Share

5 | Pria yang Dia Cintai

"Kamu harus tahu, aku tidak menyukaimu!"

Chelsea berdiri di depannya, masih mengenakan gaun pengantin. Dia sangat tidak sabar untuk menegaskan semuanya pada Roan supaya pria itu tidak terlalu berharap.

Tapi Roan terlihat sangat tenang dan sedikit acuh. Dia menanggapi ucapan Chelsea tanpa emosi, "Aku tahu."

"Ada pria lain yang aku cintai."

Chelsea tak merasa bersalah saat mengakui hal itu. Dia memperhatikan reaksi Roan. Tapi pria itu tak menunjukkan emosi apapun.

Dia tampak melepas dasi dari kerahnya. Dia mendengarkan semua ucapan Chelsea tapi tidak terlalu menanggapi.

"Aku ingin membuat kesepakatan."

Roan menghela napas. Dia menatap Chelsea dan bertanya, "Tidakkah kamu lelah?"

Roan saja sudah menahan kantuk sejak tadi. Dia mengikuti acara pernikahan ini sepanjang hari. Dia tidak bisa beranjak dari podium, menerima setiap ucapan selamat dari para tamu. Roan juga kesulitan mencari waktu untuk mengisi perutnya. Dan kini, Chelsea justru malah mencecarnya dengan tidak sabar. Mereka bahkan baru selesai. Mereka baru bisa beristirahat.

"Jika ingin membicarakan sesuatu, kita bisa membicarakannya besok."

Roan melenggang ke kamar mandi setelah berhasil melepas dasinya. Dia membiarkan dua kancing teratasnya terbuka. Dia sudah kegerahan dan lengket karena keringat. Dia ingin segera merasakan segarnya air. Penampilannya tampak berantakan, tidak seperti biasanya.

Tapi Chelsea yang melihatnya justru terpana. Pria itu terlihat lebih tampan. Bahkan, sejak pria itu melayangkan tatapan kesal tadi, Chelsea dibuat tertegun.

Setelah Roan sepenuhnya masuk ke kamar mandi, Chelsea membenamkan wajahnya di bantal dan memekik frustasi. Bagaimana bisa dia terpesona pada suaminya itu?

****

Roan selesai mandi dalam lima menit, dia melihat Chelsea juga sudah berganti pakaian dan tampak lebih segar. Dia sepertinya menggunakan kamar mandi di kamar lain karena tak ingin menunggu Roan selesai.

Diam-diam, Chelsea memperhatikan Roan dari bayangan cermin sembari mengenakan perawatan kulitnya. Saat Roan melirik ke arahnya, Chelsea akan berpura-pura tidak melihatnya.

Chelsea mungkin tidak tahu, tapi Roan sadar jika perempuan itu memperhatikannya sejak tadi. Roan tak ingin mengungkitnya.

"Aku akan tidur di karpet." Roan melihat permadani berukuran sedang di kamar itu. Sepertinya itu cukup untuk tubuhnya.

Mendengar hal itu, Chelsea terperangah. Dia membanting produk perawatan kulitnya dan berjalan mendekati Roan.

"Apa maksudmu? Kamu menolak tidur denganku?" tanya Chelsea marah.

Roan terkejut. Dia tidak tahu jika Chelsea akan marah hanya karena dia berkata akan tidur di karpet. Bukankah perempuan itu tidak menyukainya? Seharusnya, dia juga tak ingin mereka tidur bersama, kan?

"Apa ... kamu mau melakukan itu?" Roan bertanya hati-hati.

Wajah Chelsea seketika memerah padam. Dia menjauh, dan memalingkan wajah dengan kesal. "Bu-bukan itu!"

Dia memelankan suaranya, tidak seperti sebelumnya. Chelsea kini sedikit malu. Karena ucapannya yang ambigu, Roan jadi salah paham terhadapnya.

"Aku hanya merasa jika kamu menolakku. Aku merasa harga diriku terluka." Chelsea berusaha menjelaskan. "Bukan berarti aku ingin melakukan 'itu'. Tapi, bukankah terlalu kejam membiarkan aku tidur sendiri di malam pertama pernikahan kita?"

