Home / All / CARAMEL CHOICE / Kejadian Tidak Terduga

Share

Kejadian Tidak Terduga

Author: Enura
last update Last Updated: 2021-09-22 19:49:20

Suasana kota yang tadinya dingin karena hembusan udarah malam, kini menjadi sedikit memanas karena perdebatanku dengan gadis itu. Dia terus-menerus mencelaku, karena menyebutnya wanita murahan. Aku bisa memaklumi hal itu, tetapi jika dia berani menyentuhku, tentu aku tidak akan tinggal diam.

Plakk…

“Sakit kan, itu akibatnya jika mulutmu tidak bisa di jaga,” cacinya setelah menamparku keras kemudian mengibaskan rambutnya tanda puas dengan perbuatannya kepadaku.

“Rosa, apa kamu memotret dari sisi yang sempurna?” tanyaku sesaat telah menerima tamparan tangan kotor wanita ini sekaligus membuatnya kebingungan.

“Tentu, ini sangat sempurna. Pakailah ini,” jawab Rosa menghampiriku dengan kamera dsrl di tangannya, kemudian memberikan sweater kepadaku.

“Jadi, Ketrin Anastasya. Putri tunggal dari presdir Jaya Mako, rela membagikan selebaran dengan pakaian seksi, hanya untuk tersenyum dan terawa seperti gadis murahan. Atau, kamu sedang menunggu selingkuhanmu, yang kabarnya baru bercerai dengan istrinya. Benar bukan,” kataku tersenyum kepadanya bak memenangkan lotre yang tidak datang 2 kali.

“Jaga ucapanmu,” teriak Ketrin dengan wajah memerah karena kedoknya sudah terbongkar, teriakannya itu membuat semua orang berhenti dan terus mendengarkan perdebatan kami.

“Bos, selebaranku sudah habis. Tolong tranfer gajiku secepatnya, permisi,” seruku kemudian berjalan meninggalkan tempat itu bersama Rosa, siap memulai peperangan yang sebenarnya untuk kembali bertahan hidup.

Selain bekerja paruh waktu, dan menerima pekerjaan seperti itu, aku juga bekerja sebagai penulis artikel yang cukup populer karena keahlianku. Meskipun berada di jurusan ekonomi, menulis dan mendesain adalah salah satu hobi terbaik, yang bisa menghasilkan uang untukku.

***

“Tagihan apartemen 3 bulan belum di bayar.” Amplop itu ku temukan di kotak surat, di depan apartemenku bersama dengan surat sejenis lainnya. Tunggu, jangan bayangkan ini adalah apartemen mewah yang sering kalian lihat di drama.

Ini hanyalah ruangan sederhana dengan 2 kamar, ruang tamu, kamar mandi, dan dapur serta balkon kecil untuk menjemur pakaian. Setelah rumah bibi, disita 5 tahun yang lalu dan bibi jatuh sakit, aku berusaha untuk hidup mandiri.

“Ah, aku akan melunasinya setelah artikelku terbit,” ucapku kemudian masuk ke dalam apartemen dan menaruh amplop itu di atas meja. Ketika selesai mandi, aku memanaskan makanan yang ku bawa dari restoran. Kemudian menikmatinya, sembari membuka laptop.

Tok… tok… tok…

“Permisi,” teriak seseorang sembari mengetuk pintu dengan keras bak orang yang ingin menagih utang.

“Halo, selamat malam,” sapaku kepada petugas apartemen yang terlihat kesal melihatku keluar dari dalam apartemen.

“Nona, anda belum melunasi pembayaran air dan listrik bulan ini. Aku lelah mengingatkanmu, jika akhir bulan kamu belum melunasi, kami akan memutus akses itu, permisi,” jelasnya meninggikan suara tanpa basa-basi kemudian pergi dengan langkah cepat, meninggalkanku seorang diri yang masih terkejut dengan ucapan kasarnya.

