Kekuatan sosial media memang sangat cepat merambah ke seluruh masyarakat. Perusahaan Jaya Group yang sudah terkenal di pelosok negeri ini, menjadi konsumsi publik dan sorotan media. Namun, Daniel dan Sandy serta beberapa staf kepercayaannya sudah mengkondisikan seluruh pegawai dan karyawan agar tetap tenang menghadapi sorotan media. Sekarang, giliran Daniel yang membalas ulah Joshua. Seperti yang dikatakan Sandy, bahwa ia hanya perlu menekan tombol 'Enter' dan mengirimnya ke beberapa sosial media serta ke beberapa wartawan yang sudah dikenal untuk mengirimkan video-video syur Joshua bersama para wanita penghibur. Bahkan, Daniel sudah tahu jika Joshua memiliki bisnis prostitusi serta tempat hiburan yang segalanya berbau-bau wanita serta minuman keras. Saat beberapa waktu lalu Daniel menyuruh Sandy menyelidiki tentang Joshua, ia menemukan hal yang lebih gila lagi. Rupanya, Joshua juga menjadi dalang dari kasus korupsi di perusahaan keluarga calon istrinya sendiri. Daniel tersenyum
"Akhirnya. Melegakan sekali bisa melewati begitu banyak orang yang melontarkan banyak pertanyaan," keluh Selena saat di dalam mobil. Daniel tersenyum memandang istrinya itu. "Istirahatlah sekarang. Karena nanti malam, akan kubuat kau kelelahan," ucap Daniel membuat Selena merona. "Daniel," rengek Selena. "Jangan merengek di sini, Sayang. Atau kau mau melakukannya di sini?""Dasar mesum!" ketus Selena dan Daniel hanya tertawa. Ciiiittt!!!"Daniel, hati-hati!" pekik Selena ketika Daniel berhenti mendadak. "Kau tunggu di sini, Sayang. Aku harus memberi pelajaran pada mereka," ucap Daniel karena tiba-tiba saja mobil di depannya berhenti. Membuat Daniel harus me-rem mendadak. "Daniel, tidak usah!""Tunggu saja di dalam. Jangan keluar, mengerti?" titah Daniel dan segera keluar untuk menemui pengemudi mobil di depannya. Selena hanya bisa melihat dari dalam mobil. Dan tiba-tiba saja Selena terkejut saat melihat Daniel tersungkur akibat dipukul pengemudi itu. "Daniel!" pekik Selena dan
Jessica menatap lekat kedua mata Alvaro. Wanita itu menelusuri kejujuran dalam mata laki-laki yang sebulan lalu bersikeras tak ingin mengakui anak yang dikandungnya. "Jika kau hanya terpaksa, lupakan saja!" putus Jessica dan masuk ke dalam restoran. Untung saja keadaan tempatnya bekerja sedang sepi. Hingga tak membuat gaduh di sana. "Ya, memang aku terpaksa. Tapi kejadian itu sudah terjadi dan aku mengakui salah. Salahku karena berteman dengan bajingan seperti Nick. Jadi aku harus menerima konsekuensinya," jelas Alvaro menghentikan langkah Jessica. Wanita itu menghela napas berat. Ia pun sudah pusing memikirkan tentang nasib anaknya. Bagaimana tidak, ia sudah tak punya keluarga. Hingga banyak pikiran yang membebaninya, tentang bagaimana ia akan merawat bayi itu sendirian."Baiklah. Aku juga sudah lelah. Aku hanya butuh kau saat menjelang malam. Bayi ini rasanya terus ingin berada di dekat Ayahnya," ungkap Jessica lirih. Mengingat bagaimana tersiksanya ia sendirian menangani perasaa
Daniel murka, ketika Arkanta menutup panggilannya begitu saja. Lalu, sebuah pesan masuk yang semakin membuat Daniel ingin mengamuk saja. "Kau tenang saja, Boy. Selena akan aman bersamaku. Sampai jumpa dilain waktu. Ayah akan selalu merindukanmu," tulis sebuah pesan dari Arkanta. Daniel mencoba menghubungi nomer itu kembali. Namun, percuma saja, karena Arkanta sudah mematikan nomer ponsel itu."Brengsek!" maki Daniel kesal dengan memukul-mukulkan tangannya di dasbor mobil. Dari pesan Arkanta, tersirat bahwa Arkanta akan membawa Selena pergi. Daniel segera berpikir untuk segera menemukan istrinya itu. "Kita ke rumah Ayahmu dulu, Niel. Kita harus memastikannya di sana," cetus Sandy setelah melihat kemarahan Daniel. "Jangan! Kita lacak dulu nomer tadi, San. Cepat panggilkan polisi untuk menangani masalah ini," titah Daniel dan Sandy menurutinya. *********Keesokan harinya. Daniel dan Sandy, serta orang-orang Daniel sudah melacak nomer yang digunakan Arkanta kemarin yang digunakan un
