Mendengar ucapan sahabatnya, Mahendra pun merasa sangat tidak enak hati. Semua orangtua pasti sudah berusaha mendidik anak-anak mereka dengan baik, walau terkadang banyak juga orangtua yang tidak peduli pada anak-anak mereka.
"Aku pun gagal mendidik putriku satu-satunya, kau tidak perlu menyalahkan dirimu sendiri." Mengatakan itu bermaksud untuk menenangkan Mahesa.
'Aku bingung terjebak di antara masalah rumit orang lain,' batin William yang merasa asing di sana.
"Aku pamit pulang sekarang dengan membawa putriku kembali, sampai bertemu di hari pernikahan anak kita." Mahendra menepuk bahu sahabatnya pelan. Dia tidak mau menyalahkan orang lain karena dirinya sendiri tidak lebih baik dari orang itu.
"Kenapa buru-buru sekali?" Mahesa seakan masih ingin menahan mereka lebih lama di rumah itu.
"Seharusnya aku sudah pergi dari sini atau bahkan tidak menginjakkan kaki di sini kalau bukan karena putriku." Perkataan Mahendra sontak membuat semua
"Anda terlihat sangat bahagia, Tuan. Saya bahkan masih tidak menyangka kalau Anda akan benar-benar menikah dengan nona Mega hari ini." Kim berkomentar. Pria itu sedang duduk di salah satu sofa di ruangan tempat Alex bersiap.Setelah beberapa hari tidak menampakkan diri di hadapan tuannya karena masalah pekerjaan. Tiba-tiba saja dia diminta menemui Alex dan mendapatkan sebuah undangan pernikahan yang tertulis nama Alex sebagai mempelainya.Terkejut! Itulah hal pertama yang dia rasakan ketika mendapat undangan pernikahan itu. Kim bahkan langsung bertanya-tanya siapa wanita yang akan Alex nikahi. Namun, setelah dia membaca nama yang terukir indah di kertas undangan itu, dia semakin terkejut dan tidak menyangka kalau wanita itu adalah Mega."Tentu saja aku bahagia karena hari ini aku akan melepas masa lajang." Alex tersenyum bangga. Dia sudah tidak sabar menjadikan Mega sebagai istri sah-nya."Sepertinya Anda tidak sabar ingin segera menikahinya," sindir Kim.
"Jadi, putriku hari ini akan menikah ?" Sora sangat terkejut mendengar informasi dari orang suruhannya."Iya, Nyonya. Nona Mega akan menikah hari ini dan pernikahannya digelar dengan cukup mewah karena pria yang menikahinya sangat kaya." Orang itu meyakinkan Sora. Dia menyampaikan semua infomasi yang sudah susah payah dia dapatkan."Ini tidak bisa dibiarkan!" geram Sora. Dia melemparkan vas bunga yang baru saja dia ambil dari atas meja."Kau tahu tempat mereka akan menikah?" tanya Sora dengan nada tinggi."Maafkan saya, Nyonya. Untuk tempatnya saya tidak tahu," jawab orang itu dengan jujur karena saat dia mencari informasi, banyak sekali orang yang menghalanginya."Sial!" Sora mengacak-acak rambutnya. Dia sangat tidak suka dengan kabar bahagia itu. Mega dan Mahendra bahkan tidak memberitahunya sama sekali."Dimas sudah beberapa kali meninggalkan aku karena ingin mengejar Mega kembali, tetapi sekarang anak itu malah ak
"Dasar mesum!" umpat Mega dengan wajah merona merah seperti tomat. Tubuhnya langsung bergidik karena Alex selalu berhasil membuatnya tersipu dan teringat dengan aktivitas panas yang pernah mereka lalukan.Entah itu salah Alex, atau salahnya sendiri yang memiliki pikiran kotor. Kenapa dia harus menikah dengan pria seperti Alex yang di otaknya hanya berisi adegan ranjang. Mungkin memang sudah takdir dia menjadi bagian dari itu semua."Ya, aku memang mesum karena aku ingin segera punya banyak anak darimu." Alex menjadikan kepala wanita itu sebagai tumpuan dagunya. Ekspresi wajahnya terlihat sangat serius."A-anak?" tanya Mega lirih. Alex pernah berkata jika dirinya mungkin saja sudah hamil, tetapi itu tidak mungkin karena setelah enam bulan lamanya tidak berjumpa mereka baru melalukan hubungan lagi tiga hari yang lalu."Iya, Anak. Kau tidak akan keberatan mengandung anak-anakku, 'kan?" Alex menatap lekat pantulan wajah istrinya dari cermin rias.
