Share

Belum berakhir

Penulis: Amih Lilis
last update Terakhir Diperbarui: 2021-11-14 04:00:25

*Happy Reading*

"Meminjam? Apa maksud kalian?" tukas Sean sengit, setelah akhirnya mau diajak bicara baik-baik.

Itupun, harus Rara yang bicara. Karena jika Ken yang buka suara, kepala tangan Sean langsung saja melayang ke arah Dokter Obygn itu. Sean benar-benar menempatkan Ken sebagai dalang di dalam situasi yang tengah menimpanya.

Maka dari itu, Rara pun terpaksa harus berdiri di tengah-tengah Sean dan Ken, Agar pria itu berhenti memukuli suaminya. Rara yakin, sejahat apapun Sean. Pria itu tidak akan menyakitinya. Apalagi dengan kondisi Rara saat ini, yang tengah berbadan dua. Sean pasti sebisa mungkin menahan emosinya. Lagipula, Kepalan tangan tidak akan menyelesaikan apapun, kan?

"Ya! Kami hanya meminjam Ina beberapa hari. Sampai pesta ulang tahun Kean selesai."

"Cih! Mana ada meminjam tanpa minta ijin. Bahkan sengaja membuat orang-orangku kesulitan mencari Ina," sahut Sean, masih tidak terima alasan yang diberikan Rara.

Meminjam Ina, kat

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (10)
goodnovel comment avatar
yeni diana sari
good job yaw emak. sukses selalu
goodnovel comment avatar
yeni diana sari
...............
goodnovel comment avatar
yeni diana sari
seperti emak sadisnya tingkat atasnya dewa
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Bukan yang Pertama   Sean vs Ken

    *Happy Reading*Ina dan Ken akan menikah?Tidak! Itu tidak mungkin! Bagaimana bisa? Ini gila!"Rara, apa maksud kamu? Apa kamu sudah gila, hingga menyuruh suami kamu menikah lagi?!" tukas Sean tidak terima."Itu lebih baik untuk kita semua," jawab Rara tenang.Baik katanya. Baik dibagian mananya? Baik untuk siapa? Fix Rara sepertinya sudah gila."Baik apanya Rara? Kamu lupa atau bagaimana? Kamu sendiri pernah di poligami. Pernah jadi istri kedua dan tahu bagaimana rasa sakitnya, kan?!" terang Sean menggebu-gebu. Mencoba mengingatkan Rara akan kisah pilu mereka di masa lalu."Semua akan berbeda, jika Ken yang melakukan poligami," jawab Rara lagi, masih dengan mode santai. Namun mampu membuat Sean ketar-ketir ditempatnya.Meski menyebalkan, tapi entah kenapa bilik hati kecil Sean mengaminkan ucapan Rara barusan. Karena meski suami baru Rara itu itu selalu membuatnya naik darah tiap bertemu, tapi Sean akui Ken memang pria baik yan

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-15
  • Bukan yang Pertama   Bayi besar

    *Happy Reading*"Ya ampun, Den Sean, Non Ina, apa yang terjadi?" pekik Mbok Darmi kaget, saat menyambut kedatangan Sean dan Ina di Rumah."Ceritanya Panjang, Bik. Nanti aja cerita. Sekarang tolong bantu Ina bawa Pak Sean ke kamarnya ya, Bi?" Ina berusaha menjawab seadanya, disela usahanya menahan tubuh Sean yang bertopang padanya sebelah sisi. Sementara sisi lainnya ada sang sopir, yang siap siaga membantu Ina.Sebenarnya, Sean diharuskan istirahat barang dua atau tiga hari di Rumah sakit. Karena ternyata, ada rusuk yang patah akibat perkelahiannya dengan Ken tadi.Sayangnya, Sean yang keras kepala menolak semua itu. Memaksa pulang dan meminta rawat jalan di Rumah. Tidak perduli seberapa besar bujukan para Dokter dan perawat. Pria itu seakan enggan berlama-lama di Rumah sakit yang memang milik Ken.Mungkin Sean masih marah pada Ken?"Iya, iya, Non. Hayu atuh." Mbok Darmi memberi jalan."Di kamar bawah saja," pinta Sean tib

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-16
  • Bukan yang Pertama   After

