"Kau gila?!"Sharon menggebrak meja hingga membuat keduanya menjadi pusat perhatian. Mark hanya diam menikmati perubahan wajah Sharon yang candu baginya."Jangan memalukan dirimu lagi, Sharon. Kau mendapat banyak atensi hari ini."Menyadari perkataan Mark, Sharon dengan cepat menteralkan emosinya yang meluap-luap. Ia tidak ingin namanya menjadi buruk hingga berimbas pada pekerjaan."Aku tidak setuju.""Maka, perjanjian kita bakal.""Mark, ayolah. Jangan seperti ini."Mark terkekeh, baru kali ini ia melihat Sharon memohon padanya."Aku tidak salah lihat? Kau? Memohon padaku?"Sharon rupanya sudah tidak peduli. Lagi-lagi, ia ingin melakukan segalanya untuk mendapatkan Lucas."Sungguh, aku tidak memiliki cara lain. Ibunya saja tidak bisa meluluhkan hati Lucas. Aku tidak tahu harus bagaimana lagi. Jika, kau memang kau saudaraku, kau harus membantuku.""Tentu. Namun, dengan syarat yang aku ajukan tadi. Jika, kau menolak. Maka, semuanya batal.""Apa yang menjadi jaminan jika aku menurutimu,
Akhirnya acara jamuan Thanksgiving itu selesai, Lucas merasa seolah-olah beban berat terangkat dari tubuhnya. Oh, acara keluarga seperti itu memang tidak terlalu cocok untuknya.Keluarganya tidak pernah merayakan Thanksgiving, mereka biasanya hanya berkumpul saat Natal. Lagi pula keluarganya jelas berbeda dengan keluarga Jacob.Lucas segera pulang ke apartemennya setelah mengantar Elle. CEO itu segera membuka tuxedo-nya yang basah. Akhir-akhir ini tubuhnya sering berkeringat di malam hari. Padahal ini sudah mulai memasuki awal musim dingin.Pria bertubuh kekar itu tak tahan untuk menggunakan bench press untuk melatih otot lengannya sekaligus mencari ketenangan untuk berpikir. Olahraga selalu membuat pikirannya lebih bugar.Thea Jacob yang begitu tertarik pada Elle begitu menyita pikirannya. Apalagi ternyata Elle adalah anak teman keluarga Jacob. Sejauh apa hubungan Elle kecil dengan David?Apakah mungkin Thea Jacob ingin menjodohkan Elle dengan David?Wanita berusia akhir lima puluhan
Suara dentuman musik lagi-lagi terdengar, semua orang bergoyang mengikuti irama dan bersorak ketika ada yang menggiurkan mata. Elle memasuki club tersebut dan di dalam sorotan lampu warna warni menyambut kedatangannya serta lagu yang terputar dengan keras yang memenuhi club ini. Banyak manusia yang berdansa di lantai dansa bersama dengan pasangan dan mungkin bagi yang tidak ada pasangan akan berdansa sendiri bersama dengan imajinasi pasangan mereka.Elle memilih duduk di balik pantry, sedikit menjauh dari kerumunan. Seorang pelayan datang dengan satu botol alkohol dan juga sebuah gelas kosong. Elle mengambil alkohol tersebut dan menuangkan ke gelas kosong itu. Ia sekilas melihat ke lantai dansa yang di penuhi oleh puluhan orang yang sedang menari dan asik dengan dunia mereka sendiri. Dalam hatinya tidak ada rasa untuk ikut berdansa di tengah puluhan orang yang sedang asik dengan dunia mereka.Elle menegak cairan bening itu dan sialnya tidak mampu membuat Elle menghilangkan perkataan S