Alvaro tiba di Bandara sekitar setengah jam yang lalu. Jessica juga aman saat berada di dalam pesawat. Meski, wanita itu masih cukup bingung dengan keberadaan dirinya yang ikut Alvaro ke tempat asal laki-laki itu. Dan selalu berpikir, apa keputusannya benar?Namun, jauh dalam lubuk hati Jessica, ia merasa tenang jika berada di dekat laki-laki itu. Entahlah, mungkin karena hormon kehamilannya yang meminta dirinya dekat dengan Ayah sang calon bayi. Apalagi, di dalam pesawat dirinya tak ada drama mual muntah seperti yang terjadi akhir-akhir ini. Karena dia duduk di samping Alvaro. "Kau butuh sesuatu?" tanya Alvaro pada Jessica ketika turun dari pesawat. Jessica menggeleng pelan. Alvaro baru menyadari satu hal, tentang apa yang dikatakan wanita itu padanya. Bahwa ia tak bisa jauh dari Alvaro. Terbukti saat Alvaro hendak ke toilet, Jessica terbangun dan terlihat gelisah. Hingga Alvaro mengurungkan niatnya untuk pergi ke toilet.Membuat Alvaro yakin, bahwa kehadiran jabang bayi dalam peru
Selena membuka mata, setelah beberapa saat terlelap. Ia memutar ke sekeliling dan mengingat tentang apa yang terjadi. Begitu sudah sadar, Selena panik dan ingin segera keluar. Namun, tubuhnya tak bisa bergerak karena kaki dan tangan Selena terikat. "Siapa sebenarnya dalang dibalik semua ini?" monolog Selena. "Tolong! Tolong keluarkan aku dari sini! Tolong! Siapapun yang mendengarku, tolong aku!" teriak Selena dengan beringsut pelan menuju pintu. "Bunuh aku..." Sebuah suara yang sangat lirih mengejutkan Selena hingga wanita terhenti dengan pergerakannya. Apa ada orang selain dirinya di ruangan ini? Batin Selena."Si... Siapa kau?!" pekik Selena kaget, karena ternyata ada seorang wanita yang mungkin seumuran dengan Ibunya sedang meringkuk di ranjang yang bersebelahan dengan ranjang Selena. "Ya Tuhan! Bagaimana anda bisa di sini, Nyonya?!""Tolong, bunuh saja aku," pinta wanita yang terlihat sangat lemas dan lemah itu. "Apa yang anda katakan? Bagaimana mungkin seseorang meminta mat
Dulu, saat Selena dan Alvaro masih menjadi sepasang kekasih, hanya dengan isyarat mata saja mereka seolah mengerti maksudnya. Seperti saat ada kuliah yang terasa membosankan, Alvaro hanya mengisyaratkan mata pada Selena dengan maksud keluar dari kelas. Mereka sangat terpingkal setelah keluar dari kelas dimana jam kuliah yang bagi mereka terasa membosankan. Kini, mungkin karena tak lagi bersama, atau mungkin cinta Selena telah hilang dan sirna dari hatinya, hingga lupa tentang isyarat mata yang sering mereka lakukan di kampus. "Baiklah, Boy! Malam ini kita istirahat dulu. Aku sudah mempersiapkan kepergian kita besok. Jadi bersiaplah. Dan jangan mengelabuhiku," ucap Arkanta yang menghentikan isyarat mata Alvaro pada Selena. Untung saja Arkanta tidak melihatnya. "Baiklah, Ayah! Aku sangat senang sekali dengan rencanamu. Sepertinya, malam ini aku akan mimpi indah karena mendapat kejutan darimu," sahut Alvaro yang diakhiri dengan tawa menggelegarnya berharap apa yang dilakukannya diperc
Dua insan yang sedang dimabuk gairah itu sedang berada dalam ruangan dan tengah memadu kasih layaknya pasangan suami istri. Lenguhan, desahan terdengar hebat menggema di ruangan yang cukup besar milik Arkanta. Untung saja, Arkanta membuat ruangan itu kedap suara, karena memang itulah tujuannya ia mendirikan kamar itu. Kegiatan panas Arkanta dan Angel terhenti ketika ketukan pintu terdengar keras dan menuntut untuk segera dibuka. Bahkan, Arkanta menggeram marah dan berjanji akan membunuh siapa saja yang mengganggu aktifitasnya. "Brengsek! Apa yang kalian lakukan!" marah Arkanta saat telah membuka pintu kamarnya. Bahkan, ia tak sempat memakai pakaiannya, hanya sehelai handuk yang menutupi bagian bawah. Arkanta benar-benar marah. Bagaimana tidak, gairahnya sedang diubun-ubun, tapi semua harus terhenti karena pengawalnya datang."Bos! Ada yang datang menyerbu markas kita!" seru salah seorang pengawal membuat Arkanta mendelikkan mata tidak percaya."Apa?!" Deru napas Arkanta makin membur