    *Happy Reading*Zaina Rahayu linglung!Sejak semalam, tepatnya sejak Sean menciumnya tanpa aba-aba. Ina merasa otaknya blank. Bingung harus apa dan harus bersikap bagaimana setelah apa yang Sean lakukan semalam.Bahkan semalam Ina lupa cara bernapas selama jalinan bibir yang Sean mulai. Kalau saja Sean tidak segera menghentikan aksinya dan menyadarkannya untuk kembali bernapas, Ina yakin pasti saat ini sudah pindah alam.Terserah kalian mau menilai Ina terlalu lebay atau apa? Namun itulah kenyataannya. Karena faktanya, selama 20 tahun Ina hidup di dunia ini. Semalam adalah kali pertama Ina dicium dan mendapat keintiman dari seorang pria.Bukan, itu bukan berarti Ina dan Sean sudah melakukan lebih dari sekedar ciuman. Tidak, semalam tidak sampai sana kok aksi Sean. Selain karena kondisi Sean yang masih sakit, pria itu juga menyadari pasti tentang keawaman Ina.Sean pernah lepas kendali saat bersama Rara, dan dia tidak

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-18
  • Bukan yang Pertama   Mulai membaik

    *Happy Reading*"Mau apa kalian?" hardik Sean tanpa tedeng aling-aling. Saat melihat kehadiran pasangan suami istri yang masih sangat mengganggunya.Pasangan sialan!Tidak tanggung-tanggung. Sean pun segera menarik Ina ke belakang tubuhnya, agar dua orang itu tidak bisa mengambil istrinya lagi.Sean memang seposesif itu, asal kalian tahu."Mau apa lagi? Ya tentu saja mau numpang sarapan," sahut Ken santai, tidak gentar sama sekali dengan sikap Sean yang masih marah padanya.Mendengar sahutan Ken, Rara pun terkekeh di tempatnya, karena sangat paham akan tabiat suaminya itu. Ken memang sangat menyebalkan untuk orang-orang bersumbu pendek seperti Sean itu."Kalian pikir Rumah saya apa? Seenaknya saja minta makan di sini?" Sean masih sangat marah dan ingin sekali cepat-cepat mengusir mantan istri beserta suaminya yang usil itu."Ck, pelit! Minta sarapan aja gak boleh. Katanya kaya. Masa neraktir sarapan aja gak bisa. Huh, payah!"

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-18
  • Bukan yang Pertama   Lamarankah?

    *Happy Reading*Sean terus memperhatikan Ina dalam diam, yang saat ini tengah berada dihadapannya, sedang mengerjakan tugas sekolah dengan senyum manis yang belum juga luntur dari bibir gadis itu.Sesenang itu ya dia bisa sekolah lagi?"Ina itu sebenarnya anak yang pintar, Kak. Dia cepat paham pada pelajaran dan tidak pernah kesulitan dalam mengerjakan tugas sekolah mana pun. Apa Kakak tahu, apa cita-citanya sejak dulu?"Sean tiba-tiba teringat ucapan Rara, sebelum pamit pergi dari rumahnya."Dia ingin jadi Dokter dan mempunyai klinik sendiri. Soalnya, orang tuanya pernah ada di keadaan, terpaksa menahan lapar, demi bisa membeli obat untuknya."Sean sepertinya pernah mendengar cerita itu."Sayangnya, kondisi ekonomi Ina menghambat cita-citanya. Dan malah mengharuskannya dewasa sebelum waktunya. Bagi Ina, saat ini bisa kembali sekolah saja sudah membuatnya bahagia. Karena dia sadar, kondisinya sudah tidak seperti dulu

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-19
  • Bukan yang Pertama   Tidak sesuai harapan

    *Happy Reading*"Maukah kamu menua bersama saya?"Hah?!Ina sontak mengangkat wajahnya ke arah Sean, dan langsung menemukan wajah pria itu tersenyum hangat ke arahnya."Ma-maksud Bapak?""Mas, Ina. Bukan Bapak." Sean pun mencebik kesal"Eh, iya, Mas. Maksudnya apa, ya?" Ina pun seketika meralat panggilannya. Agar Sean tidak kembali marah."Maksud saya jelas. Saya ingin membuat pernikahan kita, menjadi pernikahan sesungguhnya dan untuk selamanya."Degh!Ini ... mungkinkah?"Bagimana? Kamu mau, kan, hidup menua bersama saya? Menemani saya dalam suka dan duka. Selamanya bersama sampai maut memisahkan. Kamu, bersedia, kan, Ina?" Sean mempertegas permintaanya, agar Ina paham maksud dan tujuannya.Sean sedang melamar Ina. Harusnya gadis itu memahami hal ini dan terharu pada yang Sean lakukan. Karena itu berarti, ada harapan untuk pernikahannya yang terlanjur terjadi.Namun alih-alih terse

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-19
  • Bukan yang Pertama   Kejujuran Sean