Tidak terasa, waktu semakin larut dan club semakin ramai. Dentuman musik juga semakin kencang. Elle masih menegak minumannya, bahkan ia sudah habis 3 botol sendirian. Mark yang ada di samping Elle memperhatikan wajah dan mata wanita itu yang sudah memerah. Mark menghentikan tangan Elle yang ingin menjangkau minumannya lagi, "Hentikan. Kau sudah mabuk, Elle.""Hm? Tidak, aku ingin sekali lagi."Mark menjauhi minuman itu dari tangan Elle. Wanita itu tidak memberontak dan hanya medesah kesal, ia menelungkupkan kepalanya pada lipatan tangan seraya merancau tidak jelas. Eric datang setelah melayani beberapa tamu dan ia melihat Elle yang menelungkup di atas pantry. Pria itu mendesah lelah, Elle yang memang pada dasarnya tidak bisa minum terlalu banyak kini malah memaksakan diri. "Elle, bangunlah! Kau ingin menjadikan club ini sebagai tempat tidurmu, hah?!" Bentak Eric agar Elle bangun. "Saranmu bagus, Eric! Aku akan tinggal disini! Lagi pula tidak buruk juga!""Astaga, ternyata kau lebi
Lucas membuka pintu apartemennya namun hanya kegelapan yang ia lihat. Ia mengerutkan dahinya, tidak seperti biasa, Elle dan Ares akan menyambutnya seperti hari-hari kemarin. Tapi, sekarang lampu saja tidak menyala."Emy? Ares? Kalian dimana?"Lucas terus menyusuri isi apartemen, namun tidak melihat apapun. Perasaan pria itu mulai tidak enak begitu mendapati isi lemari pakaian yang kosong. Lucas tidak tinggal diam, ia berusaha menghubungi Elle, namun tidak ada jawaban."Sial! Apa-apaan ini! Kemana mereka?"Sambil berdecih, Lucas menonjok dinding sebelah kamarnya. Emosinya nyaris membuat dinding itu berlubang. Ia benar-benar prustasi dengan keadaan sekarang ditambah Elle yang entah menghilang kemana. Tidak sengaja, matanya menangkap sebuah benda yang asing baginya. Diambilnya dan diremasnya benda itu kuat-kuat hingga tak berbentuk.Jelas saja, itu adalah undangan yang sempat diberikan Sharon. Lucas benar-benar tidak bisa lagi menahan emosinya. Terlebih lagi, rasa takut yang perlahan h
Kedatangan General Manager baru membuat para petinggi perusahaan sepakat mengadakan makan siang bersama sebagai simbol perayaan. Memilih restoran dengan hidangan yang khas dan juga tidak terlalu jauh. Bukan restoran mewah, namun menu yang ditawarkan cukup variatif, menggabungkan cita rasa tradisional China dan modern dan lezat tentunya. Restoran itu biasanya ramai saat jam makan siang, karenanya Lucas telah meminta sekretarisnya melakukan reservasi via telepon. Sial! Mata birunya terpatri pada pasangan yang sedang asik berdua. Lucas menilik lebih tajam. Mark? Sejak kapan mereka saling kenal?Pikir Lucas. Terlalu fokus membuat Lucas hampir saja tersandung kursi, untung ia dapat menahan diri.Mereka saling memandang, tersenyum, dan sesekali tertawa. Kebahagiaan jelas terpampang di wajah keduanya. Elle dan Markterlihat begitu akrab. Tangan Mark sesekali tampak berusaha menggenggam erat tangan Elle. Kebahagiaan yang justru membuat hati Lucas panas. Dadanya bergemuruh menahan amarah.Tak
Elle menutup pintu ruangannya dan berjalan gontai pada kursi. Pikirannya melayang-layang, memikirkan keberadaan Sharon yang entah bagaimana bisa berada dalam ruangan Lucas. Terlebih lagi, pria itu tidak memberitahunya jika rapat dimajukan. Seolah sengaja ingin menunjukkan padanya jika ia dan Sharon benar-benar akan menikah?Padahal, baru semalam mereka membicarakan ini dan Elle menaruh semua kepercayaan pada pria itu. Tapi, entah mengapa, ada beberapa bagian yang justru membuat Elle bertanya-tanya. Terkadang, Lucas seolah sengaja ingin berterus terang mengenai hubungannya dengan Sharon, namun satu sisi lagi Lucas bertingkah seolah sangat menginginkan dirinya. "Apa yang harus aku lakukan sekarang? Sebenarnya apa yang diinginkan Lucas?"Elle masih ingat betul jika Lucas berjanji padanya untuk tidak membiarkan Sharon mendekatinya lagi. Tapi, tadi jelas-jelas ada wanita itu di sana, duduk di kursi Lucas sambil mencari gaun pengantin. Satu lagi, tanpa pengawasan. Apa benar jika Lucas dan
