Share

Bab 2

Penulis: Little Casper
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-23 18:31:59

Dokter mengatakan, bahwa kecelakaan yang terjadi pada kedua orang tua Selena adalah sebuah kecelakaan tabrak lari. Begitu yang di ceritakan oleh Dokter dan dari warga setempat yang membantu dan membawa kedua orang tua Selena ke Rumah Sakit.

Manusia seperti apa yang tega meninggalkan korban kecelakaan yang harusnya membutuhkan pertolongan, malah membiarkannya hingga Ayah Selena meninggal.

Selena marah mendengarnya. Tapi rasanya percuma, jika ia melaporkan pada pihak kepolisian. Tidak adanya saksi kuat yang menyaksikan kecelakaan itu, serta jalanan sepi yang minim penerangan juga tak adanya cctv di jalan yang menjadi tempat kecelakaan kedua orang tuanya.

"Aku akan membantu sebisaku, Sel," ucap Alvaro di samping Selena, saat gadis itu melamunkan nasib Ibunya.

Ibu Selena, mengalami kelumpuhan akibat kecelakaan hebat itu. Membuat kesedihan Selena menjadi berlipat lebih menyakitkan dari yang ia kira.

"Aku sudah tak punya siapa-siapa lagi sekarang, Al," ucapnya dengan terisak tangis dalam dada kekasihnya.

"Duniaku hancur, Al! Duniaku hancur!" tangisnya lagi.

"Masih ada Ibumu, Sel. Masih ada aku," ucap Alvaro menenangkan.

"Harusnya, aku pulang lebih cepat tadi. Andaikan aku pulang lebih cepat, mungkin... Mungkin aku bisa mencegah mereka pergi. Atau mungkin, aku bisa ikut serta dengan mereka, Al," ucap Selena dengan terus berlinang air mata.

Alvaro hanya menatap kekasihnya sedih dimana ia yang juga meneteskan air mata. Gadis cantik yang selalu riang dan selalu membuatnya iri itu, kini tengah berduka. Bahkan, mungkin dukanya lebih dalam dari apa yang pernah ia alami sekarang.

"Aku akan pergi untuk mencari tahu kebenarannya. Mungkin saja akan ada sebuah bukti yang bisa kita laporkan pada Polisi," ucap Alvaro. Selena hanya mengangguk lemah. Ia masih terisak tangis dan menatap iba pada Ibunya yang terbaring sakit dan masih memejamkan mata.

*********

Tiga hari berlalu. Sedangkan kondisi Ibu Selena belum membaik. Setelah luka di sekujur tubuhnya akibat kecelakaan, Ibu Selena mengalami kelumpuhan dan tak bisa berjalan. Sudah sakit tertimpa tangga. Tak hanya kelumpuhan yang ia dapat, nyatanya meninggalnya sang suami masih membekas luka dalam hatinya.

Luka di tubuh mungkin saja bisa sembuh. Namun, luka kehilangan seorang yang kita cinta apalagi pergi untuk selamanya tak akan pernah mengobati kerinduan yang menyeruak di dalam dada.

Selena merasa sakit melihat Ibunya terus menangis dan seakan menyesali dengan apa yang sudah terjadi padanya. Tak hanya luka fisik. Karena psikologisnya mulai terganggu karena kehilangan belahan jiwanya.

"Makanlah dulu. Kau juga butuh tenaga untuk menjaga Ibumu," ucap Alvaro yang datang membawakan makanan untuk Selena.

"Kau selalu membawakanku makanan, Al. Lalu bagaimana dengan uangmu? Seharusnya itu menjadi jatah uang jajanmu dalam sebulan," ucap Selena khawatir.

Selama ini Alvaro selalu mengatakan bahwa ia hanyalah anak kos dan berasal dari kalangan biasa saja yang sudah tak punya orang tua. Selena tidak tahu saja, bahwa seorang Alvaro Sebastian adalah putra dari keluarga kaya di kotanya. Hanya saja, Alvaro sengaja menyembunyikan identitasnya.

"Jangan pikirkan aku. Aku sudah mulai mencari pekerjaan paruh waktu kemarin. Dan gajiku akan dibayar setiap minggu," jawab Alvaro dengan sedikit senyuman berharap menularkan senyum pada kekasihnya yang beberapa hari ini tak lagi dilihatnya.

"Kau bekerja?" tanya Selena menatap kedua manik mata setajam elang itu.

"Ya! Hanya di sebuah Cafe. But, it is not too bad," kata Alvaro entengnya. Padahal dirinya hanya mencari alasan agar Selena tak menolak pemberiannya.

"Setelah ini, aku juga harus mencari pekerjaan, Al. Aku tidak bisa terus bergantung padamu," kata Selena sedih dan menatap ke arah Ibunya yang sudah terlelap di ranjangnya.