Aku masuk ke dalam lalu menutup pintu, kemudian menghela napas. Biaya rumah sakit bibi, tentu menjadi prioritasku. Tetapi, aku melupakan bahwa kehidupanku juga membutuhkan banyak biaya. Tanpa berpikir panjang, aku kemudian mencari pekerjaan sampingan lain di internet sambil melahap makanan.

***

Sepulang kuliah, aku bergegas berlari dan letakkan tasku di loker. Kemudian pergi ke akademik universitas, untuk membantu pekerjaan di sana sambil bersih-bersih. Saat selesai, aku merapikan beberapa berkas yang berserakan, kemudian duduk di kursi, karena kelelahan.

“Caramel, terima kasih,” ucap bu Sarah memberikan sebotol minuman kepadaku kemudian pergi untuk membereskan dokumen penting yang masih ada di atas mejanya.

“Sama-sama bu, saya permisi,” balasku kemudian pergi menuju loker dan bergegas untuk menerima panggilan pekerjaan.

Ketika mengambil tas, beberapa mahasiswa/i yang seangkatan denganku terdengar terus membicarakanku. Tidak asing lagi bagi telingaku untuk mendengar celotehan maupun gosip, yang terus beredar tentang diriku tanpa dasar di kampus ini.

“Lihatlah, dia selalu mencari perhatian,” ucap seorang gadis yang datang dan mulai membuka loker tidak jauh dari tempatku berdiri saat ini.

“Benar, mungkin dia ingin beasiswanya diperpanjang,” imbuh seorang lelaki yag datang bersamaan dengannya, seakan-akan tahu benar tentang kehidupanku.

“Jika kalian bergosip, seharusnya lebih keras. Bahkan tikus saja tidak bisa mendengar ucapan kalian,” balasku memandangi mereka dengan wajah datar, kemudian menutup loker dan pergi.

***

Malam ini, aku libur untuk bekerja di restoran. Ini adalah saatnya untuk mencari uang tambahan, dengan menjadi sopir pengganti. Aku selalu siap dengan pekerjaan ini, karena menurutku tidak terlalu sulit dan tidak perlu banyak bicara.

“Halo, apa kamu sopir pengganti yang saya hubungi,” tanya seorang perempuan dengan dres hitam yang ku lihat di toko beberapa saat lalu.

“Benar,” ucapku terus memandangi pakaian itu, kemudian masuk ke dalam mobil dan mengerjakan pekerjaanku.

Pukul 20.35, aku mengihitung penghasilan yang masuk di rekeningku. Rp480.000,- nominal yang lumayan untuk hari ini. Memang cukup melelahkan, namun aku menjadikan pekerjaan ini sebagai kegiatan menghibur diriku.

“Apa ini sopir pengganti?” tanya seseorang melalui telepon.

“Benar,” jawabku singkat sembari memasukkan foto bibi yang terus ku pandangi selama beberapa saat.

“Masuklah, pemilik ponsel ini sedang mabuk,” ucapnya kemudian menutup panggilan.

“Aish, bedebah itu,” ucapku mengumpat, kemudian berjalan masuk ke dalam bar dengan perasaan jengkel yang menggebu-nggebu.

Ketika sampai di dalam bar. Salah seorang bartender memberikan kode kepadaku. Dia mengatakan bahwa aku adalah sopir pengganti pria yang duduk diujung ruangan VIP. Aku pun menghampiri pria itu, dan berniat untuk segera menyelesaikan pekerjaan ini karena harus melanjutkan beberapa artikel.

“Permisi, bisa kita pergi,” ucapku berdiri di depan pria yang sedang mabuk berat itu.

“Oh iya, aku akan berdiri,” jawabnya kemudian berdiri, namun terjatuh karena terlalu mabuk tepat di depanku dan membuatku mundur beberapa langkah karena terkejut.

“Kamu, dosen muda itu,” seruku terkejut, melihat wajahnya yang tergeletak di kursi hitam dengan keadaan tidak sadarkan diri.

