Beranda / Semua / CARAMEL CHOICE / Sekilas Dari Ingatanku

Share

Sekilas Dari Ingatanku

Penulis: Enura
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-22 19:54:42

Mungkinkah ini akhir dari takdir pilu yang ku alami. Yang terus-menerus datang tanpa welas asih, dan menggerogoti harapan tulus yang terus ku panjatkan setiap harinya. Dinginnya air sungai tidak sebanding dengan kesunyian yang ku alami.

Air ini seakan-akan berbicara kepadaku, jika dunia terlalu pemilih untuk manusia lemah seperti diriku saat ini. Gelapnya kedalaman sungai kini mulai membuaku merasakan kehampaan paling mengerikan.

“Caramel.” Dalam gelap dan heningnya sungai ini, aku mendengar satu suara yang sepertinya pernah ku dengar sebelumnya. Aku melihat seorang wanita muda berenang ke arahku. Dia menggapai tubuhku dan berusaha menyelamatkanku, tetapi aku pun tidak bisa melawan kehendak tubuhku yang lemah dan mulai menutup mata rapat-rapat.

***

“Apa kata dokter?” tanya seorang wanita dengan blazer hitam yang bangkit dari sofa, ketika seorang laki-laki masuk ke dalam ruangan ini.

“Ini buruk,” jawab laki-laki itu menggelengkan kepala. Perlahan mendekati sang wanita dan memeluknya erat-erat, kemudian menatapku.

Wajah mereka tampak tidak asing bagiku, namun aku tidak melihatnya dengan jelas. Sepasang suami istri dengan cincin pernikahan di jari manis mereka, kemudian menghampiriku yang tergeletak lemas di atas kasur tosca.

Sang wanita menyalahkan dirinya atas kejadian yang menimpaku, begitupun dengan laki-laki yang bersamanya. Mengedipkan mata beberapa kali untuk memberi tanda bahwa aku baik-baik saja, ternyata tidak begitu berguna untuk menenangkan mereka.

Sesaat kemudian, perawat masuk ke ruangan kubus ini dan menjemput mereka dengan raut wajah yang tidak biasa. Tubuhku yang tidak berdaya terus berusaha untuk bangun dan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.

“Caramel,” panggil seseorang yang baru saja masuk ke dalam ruangan ini. Dia tampaknya mengenaliku, dari caranya bersikap sok akrab dengan bahasa santai yang terlontarkan dari mulut tebalnya itu. Tiba-tiba, dia menyuntikkan sesuatu ke dalam cairan infusku.

Aku berusaha meronta, namun itu sia-sia karena cairan itu kini sudah menyebar di dalam tubuh lemah ini. Ketika membuka mata, aku mendapati diriku berselimut kardus tipis tepat di samping tempat pembuangan sampah jalan Serdadu.

***

“Bibi,” ucapku lirih kemudian memaksakan diri untuk membuka mata lebar-lebar. Ruangan asing ini, nampaknya tidak terlalu asing lagi bagiku. Tubuhku terguncang, tepat saat aku sadar ini adalah ruangan pria menyebalkan itu.

“Caramel, apa kamu baik-baik saja?” tanya Bisma melihatku sadar dan terbangun dengan tatapan khawatir yang jelas terukir di wajahnya.

“Mengapa aku masih hidup?” tanyaku memperhatikan sekeliling ruangan dengan nyeri kepala yang terus menyiksa diriku dari dalam.

“Jangan berkata seperti itu,” jawab Bisma kemudian memberiku segelas air dengan senyum tipis di bibirnya.

“Mengapa kamu ikut campur dengan urusanku?” tanyaku melemparkan gelas air itu, kemudian berdiri dengan tatapan marah kepada Bisma.

“Tenanglah,” pinta Bisma berusaha menenangkanku, mengisyaratkan bahwa dia menunjukkan belas kasih yang sama sekali tidak ku harapkan.

Tanpa berpikir panjang dan bertanya bagaimana bisa aku selamat dari maut itu. Aku mengambil tas dan bergegas keluar dari apartemen itu. Bisma mencoba menghentikanku, namun kali ini aku tidak ingin ada seorangpun yang ikut campur tentang pilihan dalam hidupku, termasuk dia.

***

Pukul 04.25, aku sampai di apartemenku dalam keadaan kacau. Persis setelah semua hal mengerikan itu menimpaku, bahkan untuk berdiri pun aku tidak memiliki alasan lagi. Samar-samar foto bibi membuatku terhibur dengan senyuman lebar di bibirnya.

