Memang setelah pengarahan tadi sore, panitia langsung mengeluarkan jadwal sidang laporan evaluasi. Sehingga banyak diantar peserta yang fokus dengan laporannya.
----
/Kamu dapat jadwal kapan de?
----
//Lusa mas, kamu kapan?
----
/Besok
----
//Btw kamu lagi apa mas?
----
/Ramean lagi kumpul sama teman-teman yang ngerjain laporan nih di kamar
----
Alif memfoto kamarnya yang dipenuhi oleh teman sekelasnya dan mengirimkannya ke Nurul.
----
//Kok kamu malah asyik foto-foto mas, nggak ikutan gabung sama yang lain?
----
/Hehehehe
---
//Kenapa kamu mas?
Malah cekikikan
----
/Ternyata begini ya rasanya
----
//Apaan mas?
Huuuuft nyebelin
----
/Ternyata begini ya rasanya kalau udah selesai laporannya
Hehehehe
----
//Wuuuuuuu kamu sombong
Yudah aku lanjut yak
Malam itu Alif hanya a
“Baiklah kami sangat puas dengan pemaparan saudara, saya harap inovasi yang sudah saudara buat ini dilanjutkan. Jarang sekali saya menemukan laporan evaluasi unik sekaligus berbobot seperti ini,” ucap penguji utama ke Alif.Alif menutup laporannya dengan ucapan terima kasih dan meninggalkan ruangan setelah menyalami tiga pengujinya. Laporan evaluasinya membuat ketiga penguji merasa puas, walaupun di awal sempat hilang fokus karena memikirkan perkataan Nurul namun perlahan ia mampu menguasai kembali materinya. Setelahnya tak ada halangan yang berarti.Alif ingin segera menemui Nurul, pertama jelas untuk mengembalikan laptopnya dan kedua ia ingin menanyakan langsung arti dari menutupi hubungannya dengan teman sekelasnya. Gawai Alif bergetar.“Assalamualaikum, halo mas, Mas Alif ada yang nyariin nih, udah selesai belum ya sidang laporan evaluasinya?” suara bang Bagus dari seberang telepon.“Walaikumsalam, iya bang baru aja ni se
Nurul nampak tertidur dalam perjalanan, Alif menggeser sedikit kepalanya dan menatap sangat dekat Nurul Qolbi Izazynya itu. Ia mengusap kepalanya perlahan.“De, bangun de. Bentar lagi kita sampai di Stasiun Cakung.”Alif dan Nurul mengambil jalur ke Stasiun Jatinegara dan lanjut ke Manggarai, siang itu setiap gerbong yang mereka naiki nampak banyak yang kosong. Semenjak duduk dari Stasiun Cakung, Nurul masih nyaman dengan pundak Alif.“Tadi lancar de sidang laporannya?”“Lancar dong mas, cuma tadi aku sempat kagok waktu jelasin alat peraga, terus sama penguji kedua masa disuru sambil praktik. Untung penguji utamanya bu Ayu yang waktu itu jadi instruktur di kelas kita mas, jadi beliau belain aku.”Perlahan suara Nurul hilang, ia lelap dalam nyaman penjagaan Alif. Alif memang selalu menjadi pendengar setia untuk Nurul, jika Nurul sudah bercerita entah itu hal konyol, serius, sedih, gembira atau apa pun itu maka Ali
Seminggu setelah laporan evaluasi, Alif telah kembali ke Sumur Ujung Kulon, kehidupan menbosankannya kembali sedia kala, hanya hari Sabtu dan Minggu yang dapat membuatnya begitu bergairah. Baginya kini, jarak tempuh Sumur ke Rangkasbitung saat weekend seolah rutinitas baru yang tidak boleh terlewat.Trek lurus dan berkelok sepanjang jalan garis pantai dari Sumur, Cikujang, Tanjung Lesung, hingga Panimbang semakin akrab dengannya. Meski sekali tempuh perjalanan bisa menghabiskan waktu tiga sampai empat jam, namun bagi orang yang sedang dimabuk cinta seolah tiada arti.Bukan semata Alif tak sadar menjalaninya, mabuk yang dimaksud bukan juga dalam arti segala tindakan Alif tanpa dasar. Baginya, segala daya upaya yang kini tengah ia lakukan semata bentuk dari perjuangan dan pembuktiannya bahwa ia benar-benar serius merawat hubungannya dengan Nurul.Sabtu ini pun ia akan ke Rangkasbitung untuk bertemu Nurul, ia pergi dengan penuh kesadaran saat memperhitungk
