Kejadian semalam selalu terpikirkan olehku. Bagaimana tidak, aku sangat melihat kekecewaan di wajah Daniel. Padahal, aku belum menjawab apapun pertanyaannya. Namun, dia menyimpulkan bahwa aku tidak mau melakukan hal itu dengannya. Aku sudah meyakinkan diriku berulang kali, bahwa aku benar-benar sudah jatuh hati pada Daniel. Meski aku selalu mengelaknya saat Daniel bertanya. Namun, jika suatu saat Daniel meminta haknya sebagai seorang suami, aku sudah siap sebenarnya. Namun, aku hanya masih takut. Dan kemudian, sikap Daniel menjadi dingin dan berubah padaku. Seperti seharian ini di kantor. Tiba-tiba saja ia meminta Sandy yang menemaninya untuk meeting. Padahal biasanya selalu bersamaku. Aku semakin bersalah dibuatnya. Wajar saja, jika Daniel marah. Dia lelaki normal, yang juga bisa khilaf jika melihat keadaanku seperti semalam. Tapi, aku malah..."Kalau begitu, jujur saja padanya kalau kau mencintainya." Rani berkata padaku saat aku melamun dan meletakkan kepala di atas meja. Aku h
Bagaikan bunga yang bermekaran di taman. Bagai bumi tandus yang di sirami air hujan, bagaikan rembulan menghiasi malam. Dan begitu pula cinta Daniel dan Selena berkembang. Indah, segar, dan menenangkan. Keduanya tak akan pernah tahu dan tak pernah menyangka, bahwa hidup yang mereka jalani sebagai perjanjian kontrak, akan berakhir dengan pernikahan yang sesungguhnya. Meskipun banyak kendala yang mereka hadapi, masalah demi masalah yang seakan tiada henti. Semua seolah tiada arti, karena rupanya kini mereka bahagia dan saling membahagiakan. Meski awalnya terasa menyakitkan bagi Selena, karena harus membohongi Alvaro yang masih menjadi kekasihnya kala itu. Namun, masalahlah yang membawanya dalam keadaan sampai sekarang ini. Manusia hanya bisa berencana. Dan Tuhan adalah penentu segalanya. Dan harapan kedua insan itu hanyalah bisa menjalani rumah tangga dengan sebaik mungkin. *******"Daniel. Kita sudah akan sampai di depan kantor," rengek Selena ketika mereka berangkat ke kantor be
Kekuatan sosial media memang sangat cepat merambah ke seluruh masyarakat. Perusahaan Jaya Group yang sudah terkenal di pelosok negeri ini, menjadi konsumsi publik dan sorotan media. Namun, Daniel dan Sandy serta beberapa staf kepercayaannya sudah mengkondisikan seluruh pegawai dan karyawan agar tetap tenang menghadapi sorotan media. Sekarang, giliran Daniel yang membalas ulah Joshua. Seperti yang dikatakan Sandy, bahwa ia hanya perlu menekan tombol 'Enter' dan mengirimnya ke beberapa sosial media serta ke beberapa wartawan yang sudah dikenal untuk mengirimkan video-video syur Joshua bersama para wanita penghibur. Bahkan, Daniel sudah tahu jika Joshua memiliki bisnis prostitusi serta tempat hiburan yang segalanya berbau-bau wanita serta minuman keras. Saat beberapa waktu lalu Daniel menyuruh Sandy menyelidiki tentang Joshua, ia menemukan hal yang lebih gila lagi. Rupanya, Joshua juga menjadi dalang dari kasus korupsi di perusahaan keluarga calon istrinya sendiri. Daniel tersenyum
"Akhirnya. Melegakan sekali bisa melewati begitu banyak orang yang melontarkan banyak pertanyaan," keluh Selena saat di dalam mobil. Daniel tersenyum memandang istrinya itu. "Istirahatlah sekarang. Karena nanti malam, akan kubuat kau kelelahan," ucap Daniel membuat Selena merona. "Daniel," rengek Selena. "Jangan merengek di sini, Sayang. Atau kau mau melakukannya di sini?""Dasar mesum!" ketus Selena dan Daniel hanya tertawa. Ciiiittt!!!"Daniel, hati-hati!" pekik Selena ketika Daniel berhenti mendadak. "Kau tunggu di sini, Sayang. Aku harus memberi pelajaran pada mereka," ucap Daniel karena tiba-tiba saja mobil di depannya berhenti. Membuat Daniel harus me-rem mendadak. "Daniel, tidak usah!""Tunggu saja di dalam. Jangan keluar, mengerti?" titah Daniel dan segera keluar untuk menemui pengemudi mobil di depannya. Selena hanya bisa melihat dari dalam mobil. Dan tiba-tiba saja Selena terkejut saat melihat Daniel tersungkur akibat dipukul pengemudi itu. "Daniel!" pekik Selena dan