"Ya, nanti kita cari pekerjaan bersama-sama. Kamu jangan khawatir. Sekarang fokus pada kesehatan dan kesembuhan Ibumu dulu," ucap Alvaro yang diangguki Selena.

Sebenarnya hatinya masih sakit sepeninggal Ayahnya. Namun, keadaan yang harus membuatnya kuat. Karena Ibunya juga membutuhkannya. Untung saja ada Alvaro di sisinya. Jika tidak, entah akan bagaimana nasib Selena.

"O iya? Kau menemukan sesuatu di tempat kejadian kecelakaan orang tuaku?" tanya Selena menatap kekasihnya.

Alvaro sedikit terkejut mendengar pertanyaan Selena. Ia tergagap untuk menjawabnya.

"Emm,, itu. Itu, di sana memang tak ada apapun. Aku tak menemukan apapun di sana," jawab Alvaro gugup. Selena melihat gelagat aneh pada kekasihnya.

"Ada apa? Apa kau menyembunyikan sesuatu dariku?" tanya Selena curiga. Alvaro semakin kaget mendengarnya.

"Ah, tidak tidak tidak! Aku hanya, ... Aku hanya ingin ke toilet. Haha, iya benar. Aku ke toilet dulu sebentar," ucap Alvaro menghindari pertanyaan Selena.

Meski Selena sedikit curiga, tapi gadis itu mempercayai kekasihnya.

Alvaro mengelus dadanya. Degup jantungnya terasa terdengar sampai ke telinganya. Mana mungkin ia akan bilang bahwa ada sesuatu yang ia temui di sana. Namun, ia enggan untuk mengatakannya. Jika saja Selena tahu tentang hal itu, mungkin saja hubungan mereka akan berakhir di sini.

"Aku akan pulang dulu setelah ini, Al. Aku akan mengambil uang Ayah atau Ibu untuk biaya rumah sakitnya. Mungkin saja, di rumah ada beberapa uang yang tersisa untuk membayar biaya rumah sakit ini," ucap Selena saat Alvaro keluar dari toilet.

"Baiklah, aku akan menjaga Ibumu di sini," ucap Alvaro dan Selena tersenyum lega.

*********

Keesokan harinya, Alvaro pulang ke rumahnya. Gemuruh didadanya seakan tak bisa dibendung lagi. Karena mengingat tentang apa yang ditemukannya di lokasi kecelakaan kedua orang tua Selena.

Brak!!!

Alvaro membuka kasar pintu kamar di depannya. Dan betapa kagetnya saat ia mendapati Ayahnya sedang bermesraan dengan seorang wanita. Bukan sekali dua kali ini ia melihatnya. Bahkan ia merasa jijik memiliki Ayah sepertinya.

"Hey, Nak! Bisakah kau mengetuk pintu dulu?" ucap Arkanta dengan membenahi dirinya yang sudah berantakan.

Alvaro membuang muka, enggan melihat kelakuan Ayahnya. Tangannya mengepal erat. Setelah ia melihat wanita itu pergi dari kamar Ayahnya, Alvaro berbalik dan menatap tajam Ayahnya.

"Sampai kapan kau akan bersikap seperti ini?!!!" tanya Alvaro geram. Ia sungguh muak melihat Ayahnya selalu bergonta-ganti pasangan. Setelah bercerai dari Ibunya, setiap hari Arkanta selalu membawa wanita yang berbeda.

"Wajar saja jika Ibu meninggalkanmu! Kau terlihat menjijikan!" marah Alvaro padanya.

"Jaga ucapanmu, Al!" teriak Arkanta menatap tajam putranya.

Praakkk!!!

Alvaro melemparkan sebuah korek api mahal di meja Ayahnya.

"Ini milikmu, kan?" tanya Alvaro geram. Arkanta melihat benda di depannya. Matanya sedikit membulat seakan terkejut melihatnya. Namun, secepatnya ia merubah mimik wajahnya dengan biasa saja.

Namun, Alvaro sudah menangkap keterkejutan Ayahnya tadi. Membuatnya yakin, bahwa benar apa yang ditemukannya adalah milik Ayahnya.

"Siapapun mempunyai korek api seperti itu, Al. Kenapa kau menuduhku?" tanya Arkanta pada putranya.

Alvaro mengepalkan tangannya. Ia tahu jika Ayahnya hanya sedang menyangkalnya dan mengelaknya.

"Aku benar-benar tak habis pikir! Aku mempunyai Ayah tidak bertanggung jawab sepertimu!! Kau menjijikan! Kau pembunuh!"

"Hentikan omong kosongmu, Al!" teriak Arkanta yang mendengar ucapan Alvaro dan menuduhnya sebagai pembunuh.