Related chapters

  • CARAMEL CHOICE   Dunia Tidak Selalu Baik

    Melihat dosen itu tergeletak karena mabuk, aku berniat untuk membatalkan pekerjaan ini. Namun, aku akan kehilangan rupiah jika menolak job terakhirku hari ini. Kemudian, aku meminta bantuan kepada beberapa pegawai bar, untuk membawanya masuk ke dalam mobil.“Terima kasih,” ucapku kemudian masuk ke dalam mobil. Aku mengikuti alamat yang tertera di GPS, dan segera mengantarkan dosen muda ini, agar aku bisa cepat-cepat pergi.“Tagihannya sudah masuk, silakan di bayar,” ucapku kemudian keluar dari mobil meninggalkannya yang mulai terbangun dan sesekali melepaskan kacamatanya.“Oke,” ucapnya keluar dari mobil dengan tubuh sempoyongan karena mabuk berat yang menggerogoti kesadaran dosen itu.Belum sempat melangkah, dosen muda itu kemudian terjatuh. Sebenarnya aku tidak peduli karena pekerjaanku sudah selesai. Namun, aku memikirkan banyak kemungkinan, jika dia terus tergeletak di sana.Akhirnya, aku membantunya berdiri

    Last Updated : 2021-09-22
  • CARAMEL CHOICE   Kosong

    “Itu tidak mungkin,” ucapku menutup panggilan dengan tubuh gemetar seakan tidak percaya dengan kabar .Mata yang tadinya bisa melihat dengan jelas, kini kabur seakan-akan tidak ingin melihat apapun lagi. Tubuhku terasa lemas seketika setelah mendengar kabar mengerikan itu. Telinga yang tadinya baik-baik saja, kini terus menggema keras tanda penolakan akan kebenaran yang telah ku dengar.***Aku melangkah perlahan ketika tiba di rumah sakit. Bahkan ketika aku sadar, seharusnya berlari dan menjerit sekuat tenaga pada momen ini, bukanlah sesuatu yang berguna lagi untukku. Seakan-akan aku sudah tidak memiliki harapan apapun lagi.“Caramel, apakah kamu baik-baik saja?” tanya perawat Mira berdiri di depan sebuah ruangan kaca sembari menatapku sedu.“Di mana Bibi?” tanyaku perlahan mengangkat kepala dengan tetesan air mata yang masih bergelinang deras di kedua pipiku.“Masuklah,” jawab perawat Mira me

    Last Updated : 2021-09-22
  • CARAMEL CHOICE   Tersentak Oleh Kenyataan

    Belum genap 24 jam, sejak kesedihan dan duka akibat kepergian bibi merongrong diriku. Kini aku tersentak oleh kenyataan, bahwa kekasih yang selama ini ku puja berselingkuh tepat dihadapanku bersama wanita lain.Aku terdiam beberapa saat melihat wanita itu membuka pintu apartemen Riko tanpa busana, melainkan hanya berbalut selimut putih yang tidak lain adalah kado dariku saat aniversari kami yang pertama. Ku pikir, selimut itu nantinya akan menjadikanku ratu ketika hubungan kami selangkah sebih serius.Namun kenyataannya, aku menghadiakan selimut untuk pria picik yang ku hidupi selama ini, hanya untuk dipakai bersenang-senang dengan wanita yang sama piciknya dengan dirinya.“Siapa kamu?” tanya wanita itu mengivaskan rambutnya tepat setelah melihatku terdiam dengan tatapan kosong.“Di mana Riko?” tanyaku singkat perlahan mengepalkan kedua tangan sembari menggigit bibir.“Sayang, ada yang mencarimu,” panggil wanita