“Udah buka aja itu ada inisialnya NQI.”Hal pertama yang Alif sadarai adalah secarik kertas putih dengan tulisan, “lekas sembuh ya kamuuu, Sumur Ujung Kulon jauh” dan inilah jawaban dari ledekan Mustafa di telepon.“Mas bro gue sih salut sama perhatiannya, udah kayak harta karun aja nih pake peti kemas. Mentang-mentang jauh, takut banget paketnya nggak sampe,” celetuk Mustafa.“Ya gue mana tahu bang dibuat gini bungkusnya, ini gimana ngebukanya ya?”“Coba dicari dengan teliti dulu bang, barangkali ada palu atau apa gitu di dalamnya hehehehe,” ledek Arini.“Ini beneran susah deh ngebukanya.” Alif masih mencoba membuka peti kemas yang berisi suplemen makanan dan vitamin pemberian Nurul. Peti kemas berbahan kayu jatisam itu begitu kokoh.“Yaah yaah sini deh, yang ada malah nambah sakit gara-gara ngebuka peti kemasnya nih.”****Sabtu sore ini Alif
Selesai makan, Alif mengajak Nurul berkeliling Rangkasbitung. Sekalian mengantarkan Nurul kembali ke indekos. Ia berkendara mengelilingi alun-alun hingga tembus di Balong yang dipenui pedagang kaki lima dan orang-orang yang sedang nongkrong menghabiskan malam. Setelah berpamitan Alif kembali ke Sumur Ujung Kulon.****“Teh, kenapa ya aku kok kayak yang berkebalikan banget sama Alif,” curhat Nurul ke Nadia.Nadia sudah dianggap sebagai kakak oleh Nurul. Nadia yang berasal dari Sukabumi pun demikian, ia sudah menganggap Nurul layaknya adik sendiri, usianya terpaut tiga tahun lebih tua dari Nurul.“Neng yang seperti itu hal biasa dalam suatu hubungan. Apalagi kamu dan Alif kan sama-sama mau ke arah serius, perbedaan yang ada diantara kalian sudah semestinya justru bisa saling melengkapi. Kalau menurut teteh sih bukan berkebalikan, tapi ya itu tanda kalian harus saling melengkapi.”“Soalnya aku kan yang kayak nggak punya r
Karena penasaran akhirnya profil Nisa di follow oleh Alif. Tak butuh waktu lama, Alif menerima DM dan Nisa mengenali Alif.Sejak saat itu Alif lumayan sering berbalas DM-an dengan Nisa hingga berujung pada pertanyaan kepada Nisa dalam pesannya.----/Nis, komunikasi kita sudah pada tahap intens seperti ini. Kak Alif juga nggak nyangka, padahal dulu di kampus sering ketemu dan kita biasa aja. Ada yang bilang dari seringnya komunikasi dan kebersamaan menghabiskan waktu menimbulkan rasa tertentu. Kak Alif sepertinya nggak bisa terus-terusan hahahihi dengan kamu kalau nyatanya sudah timbul rasa ketertarikan ke kamu.Nis, kalau kamu merasakan hal yang sama. Kak Alif izin untuk lanjut komunikasi dengan minta nomer kontak kamu. Itu artinya ada hal serius yang kak Alif ingin lanjutkan dengan kamu. Tapi, sebaliknya. Silakan abaikan pesan ini.----Dari situ komunikasi Alif dan Nisa berlanjut ke WA dan semakin intens. Hingga sampai pada tahap ketika N