“Bibi, kamu membohongiku. Bibi bilang jika aku menyelesaikan pendidikan dan mulai bekerja dengan layak, kita akan berlibur ke pantai bersama. Bibi menipuku,” ucapku meraih bingkai foto itu kemudian memeluknya erat-erat, seakan tidak percaya dia sudah kembali ke pelukan Tuhan.

Tanpa sadar, aku tertidur dan melupakan bahwa hari ini aku memiliki kelas penting di semester terakhirku. Ketika terbangun, aku pun bergegas untuk pergi ke kampus dan berharap kelas belum usai.

“Maaf, Pak. Saya terlambat,” ucapku menundukkan kepala tanda penyesalan dan dengan tubuh bergetar.

“Masuk dan duduklah,” balas dosen itu mempersilahkanku duduk dan mulai melanjutkan kelas yang sempat terjeda karena kedatanganku.

***

“Caramel,” panggil Rosa berlari ke arahku kemudian memelukku tiba-tiba dan membuat tubuhku terguncang karena tidak memiliki tenaga lagi.

“Ada apa?” tanyaku pelan sembari berusaha tersenyum lebar kepadanya, dan berharap dia tidak mengungkit tentang kematian bibi.

“Maafkan aku, Cara. Aku tidak tahu jika Bibi meninggal,” jawab Rosa kemudian memelukku dan menepuk pundakku halus, berharap bisa mengurangi derita yang ku pikul seumur hidupku.

Mendengar perkataan Rosa, beberapa teman seangkatanku kini meletakkan pandangannya kepadaku. Berpasang-pasang mata elok saat ini menatapku tanpa henti, baik dengan tatapan duka maupun dengki.

“Bukankah, Bibi yang dimaksud adalah wanita yang selama ini menghidupinya. Pasti dia meninggal karena pengaruh sial perempuan itu,” ucap seorang wanita dengan tatapan sinis yang ditujukan untukku, seakan-akan aku akar masalah dari musibah yang menimpa diriku sendiri.

“Pacar yang selama ini dia banggakan, ternyata berselingkuh. Aku baru menerima kabar ini dari mahasiswa fakultas teknik. Tetapi aku tidak percaya laki-laki itu berselingkuh, yang ada malah perempuan busuk itu berselingkuh,” hardik mahasiswa lainnya yang makin tidak memiliki batasan dalam ucapannya. Seperti bom waktu yang siap meledak sekaligus membinasakan targetnya.

“Tutup mulut kalian,” teriak Rosa dengan lantang menandakan kesabarannya sudah habis.

Aku tidak bisa berkata apapun dan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Bahkan saat ini untuk menopang tubuhku sendiri, aku tidak mampu dan hampir terjatuh jika Rosa tidak menopangku kuat-kuat.

Caramel… Caramel… Caramel…

Suara itu kembali datang dan membuat kepalaku mengalami nyeri yang luar biasa. Suara yang sama ketika aku tenggelam di dasar sungai, saat berniat mengakhiri hidupku. Suara itu terus membuatku tidak nyaman dan mulai terjatuh.

Rosa yang panik kemudian meminta bantuan kepada semua mahasiswa/i yang tengah memperhatikanku, namun tidak ada seorangpun yang mendekat. Tubuhku terguncang hebat dan mulai merintih kesakitan. Darah perlahan keluar dari kedua lubang hidungku, dan membuat Rosa berteriak hidteris memohon bantuan untukku.

“Caramel, ini Bunda.”

Bab terkait

  • CARAMEL CHOICE   Suara Yang Familier

    “Siapa kamu?” tanyaku menatap wajah yang berbinar di bawah cahaya rembulan.Suara itu terdengar familier di telingaku. Berdiri di bawah pohon persik dengan daun-daun yang mulai berguguran, membuatku merasa bahwa ingatanku mengingat wajah dan suasana itu.***“Syukurlah.” Bau obat yang menyengat membuatku mulai membuka mata. Jari-jemariku mulai bergerak bersamaan dengan terbukanya kedua kelopak mataku. Suasana asing dan bau yang tidak kusuka, membuatku terburu-buru untuk bangkit dan melihat keadaan.“Cara, apa kamu baik-baik saja?” tanya Rosa duduk di sebelahku, kemudian menggenggam tanganku erat-erat.“Rosa, apa yang terjadi? Mengapa aku ada di kamar ini? Tidak, kita harus pergi. Biaya rumah sakit ini, pasti akan menguras seluruh uang direkeningku,” tanyaku berusaha beranjak dari tempat tidur, dengan tubuh yang masih bergetar setelah mengetahui kamar mewah ini.“Tenanglah, semua biayanya

