*** Kanaya belum juga bangun, dari semalam ia kewalahan meladeni hasrat dari Raka. Maklum sudah dua minggu suaminya belum menerima haknya. Meski usia pernikahan mereka sudah menginjak ke-tujuh tahun, kemesraan mereka tidak pernah luntur. Perasaan satu sama lainnya semakin erat dari waktu ke waktu.Kanaya membuka matanya dan melihat Raka tersenyum padanya.“Masih capek, Sayang?” tanya Raka, ia mengecup kening Kanaya lembut.“Tadi habis Subuh aku ketiduran, Mas. Dibikin capek sama Mas,” balas Kanaya.Raka tertawa pelan. “Mas kalau sudah kangen sama kamu, bawaannya pingin buat kamu capek, Sayang.”“Tapi, aku malu mau ke luar, Mas. Aku bangun siang, pasti nanti mama sama papa curiga kalau semalaman Mas dan aku lembur,” keluh Kanaya.“Mama sama papa pasti mengerti lah, Sayang. Apalagi kita sudah dua minggu enggak ketemu, mereka pasti paham. Kamu juga ngapain malu ke orang tua sendiri,” ucap Raka.“Malu, Mas. Kita kayak pengantin baru saja, enggak keluar kamar dari semalam,” cicit Kanaya.
***“Sayang, Mas pagi-pagi harus rapat di Balai kota. Bagaimana kalau kita pulang ke Jakarta Minggu pagi?” tanya Raka.“Kenapa enggak sore saja, Mas? “Malamnya Mas mau lembur juga, Sayang. Atasan Mas maunya Mas yang nge-handle semuanya,” balas Raka.“Tapi, liburan Maryam masih satu Minggu lagi, Mas. Kasihan kalau di Jakarta juga, di sini Maryam sama Adam senang banget bisa bebas main sepuasnya tanpa ada yang melarang. Kalau di Jakarta, setiap aku bawa anak-anak pergi pasti ibu akan berceramah panjang kali lebar. Ibu bilang, mending di rumah saja agar uangmu enggak habis. Kalau aku enggak masalah sih, tapi anak-anak masa di rumah aja! Kasihan enggak ada hiburan,” keluh Kanaya.“Maafkan Ibu, Sayang. Ibu enggak ada maksud melarangmu dan anak-anak untuk keluar, ibu hanya kahwatir, tapi caranya saja salah,” ucap Bara.“Selalu saja dibela! Khawatir takut uangnya Mas habis sama aku dan anak-anak,” kesal Kanaya.“Sayang... please! Jangan membahas hal yang buat kita ribut ya.. Mas hanya ingin
*** Media cetak maupun elektronik heboh dengan berita kencan pewaris utama Tjandra Group, Bara Tjandra dengan anak Gubernur Jakarta yang juga seorang model Asia, Cherry Sakura. Headline news memajang photo mereka berdua yang sedang berkencan di salah satu restoran elit di Bandung.Bara merasa kurang sreg dengan kabar yang beredar di media itu, ia merasa pemberitaannya terlalu berlebihan. “Gila! Kenapa media lebih suka dengan gosip sampah seperti ini!” geram Bara.“Karena menghasilkan keuntungan bagi mereka, apalagi berita ini tentang kamu, lelaki yang jarang mengakui perempuan di depan publik, media hanya tahu kamu itu Playboy,” sahut Betrand.“Memangnya generasi kita atau adek-adek kita harus membaca berita sampah dan enggak penting sama sekali untuk kemajuan bangsa kita? Terlalu banyak drama, gimmick dan sensasi yang ditunjukan agar bisa terkenal dengan instan! Orang-orang yang benar-benar berprestasi dan mengharumkan bangsa akan tersingkir dengan orang-orang yang haus popularitas!