----/Mas kamu udah sampe mana?----Isi pesan dari WA yang baru saja Alif baca dari gawai di saku jaketnya. Hal pertama yang ia lakukan setelah memarkirkan motor di salah satu waralaba yang berwarna dominan merah dan kuning adalah mencari keberadaan ponsel pintar miliknya, sedari sepanjang jalan sudah beberapa kali ada getaran yang terasa, membuat gelisah pikirannya, bahkan beberapa kali ia berniat berhenti namun karena tidak menemukan tempat pemberhentian yang nyaman ia urungkan, benar saja selain pesan WA ada lima panggilan masuk dari Nurul. Setelah mendaratkan kakinya di halaman parkir, matanya tertuju pada satu pesan WA yang mengusik perhatiannya. Alif segera membalasnya.----//Mas lagi rehat bentar nih di minimarket pinggir jalan, mau pesen kopi dulu ya, ngantuk banget----Lelaki dengan jaket merah itu lalu masuk ke minimarket merah kuing, hawa dingin yang ia inginkan membuat nyaman seluruh tubuhnya yang sepanjang jalan dijeje
Ia terus melaju dengan kendaraannya memasuki kawasan industri Krakatau Steel lalu berbelok kanan di jalan lingkar selatan yang tembus ke arah tol Cilegon Timur.Beberapa jalan berlubang di pertengahan jalan lingkar selatan membuatnya kembali terjaga, setelah sampai di perempatan lampu merah ia belok kiri ke Perumahan Cilegon Indah.Alif berhenti selisih dua gang dari rumah Nurul, ia mengambil gawainya, memfoto lokasinya berada dan mengirim pesan ke Nurul.----/De, mas udah disiniEh ini ngepas banget azan zuhurSalat bentar ya di masjid----// Kamu nggak mau salat di rumah aja mas?----/Sebenarnya mas mau sambil nenangin diri dulu nih, kalau di rumah kamu makin menjadi de, ini aja deg-degan banget de----//Ya ampuuun calon suami aku bikin uwuu terus nihYaudah sekalian doa ya biar tenang hatinya ketemu bapak dan lancar----Panas yang Alif rasa berganti sejuk di hati se
Di sepanjang jalan Alif terus-terusan kepikiran, duduknya tak tenang, tangannya berkali-kali melihat gawai. Baru saja Alif merasakan indahnya kebersamaan yang sedang ia bangun dengan Fatimah, tanpa ada angin dan badai tiba-tiba Nurul malah kembali membuka komunikasi dengannya. Alif tentu tidak asing dengan profil WA yang tadi mengirim pesan kepadanya, itu jelas Nurul. Meskipun nomernya sudah ia hapus, tapi tetap mudah ia kenali.Alif tidak membalas pesan yang ia dapat, ia berusaha untuk tetap menjaga rumah tangganya dengan Fatimah. Setelah semua yang ia alami saat dahulu bersama Nurul, rasanya sudah cukup ia merasakan pahitnya dikhianati. Alif hanya bisa mendoakan agar Nurul selalu baik-baik saja, bukan semata karena ia ingin membalas sakit hati yang pernah ia alami, tetapi ia pun sadar jika menyimpan rasa kesal dan sesal yang berkepanjangan hanya akan menjadi penyakit di hatinya.****“Kamu mau kemana lagi?”“Kamu kenapa sih nanya terus? Udah kayak anak kecil aja.”“Eh, aku ini istr
Hari Alif kembali ke Sumur Pandeglang, atas masukan dan dukungan Fatimah, ia akhirnya tidak jadi resign dan masih bekerja seperti biasa. Untungnya Alif masih bisa berangkat bersama dengan Mustafa dan Zulham. Teman-temannya itu lewat Tol Serang-Panimbang, jadi Alif bisa menunggu mereka di pintu keluar tol, di Rangkasbitung. Tol Serang-Panimbang memang belum sepenuhnya selesai, jalan yang sudah selesai baru sampai Rangkasbitung.Alif mendapat kabar jika proyek yang dipegang oleh timnya sudah mendapat izin dari pemerintah setempat dan dinas pariwisata, sehingga objek wisata air Wahangan yang ditugaskan padanya bisa mulai dibuka untuk umum.“Kapan nih makan-makannya, Lif? Ucap Mustafa.“Lah, loe belum makan, Bang?”“Bukannya belum makaaaaan, panjul. Proyek loe kan lancar tuh.”“Hehehe, hayuk. Nyobain ikan nila di Bendungan Cikoncang gimana?”“Dimana tuh?”“Daerah munjul, nanti ambilnya dari arah pasar Panimbang belok kiri.”“Makin jauh dong kita.”“Yah, itu sih penawaran, Kalau mau ya hay