    *Happy Reading* Setelah mengetahui kenyataan itu dari Mbok Darmi, Sean pun berderap cepat ke arah kamar mandi, demi untuk menemukan keberadaan Ina yang masih membasuh wajah, hingga hijab dan gamisnya mulai ikut basah. "Ina, sudah!" Sean mencekal tangan Ina, agar gadis itu berhenti membasuh wajahnya di wastafel kamar mandi. "Tapi ini masih keluar air matanya, Pak. Ina--" Grep! Sean pun dengan cepat memeluk Ina, membenamkan wajahnya pada dada bidangnya. Lalu mendekap erat tubuh rapuh Ina. "Tidak apa-apa Ina. Kalau kamu mau menangis, menangis saja. Jangan di tahan." Sean mempererat rengkuhannya. Ina hanya terdiam, menikmati rasa hangat pelukan yang Sean tawarkan. "Tapi setelah itu, saya mohon jangan menangis lagi, dan dengarkan saya baik-baik. Saya sudah mencintai kamu Ina, meski entah sejak kapan tepatnya." Sean mencoba jujur pada Ina. Ina ingin percaya. Namun, kepercayaan itu mahal harganya. "Terima kasih, Pak. M

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-20
  • Bukan yang Pertama   Hubungan yang membaik

    *Happy Reading*"Mas? Mas? Mas?"Sean melenguh pelan. saat rungunya menangkap panggilan itu, beserta guncangan pelan di lengan atasnya. Berusaha mengumpulkan kesadarannya, Sean pun membuka mata yang sebenarnya masih sangat perih.Netranya langsung menangkap keberadaan Ina yang tengah duduk di sampingnya, dengan tampilan yang sudah segar dan rapi. Aroma sabun mandi bahkan masih tercium dari tubuh istrinya itu."Hai," sapa Sean sambil tersenyum hangat, seraya mengusap pipi Ina, dan membawa kepala gadis itu mendekat ke arah bibir untuk di kecupnya pelan. Ina pun tersipu malu."Pagi, Sayang. Ada apa?" lanjut Sean, mengusap kembali pipi Ina yang tampak merona. Entah karena ciumannya atau karena panggilan sayang darinya."Pagi, Mas. Maaf ganggu tidur, Mas. Ina cuma mau ijin bantu Bi Darmi di dapur. Boleh, kan? Kata Mas kemaren. Ina harus ijin meski pergi ke dapur," terang Ina.Sean mengingat perintah itu, dan tentu saja, kembali mengu

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-20

Bab terbaru

  • Bukan yang Pertama   Extra part terakhir

    *Happy Reading*Nyatanya, meski telah sampai ke Rumah sakit dengan cepat. Sebab kebetulan hari masih pagi dan juga memasuki weekend. Namun Ina masih harus berjuang sedikit lagi, karena pembukaan baru sampai tujuh."Kamu gila, ya? Istri saya sudah sangat kesakitan itu, kenapa tidak bisa langsung melahirkan sekarang?" Sean Murka, saat Ina hanya di masukan ruang persalinan namun tidak di beri tindakan apa-apa.Tidak, sebenarnya para perawat di sana langsung bergerak melakukan hal yang seharusnya dilakukan. Bahkan sedang memasang Infusan ditangan Ina. Namun di mata Sean, itu tidak berefek apa-apa."Maaf, Pak. Tapi pembukaannya belum sempurna. Hanya menunggu sebentar lagi, kok, Pak.""Sebentar gimana? Kamu mau membunuh istri saya? Gak liat kalau istri saya sudah pucat seperti itu?!" salak Sean masih tak terima dengan prosedur rumah sakit.Rumah sakit apa ini? Katanya terbaik, tapi Melahirkan saja harus menunggu pembukaan sempurn

  • Bukan yang Pertama   Extra part 3

    *Happy Reading* "Mas ... Ina ... gak kuat. Ngantuk." Ina menyuarakan isi hatinya, seraya menatap Sean penuh harap. "Ya, udah. Kamu tidur aja. Biar Mas yang selesaikan," sahut Sean, mengusap lembut pipi Istrinya di sela gerakan pinggulnya yang teratur. "Tapi abis ini udahan ya, Mas? Mas juga harus tidur." Ina mengingatkan, namun ditanggapi Sean dengan seulas senyum tipis. "Gak janji, ya? Mas masih pengen soalnya." Ina pun hanya bisa mendesah panjang mendengar jawaban suaminya, karena memang bukan hal aneh lagi untuknya. Sejak awal pernikahan, Sean Abdillah mana puas hanya sampai stasiun sekali saja. Jalur express atau pun economi, pasti harus berkali-kali. "Ya udah terserah Mas aja. Puas-puasin , deh, sebelum harus puasa lama lagi." Sebagai seorang istri, Ina bisa apa selain pasrah? Meski kadang lelah, tapi Ina tidak berani menolak. Bahkan saat Sean memintanya belajar berbagai gaya pun, Ina pasrah. Dari gaya terlentang, miring,