    Last Updated : 2021-09-22
  • CARAMEL CHOICE   Sekilas Dari Ingatanku

    Mungkinkah ini akhir dari takdir pilu yang ku alami. Yang terus-menerus datang tanpa welas asih, dan menggerogoti harapan tulus yang terus ku panjatkan setiap harinya. Dinginnya air sungai tidak sebanding dengan kesunyian yang ku alami.Air ini seakan-akan berbicara kepadaku, jika dunia terlalu pemilih untuk manusia lemah seperti diriku saat ini. Gelapnya kedalaman sungai kini mulai membuaku merasakan kehampaan paling mengerikan.“Caramel.” Dalam gelap dan heningnya sungai ini, aku mendengar satu suara yang sepertinya pernah ku dengar sebelumnya. Aku melihat seorang wanita muda berenang ke arahku. Dia menggapai tubuhku dan berusaha menyelamatkanku, tetapi aku pun tidak bisa melawan kehendak tubuhku yang lemah dan mulai menutup mata rapat-rapat.***“Apa kata dokter?” tanya seorang wanita dengan blazer hitam yang bangkit dari sofa, ketika seorang laki-laki masuk ke dalam ruangan ini.“Ini buruk,” jawab laki-laki i

    Last Updated : 2021-09-22
  • CARAMEL CHOICE   Suara Yang Familier

    “Siapa kamu?” tanyaku menatap wajah yang berbinar di bawah cahaya rembulan.Suara itu terdengar familier di telingaku. Berdiri di bawah pohon persik dengan daun-daun yang mulai berguguran, membuatku merasa bahwa ingatanku mengingat wajah dan suasana itu.***“Syukurlah.” Bau obat yang menyengat membuatku mulai membuka mata. Jari-jemariku mulai bergerak bersamaan dengan terbukanya kedua kelopak mataku. Suasana asing dan bau yang tidak kusuka, membuatku terburu-buru untuk bangkit dan melihat keadaan.“Cara, apa kamu baik-baik saja?” tanya Rosa duduk di sebelahku, kemudian menggenggam tanganku erat-erat.“Rosa, apa yang terjadi? Mengapa aku ada di kamar ini? Tidak, kita harus pergi. Biaya rumah sakit ini, pasti akan menguras seluruh uang direkeningku,” tanyaku berusaha beranjak dari tempat tidur, dengan tubuh yang masih bergetar setelah mengetahui kamar mewah ini.“Tenanglah, semua biayanya

    Last Updated : 2021-09-28
  • CARAMEL CHOICE   Sebuah Video

    Lobi yang tadinya ramai dengan desas desus ketika menyaksikan perdebatanku dengan perempuan itu, kini senyap seketika setelah Riko datang dan menamparku. Rosa yang terkejut melihat kelakuan Riko, berusaha menghentikannya mendekatiku dengan segala cara.“Apa kamu tidur dengan pria ini?” tanya Riko sesaat setelah menamparku keras di depan semua orang tanpa merasa bersalah sedikit pun.“Jauhkan tanganmu darinya,” larang Bisma beranjak menghampiriku, dengan tatapan marah sekaligus murka yang terlukis jelas di matanya.Kali ini, Bisma berdebat hebat dengan Riko perkara video itu. Rosa terus bertanya bagaimana keadaanku, setelah aku tahu jika video itu menyebar dengan cepat di web kampus. Kali ini, aku tidak bisa mendengar apapun. Inikah yang disebut sepi di tengah keramaian.“Caramel, jawab aku,” teriak Riko sekali lagi mendekatiku, namun Bisma menghalanginya.“Hentikan, apa tidak cukup bagimu untuk menyakitiku

    Last Updated : 2021-10-02
  • CARAMEL CHOICE   Dunia Terlalu Pemilih

    “Apa kamu sudah melihat wanita di dalam video itu?” tanya seorang wanita sembari menyodorkan sebuah tab yang menampilkan sebuah video.“Itu hanyalah seorang gadis biasa,” jawab seorang pria dengan kacamata hitam sembari menuang secangkir teh.“Entah apa yang menganggu pikiranku. Aku hanya akan percaya bahwa kamu telah menyingkirkannya,” balas wanita itu sembari mengambil gelas yang sudah terisi dengan teh yang disajikan pria itu.***Membaca surel itu, seakan-akan membuatku berhenti bernapas. Beasiswa itu amat penting bagiku selama ini. Namun, kini aku tidak memiliki secerca harapan sedikitpun, yang singgah dalam hidupku.“Apakah ‘Tuhan’ sedang membenciku saat ini?” tanyaku pelan memandangi langit hampa yang makin membuatku kesepian.Aku mengusap air mata itu sebelum membuat mataku memerah seiring berjalannya waktu. Malam ini, aku berjanji u