*** Saat Regi akan mengeluarkan motor dari parkiran, tak sengaja bertemu dengan Bara. Bara yang melihat Regi dan juga Kanaya langsung menghampiri mereka. “Kalian mau ke mana?” tanya Bara.“Mau antar Kanaya pulang, Bar. Dia lagi tidak enak badan, jadi enggak akan ikut acara alumni,” jawab Regi.“Kamu kan panitia acaranya, Gi. Lebih baik Kanaya aku antar saja,” tawar Bara.Regi langsung menatap kearah Kanaya dengan ragu-ragu. “Iya, Gi. Aku diantar pulang sama Bara saja. Kamu ketua panitianya dan acara juga mau dimulai. Kamu tidak usah khawatir,” timpal Kanaya sambil tersenyum samar.“Benaran, Nay?”“Iya.”“Kalau begitu, aku titip Kanaya sama kamu, Bar. Maaf merepotkan,” pinta Regi.“Kita semua teman, jadi enggak merepotkan,” balas Bara.Setelah Regi pergi, Bara langsung melihat Kanaya yang sedang melamun. Kanaya terlihat muram, ia tak sanggup melihat Kanaaya bersedih. “Nay, kamu kenapa?” tanya Bara, ia khawatir melihat Kanaya menangis.“Aku lagi kurang fit saja,” jawab Kanaya sambil
*** “Kamu tahu kenapa saya meminta Andien untuk memanggilmu ke ruangan saya?” tanya Raka, ia menatap tajam ke kedua gadis yang saat ini sedang menunduk.“Saya tahu, Pak. Maafkan saya dan teman saya,” balasnya pelan sambil terus menunduk.“Siapa namamu?” tanya Raka dengan dingin.“De__dela, Pak,” jawabnya pelan.“Dan kamu?” tanya Raka lagi.“Ssa__saya Fitri, Pak,” jawabnya gugup.“Kenapa kalian memotret saya dan Bu Manda diam-diam di kantor?’ tanya Raka dengan tatapan yang membuat kedua gadis itu merinding.“Saya hanya iseng dan tidak sengaja, Pak. Saat itu hanya untuk seru-seruan, tidak ada niat apa-apa,” jawab Della masih dengan suara yang ketakutan.“Iseng? Seru-seruan?” tanya Raka dengan sedikit emosi. Lalu ia mengembuskan napasnya dengan kasar. “Keisengan kalian bisa menimbulkan fitnah! Dan membuat luka bagi orang lain. Apa kalian mau tanggung jawab? Apa saya perlu menegur atasan kalian karena ulah iseng kalian?” bentak Raka.Keduanya menunduk, mereka tidak berani menatap mata Ra
*** Hampir dua jam Regi dan Bara menjenguk Kanaya di rumahnya, sampai jam menujukan pukul sepuluh malam, Kanaya tiba-tiba merasa kepalanya pusing.“Kamu kenapa, Nay?” tanya Bara menatap Kanaya dengan khawatir.“Aku mau istirahat, kepalaku pusing,” sahut Kanaya pelan.“Kamu tidur saja, jangan larut dan jangan lupa minum obatnya yang tadi dokter berikan,” ucap Bara.Kanaya mengangguk pelan. “Regi, aku tidur duluan, ya. Terima kasih sudah jenguk, salam buat Wulan.”“Oke, Nay. Cepet sembuh,” balas Regi.Kanaya mengangguk dan ia langsung pergi.“Kalau begitu, saya dan Regi pamit pulang, Ma. Sudah malam, maaf menganggu waktu istirahatnya,” pamit Bara.“Enggak ganggu kok. Kapan-kapan kalau ada waktu senggang mampir yah ke rumah Mama, meski Kanaya sudah pulang ke Jakarta, kalau Nak Bara mau mampir, jangan sungkan,” tawar Santi.“Iya, Ma. Insya Allah, nanti mampir ke sini,” jawab Bara dengan sopan.“Mama ke Bara nawarin, tapi ke aku enggak,” keluh Regi, ia berpura-pura memasang ekpresi sedih.