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-28
  • CARAMEL CHOICE   Sebuah Video

    Lobi yang tadinya ramai dengan desas desus ketika menyaksikan perdebatanku dengan perempuan itu, kini senyap seketika setelah Riko datang dan menamparku. Rosa yang terkejut melihat kelakuan Riko, berusaha menghentikannya mendekatiku dengan segala cara.“Apa kamu tidur dengan pria ini?” tanya Riko sesaat setelah menamparku keras di depan semua orang tanpa merasa bersalah sedikit pun.“Jauhkan tanganmu darinya,” larang Bisma beranjak menghampiriku, dengan tatapan marah sekaligus murka yang terlukis jelas di matanya.Kali ini, Bisma berdebat hebat dengan Riko perkara video itu. Rosa terus bertanya bagaimana keadaanku, setelah aku tahu jika video itu menyebar dengan cepat di web kampus. Kali ini, aku tidak bisa mendengar apapun. Inikah yang disebut sepi di tengah keramaian.“Caramel, jawab aku,” teriak Riko sekali lagi mendekatiku, namun Bisma menghalanginya.“Hentikan, apa tidak cukup bagimu untuk menyakitiku

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-02
  • CARAMEL CHOICE   Dunia Terlalu Pemilih

    “Apa kamu sudah melihat wanita di dalam video itu?” tanya seorang wanita sembari menyodorkan sebuah tab yang menampilkan sebuah video.“Itu hanyalah seorang gadis biasa,” jawab seorang pria dengan kacamata hitam sembari menuang secangkir teh.“Entah apa yang menganggu pikiranku. Aku hanya akan percaya bahwa kamu telah menyingkirkannya,” balas wanita itu sembari mengambil gelas yang sudah terisi dengan teh yang disajikan pria itu.***Membaca surel itu, seakan-akan membuatku berhenti bernapas. Beasiswa itu amat penting bagiku selama ini. Namun, kini aku tidak memiliki secerca harapan sedikitpun, yang singgah dalam hidupku.“Apakah ‘Tuhan’ sedang membenciku saat ini?” tanyaku pelan memandangi langit hampa yang makin membuatku kesepian.Aku mengusap air mata itu sebelum membuat mataku memerah seiring berjalannya waktu. Malam ini, aku berjanji u

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-18
  • CARAMEL CHOICE   Pria Pemilik Bar

    Kami bertatapan selama beberapa saat, sampai aku tertidur pulas karena rasa mabuk yang sudah menguasai tubuhku. Ketika bangun, kepalaku terasa begitu nyeri dan cukup membuatku memukulnya beberapa kali.“Hentikan,” ucap seseorang sembari menghentikan tanganku yang terus memukul kepala.“Siapa kamu?” tanyaku menatapnya namun terlibat kabur karena efek minuman-minuman itu.“Apa kamu tidak mengingatku?” tanyanya menatapku kemudian tersenyum lebar.Ketika aku menyadari bahwa dia adalah pria yang sudah ku pukul karena kesalapahaman itu, aku pun menutup wajahku dengan kedua telapak tangan karena merasa malu.“Apakah kamu malu?” tanya pria itu kemudian tertawa kecil sembari menyodorkan air.“Tidak, aku hanya merasa pusing,” jawabku dengan percaya diri sembari merapikan rambutku yang berantakan.“Minumlah ini,” balas pria itu kemud

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-19
  • CARAMEL CHOICE   Back To Reality

    “Aku mohon kepadamu. Putriku, biarkan dia hidup.”“Untuk apa? Dia akan menjadi penghalang putriku, seperti kamu menghalangi semua kebahagiaan dalam hidupku.”“Jika kau membunuh induk rusa, setidaknya biarkan anak rusa itu hidup, kumohon.”Jlepp…Wanita dengan rambut sepanjang baju itu menusuk seorang wanita hingga ia tidak lagi bisa memohon. Wanita berbaju putih itu mengeluarkan darah yang bercampur air hujan.“Sekarang giliran anak itu.”***“Tidak…,” teriakku kemudian terbangun dengan napas tidak beraturan.Denyut jantungku kini berdetak 2 kali lebih cepat dari sebelumnya. Aku mencium bau yang begitu familier di seluruh penjuru ruangan. Mataku terbuka dan melihat sebuah slang infus menancap di nadiku.“Caramel, apa kamu baik-baik saja?” tanya