"Ya Tuhan, Alex. Aku sama sekali tidak memerhatikan adik kecilmu karena aku hanya tidak sengaja melihatnya. Lagipula aku berkata begitu karena aku hanya sedang mengutarakan pendapat saja," ucap Mega seraya memalingkan wajah dan menutup kedua matanya dengan telapak tangan."Pendapatmu seperti pujian untukku dan aku sangat menyukainya. Aku berjanji akan selalu membuatmu puas dengan milikku ini, Sayang. Di sini tersimpan banyak benih berkualitas yang akan menjadi anak-anak kita nanti." Alex mengatakannya dengan sangat percaya diri seraya menyandarkan tubuhnya ke tembok kamar mandi.Mega ingin tertawa mendengar ucapan suaminya, tetapi dia tidak berani melakukannya."I-iya aku sudah tahu, kau tidak perlu mengatakannya dengan detail. Jika kau mau mandi cepatlah ke sini mendekat ke arahku agar kita cepat selesai!" pinta Mega dengan wajah merona. Dia tidak ingin menyinggung perasaan suaminya dengan menolak keinginann
"Apa kau sudah merasa puas sekarang?" Mega bertanya sarkas walau dengan suara lirih.Wanita itu mendelik tajam menatap suaminya. Namun, yang ditatap malah tertawa puas penuh kemenangan seperti manusia tanpa dosa."Sedikit puas," jawab Alex dengan wajah yang berbinar senang. Jawaban pria itu membuat Mega ingin sekali memukul wajah suaminya yang sialnya diciptakan sangat tampan."Astaga, apa kau ini benar-benar manusia?" Mega memutar bola matanya. Dia tidak tahu berasal dari mana energi pria itu."Tentu saja aku manusia, memang kau pikir siapa aku?" Alex mencubit hidung mancung istrinya karena merasa lucu mendengar pertanyaan itu."Devil," gumam Mega yang masih dapat didengar suaminya."Jadi, kau istri seorang iblis?" terang Alex yang membuat mata Mega langsung membola dan Alex kembali tertawa keras.Pasangan pengantin baru itu baru saja selesai mandi setelah menghabiskan waktu cukup lama di dalam sana karena Alex berhasil menggarap set
"Istriku sayang, aku akan bersemangat jika kau mau aku tembak dengan benih lagi," ucap Alex dengan suara serak menggoda."Jangan menggodaku karena aku akan segera tidur sekarang!" Di bawah selimut yang tebal itu wajah Mega telah memerah seperti tomat.Jantungnya berdetak tidak karuan setelah menyadari jika tadi dirinya menggoda sang suami.Oh, betapa malunya dia saat ini. Mega langsung menutup matanya rapat-rapat dan memutuskan untuk langsung tidur.Alex terkekeh seraya mengangkat kedua bahunya tidak peduli. Dia kembali menatap layar laptop dan melanjutkan aktivitasnya yang sempat tertunda, sesekali dia menoleh ke arah istrinya yang tidak lagi bergerak di bawah selimut.Ketika waktu menunjukkan pukul dua dini hari, Alex baru saja menyelesaikan pekerjaannya. Dia menguap seraya merenggangkan otot-otot tubuhnya yang kaku. Ketika matanya menatap ke arah ranjang, dia langsung tergelak ketika melihat posisi tubuh istrinya yang berantakan. Selimut tidak l