"Jadi, apa yang kau lakukan dengan anak itu?"Sharon berkata seraya memakai kembali bajunya yang sempat tanggal. Mark yang sedang merokok di balkon tidak langsung menjawab."Kau tidak mendengarku?"Mark melirik sebentar, "Anak itu pasti sedang di rumah sakit.""Apa maksudmu?""Anak itu memiliki riwayat penyakit asma akut, sama seperti Lucas. Hanya saja, bedanya Lucas mulai membaik dan Ares yang semakin parah.""Bagaimana kau bisa mengetahui ini semua?""Kau lupa jika temanku, Eric. Dia sahabat dekat dengan Elle. Jadi, aku bisa mengulik semua informasi dari sana.""Kau benar-benar licik.""Jika aku tidak licik, kau tidak mungkin meminta bantuanku, bukan?"Mark berjalan mendekat setelah mematikan rokoknya. Sharon yang baru saja hendak beranjak dari kasur langsung kembali terduduk begitu Mark mendorongnya. "Apa-apaan, Mark?""Kau mau kemana, Sharon? Aku belum puas. Aku ingin kita bermain lagi.""Kau gila? Aku satu jam lagi ada pemotretan. Aku tidak bisa melayanimu sekarang.""Kita bisa
Nyonya besar keluarga kecil Smith duduk manis di kursi yang berada di depan rumah, ia tengah memperhatikan Ares yang bermain dengan Henry. Tangan kanannya sibuk mengusap perutnya sendiri yang masih rata.Ares yang sudah lelah menghentikan aktivitasnya, ia lalu pamit pada Henry dan berlari menghampiri Elle, langsung mendudukkan diri di samping Elle. Ia menatap sang ibu yang menatapnya itu, lalu kedua matanya tertuju pada perut Elle. "Kapan.. perut ibu besar?" tanyanya.Elle tersenyum tipis. "Mungkin, dua bulan lagi.. sudah mulai terlihat." jawab Lucas, tangan kanannya itu mengusap kepala Ares, merapikan rambutnya yang memang berantakan.Anak kecil bermarga Smith itu mengangguk kecil, ia menghela napasnya panjang. "Ares lelah ibu.." ucapnya lagi dengan rengekan kecil. Tangannya dengan lihai memainkan jari jemari Elle yang menganggur."Itu karena Ares banyak bergerak." balas Elle, ia mengusap wajah Ares dan meniupnya secara perlahan. Banyak sekali keringat yang bercucuran.Ares lalu mend
Elle yang setengah sadar melajukan mobil ibu Smith dengan cepat untuk kembali ke rumah sakit. Begitu ia mendengar kalimat dari sekretaris Lucas yang mengatakan bahwa Lucas kecelakaan, Elle langsung bergegas pergi bahkan meninggalkan Ares dan ibu Smith.Air matanya sudah jatuh membasahi wajahnya, belum setengah jam ia merasakan kebahagiaan karena mendapatkan kabar gembira dengan kandungan keduanya, malah mendapat berita yang benar-benar membuat Elle seperti orang yang kehilangan nyawanya sendiri.Ia tak memikirkan dirinya yang tengah hamil muda, Elle terus melaju beberapa kali membunyikan klakson mobil, hingga akhirnya ia sampai di rumah sakit yang sama. ELG Hospital.Elle segera turun dari mobilnya dan berlari masuk, ia menuju meja resepsionis. "Lucas.. dimana Lucas?" tanyanya tanpa peduli sopan santun.Penjaga itu mengerjap. "Tuan Smith di lantai empat, di--" kalimatnya terhenti karena Elle bergegas meninggalkannya begitu saja.Elle segera menuju ke lift, ia memencet tombol berkali-k