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-21
  • CARAMEL CHOICE   Wanita di Bawah Hujan

    Aku berusaha dengan sekuat tenaga untuk terlihat baik-baik saja. 5 menit lagi shifku berakhir, aku pun mengemasi tas dan segera pergi agar semua orang tidak menyadari keanehan pada diriku.Ciettt…“Caramel,” panggil pria pemilik bar itu kemudian keluar mobil dan berlari menghampiriku.Namun, kali ini aku tidak bisa menahan rasa sakit ini. Napasku mulai tidak terkendali diikuti dengan kedua kakiku yang tidak memiliki kekuatan lagi untuk berdiri.Pria pemilik bar itu menangkapku sebelum tubuhku jatuh ke tanah, dan segera menggendongku. Namun, dari kejauhan terlihat Bisma yang keluar dari restoran melihat kejadian itu.“Tunggu,” teriak Bisma berlari ke arahku dan berusaha menghentikan pria itu membawaku bersamanya.“Apa yang kamu lakukan?” tanya pria pemilik bar itu ketika Bisma berusaha merebutku.“Lepaskan dia, aku ak

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-22
  • CARAMEL CHOICE   Tergores Anak Panah

    Sebuah tanda tanya besar kini membuatku bertanya-tanya. Bukan tentang Poppy atau rasa sakit yang ku alami saat ini. Melainkan cara wanita itu mengubah mimik wajahnya, sesaat setelah melihatku.“Caramel, apakah masih sakit?” tanya Rosa mengeluarkan obat dan menyuruhku untuk segera meminumnya.“Aku sudah baik-baik saja,” jawabku setelah menengguk obat yang dia berikan, sembari terus menatap jalanan yang dilalui mobil wanita itu.“Ayo kita pulang,” ajak Rosa sembari memegangi tubuhku.***Liburan akhir semester ini, aku akan pergi bersama MAPALA atau mahasiswa pecinta alam di kampusku. Kali ini aku membutuhkan banyak udara segar setelah mengalami begitu banyak hal yang membuatku sesak napas.“Apakah barang-barangku sudah masuk ke dalam bus?” tanya Rosa saat selesai memasukkan tenda terakhir ke dalam bagasi bus.“Aku pikir, semuanya sudah masuk

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-23
  • CARAMEL CHOICE   Siapa Mereka

    Semua orang berbaju hitam itu meminta agar Hara dan Bisma melepaskanku. Namun, mereka berdua menyembunyikanku tepat di belakang tubuh mereka, agar para bedebah itu tidak bisa menyentuhku.“Siapa kalian?” tanya Bisma menatap tajam semua orang berpakaian hitam itu satu persatu.“Pergilah jika kalian tidak ingin terluka,” ucap salah satu dari mereka kemudian memulai perkelahian.Mereka kemudian bertarung satu sama lain. Sementara kami kalah jumlah, aku harus turun tangan kali ini. Ketika hendak maju, Hara mengisyaratkanku untuk tetap di sana dan tidak terlibat. Namun, sesuatu yang sangat ku benci terjadi.“Hei, gadis muda. Kenapa kamu sangat jual mahal seperti ini?” tanya salah seorang pria sengaja manarik rambutku dari belakang.“Hentikan, berani sekali kamu menyentuku,” larangku menatapnya marah sembari mengusap rambut yang dia pegang.“Harum juga

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-25

Bab terbaru

  • CARAMEL CHOICE   Teman Masa Kecilku

    “Dia adalah sekretarisku, aku akan membawanya,” ucap Ravi dengan kuat meraihku dan membawaku pergi.Dengan tubuh yang masih gemetar, sepucuk ingatan lamaku muncul. Rasanya seperti mengalami de javu. Aku ingat, Ravi pernah berjalan bersamaku seperti ini sebelumnya.“Permisi,” ucapku kemudian berhenti ketika hendak masuk kedalam lift.“Jangan berbicara. Ikutlah denganku,” perintah Ravi kemudian melangkah maju ketika pintu lift terbuka.Pada awalnya, ku kira dia hanya ingin membawaku pergi ke unit kesehatan. Namun ternyata, dia membawaku pergi dengan mobil hitamnya. Karena parkiran mobil berada di basecamp, suara petir hampir tidak terdengar.Aku mengencangkan sabuk pengaman dan perlahan menarik napas dalam-dalam. “Ku mohon, Caramel. Tenanglah.” Aku sudah berlatih, mengucapkan kalimat itu berulang kali sejak terakhir bereaksi histe