  • Bukan yang Pertama   Extra part 2

    Byp Extra part 2*Happy Reading*Sean menggeleng tak habis pikir di tempatnya. Saat menyaksikan Ina begitu antusias memakan cilok yang baru saja Mira bawakan beberapa menit lalu.Oh, tenang saja. Sean tidak jadi membeli cilok sebanyak 200 ribu, kok. Karena untungnya, pas tadi Mira beli cilok si mamang tinggal 50rb saja. Jadi, hanya segitu yang Mira bawakan. Itu pun tetap membuat Sean terperangah saat melihat jumlahnya.Namun berbeda dengan Sean yang melongo terkejut melihat jumlah cilok yang dibawa Mira bersama seorang OB yang membantunya. Ina sendiri malah bersorak riang melihatnya. Karena, kapan lagi dia bisa makan cemilan gurih itu, selain saat Sean kecolongan seperti ini?Maklum, sejak Ina hamil, Sean memang lumayan rewel terhadap asupan gizi yang istrinya konsumsi. Hingga tak jarang, Ina pun harus putar otak, agar bisa mendapat semua camilan yang sangat dia idamkan itu. Bahkan tak jarang, Ina harus bekerja sama dengan Mbok Darmi, demi bisa men

  • Bukan yang Pertama   Extra part 1

    *Happy Reading*"Selamat siang, Bu." Sambut seorang wanita muda seraya berdiri dari duduknya, saat Ina baru saja memasuki lobby kantor suaminya."Siang, Mbak. Pak Sean, ada?""Ada, Bu. Silahkan. Perlu saya antar?""Ah, tidak usah. Terima kasih, ya?" ucap Ina diiringi senyum manis, sebelum sebelum meninggalkan gadis yang di kenalnya sebagai resepsionis kantor ini, untuk menuju lift yang tak jauh dari sana, untuk menemui suaminya.Sang Recepsionis itu pun membalas senyum Ina tak kalah manis, di balut rasa kagum pada sosok istri bos, yang tidak pernah berubah sejak awal diperkenalkan di kantor ini.Dari dulu, setiap kali datang ke kantor ini. Alih-alih menelpon Suaminya, Ina malah selalu menghampiri meja receptionis, dan memastikan keberadaan suaminya pada resepsionis. Tak lupa, setelahnya Ina akan berterima kasih dan memberikan senyum ramahnya pada siapapun yang menyapanya."Siang, Bu." Seorang karyawati di sana menyapa Ina

  • Bukan yang Pertama   Last part

    *Happy Reading*Mengutip permintaan Ina. Sean pun akhirnya mengadakan pesta sederhana di sebuah rooftop sebuah hotel, yang di sulap seperti pesta kebun.Orang-orang yang di undang pun tidak banyak. Hanya Rara dan keluarga kecilnya, Kairo dan istrinya, juga beberapa rekan bisnis yang lumayan dekat dengan Sean.Tidak lupa, semua pelayan Rumahnya pun, khususnya Mbok Darmi, Sean undang juga. Sebab meski bagi Sean, mereka semua hanya pembantu di Rumahnya, jelas itu berbeda dengan Ina. Bahkan bisa dibilang, mereka adalah teman-teman Ina. Maka dari itu, bagi Ina mereka wajib di undang."Pepet terus! Jangan sampai lepas. Hati-hati! Tikungan di depan banyak, kawan!"Sean langsung mendengkus kesal, Saat mendengar seruan lantang itu. Pelakunya tentu saja Ken, Si Dokter Obygn jahil sekaligus masih Sean jadikan musuh.Sudah dibilang, kan? Mengundang Ken itu bukan alasan ya bagus. Lihat saja kelakuannya, baru datang saja sudah bikin hebo