"unh--akhh Lucas it hurts!" Elle langsung protes begitu merasakan gigitan kuat kedua taring Lucas di perpotongan leher kirinya, air matanya mengalir begitu saja. Ia meremas punggung Lucas dengan kuat, Lucas kembali menandainya setelah sekian lama.Lucas tak menghiraukannya, ia melepas gigitannya dan langsung menjilati bekas gigitannya di leher Elle, menjilat habis darah yang keluar dari sana baru ia berhenti. Mendongak dan menatap Elle yang masih merintih karena kesakitan.Lucas mengecup bibir Elle, lalu mulai mengerakkan pinggulnya. "Ahh fuck!" rahangnya mengeras hingga urat lehernya terlihat begitu jelas.Elle menggigit bibir bawahnya, merasakan hentakan keras yang begitu tiba-tiba di lubang miliknya. Ia menatap Lucas yang berada di atasnya, Lucas sudah keluar-masuk dengan mudah di bawah sana. "ohhh! Lucas aah! aah ! ahh! ahh!" hanya bisa mendesah saat merasakan bagaimana kuatnya sentakan Lucas.Sang suami kembali merendah, ia mengecup bekas gigitan yang ia tinggalkan di perpotongan
Mulut Elle menganga lebar begitu ia keluar dari vila dan melihat sebuah motor Harley terparkir di samping mobil yang ia biasa gunakan dengan Lucas untuk menuju ke kota. Kedua matanya mengerjap kecil, ia menoleh ke belakang saat mendengar suara langkah kaki Lucas.Melihat sang suami yang memakai celana jeans dengan jaket kulitnya, Elle menutup mulutnya sendiri dengan kedua matanya yang membulat. Menatap sang suami yang mendekat ke arahnya dan memberikan sebuah jaket kulit yang mereka beli kemarin, sebenarnya Lucas yang memaksa untuk membelinya.Ini hari keempat mereka di sana dan Elle tak menyangka bahwa Lucas akan memberikan sebuah kejutan yang tak pernah ia bayangkan akan terjadi. Ia sudah cukup sebenarnya dengan kemarin, Lucas mengajaknya mengunjungi beberapa tempat wisata yang ada di pulau Hawaii.Ia menerima jaket tersebut. "Kau serius Lucas?" tanyanya dan sang suami mengangguk untuk menanggapi. Elle pernah bercerita pada Lucas bahwa ia dulu saat remaja ingin membeli motor Harley
Elle memakai kembali bajunya saat dokter telah selesai mengecek luka di punggungnya, lalu sang dokter keluar dari ruang inap tersebut. Ia menatap Lucas yang memasangkan kancing baju yang ia gunakan, melihat wajah sendu sang suami. "Lucas, kenapa wajahmu murung seperti itu hm?" tanyanya."Aku sungguh menyesal karena kemarin aku datang terlambat." jawabnya tanpa mendongak, ia terus memasangkan kancing baju Elle hingga selesai dan dirinya baru mendongak. "Maafkan aku sayang.." ucapnya lirih.Elle menggeleng kecil. "Tidak, masih beruntung kau datang sebelum kapal itu berangkat." jawabnya."Tapi karena aku terlambat, kau mendapat luka itu dan--" "Kau juga.." Elle menyela, ia menunjuk lengan Lucas yang diperban karena goresan pisau yang cukup dalam di sana. "Kau juga punya bekas luka tembak di punggungmu, kita sama-sama punya Lucas."Lucas tersenyum tipis, meskipun terkesan sedih. "Maafkan aku hm?" "Tentu Lucas.." ia meraih tubuh Lucas dan memeluknya dengan erat."Aku memaafkanmu dan berh
"Henry." Elle yang duduk di belakang memanggil, ia memangku Ares yang terlelap, karena memang sudah jamnya untuk tidur siang. Henry melirik Elle dari spion tengah tersebut. "Iya, Elle?" tanyanya."Apakah aku boleh bertanya sesuatu?" tanya Elle dan Henry mengangguk kecil untuk menanggapi."Apa kau tidak akan menikah?" tanyanya kemudian, ia memang sering berbincang dengan Henry, tapi ia terlalu ragu untuk bertanya mengenai kehidupan pribadi Henry.Pria itu tersenyum. "Tentu saja saya ingin menikah Elle, hanya saja belum menemukan pasangan yang pas untuk saya." jawabnya.Dahi Elle mengernyit bingung. "Lalu bagaimana dengan Olive, bukankah kau dekat dengannya?" tanya Elle penasaran.Wajah Henry langsung berubah bingung. "Bagaimana anda tahu?" tanyanya bingung.Wanita cantik itu terkekeh pelan. "Bagaimana mungkin aku tidak tahu, hubungan kalian begitu jelas, kau juga terlihat begitu semangat ketika kita ke rumah sakit untuk memeriksa bulanan Ares." jawab Elle. Sungguh, Henry rasanya begitu
Jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi dan Elle baru saja selesai memakaikan baju untuk Ares yang sudah selesai mandi pagi. Ia kemudian menitipkan Ares pada baby sitter yang sudah menjaga anaknya itu sejak Ares baru lahir. Elle keluar dari kamar tersebut dan berniat akan menemui Lucas untuk meminta maaf pasal kejadian kemarin.Ia berjalan menuju kamar Lucas di lantai tiga tapi saat masuk, suaminya itu tidak ada. Elle kembali turun menuju lantai pertama dan langsung mengarah pada ruang makan. Tak ada Lucas di sana dan ia berjalan keluar dari rumah tersebut. "Henry." panggilnya pada pria yang berdiri di teras rumah.Henry menoleh. "Iya Elle?" ia berjalan mendekati Elle."Dimana Lucas?" tanya Elle sembari menatap ke arah garasi yang tertutup."Tuan Lucas sudah berangkat, sekitar sepuluh menit lalu." jawabnya sembari menyunggingkan senyum tipisnya.Dahi Elle mengernyit, tidak biasanya Lucas berangkat sepagi ini dan tidak berpamitan kepadanya. Ia menghela napasnya panjang, sepertinya Luc
Kedua mata seorang pria itu terus memperhatikan tuannya yang sedari tadi hanya mondar-mandir di ruang tamu sesekali melihat jam dinding di ruangan tersebut. "Tuan Elle, sebaiknya anda tidur." ucapnya kemudian. Elle menoleh ke arah Henry dengan wajah khawatirnya. "Aku tidak bisa tidur tentu saja. Aku mau menunggu Lucas." balasnya, padahal jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam tapi sang suami belum pulang dan ponselnya tidak aktif. "Mungkin tuan Lucas sedang ke rumah keluarga Smith atau ada urusan penting. Anda harus istirahat." balas Henry.Elle menghela napasnya panjang. "Tidak." jawabnya, ia lalu mendudukkan diri di sofa ruang tamu dengan kedua matanya yang menatap pintu masuk. "Seharusnya kau ikut Lucas, bagaimana jika terjadi sesuatu padanya? Ini sudah malam Henry."lanjutnya dengan panik. Henry terkekeh pelan dan membuat Elle menatapnya dengan bingung. "Anda lupa bahwa suami anda adalah orang yang ahli bertarung, Elle?" balasnya dengan nada bercanda.''Tetap saja dia manusia
"Show me.. so I can decide to like it or love it."Mendengar ucapan sang suami yang seperti itu, membuat Elle tersenyum senang, ia melepas kemeja Lucas, memperlihatkan otot kekar lengan sang suami. Ia mengusap lengan kiri Lucas dengan gerakan ringan sebelum meremasnya kuat. Ia menatap Lucas dengan intens, menjilat bibir bawahnya sendiri bermaksud menggoda, lalu ia mendekat dan mencium ringan daun telinga kiri Lucas, tapi berkali-kali hingga akhirnya ia mengulumnya.Kedua mata Lucas terpejam, ia menggigit bibir dalamnya untuk menahan diri. Menahan agar tidak seperti beberapa hari lalu yang malah dirinya mengambil alih permainan Elle dan membuat sang istri kesal padanya setelah satu ronde mereka selesai.Elle mengecup leher Lucas. "Bolehkan aku membuat tanda Lucas?" tanya Elle."My body is yours babe." Lucas benar-benar mulai diuji keimanan pria-nya saat Elle terkekeh kecil dan membuat napas hangatnya terasa ke lehernya.Ia menelan ludahnya saat mulai merasakan lidah Elle menyapa lehern