Evelyn melangkah masuk ke perusahaan dengan langkah ringan dan wajah yang berseri. Senyum selalu terukir di bibir plumnya, karena Ethan akhirnya memberikan kepastian tentang hubungan mereka. Evelyn memasuki ruang kerjanya. Dan di dalam sana, Sudah ada Bella yang menunggu. Bella yang melihat kedatangan Evelyn, segera berdiri dan membungkuk. "Selamat Pagi, Nyonya," ucapnya memberi hormat kepada Evelyn. "Pagi Bella, silahkan duduk!" Evelyn duduk di kursi kerjanya. Dia menatap ke arah Bella yang berada di kursi sekretaris dengan posisi menyamping dari meja kerja Evelyn. "Oh… iya, Bella, kemarin, apa yang terjadi padamu?" tanya Evelyn saat dia mengingat insiden kemarin saat Alice mendatanginya dan membuat semua orang dalam satu perusahaan pingsan.Bella mengangkat wajahnya menatap ke arah Evelyn. "Aku juga tidak tahu, Nyonya. Saat aku keluar dan berjalan melewati koridor, tiba-tiba ada asap yang datang mengepul. Aku pikir, asap itu berasal dari petugas yang melakukan Fogging bulanan un
"Nyonya, kau menuduh tanpa bukti!"Tom berkilah. Dia tidak ingin mengakui apa yang sudah dirinya perbuat. Dengan mata yang liar, Tom berusaha mencari alasan untuk menutupi kejahatannya karena telah bersekongkol dengan pemimpin sebelumnya. "Tom, aku punya bukti. Jika kau tidak katakan yang sebenarnya, aku akan menyeret masalah ini ke jalur hukum!" sentak Evelyn melempar beberapa kertas data-data yang Evelyn bawa ke wajah Tom dengan berang. Tom tertunduk dengan gelisah. Dengan berat hati, Tom pun mulai mengakui apa yang dirinya perbuatan. Karena dirinya sadar, jika melawan pun tentu dirinya juga ikut terseret karena dia hanya mengikuti perintah atasan. "Itu semua ide Nyonya Alice! Tolong jangan diganjar hukuman yang berat," jawab Tom dengan gemetar.Lagi-lagi Alice, apakah dia tidak bosan membuat masalah? Sepertinya, wanita itu memang mencari perkara dan menyiksa dirinya sendiri dengan rencana dan masalah yang selalu wanita itu ciptakan. Satu alis Evelyn terangkat naik. "Alice?""Iya
Alice merasa marah begitu mendalam saat Elsa datang ke ruang kunjungan polisi hanya untuk menghinanya. "Kenapa kamu selalu datang hanya untuk membuat hidupku lebih buruk? Apa kau sengaja menyindirku?" ucap Alice dengan suara yang penuh amarah.Elsa tersenyum sinis, menatap Alice dengan tatapan tajam. "Itu kamu tahu jawabannya. Kok, balik bertanya?" Alice mencondongkan wajahnya lekat di wajah Alice dengan wajah yang begitu serius. "Kamu tahu, Alice, hari-harimu yang bebas akan segera berakhir. Ethan sudah memiliki bukti yang cukup untuk membuatmu berakhir di balik jeruji besi," kata Elsa dengan nada sombong.Dengan pertanyaan yang tajam, Alice membalas, "Apa yang kamu maksud dengan bukti itu? Apakah kamu berpikir aku akan membiarkanmu menghancurkan hidupku?"Alice merasa panas darahnya naik ke kepala, dan dengan gerakan yang penuh kemarahan, ia membuang buah yang diberikan oleh Elsa ke lantai. Buah itu berguling jauh dari tempatnya semula, menggambarkan betapa marahnya Alice pada saat