*** Setelah anak-anaknya tidur, Kanaya merasa lapar, ia menuju ruang makan dan tak sengaja melihat ayahnya sedang termenung sendirian di depan televisi. Kanaya merasa ayahnya sedang memikirkan sesuatu hal. Kanaya mengurungkan niatnya untuk makan, ia langsung menghampiri ayahnya.“Papa, kenapa belum tidur?” tanya Kanaya, ia langsung duduk disebelah Asep.“Papa belum ngantuk, Nay. Maryam sama Adam sudah tidur?”Kanaya mengangguk. “Mama besok pulangnya pagi atau siang, Pa?”“Paling sorean, Nay. Kasihan bibimu sedang repot,” jawab Asep.“Papa enggak bisa tidur karena sendirian di kamar yah?’ goda Kanaya sambil tersenyum.“Itu salah satunya. Kamu juga tahu, Papa dan mamamu enggak pernah pisah lama, Nay,” jawab Asep sambil terkekeh. “Kamu kapan pulang ke Jakarta? Kasihan suamimu di sana sendirian,” tambah Asep.“Sabtu aja, Pa. Anak-anak habiskan liburan dulu di sini. Mas Raka juga di sana enggak sendirian ada ibu juga,” sahut Kanaya.“Ya bedalah, Nay. Meski di rumah orangtua sendiri, dia l
*** Para staff merasa heran dengan sikap Raka yang mood-nya hari ini begitu berbeda, Raka selalu menebar senyum dan menanggapi candaan para karyawan seperti biasa. Padahal seminggu terakhir, Raka mudah marah dan juga tak ramah sama sekali.“Nanti makan siang jangan pada pulang ya! Saya sudah pesan makan siang untuk kalian.” Raka berkata pada semua staff-nya.“Wah... dalam rangka apa nih, Pak? Anniversary?’ tanya Andien.“Ulang tahun pernikahan saya sudah lewat, Ndien. Saya hanya sedang bahagia saja,” sahut Raka.“Duh... pasti sumber bahagia Pak Raka, kalau bukan Bu Kanaya yah kedua anak Bapak yang lucu-lucu itu, saya jadi kangen sama Maryam dan Adam,” timpal Andien.“Mereka masih liburan, Sabtu depan baru balik Jakarta, kalau kamu mau, nanti kapan-kapan saya ajak anak-anak ke kantor saat jam istirahat atau kamu main saja ke rumah.”“Kalau masalah itu gampang, Pak. Nanti saya bisa chat Bu Kanaya,” balas Andien.Suara ruangan staff diketuk dan senyuman mengemang dari wajah Adit.“Pak A
***"Ini minum!" Kanaya menyerahkan segelas cappucino pada Bara.Bara mengangguk dan langsung meminumnya. Beberapa menit, mereka terdiam. "Aku itu memang manusia yang selalu membuat siapapun sial ya, Nay. Benar kata Daniel, kalau aku terlahir membawa kesialan bagi orang yang ada di sisiku.""Kamu bukan Tuhan dan Tuhan pun tak pernah menciptakan manusia untuk terlahir membawa sial," tukas Kanaya."Tapi aku berbeda, Nay. Aku membuat siapapun yang di dekatku menderita. Mulai dari kamu yang menderita karena aku. Mami yang bertahan menanggung luka demi aku dan sekarang Cherry. Dia menyelamatkanku dan mengorbankan dirinya, bahkan calon anak kami pun ikut jadi korban. Sepertinya aku hidup pun tak layak.""Kamu harus bersyukur, Bara. Kamu dikelilingi oleh orang-orang yang sangat menyayangimu. Apalagi Cherry, istrimu itu begitu mencintaimu, dia menganggap saat ini kamu membencinya karena dia keguguran. Tidak ada pun rasa dendam padamu, dia benar-benar mengkhawatirkanmu," ungkap Kanaya."Nay, ap
***"Kalian yang menjadi penyebab kenapa aku bisa begini!" ungkap Daniel."Kenapa kamu menyalahkan kami karena kemalanganmu, Ha! Kamu sendiri lah yang tahu bagaimana cara untuk membahagiakan diri sendiri. Jangan menyalahkan kemalanganmu pada siapapun!" balas Bara.Melihat keduanya semakin memanas membuat Veronica berusaha untuk menengahinya. "Sudah, kalian jangan bertengkar di depan orang yang sedang sakit," pintanya. "Daniel karena kamu sudah datang untuk menjenguk om, ayo kita makan malam. Tante sudah masak hari ini. Pasti kamu belum makan kan?""Jangan berpura-pura peduli denganku, Tante! Aku tahu selama ini perhatianmu itu palsu dan tak tulus. Kamu hanya