Mahendra melirik sahabatnya sekilas, dia merasa sedikit tenang dengan jaminan kebahagiaan putrinya itu."Mama juga berani menjamin kebahagiaan cucu menantuku." Oma setuju dengan ucapan putranya. Senyuman secerah mentari terlukis di bibir wanita tua itu."Terima kasih karena kalian mau menerima putriku menjadi bagian dari keluarga kalian." Nada suaranya terdengar begitu senang. Kalau begitu, mari kita lihat bagaimana hubungan mereka di masa depan," ucap Mahendra dengan seringai hangat di bibirnya."Oma berharap mereka akan bahagia selamanya sampai maut memisahkan keduanya." Oma tersenyum lembut menyalurkan kepedulian dan perhatian yang sangat tinggi kepada cucu dan cucu menantunya."Semoga saja," gumam Mahendra dengan suara berat. Masih ada kekhawatiran dalam hatinya walau sahabatnya telah menjamin kebahagiaan putrinya, hati dan pikirannya masih belum bisa tenang sepenuhnya.***Alex dan Mega bangun saat matahari sudah berada di posisi yang tin
Sesampainya di rumah Sora, Dimas langsung masuk begitu saja tanpa mengetuk pintu. Dia tidak peduli jika akan dianggap tidak sopan."Sora, di mana kau?" teriak Dimas dari ruang keluarga. Suaranya yang besar membuat Sora langsung menuju ke ruangan itu dengan wajah kesal."Di mana sopan santunmu ketika bertamu ke rumah orang?" Sora menuding wajah Dimas penuh amarah. Awalnya dia berpikir jika Dimas mungkin masih akan bersikap baik padanya. Namun, degannya ternyata sangat salah."Persetan dengan sopan santun. Cepat katakan informasi apa yang akan kau beritahukan padaku!" Dimas menatap jam di pergelangan tangannya, tidak ingin membuang banyak waktu.Sora merasa ingin memukul kepala pria itu karena sangat menyebalkan. Dalam hatinya dia mengutuk pria itu dengan sumpah serapah."Apa begini caramu bertanya kepada wanita yang sudah sering menghangatkan ranjangmu?" kesal Sora dengan kedua tangan terlipat di depan dada."Tidak usa
"Apa isi kepalamu hanya membuat bayi?" dengan sedikit kesal Mega mendorong dada Alex sehingga pria itu menjauh dan tidak lagi menindihnya. "Daripada kau hanya tidur sampai malam, lebih baik melayaniku dan mendapat pahala," balas Alex yang kini sudah pindah posisi berbaring di sebelah sang istri seraya menarik wanita itu ke dalam pelukan. Dia juga mengecup dahi istrinya lama karena merasa sangat mencintai wanita yang diperkirakan sedang mengandung anaknya itu."Lebih baik pergi ke dokter daripada melayanimu yang tidak pernah tahu waktu. Aku juga ingin beristirahat karena kamu setiap hari selalu melakukan itu," balas Mega sedikit mendongak dan menatap mata suaminya yang juga sedang menatapnya hangat. "Kalau begitu, seperti yang aku katakan tadi silakan ganti bajumu dulu kalau benar-benar memilih untuk tetap pergi!" perintah Alex lirih kemudian mencubit hidung mancung istrinya sampai sedikit memerah ujungnya. "Baiklah, aku akan mengganti pakaianku dan kita pergi ke rumah sakit karena
"Kau sudah selesai berkemas, Sayang?" Alex yang baru saja masuk ke kamar mereka langsung memeluk Mega dari belakang, menyandarkan dagunya di bahu kanan Mega yang telanjang. "Kau cantik sekali, Sayang." Alex menatap wajah cantik Mega dari pantulan cermin di depan mereka."Sudah selesai dari tadi. Kau dari mana tadi?" tanyanya lembut, walau menahan rasa kesal karena ditinggal suaminya keluar kamar tanpa diberitahu."Membicarakan masalah pekerjaan dengan papaku. Kau tahu kan kalau aku ini orang yang sibuk?" Alex mengecup leher Mega dan meninggalkan tanda merah di sana, tidak hanya satu, tetapi ada beberapa."Apa yang kau lakukan?" kesal Mega ketika melihat lehernya merah karena ulah suaminya. Dia akan sangat malu kalau sampai orang lain melihat tanda merah itu."Memberi tanda kepemilikan." Alex tersenyum manis tanpa merasa bersalah sama sekali. Dia sengaja melakukan itu dengan harapan Mega mengganti pakaiannya yang sekarang."Orang lain juga tahu kala