  • Bukan yang Pertama   Hubungan yang membaik

    *Happy Reading*"Mas? Mas? Mas?"Sean melenguh pelan. saat rungunya menangkap panggilan itu, beserta guncangan pelan di lengan atasnya. Berusaha mengumpulkan kesadarannya, Sean pun membuka mata yang sebenarnya masih sangat perih.Netranya langsung menangkap keberadaan Ina yang tengah duduk di sampingnya, dengan tampilan yang sudah segar dan rapi. Aroma sabun mandi bahkan masih tercium dari tubuh istrinya itu."Hai," sapa Sean sambil tersenyum hangat, seraya mengusap pipi Ina, dan membawa kepala gadis itu mendekat ke arah bibir untuk di kecupnya pelan. Ina pun tersipu malu."Pagi, Sayang. Ada apa?" lanjut Sean, mengusap kembali pipi Ina yang tampak merona. Entah karena ciumannya atau karena panggilan sayang darinya."Pagi, Mas. Maaf ganggu tidur, Mas. Ina cuma mau ijin bantu Bi Darmi di dapur. Boleh, kan? Kata Mas kemaren. Ina harus ijin meski pergi ke dapur," terang Ina.Sean mengingat perintah itu, dan tentu saja, kembali mengu

  • Bukan yang Pertama   Kejujuran Sean

    *Happy Reading* Setelah mengetahui kenyataan itu dari Mbok Darmi, Sean pun berderap cepat ke arah kamar mandi, demi untuk menemukan keberadaan Ina yang masih membasuh wajah, hingga hijab dan gamisnya mulai ikut basah. "Ina, sudah!" Sean mencekal tangan Ina, agar gadis itu berhenti membasuh wajahnya di wastafel kamar mandi. "Tapi ini masih keluar air matanya, Pak. Ina--" Grep! Sean pun dengan cepat memeluk Ina, membenamkan wajahnya pada dada bidangnya. Lalu mendekap erat tubuh rapuh Ina. "Tidak apa-apa Ina. Kalau kamu mau menangis, menangis saja. Jangan di tahan." Sean mempererat rengkuhannya. Ina hanya terdiam, menikmati rasa hangat pelukan yang Sean tawarkan. "Tapi setelah itu, saya mohon jangan menangis lagi, dan dengarkan saya baik-baik. Saya sudah mencintai kamu Ina, meski entah sejak kapan tepatnya." Sean mencoba jujur pada Ina. Ina ingin percaya. Namun, kepercayaan itu mahal harganya. "Terima kasih, Pak. M

  • Bukan yang Pertama   Tidak sesuai harapan

    *Happy Reading*"Maukah kamu menua bersama saya?"Hah?!Ina sontak mengangkat wajahnya ke arah Sean, dan langsung menemukan wajah pria itu tersenyum hangat ke arahnya."Ma-maksud Bapak?""Mas, Ina. Bukan Bapak." Sean pun mencebik kesal"Eh, iya, Mas. Maksudnya apa, ya?" Ina pun seketika meralat panggilannya. Agar Sean tidak kembali marah."Maksud saya jelas. Saya ingin membuat pernikahan kita, menjadi pernikahan sesungguhnya dan untuk selamanya."Degh!Ini ... mungkinkah?"Bagimana? Kamu mau, kan, hidup menua bersama saya? Menemani saya dalam suka dan duka. Selamanya bersama sampai maut memisahkan. Kamu, bersedia, kan, Ina?" Sean mempertegas permintaanya, agar Ina paham maksud dan tujuannya.Sean sedang melamar Ina. Harusnya gadis itu memahami hal ini dan terharu pada yang Sean lakukan. Karena itu berarti, ada harapan untuk pernikahannya yang terlanjur terjadi.Namun alih-alih terse

  • Bukan yang Pertama   Lamarankah?

    *Happy Reading*Sean terus memperhatikan Ina dalam diam, yang saat ini tengah berada dihadapannya, sedang mengerjakan tugas sekolah dengan senyum manis yang belum juga luntur dari bibir gadis itu.Sesenang itu ya dia bisa sekolah lagi?"Ina itu sebenarnya anak yang pintar, Kak. Dia cepat paham pada pelajaran dan tidak pernah kesulitan dalam mengerjakan tugas sekolah mana pun. Apa Kakak tahu, apa cita-citanya sejak dulu?"Sean tiba-tiba teringat ucapan Rara, sebelum pamit pergi dari rumahnya."Dia ingin jadi Dokter dan mempunyai klinik sendiri. Soalnya, orang tuanya pernah ada di keadaan, terpaksa menahan lapar, demi bisa membeli obat untuknya."Sean sepertinya pernah mendengar cerita itu."Sayangnya, kondisi ekonomi Ina menghambat cita-citanya. Dan malah mengharuskannya dewasa sebelum waktunya. Bagi Ina, saat ini bisa kembali sekolah saja sudah membuatnya bahagia. Karena dia sadar, kondisinya sudah tidak seperti dulu

DMCA.com Protection Status