Jessica menatap lekat kedua mata Alvaro. Wanita itu menelusuri kejujuran dalam mata laki-laki yang sebulan lalu bersikeras tak ingin mengakui anak yang dikandungnya. "Jika kau hanya terpaksa, lupakan saja!" putus Jessica dan masuk ke dalam restoran. Untung saja keadaan tempatnya bekerja sedang sepi. Hingga tak membuat gaduh di sana. "Ya, memang aku terpaksa. Tapi kejadian itu sudah terjadi dan aku mengakui salah. Salahku karena berteman dengan bajingan seperti Nick. Jadi aku harus menerima konsekuensinya," jelas Alvaro menghentikan langkah Jessica. Wanita itu menghela napas berat. Ia pun sudah pusing memikirkan tentang nasib anaknya. Bagaimana tidak, ia sudah tak punya keluarga. Hingga banyak pikiran yang membebaninya, tentang bagaimana ia akan merawat bayi itu sendirian."Baiklah. Aku juga sudah lelah. Aku hanya butuh kau saat menjelang malam. Bayi ini rasanya terus ingin berada di dekat Ayahnya," ungkap Jessica lirih. Mengingat bagaimana tersiksanya ia sendirian menangani perasaa
Daniel murka, ketika Arkanta menutup panggilannya begitu saja. Lalu, sebuah pesan masuk yang semakin membuat Daniel ingin mengamuk saja. "Kau tenang saja, Boy. Selena akan aman bersamaku. Sampai jumpa dilain waktu. Ayah akan selalu merindukanmu," tulis sebuah pesan dari Arkanta. Daniel mencoba menghubungi nomer itu kembali. Namun, percuma saja, karena Arkanta sudah mematikan nomer ponsel itu."Brengsek!" maki Daniel kesal dengan memukul-mukulkan tangannya di dasbor mobil. Dari pesan Arkanta, tersirat bahwa Arkanta akan membawa Selena pergi. Daniel segera berpikir untuk segera menemukan istrinya itu. "Kita ke rumah Ayahmu dulu, Niel. Kita harus memastikannya di sana," cetus Sandy setelah melihat kemarahan Daniel. "Jangan! Kita lacak dulu nomer tadi, San. Cepat panggilkan polisi untuk menangani masalah ini," titah Daniel dan Sandy menurutinya. *********Keesokan harinya. Daniel dan Sandy, serta orang-orang Daniel sudah melacak nomer yang digunakan Arkanta kemarin yang digunakan un
Alvaro tiba di Bandara sekitar setengah jam yang lalu. Jessica juga aman saat berada di dalam pesawat. Meski, wanita itu masih cukup bingung dengan keberadaan dirinya yang ikut Alvaro ke tempat asal laki-laki itu. Dan selalu berpikir, apa keputusannya benar?Namun, jauh dalam lubuk hati Jessica, ia merasa tenang jika berada di dekat laki-laki itu. Entahlah, mungkin karena hormon kehamilannya yang meminta dirinya dekat dengan Ayah sang calon bayi. Apalagi, di dalam pesawat dirinya tak ada drama mual muntah seperti yang terjadi akhir-akhir ini. Karena dia duduk di samping Alvaro. "Kau butuh sesuatu?" tanya Alvaro pada Jessica ketika turun dari pesawat. Jessica menggeleng pelan. Alvaro baru menyadari satu hal, tentang apa yang dikatakan wanita itu padanya. Bahwa ia tak bisa jauh dari Alvaro. Terbukti saat Alvaro hendak ke toilet, Jessica terbangun dan terlihat gelisah. Hingga Alvaro mengurungkan niatnya untuk pergi ke toilet.Membuat Alvaro yakin, bahwa kehadiran jabang bayi dalam peru
Selena membuka mata, setelah beberapa saat terlelap. Ia memutar ke sekeliling dan mengingat tentang apa yang terjadi. Begitu sudah sadar, Selena panik dan ingin segera keluar. Namun, tubuhnya tak bisa bergerak karena kaki dan tangan Selena terikat. "Siapa sebenarnya dalang dibalik semua ini?" monolog Selena. "Tolong! Tolong keluarkan aku dari sini! Tolong! Siapapun yang mendengarku, tolong aku!" teriak Selena dengan beringsut pelan menuju pintu. "Bunuh aku..." Sebuah suara yang sangat lirih mengejutkan Selena hingga wanita terhenti dengan pergerakannya. Apa ada orang selain dirinya di ruangan ini? Batin Selena."Si... Siapa kau?!" pekik Selena kaget, karena ternyata ada seorang wanita yang mungkin seumuran dengan Ibunya sedang meringkuk di ranjang yang bersebelahan dengan ranjang Selena. "Ya Tuhan! Bagaimana anda bisa di sini, Nyonya?!""Tolong, bunuh saja aku," pinta wanita yang terlihat sangat lemas dan lemah itu. "Apa yang anda katakan? Bagaimana mungkin seseorang meminta mat