  • CARAMEL CHOICE   SEBUAH FOTO

    Aku tidak menyangka akan bertemu kembali dengan pria kripik seblak di swalayan itu. Mungkin rasa kesalku masih tersa sampai sekarang, karena pria itu mengambil jatah kripik seblak pertama yang seharusnya jadi milikku.“Apa yang kamu lakukan di sini?” tanya pria itu sembari makan beberapa kripik seblak di tangannya.“A-ku, sedang bekerja. Bagaimana denganmu paman? Kenapa kamu ada di perusahaan besar ini?” tanyaku mengumpulkan kepercayaan diri bahwa telah di terima di perusahaan ini.“Aku bekerja di perusahaan besar ini. Dan satu lagi, aku tidak mengambil keripik seblak milikmu, tapi aku membelinya karena kamu mengizinkanku, oke,” jelas pria itu sembari membenarkan kacamatanya.“Baiklah, paman. Tapi, bisakah kamu membagi keripik itu. Aku, belum sarapan pagi ini. Karena mereka menyuruhku untuk datang pagi sekali. Aku akan menunggumu di ruangan kepala departemen pemasaran, oke,” pintaku kemudian be

  • CARAMEL CHOICE   Berpapasan

    Entah mengapa, tetapi suara-suara itu terus mengangguku. Semakin aku ingin tahu, dari mana asal suara itu, mereka justru terus berdatangan dan membuatku bingung. Hingga akhirnya, aku kembali ke fase trauma psikologi ini.“Caramel…,” teriak Bisma ketika aku pingsan di pangkuannya.Tanpa bertanya lagi, Bisma menggendongku dan segera membawaku ke ruang Kesehatan perusahaan ini. Dokter perusahaan memeriksa kondisiku, dengan catatan yang Bisma katakana, bahwa aku sering mengalami hal ini.45 menit kemudian, aku tersadar dan mulai membuka mata. Aroma ini, sangatlah nyaman, berbeda dengan ruang Kesehatan lainnya. Jari jemariku perlahan bergerak, bersamaan dengan terbukanya kedua kelopak mataku.Seseorang dengan jas dokter kemudian menghampiriku. Begitu juga dengan Bisma yang tersenyum lebar melihatku siuman.“Caramel, bagaimana keadaanmu?” tanya Bisma meme

  • CARAMEL CHOICE   Rasa Khawatir

    Rasa syukur mungkin terus terungkapkan ketika matahari mulai muncul. Semua orang menyatukan kedua telapak tangan sembari tersenyum, atau bahkan menangis untuk memuji Tuhan.Sama seperti semua orang, aku menjalani pagi ini dengan berdoa kepada Tuhan seraya menyerahkan semua hasil yang akan ku dapatkan hari ini kepadanya. Berjalan melalui lobi kantor ini, membuatku sedikit gugup sekaligus Bahagia.“Baiklah, kita akan mulai interview untuk gelombang pertama. Bagi nomor urut 1 sampai 5, silakan ikut saya,” ucap seorang wanita dengan tubuh langsing dan setelan yang terlihat cocok untuknya.“25.” Aku melihat nomor yang ada pada id card kemudian menghela napas. Ini adalah kesempatan emas bagiku, untuk mendapatkan pekerjaan di salah satu perusahaan terbesar se Asia.Kring…kring…kring…“Ada apa menelponku pagi-pagi seper

  • CARAMEL CHOICE   Aroma Kenyamanan

    Tanpa menggubris pria itu, aku pun pergi dengan keadaan kesal dan memutuskan untuk meminjam buku itu dan membacanya di rumah. Tepat ketika aku berdiri di depan mesin minuman kaleng, seseorang kembali membuatku kesal.Kling…“Kamu lagi? Apa kamu tidak bisa mengantre?” tanyaku kesal kemudian menatapnya.Dia tidak menjawab petanyaanku dan meneruskan perbuatan menyebalkannya. Ketika minuman itu sudah turun dari mesin, dia kemudian mengambilnya dan memberikannya kepadaku.“Apa maksudmu memberi minuman ini?” tanyaku terkejut saat dia menyodorkan minuman itu.“Minumlah, ini akan meredakan rasa kesalmu,” jawabnya kemudian tersenyum.“Astaga, kenapa kamu juga tersenyum? Kamu membuatku takut,” ucapku mundur beberapa langkah setelah menerima minuman itu.“Aku Ravi,” ucapnya kemudian menyodorkan tangan untuk bersalam