"Kau katakan, jika wanita menyukai bunga. Kenapa Evelyn mengamuk saat aku memberikan bunga, hah?" Ethan ingin mendapatkan jawaban pasti dari Kevin karena sudah membodohinya. Dia kesal dan begitu marah saat dirinya kembali mengingat Evelyn membuang semua bunga-bunga yang Ethan berikan. Kevin memegangi perutnya sambil menatap heran kepada Ethan. "Tu… tuan, jadi anda menendangku hanya karena bunga? Kenapa sampai Nyonya Evelyn bisa marah kepada anda, Tuan? Tidak mungkin hanya karena bunga, Nyonya bisa mengamuk!" "Itu dia, kenapa bisa? Padahal aku sudah mengikuti saranmu! Kau ingin membodohiku?"Kevin mencoba berdiri dengan tegak. "Nyonya mengamuk seperti apa? Yang aku tahu, Tuan, semua wanita itu menyukai bunga. Selain wanita itu alergi." pungkas Kevin. Ethan, mulai mengambil ancang-ancang bagaimana dirinya dimarahi oleh Evelyn dan meniru gaya Evelyn saat marah. "Kau mendoakanku mati, hah! Sialan! Brengsek! Bawa pergi semua bungamu!" Kevin mengulum tawa melihat Ethan seperti itu. Dia
"Ibu, apa yang harus kita lakukan? Jika Elsa terlibat dengan Alice, kita juga bisa terancam," kata James dengan suara khawatir.Di kediaman Kendrick, Belinda, dan James terlihat gelisah ketika mereka mendengar kabar bahwa Elsa telah menemui Alice. Mereka merasa khawatir bahwa mereka juga akan terseret dalam kasus yang masih menjadi misteri antara Gloria dan Zoldyck.Belinda menggigit bibirnya, mencoba mencari solusi. "Bagaimana jika Gloria mencurigai kita? Apakah mungkin kita juga akan membusuk di penjara?" jawab Belinda dengan cemas."Kita harus berkoordinasi dengan Ethan. Meminta perlindungannya. Bukankah, dia sudah berjanji akan menjadi tameng jika kita berhasil mengungkap foto yang diberikan oleh Ethan?" saran James dengan suara berat.Belinda mengangguk setuju. "Kita harus bertindak cepat sebelum situasi semakin buruk. Ibu akan mencoba menghubungi Ethan sekarang juga," ucap Belinda dengan tekad.Belinda segera meraih ponselnya dan mencoba menghubungi Ethan. Ingin memberitahukan j
"Nenek, kenapa kau menutup mataku? Aku tidak dapat melihat!"Raizel mencoba menepis tangan Diana yang menutup matanya. Dia ingin melihat adegan ayah-ibunya di depan sana dengan rasa penasaran. Namun Diana, semakin kuat menutup mata cucunya itu. "Tidak bisa, ini bukan tontonan anak-anak. Ayo, Nenek temani tidur. Sudah larut. Bukankah, besok kamu akan sekolah, Rai?" ujar Diana sambil memutar tubuh cucunya itu. Raizel merengek dia ingin melihat apa yang terjadi oleh ayah dan ibu. Hal tersebut membuat Diana menggendong paksa tubuh Raizel dan berlari dengan cepat membawa anak itu pergi dari taman belakang. Diana tidak ingin jika Raizel melihat adegan ciuman yang dilakukan oleh Ethan dan Evelyn. Rosalie yang masih mengintip di balik semak-semak, membuat dirinya tersenyum hangat ketika melihat Cucunya, Ethan, kini kehidupannya sedikit lebih berwarna dari sebelumnya. "Semoga ini awal untuk kamu berbahagia Ethan. Nenek berharap, tujuan akhir dari hidupmu adalah membangun keluarga kecil dan
Di dalam kamar tidur yang remang-remang, Ethan membuka mata perlahan-lahan. Dalam pandangan pagi yang samar, ia melihat sosok indah yang terbaring di sebelahnya. Matanya terbuka lebar saat menyadari bahwa itu adalah Evelyn, wanita tercinta yang berbaring di lengannya.Evelyn merasakan pergerakan tubuh Ethan dan segera membuka matanya. Wajahnya memerah saat menyadari mereka masih berpelukan erat. Dengan malu-malu, dia menyusun rambut panjangnya yang berantakan dan menatap suaminya dengan matanya yang berkilau."Ethan..." gumam Evelyn dengan suara lirih. "Maaf, semalam aku ketiduran saat mengimbangi permainanmu—"Ethan menempatkan jarinya di bibirnya, memotong kata-kata Evelyn. "Tidak ada yang perlu dimaafkan, Evelyn. Tadi malam adalah salah satu malam terindah dalam hidupku." Suaranya penuh dengan rasa cinta dan kehangatan.Evelyn tersenyum lega, merasakan cinta dan kenyamanan yang membanjiri hatinya. Dia mencubit pipi Ethan dengan lembut sebelum bergulat keluar dari pelukan erat pria y
