakang. Nayla kedapatan mengajak Ardi ke sebuah bioskop untuk menonton bersama. Hani tentu menjadi semakin kecewa dengan Nayla, karena sikapnya seperti itu.Demi membalas perbuatan Nayla, Hani juga diam-diam sering berdua dengan Ardi. Namun, saat dia mengajak Ardi untuk menonton di sebuah bioskop. Ardi malah mengatakan hal yang membuat hatinya sakit. "Kenapa Nayla tidak kita ajak?!" tanya Ardi penasaran.Karen
MASA LALU HANI.Dulu Hani tidak kenal Ardi dan Nayla. Dia sangat dingin dan acuh kepada orang lain, kepopuleranya membuat semua orang yang dekat denganya pasti memiliki niat lain yang tidak tulus kepadanya.Sehingga membuatnya, selalu memilih menyendiri di bangku sekolahnya sampai berada di banku kuliah. Hani lahir dari keluarga kaya, dan selalu menjadi anak yang tercantik di kelas. Para pria akan mengejar-ngejarnya, para perempuan pasti akan membencinya.Itulah keseharian yang di lewati Hani. Namun, saat dia kenal dengan Nayla. Sikapnya yang dulu tidak percaya dengan orang lain mulai berubah. Dia lalu berubah menjadi sosok yang periang dan selalu ramai.Suatu hari, Hani terserempet sebuah mobil. Sampai ia terjatuh di sebuah sungai tanpa ada orang lain yang menyadari. Karena dia tidak bisa berenang, dia hampir tenggelam ke dalam sungai tersebut.Dia terus berusaha agar tidak semakin tenggelam dan bisa naik dari air, meski semakin lama tenaganya semakin
Seperti biasa Ardi dan Rehan sudah siap untuk berangkat ke tempat kerja. Hari ini Ardi tidak membuat makanan untuk sarapan. Kali ini, dia mau makan di rumah makan saja. Sudah satu bulan Ardi bekerja dan pagi ini dia baru menerima gaji.Senang dan bahagia rasanya, Ardi sangat bersyukur dengan apa yang ia terima hari ini. Setelah selesai bekerja dia akan membeli banyak coklat dan balon untuk anak panti.Selesai makan, Ardi langsung mengajak Rehan untuk pergi, di tengah jalan saat dia menjawab puluhan permintaan dari Rehan. Dia melihat ada seseorang yang tengah bercengkrama di kafe yang sebenarnya baru di buka.Dia sedikit penasaran karena di sana ada orang yang sangat tidak asing baginya. Setelah beberapa menit melihat, dia sadar jika itu salah satu pegawai kantor di perusahaanya. Dia bercengkerama dengan orang yang juga Ardi kenali, dia adalah pria korea yang kenal dengan bossnya yaitu Joong Won."Ayah! Ada apa kok berhenti?""Tidak apa-apa, ayok jalan l