    Last Updated : 2021-10-18
  • CARAMEL CHOICE   Pria Pemilik Bar

    Kami bertatapan selama beberapa saat, sampai aku tertidur pulas karena rasa mabuk yang sudah menguasai tubuhku. Ketika bangun, kepalaku terasa begitu nyeri dan cukup membuatku memukulnya beberapa kali.“Hentikan,” ucap seseorang sembari menghentikan tanganku yang terus memukul kepala.“Siapa kamu?” tanyaku menatapnya namun terlibat kabur karena efek minuman-minuman itu.“Apa kamu tidak mengingatku?” tanyanya menatapku kemudian tersenyum lebar.Ketika aku menyadari bahwa dia adalah pria yang sudah ku pukul karena kesalapahaman itu, aku pun menutup wajahku dengan kedua telapak tangan karena merasa malu.“Apakah kamu malu?” tanya pria itu kemudian tertawa kecil sembari menyodorkan air.“Tidak, aku hanya merasa pusing,” jawabku dengan percaya diri sembari merapikan rambutku yang berantakan.“Minumlah ini,” balas pria itu kemud

    Last Updated : 2021-10-19

Latest chapter

  • CARAMEL CHOICE   Teman Masa Kecilku

    “Dia adalah sekretarisku, aku akan membawanya,” ucap Ravi dengan kuat meraihku dan membawaku pergi.Dengan tubuh yang masih gemetar, sepucuk ingatan lamaku muncul. Rasanya seperti mengalami de javu. Aku ingat, Ravi pernah berjalan bersamaku seperti ini sebelumnya.“Permisi,” ucapku kemudian berhenti ketika hendak masuk kedalam lift.“Jangan berbicara. Ikutlah denganku,” perintah Ravi kemudian melangkah maju ketika pintu lift terbuka.Pada awalnya, ku kira dia hanya ingin membawaku pergi ke unit kesehatan. Namun ternyata, dia membawaku pergi dengan mobil hitamnya. Karena parkiran mobil berada di basecamp, suara petir hampir tidak terdengar.Aku mengencangkan sabuk pengaman dan perlahan menarik napas dalam-dalam. “Ku mohon, Caramel. Tenanglah.” Aku sudah berlatih, mengucapkan kalimat itu berulang kali sejak terakhir bereaksi histe

  • CARAMEL CHOICE   SEBUAH FOTO

    Aku tidak menyangka akan bertemu kembali dengan pria kripik seblak di swalayan itu. Mungkin rasa kesalku masih tersa sampai sekarang, karena pria itu mengambil jatah kripik seblak pertama yang seharusnya jadi milikku.“Apa yang kamu lakukan di sini?” tanya pria itu sembari makan beberapa kripik seblak di tangannya.“A-ku, sedang bekerja. Bagaimana denganmu paman? Kenapa kamu ada di perusahaan besar ini?” tanyaku mengumpulkan kepercayaan diri bahwa telah di terima di perusahaan ini.“Aku bekerja di perusahaan besar ini. Dan satu lagi, aku tidak mengambil keripik seblak milikmu, tapi aku membelinya karena kamu mengizinkanku, oke,” jelas pria itu sembari membenarkan kacamatanya.“Baiklah, paman. Tapi, bisakah kamu membagi keripik itu. Aku, belum sarapan pagi ini. Karena mereka menyuruhku untuk datang pagi sekali. Aku akan menunggumu di ruangan kepala departemen pemasaran, oke,” pintaku kemudian be