"Tunggu... tunggu, apa yang terjadi? Kenapa kalian ingin membawanya?"Evelyn berlari saat melihat para petugas itu ingin membawa Ethan. Dengan perasaan panik, Evelyn menghampiri Ethan. Ethan, membalikkan tubuhnya saat wanita itu berlari panik ke arahnya. Di paras Evelyn, Ethan dapat melihat dengan jelas bagaimana Evelyn mengkhawatirkan dirinya. "Evelyn, aku sudah meminta kau untuk tetap menemani Raizel. Kenapa kau ke sini?" tanyanya. "Ethan, ada masalah? Kenapa petugas itu datang? Kau, tidak melakukan sesuatu kejahatan, 'kan?" Ethan meraih tubuh Evelyn di dalam pelukan, saat melihat kecemasan wanitanya. Dia menyadari jika dirinya begitu berarti bagi Evelyn. Ethan, mengusap punggung Evelyn dengan lembut mencoba menenangkan Evelyn dari rasa kekhawatiran wanita yang dipeluknya. "Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Semuanya baik-baik saja. Sekarang, kau ke kantor duluan, ya! Nanti aku yang akan mengurus masalah ini," ucap Ethan berkata lembut. Evelyn melepaskan diri dari pelukan Ethan
Beberapa minggu kemudian, keluarga ini mulai mempersiapkan perayaan ulang tahun Raizel yang ke-7 di panti asuhan yang sebelumnya dijanjikan oleh Evelyn. Tak ingin mengecewakan Raizel, Evelyn dan Ethan, Rosalie, Diana serta Kakek James saling bahu-membahu menyiapkan berbagai perlengkapan dan makanan untuk pesta tersebut."Sayang, apa kamu yakin makanan ini cukup untuk semua anak-anak di panti asuhan?" tanya Evelyn khawatir pada suaminya.Ethan tersenyum, meyakinkan istrinya. "Tenang saja, sayang. Aku sudah berbicara dengan pengelola panti asuhan, mereka menyediakan makanan tambahan jika dibutuhkan. Jadi, semua anak pasti akan kenyang."Di hari H, keluarga ini tiba di panti asuhan dengan membawa berbagai perlengkapan pesta dan makanan. Mereka disambut hangat oleh pengelola panti asuhan dan anak-anak yang tinggal di sana."Selamat datang, Tuan Ethan, Nyonya Evelyn, dan keluarga!" sambut salah satu pengelola. "Terima kasih banyak atas kebaikan hati kalian merayakan ulang tahun Raizel bers
Kehamilan Evelyn menjadi berita yang membawa berkah bagi keluarga ini. Raizel begitu bahagia ketika mengetahui akan memiliki adik. Diana dan Rosalie pun tak dapat menyembunyikan kebahagiaan mereka dengan hadirnya calon anggota keluarga baru."Seharusnya kita merayakannya!" seru Rosalie ketika semua anggota keluarga berkumpul di ruang tamu."Aku setuju!" sahut Diana, "Terlalu lama kita tidak merayakan sesuatu yang istimewa. Mari kita mengadakan pesta kecil untuk merayakan kebahagiaan ini."Semua anggota keluarga pun bersemangat untuk mempersiapkan pesta tersebut. Mereka semua bekerja sama, menghias rumah dengan balon berwarna-warni dan bunga-bunga indah. Diana dan Rosalie mengatur menu makanan untuk pesta tersebut, sementara Evelyn dan Ethan mengundang beberapa sahabat dekat mereka untuk merayakan momen bahagia ini bersama-sama."Huek!" disaat pesta sedang berlangsung, Ethan mengalami mual yang hebat. Evelyn yang melihat hal itu pun segera meletakkan makanannya dan mengusap punggung s