ingin anakmu bahagia dan mengorbankan perasaanku, kan? Kamu hanya berpura-pura menyayangiku!" sahut Daniel dengan intonasi suara yang meninggi."Jangan membentak mamiku! Kamu tidak berhak untuk membentaknya!" geram Bara."Oh, kamu cemburu selama ini, kan? Cemburu pada perhatian kedua orang tuamu yang lebih padaku? Kamu ingin meng
***Akhirnya Gibran dan Mutia sah menjadi suami istri. Rasa bahagia campur haru terus saja menyelimuti kedua keluarga keduanya. Apalagi Asep, ia merasa bangga pada anak bungsunya yang begitu lantang saat mengucapkan ijab Kabul."Akhirnya ya, sekarang enggak jomlo dan galau lagi," goda Kanaya sambil terkekeh."Memangnya a Gibran pernah galau, Teh?" tanya Mutia penasaran."Pernah dan galaunya Gibran itu sampai enggak mau makan dan ngurung diri di kamar," jawab Kanaya, ia sengaja menaikkan volume suaranya agar Gibran mendengarnya dengan sangat jelas."Apaan sih, Teh. Teteh mah ngarang! Siapa juga yang galau sampai enggak mau makan," sahut Gibran protes. "Jangan percaya sama teteh ya, geulis (cantik)," tambahnya menatap mesra sang istri."Dih, ngarang dari mana coba! Kalau Teteh ngarang, lalu ucapan mama sama papa disebut apa? Halu?" tukas Kanaya."Teteh bisa diam tidak? Sudah, itu kan zaman Gibran masih labil," ucap Gibran. Ia tidak mau sampai Kanaya terus membahasnya karena takut rahasi
***Pembatalan pernikahan yang diumumkan oleh keluarga Kimberly membuat publik heboh lagi. Publik sudah menduganya karena memang video dan foto tak senonoh yang tersebar itu memang milik Daniel dan mantan kekasihnya. Hal itu sudah dipertegas juga oleh pihak kepolisian dan Daniel pun sudah dimintai keterangan dari pihak berwajib.Daniel diam seribu bahasa saat para awak media terus saja mencecarnya dengan banyak pertanyaan. Kali ini sikap Daniel tak bersahabat, ia berbeda seratus delapan puluh derajat yang biasanya selalu bersikap ramah.Daniel masuk ke mobilnya, hari ini ia sudah janjian bertemu dengan Kim. Daniel yakin pernyataan keluarga besar Kim itu bukan dari perempuan itu.Daniel sudah datang ke salah satu restoran privat, tampak di sana sudah ada Kim yang sudah menunggunya. Daniel senang karena akhirnya ia bisa bertemu dengan calon istrinya itu."Sayang, kamu nunggu lama ya? Maaf ya, aku harus sembunyi-sembunyi menemuimu karena para wartawan terus saja membututiku," ucap Danie
***Berita pagi ini membuat publik sangat heboh. Publik terkejut dengan tersebarnya video dan foto tidak senonoh dari Daniel dan Lucy. Tampak terlihat keduanya dengan jelas adalah pemeran dari video-video itu. Awalnya saat satu foto tersebar, publik menganggap itu hanya foto editan untuk merusak rencana pernikahan Daniel dan Kimberly, namun saat foto dan video lain tersebar membuat publik jadi yakin bahwa keduanya memang pelaku dari video tak senonoh tersebut.Daniel geram karena ponselnya pagi ini sering berdering dan ia terkejut karena berita pagi ini terus saja memojokannya.'Kenapa sampai tersebar berita sialan itu, Ha? Apa kamu belum juga mengurus si jalang itu dan keluarganya?' bentak Daniel, ia memaki asistennya di telepon.'Maaf, Tuan. Berita itu begitu tersebar tanpa bisa saya kendalikan. Saya juga sulit menemukan perempuan itu,' jawabnya.'Kamu tak bisa langsung membungkam media? Harusnya kamu langsung suap mereka dan meminta meraka untuk menghapus berita sialan itu! Kalau p
***Cherry merasa kepalanya pusing dan badannya terasa berbeda. Mood-nya pun kadang tak stabil. Tak jarang ia selalu ketus pada suaminya. Beruntung Bara hanya diam, marahnya lelaki itu hanya mengepalkan tangannya dan meninju ke sembarang tempat.Sebenarnya dua hari ia sempat beli tespack, tapi tak pernah ia pakai karena takut