  • CARAMEL CHOICE   Berpapasan

    Entah mengapa, tetapi suara-suara itu terus mengangguku. Semakin aku ingin tahu, dari mana asal suara itu, mereka justru terus berdatangan dan membuatku bingung. Hingga akhirnya, aku kembali ke fase trauma psikologi ini.“Caramel…,” teriak Bisma ketika aku pingsan di pangkuannya.Tanpa bertanya lagi, Bisma menggendongku dan segera membawaku ke ruang Kesehatan perusahaan ini. Dokter perusahaan memeriksa kondisiku, dengan catatan yang Bisma katakana, bahwa aku sering mengalami hal ini.45 menit kemudian, aku tersadar dan mulai membuka mata. Aroma ini, sangatlah nyaman, berbeda dengan ruang Kesehatan lainnya. Jari jemariku perlahan bergerak, bersamaan dengan terbukanya kedua kelopak mataku.Seseorang dengan jas dokter kemudian menghampiriku. Begitu juga dengan Bisma yang tersenyum lebar melihatku siuman.“Caramel, bagaimana keadaanmu?” tanya Bisma meme

  • CARAMEL CHOICE   Rasa Khawatir

    Rasa syukur mungkin terus terungkapkan ketika matahari mulai muncul. Semua orang menyatukan kedua telapak tangan sembari tersenyum, atau bahkan menangis untuk memuji Tuhan.Sama seperti semua orang, aku menjalani pagi ini dengan berdoa kepada Tuhan seraya menyerahkan semua hasil yang akan ku dapatkan hari ini kepadanya. Berjalan melalui lobi kantor ini, membuatku sedikit gugup sekaligus Bahagia.“Baiklah, kita akan mulai interview untuk gelombang pertama. Bagi nomor urut 1 sampai 5, silakan ikut saya,” ucap seorang wanita dengan tubuh langsing dan setelan yang terlihat cocok untuknya.“25.” Aku melihat nomor yang ada pada id card kemudian menghela napas. Ini adalah kesempatan emas bagiku, untuk mendapatkan pekerjaan di salah satu perusahaan terbesar se Asia.Kring…kring…kring…“Ada apa menelponku pagi-pagi seper

  • CARAMEL CHOICE   Aroma Kenyamanan

    Tanpa menggubris pria itu, aku pun pergi dengan keadaan kesal dan memutuskan untuk meminjam buku itu dan membacanya di rumah. Tepat ketika aku berdiri di depan mesin minuman kaleng, seseorang kembali membuatku kesal.Kling…“Kamu lagi? Apa kamu tidak bisa mengantre?” tanyaku kesal kemudian menatapnya.Dia tidak menjawab petanyaanku dan meneruskan perbuatan menyebalkannya. Ketika minuman itu sudah turun dari mesin, dia kemudian mengambilnya dan memberikannya kepadaku.“Apa maksudmu memberi minuman ini?” tanyaku terkejut saat dia menyodorkan minuman itu.“Minumlah, ini akan meredakan rasa kesalmu,” jawabnya kemudian tersenyum.“Astaga, kenapa kamu juga tersenyum? Kamu membuatku takut,” ucapku mundur beberapa langkah setelah menerima minuman itu.“Aku Ravi,” ucapnya kemudian menyodorkan tangan untuk bersalam

  • CARAMEL CHOICE   Pria Baik vs Pria Arogan

    Aku pergi ke dapur untuk memasak beberapa makanan. Karena hari semakin larut, aku mempercepat tanganku dan segera menyelesaikan masakan itu. Namun, terdengar suara barang pecah yang membuatku terkejut.Prakkk…“Bisma, ada apa? Aku mendengar suara pecahan barang,” tanyaku menghampiri Bisma yang mulai membersihkan pecahan barang itu.“Maafkan aku, aku tidak sengaja memecahkan album foto ini,” jawab Bisma meminta maaf sembari memberikan album berisi foto pertama saat bibi menemukanku.“Lupakanlah, makanan hampir siap. Sebaiknya kamu pergi dan duduk di meja makan, oke,” balasku tersenyum kepadanya dan segera mengambil sapu untuk membersihkan bekas pecahan itu.Ketika makanan siap, aku memberi posi sup yang cukup besar kepada Bisma untuk mengisi ruang kosong yang menyebabkan bunyi menganggu itu. Tentu saja, kali ini dia bahkan tidak bisa berdiri karena kekenyan