"Bulannya, indah, ya," ucap Evelyn saat dia dan Ethan kini duduk di atas balkon sambil menatap langit malam. "Iya, seperti kamu. Yang selalu bersinar dalam kegelapan hidup seseorang," sahut Ethan yang saat ini dirinya sedang memeluk tubuh Evelyn dengan erat dari belakang sambil memandang langit yang sama. Sudah satu bulan berlalu saat mereka melakukan perjalanan bulan madu. Dan saat ini, kebahagiaan yang mereka rasakan semakin tajam. Mereka saling melengkapi, bagaikan potongan-potongan puzzle yang sempurna."Evelyn, masih ingat masa-masa sulit yang kau hadapi?" tanya Ethan sambil tersenyum."Tentu saja, aku masih ingat bagaimana kamu menceraikanku. Aku menangis di tengah jalan saat hujan lebat. Dan, kau tidak tahu betapa sulitnya saat aku mengetahui jika aku hamil. Merangkak dan tertatih," jawab Evelyn dengan nada yang sedih. Ethan kemudian melepaskan pelukannya, berdiri tepat di depan Evelyn. "Maaf karena sikapku dulu pada separah itu. Tapi, ada sesuatu yang ingin kutanyakan," uca
"Yey! Mama sama Papa pulang, pasti Rai dibawakan oleh-oleh Adik!" seru Rai sore ini, dia tampak bersemangat. Diana datang membawakan segelas coklat panas dan beberapa cemilan ke arah gazebo di taman depan. Sambil memperhatikan Raizel bermain-main ditemani oleh Manda. "Sayang! Ayo, sini, Nenek bawakan coklat panas!" Diana berteriak. Anak itu segera menoleh, dia pun menjawab, "ya ... Nek!" Raizel berlari dengan senyum yang merekah menuju ke arah Diana, di belakangnya disusul oleh Manda. "Nenek, sebentar lagi, Mama sama Papa akan pulang, kan?" tanya bocah itu antusia. Melihat keringat dari dahi cucunya itu menumpuk, Diana segera menggosoknya dengan telapak tamgan sambil menjawab, "iya, memangnya, Rai menunggu apa?" tanya Diana. "Kata Tuan kecil, dia sedang menunggu kedatangan tuan muda dan nyonya muda. Karena akan membawa Adik!" Manda mencoba menimpali. Diana terkekeh. Bisa-bisanya Raizel berpikir kalau buat adik sama seperti kita membuat adonan kue yang langsung jadi. "Rai Sayang
Ethan melepaskan kimononya, dengan tubuh polos itu, dia melangkah ke arah pemandian air panas yang terlihat mengepul, dia segera merendamkan tubuhnya. Dan perasaan nyaman pun mengalir di tubuhnya saat air panas tersebut mengenai permukaan kulitnya. "Oh … nyaman sekali." Ethan bergumam sambil memejamkan matanya, meresapi setiap sentuhan hangat dari air.Evelyn, dengan malu-malu melangkah ke arah pemandian air panas itu dengan kimono yang masih menempel di tubuhnya.Evelyn pun melucuti kimono yang dia. Dan tubuh polos itu pun terlihat bercahaya tertimpa sinar rembulan. Evelyn pun berkata, "Ethan, aku sudah siap." Ethan yang mendengar suara Evelyn pun membuka matanya. dia dapat melihat Istrinya itu berdiri di sisi kolam pemandian Air panas dengan penuh tatap keanggunan.Ethan tersenyum lalu berkata, "Evelyn, jangan sungkan-sungkan. Kolam air panas ini akan merilekskan otot-otot kita yang tegang setelah berkelana seharian, ayo! Kemari." ajak Ethan.Evelyn tersenyum tipis, kemudian melan
Kyoto-Jepang;"Whoa, Sayang, lihat! Ini begitu cantik!" seru Evelyn sambil berlari dengan kimono di bawah pohon sakura yang sedang mekar. Ethan dan Evelyn memilih Jepang untuk bulan madu mereka. Karena Evelyn suka dengan keindahan bunga sakura. Apalagi waktu senja dari klenteng puncak Kyoto menatap ke arah gunung Fuji. Itu sebuah pemandangan yang sangat menakjubkan. "Hati-hati, nanti kau tersandung, Evelyn!" Seru Ethan. Ethan memperhatikan tingkah Evelyn itu dengan riang. Perasaannya begitu bahagia saat melihat istrinya itu begitu bersemangat. Ethan segera menyusul Evelyn. Saat berjalan beriringan, Ethan menggenggam tangan Evelyn dan berjalan di bawah pohon-pohon sakura. "Setelah ini, kita mau kemana?' tanya Ethan sambil melangkah. Evelyn merenung beberapa detik. Dia memikirkan sesuatu. "Aku ingin pergi ke kuil, Kinkaku-ji, Kiyomizu-dera, dan Fushimi Inari-taisha!" seru Evelyn dengan semangat. Ethan mengusap kepala Evelyn. "Kamu maruk sekali, ya, Sayang! Masa mau dikunjungi semu