"Suapi aku!" pinta Mega dengan sangat manja. Dia menatap Alex dengan ekspresi wajah yang imut sehingga membuat Alex sangat gemas dengannya."Baiklah, tapi sebelum itu kau harus membasuh wajahmu dulu karena kau baru bangun tidur. Ya, walau tidurmu hanya sebentar!" perintah Alex yang dibalas anggukan oleh Mega.Alex kemudian membantu Mega berdiri dan mengantar wanita itu ke kamar mandi yang tidak jauh dari dapur. "Apa kau mencintaiku?" tanya Mega sebelum dia membasuh wajahnya."Kenapa kau bertanya tentang hal itu?" Alex menatap mata istrinya lekat, dia tidak ingin menjawabnya."Jawab saja pertanyaanku, Hubby!" desak Mega yang dibalas gelengan suaminya. "Kenapa tidak mau menjawabnya?" Mega mengerucutkan bibirnya kesal."Basuh saja wajahmu sekarang dan tidak usah banyak bertanya!" ucap Alex dengan nada datar.Dengan menahan perasaan kesal Mega langsung membasuh w
"Oh, Hubby ... kenapa kau terlihat sangat tampan jika sedang fokus seperti ini." Mega beranjak berdiri kemudian memeluk suaminya dari belakang. Rasanya dia tidak ingin melepaskan pelukannya dan ingin terus bertahan dalam posisi itu."Aku memang selalu tampan di setiap waktu, Sayang. Apa kau baru menyadarinya sekarang?" Alex terkekeh dengan rasa bangga. Entah kenapa dia merasa sangat senang dipuji istrinya sendiri."Aku rasa tidak karena dulu kau tidak setampan ini." Mega menempelkan pipinya di punggung lebar sang suami. Hangat dan nyaman rasanya."Dulu kau pasti rabun," ledek Alex seraya mencubit tangan istrinya pelan."Kau yang rabun atau mungkin kaca di rumahmu yang rusak." Mega tidak mau diejek."Yang rusak mungkin kaca yang kau pakai, Sayang. Semua barang di rumahku itu mahal dan berkualitas bagus. Jadi, tidak mungkin kalau rusak." Alex membela diri, dia sangat percaya diri dan sedikit sombong."Terserah kau saja, aku m
"Kau bilang sikapku seperti seperti wanita hamil? Apa alasannya?" Mega menatap suaminya lekat. "Coba kau pikir, selama beberapa hari ini aku selalu mual-mual padahal tidak sedang sakit-""Iya, tetapi kita kan belum tahu kau memang tidak sakit atau sakit tapi kau tidak tahu," potong Mega langsung membantah ucapan suaminya."Dengarkan dulu sampai aku selesai bicara!" pinta Alex dengan nada rendah dan lembut. Dia sebenarnya tidak suka jika seseorang memotong ucapannya dengan sengaja."Baiklah ... ayo kita keluar dari sini dan duduk!" Mega berjalan keluar dari kamar mandi kemudian duduk di tepi ranjang kamar mereka.Alex memilih untuk berlutut di depan istrinya. Dia lebih nyaman bicara dengan posisi itu karena bisa langsung menatap wajah istrinya dari depan."Dengar dan jangan potong ucapanku, oke!"Mega mengangguk, dia menatap suaminya lagi dan kali ini dia diam sesuai permintaan suaminya.