  • CARAMEL CHOICE   Kesalahan

    Melihatku terjatuh tiba-tiba tanpa penyebab yang jelas, Bisma kemudian menghampiriku dan terus melontarkan pertanyaan.“Caramel, ada apa?” tanya Bisma dengan tatapan panik melihatku terjatuh.“Ah, aku tidak apa-apa. Kalau begitu, aku permisi,” jawabku kemudian berdiri dan segera pergi ke kasir untuk membayar semua belanjaanku.Tidak ingin Bisma ikut campur lagi dalam masalah pribadiku, menghindar adalah satu-satunya jalan yang ku miliki. Seusai membayar semua itu, aku bergegas keluar dan pergi.Tepat ketika berhenti di halte bus, aku melihat Bisma berlari mendekatiku. Untung saja, bus datang lebih cepat dari langkah kakinya. Aku pun naik dan berusaha tidak melihatnya menghampiriku.“Syukurlah,” gumamku dalam hati kemudian bersandar di kursi bus.Aku memikirkan hal itu, ingatan yang terus menghantuiku. “Aish… kenapa ingatanku menjadi tidak

  • CARAMEL CHOICE   Sebuah Mimpi

    Aku bertanya-tanya kepada semua organ di dalam diriku, apakah aku pernah mengenal pria ini sebelumnya. Namun, tidak ada satu pun ingatan yang tersisa untuknya saat ini, persis saat sebuah ingatan kecil tentang mama muncul kembali.“Aaa…,” keluhku tiba-tiba memukul kepala karena nyeri yang datang secara tiba-tiba.“Kita harus ke rumah sakit,” ajak Raka kemudian mengambil ponselnya dan bersiap untuk pergi.“Tidak, bisakah kamu mengantarkanku pulang,” tolakku sekaligus permintaanku ketika bangkit dan menatap Raka dengan mata yang berusaha menahan rasa sakit.Dia pun menyetujui permintaanku dan segera mengantarkanku pulang. Tidak lupa juga, Raka menebus obat untukku dan memastikanku masuk ke dalam apartemen dan pergi ketika aku mematikan lampu malam itu.***Caramel… kamu harus lari… kamu tidak boleh mempercayai siapa pun… larilah&hellip

  • CARAMEL CHOICE   Apa Yang Aku Lupakan?

    Mendengar ucapanku itu, Rosa seakan tidak percaya dengan jawaban yang ku lontarkan. Pengakuan itu, sama sekali terasa tidak dibuat-buat. Rosa adalah satu-satunya sahabat yang tahu persis bagaimana watakku.Aku tidak akan berbohong hanya untuk menutupi permasalahan sepele itu. Namun kali ini, Rosa melihat begitu banyak harapan sejak aku menyebut kata itu. Mata yang tadinya tidak pernah mengharapkan kasih sayang, kini berubah sejenak setelah aku mengetahui bahwa orang tuaku masih hidup.“Bagaimana kamu yakin, dia adalah Mamamu?” tanya Rosa kemudian duduk di depanku dengan pandangan yang penuh tanda tanya.“Ingtanku, perlahan kembali,” jawabku pelan sembari memegangi kepala yang masih terasa sakit.“Ceritakan kepadaku,” pinta Rosa kemudian memegang kedua tanganku dengan keyakinan.Aku menceritakan semua ingatan yang perlahan ku ingat kepada Rosa. Aku mempercayainya dengan ke

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status