kecewa. Atas saran dari Kanaya karena melihat gejala yang dialaminya seperti sedang hamil.Cherry menghela napas panjang, pagi ini ia harus berani dan jika pun nanti hasilnya tak seperti yang ia harapkan, Cherry tak akan kecewa. Ditatapnya Bara yang sedang tertidur pulas di sampingnya. "Semoga ada kabar bahagia untuk kita, Kak," gumamnya tersenyum dan ia hati-hati turun dari atas kasur.Dua puluh menit Cherry masih di dalam kamar mandi. Bara yang sudah terbangun pun mencari keberadaan istrinya itu. Tampak Cherry ke luar dari kamar mandi dengan wajah yang Bara duga sedang ada masalah."Kamu kenapa? Sakit?" tanya Bara.Chery tersenyum tipis. "Kak pagi ini bisa anta
***Raka saat ini sedang menunggu seseorang di sebuah cafe. Semalam ia tidak bisa tidur saat Kanaya menceritakan dengan detail tentang pertemuannya dengan Daniel. Raka merasa beruntung karena saat ini Kanaya tak menyembunyikan rahasia apapun darinya.Raka sudah menunggu kurang lebih lima belas menit, lelaki itu tak kunjung datang. Tak lama datanglah orang yang ia tunggu kedatangannya."Maaf agak telat," ucapnya beralasan."Tak masalah, hanya lima belas menit menunggumu," balas Raka. "Mau pesan apa?" tanyanya."Capuccino panas saja," jawabnya. Raka langsung memanggil pelayan dan mengatakan pesanannya, setelah pelayan pergi, barulah Raka mulai bicara serius. "Maaf menganggu waktumu, pasti kamu bingung kenapa tiba-tiba aku menghubungimu dan meminta untuk bertemu," ucapnya."Iya, ada hal yang ingin kamu bicarakan denganku?" tanya Bara."Banyak, apalagi ini menyangkut istriku," jawab Raka."Ada apa dengan Kanaya?" tanya Bara, ia merasa cemas jika terjadi sesuatu pada Kanaya."Dia tak kenap
***"Ternyata capek ya ngurus lamaran juga. Apalagi nanti kalau nikah," keluh Rieke."Kalau memang ingin di handle sendiri ya pasti capek, tapi nanti ada kepuasan sendiri setelah semua yang kamu susun itu berhasil dengan sempurna," ujar Kanaya."Iya, Nay. Aku ingin pernikahanku ini benar-benar berkesan. Biar aku ingat terus," timpal Rieke. "Dulu saat kamu dan mas Raka nikah, apa secapek ini?" tanyanya penasaran.Kanaya mengangguk. "Pasti capek, stres karena ngurus sendiri. Ada yang salah dikit, cemasnya luar biasa. Takut saja ada yang kurang," jawabnya tersenyum."Iya, sih. Kita kan enggak pakai jasa WO. Aku sih ditawarin sama teman, tapi aku menolak karena memang ingin mengurusnya sendirian," sahut Rieke."Tapi nanti jangan kecapean ya! Kamu kan calon pengantinnya, harus sehat biar enggak sakit. Jangan kayak aku, pas acara berakhir kan masuk rumah sakit karena kelelahan," ucap Kanaya mengingatkan."Iya, Nay. Nanti kalau seminggu mau mendekati hari H-nya, aku mau istirahat full di rum
***Publik heboh dengan berita rencana pernikahan Daniel dengan Kimberly. Publik tak menyangka bahwa perjalanan si lelaki playboy itu akhirnya berhenti di hati Kimberly. Padahal yang publik ketahui bahwa selama ini Daniel selalu mengatakan bahwa lelaki itu akan melajang dan tak ingin menikah sama sekali.Berita yang menjadi hot topik itu tentu saja membuat siapapun ingin tahu dan membayangkan bahwa pesta pernikahan keduanya pasti akan digelar sangat mewah, tak kalah dari pesta pernikahan Bara dan juga Cherry."Daniel..." Kim memanggil calon suaminya itu dengan lembut."Ada apa, Honey?" tanya Daniel menatap Kim mesra."Apa kamu serius menikah denganku?" tanya Kim menatap ragu.Daniel tersenyum. "Bukankah aku sudah datang menemui kedua orang tuamu di Jerman? Aku menemui mereka tanpa diketahui kamu. Aku serius denganmu, apa kamu masih meragukan ketulusanku?"Kim menggelengkan kepalanya. "Aku hanya tak yakin saja dengan rencana ini yang tiba-tiba. Apa kamu benar-benar melabuhkan hatimu pa