"Ya, Sayang, itu adalah Mama kamu. Mama yang menjadi malaikat untukmu. Malaikat yang nyata yang merawatmu disaat Papa tidak berada di sisimu," ungkap Ethan peru haru. Ethan menahan tangis harunya. Saat melihat Evelyn begitu anggun. Lorong waktu kenangan dimana dia menghina Evelyn dan mengusir Evelyn layaknya seorang anjing jalanan membuat penyesalan kini merajai. Dia tidak tahu, sekuat apa Evelyn didera kesedihan saat dia mengusir Evelyn. 'Kau wanita hebat, kau layak untuk mendapatkan semuanya, Evelyn. Kali ini, aku tidak akan pernah menyia-nyiakan wanita sepertimu. Aku akan menebus semua kesalahanku di masa lalu dan membuka masa depan yang indah bersama dirimu dan Anak kita.' Batin Ethan. Sementara di tempat Evelyn, James menyambut putrinya itu dengan wajah sendu. Mengingat bagaimana dirinya memperlakukan anak angkatnya itu. Akan tetapi, Evelyn mampu berdiri tegak layaknya batu karang yang terus terhantam ombak. "Apakah kau sudah siap?" tanya James sebelum menuntut putrinya itu k
Seperti bunga yang mekar di kebun yang subur, Evelyn memancarkan keindahan yang menakjubkan dengan gaun pengantin mewahnya. Saat memandang wajahnya di cermin, ia takjub akan kecantikannya yang mempesona. Namun, di balik kilau cahaya itu, gelombang gugup bercampur dengan degupan jantung yang memekakkan telinga. Ya, ini adalah hari di mana dua jiwa akan bersatu dalam ikatan pernikahan: Evelyn dan Ethan. Asisten Evelyn yang setia, Manda, bertepuk tangan menahan kagum, sementara Diana, menahan tangis bahagia yang menggenang di dalam hatinya.Evelyn menghela nafas, dia memutar tubuhnya dan menatap ke arah Diana. "Bu, rasanya seperti ribuan kupu-kupu berseliweran di perutku, benar-benar gugup! Bagaimana kalau aku tersandung saat berjalan nanti?" ungkap Evelyn. Diana menyeka air mata, sambil tersenyum. "Evelyn, sayangku, kupu-kupu itu adalah rasa cintamu yang menjelma menjadi kegembiraan. Aku tahu kamu adalah wanita yang kuat dan semua akan berjalan dengan lancar. Percayalah, saat kamu me
"Wow, Rully! Danau ini sangat indah! Aku tidak pernah melihat pemandangan seperti ini sebelumnya!"Senja mulai menjelang di Danau Aloeran, dan langit kini tampak berubah menjadi merah jingga yang damai. Rully dan Amelia kini berdiri menatap ke arah danau yang keindahannya tersembunyi oleh rimbunnya pepohonan dan belukar. Saat mereka tiba, mereka disambut oleh angin serta gemericik air dan burung-burung berkicau bersahut-sahutan, menciptakan suasana yang begitu sempurna.Rully tersenyum dan berkata, "Amelia, ini yang ingin aku tunjukan padamu. Danau ini benar-benar tersembunyi, sangat jarang orang yang tahu tempat ini. Ini adalah tempat dimana aku menghilangkan stres dan mengagumi keindahan Sang Pencipta."Amelia menoleh, menatap pria yang berdiri di sampingnya dengan pandangan lurus ke depan. "Apakah kau sering membawa Evelyn kemari?" tanya Amelia, di hatinya terbesit sedikit rasa cemburu. Rully tersenyum kemudian menundukkan kepalanya. Mengingat betapa indah kenangan dirinya bersama