Namun, kali ini saat hal yang sama terjadi, ia hanya diam seolah tidak pernah terjadi apa-apa. Ada kegetiran dalam hatinya, kini ia tidak lagi merasakan manisnya kata-kata indah dan penuh harap dari suaminya.Udara di kamarnya tak kunjung sejuk, keberadaan AC 2pk ditambah kipas angin seakan percuma. Guratan kecewa nampak jelas di wajahnya, tapi tetap ia coba sembunyikan saat bertemu orang lain.Saat di awal pernikahan, betapa ia merasa diperlakukan bak seorang ratu. Ia yang merupakan anak bungsu dari keluarganya, memang sangat nyaman saat dihadirkan kasih sayang. Belakangan, ia jarang mendapatkannya.Di tengah kepenatan dari sikap suaminya dan untuk menghilangkan rasa suntuknya, ia sengaja membuka gawainya, dengan maksud pikirannya bisa teralihkan. Jemarinya digerakan naik turun, lalu berhenti di salah satu status media sosial seseorang yang ia kenal di instagram.Semula ia hanya melihat kata-kata yang tertera di bawah foto itu, akhirnya ia klik juga dan masuklah ke akun si pemilik fo
/Assalamualaikum, selamata ya Mas. Aku turut berbahagia atas pernikahanmu. Maaf baru ngucapin selamat, aku baru liat foto profil kamu, hehehe.Btw minat maaf lagi baru tiga bulan berselang ngucapinnya.----Manisnya masa-masa awal pernikahan Alif hanya berlangsung tiga bulan, sebelum pesan dari Nurul terdampar di WAnya. Semula, ia tidak menggubrisnya. Tapi, saat pesan yang sama ia dapatkan tiga kali dalam waktu satu hari. Dengan berat hati, Alif membalasnya.----//Walaikumsalam. Terima kasih, ya.----Alif telah sepakat dengan Fatimah, mereka memulai perjalanan keluarga kecilnya tetap tinggal di lingkungan pesantren. Bukan tanpa alasan, Fatimah memang sudah meminta izin kepada Alif untuk bisa tetap dekat dengan Abahnya, yang saat ini sendirian. Sementara Alif, ia sedang mencari cara untuk mutasi ke Lebak atau memutuskan untuk resign dari pegawai negeri.Alasannya untuk mutasi, jelas karena ingin dekat dengan Fatimah dan bisa meluangkan waktu dengannya. Sebagai keluarga yang baru seum
Proyek revitasilasi kawasan wisata yang beberapa bulan lalu disurvei oleh Alif, ternyata harus memenuhi dua dokumen lagi untuk bisa dibuka untuk masyarakat umum. Kawasan wisata yang ia tangani adalah wisata air yang memiliki potensi besar jika bisa dikelola dengan baik, yaitu berupa sungai yang di sisinya berdiri tebing tinggi mirip Grand Canyon. Masyarakat sekitar menyebutnya dengan istilah “wahangan”. Semula lokasi tersebut luput dari perhatian penduduk sekitar karena memang tempat-tempat sejenis wahangan dianggap sungai biasa yang airnya biasa dimanfaatkan untuk keperluan sehari-hari. Namun, dengan ketelitian dari tim yang dibawahi oleh Alif, masyarakat sekitar akhirnya menemui titik temu untuk sepakat dikelola sebagai objek wisata agar bisa menggerakan roda ekonomi warga.Hanya tinggal menunggu dokumen yang kelengkapan ternyata bisa ditangani oleh rekan kerjanya, Akif memutuskan kembali ke indekost. Besok ada hal besar yang tengah menantinya.Alif menda