Roan meliriknya. Dia mencoba mengerti perkataan Chelsea. Perempuan itu mungkin hanya tersinggung.

Roan sebenarnya tetap ingin menolak, tapi dia tak sampai hati jika harus melukai Chelsea. Bagaimana pun, perempuan itu kini adalah istrinya. Roan tidak mungkin menyakitinya saat mereka baru saja sah menjadi suami istri.

"Baiklah." Roan mengangguk, menyetujuinya. "Aku akan tidur di ranjang, bersamamu."

Chelsea menyembunyikan wajahnya yang memerah. Dia mencoba bersikap tenang meski sebenarnya cukup gugup.

"Aku berjanji tidak akan menyentuhmu."

Itulah yang ingin dia dengar. Pria itu sangat tahu diri. Chelsea seharusnya senang. Tapi, kenapa dia justru merasa kesal?

Saat Roan berbaring di ranjang, menyamping ke arah kanan. Seolah sengaja akan memunggunginya sepanjang malam, Chelsea pun mendelik jengkel.

"Suami macam apa dia?!" batin Chelsea menjerit.

****

Chelsea dibuat kesal di pagi hari karena Roan meninggalkannya untuk bangun lebih awal. Seharusnya pria itu membangunkannya, bukan? Meski Chelsea tidak terlambat, rasanya dia tetap tidak terima dengan sikap Roan yang seakan tidak memperdulikannya.

Untuk memperbaiki moodnya yang buruk, Chelsea meminta Roan untuk menemaninya berbelanja. Mereka masih cuti, jadi mereka memiliki cukup banyak waktu untuk bersenang-senang.

Mereka berdua pergi ke sebuah Mall setelah selesai sarapan.

Chelsea menyeret Roan ke berbagai toko. Dari mulai toko baju, tas, hingga sepatu.

Roan sampai pusing melihat bagaimana lincahnya istrinya ini bergerak melihat berbagai barang yang menarik di matanya.

Tapi, di tengah kegiatan itu, Chelsea tiba-tiba membeku. Dia menemukan seseorang yang dia kenal di Mall itu. Lalu tanpa ragu memanggilnya, "Tristan!"

Roan menoleh, melihat siapa yang dipanggil Chelsea. Dia ingat jika dia telah mendengar nama itu sebelumnya.

"Chelsea?" Tristan terkejut melihat keberadaan pacarnya itu. Dia hanya terpaku di tempat, sementara Chelsea berlari ke arahnya.

"Tristan, aku sangat senang kita bisa bertemu di sini."

"Oh, ya?" Tristan tertawa kecil dengan kaku. Pandangannya lalu menemukan pria lain yang tampaknya bersama Chelsea sebelumnya. Dia juga berjalan mendekat. "Kamu dengan dia? Siapa dia?"

Saat Tristan bertanya seperti itu, Chelsea menegang. Dia hampir lupa jika saat ini Roan bersamanya.

"Aku Roan." Roan dengan senang hati mengulurkan tangannya. "Suami Chelsea."

Baik Chelsea maupun Tristan terkejut mendengar pengakuan Roan yang berani.

"Kau?" Tristan terkekeh sinis. Kini pandangannya menjadi sangat tidak bersahabat. "Jangan bercanda! Gadis ini adalah pacarku!"

Dia tanpa segan merangkul Chelsea di depannya. Roan yang melihat itu merasa tidak nyaman. Saat istrinya sendiri justru berada di pelukan pria lain. Tapi, dia tak bisa berbuat banyak karena Chelsea sendiri seolah tidak menolak.

"Tapi kami sudah menikah. Janji suci yang kami ucapkan di hadapan Tuhan juga bukan sebuah lelucon," balas Roan. Dia menatap Chelsea dan bertanya, "Benar 'kan, istriku?"

Chelsea menjadi sangat malu. Perlahan, dia menjauh dari Tristan, melepaskan tangan pria itu dari bahunya. Tapi, Tristan yang tidak terima justru memeluk Chelsea semakin erat.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status