  • CARAMEL CHOICE   Pria Baik vs Pria Arogan

    Aku pergi ke dapur untuk memasak beberapa makanan. Karena hari semakin larut, aku mempercepat tanganku dan segera menyelesaikan masakan itu. Namun, terdengar suara barang pecah yang membuatku terkejut.Prakkk…“Bisma, ada apa? Aku mendengar suara pecahan barang,” tanyaku menghampiri Bisma yang mulai membersihkan pecahan barang itu.“Maafkan aku, aku tidak sengaja memecahkan album foto ini,” jawab Bisma meminta maaf sembari memberikan album berisi foto pertama saat bibi menemukanku.“Lupakanlah, makanan hampir siap. Sebaiknya kamu pergi dan duduk di meja makan, oke,” balasku tersenyum kepadanya dan segera mengambil sapu untuk membersihkan bekas pecahan itu.Ketika makanan siap, aku memberi posi sup yang cukup besar kepada Bisma untuk mengisi ruang kosong yang menyebabkan bunyi menganggu itu. Tentu saja, kali ini dia bahkan tidak bisa berdiri karena kekenyan

  • CARAMEL CHOICE   Kesalahan

    Melihatku terjatuh tiba-tiba tanpa penyebab yang jelas, Bisma kemudian menghampiriku dan terus melontarkan pertanyaan.“Caramel, ada apa?” tanya Bisma dengan tatapan panik melihatku terjatuh.“Ah, aku tidak apa-apa. Kalau begitu, aku permisi,” jawabku kemudian berdiri dan segera pergi ke kasir untuk membayar semua belanjaanku.Tidak ingin Bisma ikut campur lagi dalam masalah pribadiku, menghindar adalah satu-satunya jalan yang ku miliki. Seusai membayar semua itu, aku bergegas keluar dan pergi.Tepat ketika berhenti di halte bus, aku melihat Bisma berlari mendekatiku. Untung saja, bus datang lebih cepat dari langkah kakinya. Aku pun naik dan berusaha tidak melihatnya menghampiriku.“Syukurlah,” gumamku dalam hati kemudian bersandar di kursi bus.Aku memikirkan hal itu, ingatan yang terus menghantuiku. “Aish… kenapa ingatanku menjadi tidak

  • CARAMEL CHOICE   Sebuah Mimpi

    Aku bertanya-tanya kepada semua organ di dalam diriku, apakah aku pernah mengenal pria ini sebelumnya. Namun, tidak ada satu pun ingatan yang tersisa untuknya saat ini, persis saat sebuah ingatan kecil tentang mama muncul kembali.“Aaa…,” keluhku tiba-tiba memukul kepala karena nyeri yang datang secara tiba-tiba.“Kita harus ke rumah sakit,” ajak Raka kemudian mengambil ponselnya dan bersiap untuk pergi.“Tidak, bisakah kamu mengantarkanku pulang,” tolakku sekaligus permintaanku ketika bangkit dan menatap Raka dengan mata yang berusaha menahan rasa sakit.Dia pun menyetujui permintaanku dan segera mengantarkanku pulang. Tidak lupa juga, Raka menebus obat untukku dan memastikanku masuk ke dalam apartemen dan pergi ketika aku mematikan lampu malam itu.***Caramel… kamu harus lari… kamu tidak boleh mempercayai siapa pun… larilah&hellip

  • CARAMEL CHOICE   Apa Yang Aku Lupakan?

    Mendengar ucapanku itu, Rosa seakan tidak percaya dengan jawaban yang ku lontarkan. Pengakuan itu, sama sekali terasa tidak dibuat-buat. Rosa adalah satu-satunya sahabat yang tahu persis bagaimana watakku.Aku tidak akan berbohong hanya untuk menutupi permasalahan sepele itu. Namun kali ini, Rosa melihat begitu banyak harapan sejak aku menyebut kata itu. Mata yang tadinya tidak pernah mengharapkan kasih sayang, kini berubah sejenak setelah aku mengetahui bahwa orang tuaku masih hidup.“Bagaimana kamu yakin, dia adalah Mamamu?” tanya Rosa kemudian duduk di depanku dengan pandangan yang penuh tanda tanya.“Ingtanku, perlahan kembali,” jawabku pelan sembari memegangi kepala yang masih terasa sakit.“Ceritakan kepadaku,” pinta Rosa kemudian memegang kedua tanganku dengan keyakinan.Aku menceritakan semua ingatan yang perlahan ku ingat kepada Rosa. Aku mempercayainya dengan ke

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status