“Kenapa sih mas harus selalu menjadikan alasan segala hal di masa lalu kita untuk sulit melangkah ke depan? Memahami dan belajar ilmu agama itu memang penting, wajib malahan. Tapi kalau kita bukan orang yang diberi kesempatan untuk sama dengan orang-orang yang bisa belajar ilmu agama, kenapa nggak menjadi orang yang mencegah diri dari berbuat yang bisa membuat Allah murka.” Alif masih teringat kata-kata Fatimah saat ia berbincang dengannya beberapa hari yang lalu, saat itu Alif dengan sadar mengakui bahwa ia bukanlah seseorang yang memiliki pengetahuan luas mengenai ilmu agama, ia mengutarakan hal seperti itu karena merasa perlu disampaikan kepada Fatimah, tetapi Fatimah malah memberikan jawaban yang menurut Alif begitu berimbang. Fatimah sepertinya memahami bahwa setiap manusia memiliki perannya masing-masing, tanpa harus mengungkit masa lalu dan mencari-cari alasan mengapa seseorang tidak belajar ilmu agama dengan serius, ia lebih kepada memiliki pemikiran untuk me
Azan subuh belum terdengar, fajar shadiq yang merupakan pertanda datangnya waktu Salat Subuh belum nampak, langit masih pekat. Fajar shadiq menjadi tanda sebagai batas antara akhir waktu malam dengan permulaan waktu pagi. Sayup terdengar suara seseorang yang sedang tadarus dari musala yang terletak di samping bangunan majelis talim.Satu kamar yang berada di rumah utama lingkungan pondok pesantren sudah menyala lampunya. Si pemilik kamar sudah duduk dengan hikmat di atas sajadah, lisannya basah oleh kalimat tasbih.Satu gelas teh hangat berada di meja kamarnya. Saat bangun tidur, rutinitasnya memang memasak air terlebih dahulu, membuat teh manis, satu untuk abahnya yang ia letakan di meja makan dan satu lagi untuknya sendiri. Sejak wafatnya bu nyai, Fatimah sepenuhnya berkhidmat di rumah, menjaga abah yang kesehatannya sedang naik turun.Selepas Salat Subuh, ia melanjutkan aktivitasnya dengan masuk, menyiapkan sarapan untuk abah. Baktinya dengan orang tua, sudah
Hari ini Alif ikut pulang dengan teman-temannya, baik Zulham, Mustafa, Fatma, dan Arini sepakat untuk pulang lewat jalur utama ke alun-alun Pandeglang. Kurang lebih, begitulah rutinitas orang-orang yang bertugas jauh dari rumah. Bagaimanapun kondisinya, jika memungkinkan dan ada kesempatan untuk bertemu keluarga, maka pilihan itulah yang utama. Lika-liku bekerja jauh dari rumah memang masih mereka jalani, ada yang sewaktu-waktu harus pulang lebih awal karena ada keperluan menyangkut keluarga yang amat mendesak, ada pula yang mesti rela tidak pulang hingga beberapa bulan karena banyak pekerjaan atau kondisi kesehatan yang menurun.Walaupun banyak orang-orang yang menyarankan kepada Alif dan teman-temannya untuk menetap di Sumur Ujung Kulon. Namun, tetap saja pada episode ini yang menjadi tokoh utama jelas Alif dan teman-temannya. Terkadang, ketika seseorang memberikan saran, tidak mendalami dan memahami betul kondisi atau pertimbangan mendasar mengapa sampai saat ini Alif dan teman-tem
“Udah nih pakaiannya, pada salin gih.” Pak Nandi memberikan pakaian ganti.“Iya loe bang, sana gih. Mana belum Salat Asar,” Fatma menimpali.“Eh, jam berapa ini ya?”“Udah mau jam lima bang.”Alif menuju kamar mandi yang sekaligus tempat untuk membilas bagi orang-orang yang mandi di pantai. Di Pantai Daplangu disediakan musala panggung yang bersebelahan dengan kamar mandi, tidak jauh dari gerbang pintu masuk.Setelah puas hampir tiga jam Alif bermain air di Pantai Daplangu, mereka sepakat untuk pulang.“Gimana rasanya Lif? Masih penasaran nggak?”“Hahahaha, kalau tahu asyik kayak gini dari kemarin-kemain aja yak nyeburnya.”****Untuk menghilangkan rasa suntuk, Alif sengaja mengupload fotonya saat di pantai.-----/Jalan-jalan terooooos----Satu pesan WA masuk, mengomentari status WA Alif.----//He