"Setiap pagi kau selalu seperti ini, apa sekarang perutmu sudah merasa baik?" tanya Mega sembari memijit tengkuk leher suaminya. Sebagai seorang istri dia sangat tidak tega dan khawatir melihat suaminya selalu mual dan muntah setiap pagi.Alex hanya tersenyum sambil menganggukkan kepalanya. Wajahnya yang tampan kini terlihat sangat pucat, tetapi dia masih bersikap baik-baik saja karena tidak ingin membuat Mega khawatir."Sebaiknya kita pergi periksa ke dokter, Sayang. Aku takut lambung-mu bermasalah," usulnya penuh perhatian."Tidak perlu, aku baik-baik saja." Alex berkumur sampai mulutnya bersih. Dia terlalu malas jika harus pergi ke rumah sakit hanya karena mual biasa."Baik-baik saja itu menurutmu. Ku mohon kau menurut saja padaku karena aku sangat takut jika kau sakit." Mega menatap suaminya dengan mata berkaca-kaca."Aku tidak apa-apa, ini hanya mual biasa. Lagipula nanti siang juga akan sembuh sendiri." Alex meme
'Rasakan ini, bisa-bisanya kau masih memikirkan tentang tubuhku!' gerutu Mega dalam hati. "Akh ... Sayang!" Alex berteriak karena dia mendapat hadiah cubitan kecil dari Mega. "Iya, kenapa kau memanggilku?" Mega tersenyum simpul penuh kemenangan. Baru dicubit saja sudah berteriak, bagaimana kalau digigit coba. "Alex, kau kenapa berteriak?" tanya Oma yang terkejut karenanya. Dia menatap Alex khawatir dan penasaran. "Iya, kau kenapa?" sahut Mahendra dan Mahesa bersamaan. Keduanya menghentikan makan tatapan mereka langsung tertuju ke arah Alex. "Tidak apa-apa, tadi hanya ada serangga kecil yang mencubit pinggang ku. Jadi, aku mengadu kepada Mega," jawab Alex seraya melirik Mega yang melotot padanya. Alex tahu istrinya pasti tidak diterima disamakan dengan serangga. Namun, itu tidak masalah karena wajah kesal istrinya sangat menghibur. "Oma kira ada apa, kau sudah membuat omamu ini khawatir. Lain kali jangan begini lagi, ya!"
Rasanya ... sedikit asin karena tercampur dengan air mata wanita itu. Namun, sama sekali tidak mengurangi kenikmatannya.Mega memejamkan matanya menikmati ciuman Alex yang lembut seperti tidak ada nafsu di dalamnya."Duduk di sini dan jangan turun kalau bukan aku yang menyuruhmu!" pinta Alex setelah mereka menyelesaikan ciumannya.Alex membawa Mega duduk di pangkuannya, sedangkan dirinya duduk di kursi kerjanya. Alex tidak akan keberatan mengetik file ke laptop walau di depannya terhalang Mega."Kakimu akan pegal nanti, apa itu tidak apa-apa?" tanya Mega lirih dengan suaranya yang serak."Tidak! Karena aku akan meminta ciuman setiap lima menit sekali. Rasanya lebih menyenangkan bekerja dengan istri sendiri." Alex mengedipkan sebelah matanya dengan nakal.Mega tersenyum malu, dia awalnya berpikir jika suaminya akan marah besar dan meninggalkannya seperti dulu. Namun, ternyata Alex masih mau memaafkan dirinya.Mega berjanji akan menjadi
"Alex, aku ti-" Mega ingin menjelaskan jika dirinya tidak menyamakan Alex dengan si brengsek Dimas."Diam!" bentak Alex dengan emosi bergejolak dalam dirinya.Mega tersentak hingga dia hanya bisa menundukkan kepala seraya meremas jari tangannya. Matanya pun telah memerah dan berkaca-kaca.Alex sudah marah dan dia tahu itu, akan sangat berbahaya jika dia terus memancing emosi pria itu walau tidak disengaja.Tanpa Mega sadari, butiran air bening menetes di pipinya yang halus dan sedikit berisi. Tidak ada niat sedikitpun dalam hatinya untuk mengusap air mata itu."Kenapa kau malah menangis?" Melihat air mata di pipi Mega membuat Alex merasa iba.Apa dia terlalu kasar pada istrinya tadi. Namun, dia berpikir ulang jika wajah dia marah, suami mana yang tidak akan marah ketika istrinya sendiri meragukan dirinya. Menyamakan dia dengan pria brengsek lain yang juga tidak disukainya.Mega tidak menjawab dan masih be