"Kau harus bertanggung jawab atas perbuatanmu! Atau aku sendiri yang akan menyeretmu dalam penjara," ancam Alvaro geram pada Ayahnya sendiri.

"Kau berani melakukan hal itu pada Ayahmu?" tanya Arkanta dengan senyum miringnya.

Brak!

Sanjaya Abyakta, Kakek dari Alvaro datang tiba-tiba, masuk ke dalam kamar Arkanta yang sedang berdebat dengan anaknya.

"Kakek bisa lakukan hal itu sendiri, jika bukan nama perusahaan yang akan menjadi taruhannya. Terlalu mudah nama perusahaan akan hancur hanya karena orang bejat seperti Ayahmu, Al!" ucap Sanjaya memandang tajam ke arah putra semata wayangnya.

"Bahkan ia tak becus meneruskan perusahaan!" sambung Sanjaya lagi dengan wajah marahnya.

Alvaro mendengus kesal. Ia juga menyadari dan membenarkan ucapan kakeknya. Ayahnya memang tak pantas meneruskan perusahaan. Dan jika kejadian tabrak lari itu diketahui media, maka perusahaan yang akan menjadi taruhannya.

"Sebagai hukumannya, kau tak diijinkan masuk lagi ke dalam perusahaan! Dan kau! Saham yang kau punya akan aku alihkan pada kedua putramu!" titah Sanjaya membuat Arkanta mendelik kaget karenanya.

"Apa?!!!"

Bab terkait

  • Bukan Pernikahan Kontrak   Bab 3

    "Apa?!!! Mana bisa begitu, Yah!" sangkal Arkanta tidak terima. "Aku sudah memikirkannya baik-baik. Aku sudah sangat lelah harus menyelesaikan semua ulah yang kau perbuat! Dan sekarang, tak akan ada lagi kesempatan untukmu! Berbuatlah sesuka hatimu! Dan jika kau merusak nama baik keluarga dan perusahaan, maka kau tak akan ada lagi dalam daftar ahli warisku!" ucap Sanjaya tegas dan berlalu meninggalkan kamar Arkanta. Alvaro mendengus kesal. Ia menatap tajam ke arah Ayahnya. Lalu keluar mengikuti Kakeknya. "Kek, ada yang ingin aku bicarakan pada Kakek," ucap Alvaro menghentikan Kakeknya yang berjalan tertatih menggunakan tongkat. Sanjaya memberi isyarat pada asisten rumah tangganya yang menemani dan membantunya berjalan. "Kita ke ruangan Kakek saja," ucap Sanjaya yang kemudian berjalan lebih dulu. Dengan sigap, Alvaro membantu Kakeknya berjalan. "Kebetulan, kakek juga ingin bicara padamu. Katakan! Apa yang kamu inginkan?" tanya Sanjaya menatap cucunya. Alvaro mengambil nafas panjan

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-23
  • Bukan Pernikahan Kontrak   Bab 4

    Daniel membanting bingkai foto itu. Rindu sebagai seorang anak tak pernah hilang dari hatinya. Namun, sepertinya, Ibunya itu sudah tak lagi peduli padanya atau bahkan pada Alvaro.Meski lisannya mengatakan tidak pada Kakeknya, tapi hati Daniel sudah merasa tidak tenang setelah pembicaraan dengan Kakeknya.Daniel mulai mengemasi barang-barangnya dan hendak kembali ke tanah airnya. Kejadian tabrak lari yang dilakukan Ayahnya juga sukses mengusik ketenangan hatinya. Pergolakan batin pun terjadi. Saat ia bingung untuk menentukan pilihannya kembali ke rumah, atau tetap pada pendiriannya yang masih ingin di luar negeri. Tapi hatinya juga tidak menyangkal bahwa ia rindu untuk pulang. Juga rindu pada adiknya yang telah beberapa tahun ini tidak ditemuinya. "Mungkin, aku memang harus segera kembali," lirih Daniel dengan senyum tipis menghiasi bibirnya.********Selena sedang mencari info lowongan pekerjaan di internet. Sesekali ia melihat Ibunya yang masih tertidur. Padahal ia sudah sangat bo

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-24
  • Bukan Pernikahan Kontrak   Bab 5

    Hari mulai larut. Daniel masih memandangi langit-langit di kamarnya, dengan kepalanya yang berbantalkan kedua tangannya sendiri. Masih sulit baginya memejamkan mata di bawah atap rumah yang dulu ia tempati. Ia pikir, mungkin ia tak akan kembali ke rumah ini lagi. Meski itu mustahil. Tapi, ia sangat tak ingin lagi berada di rumah ini yang hanya mengingatkan masa kecilnya yang bahkan tak ingin lagi ia ingat. Daniel menghela nafas kasar. Ia kembali duduk dan bersandar di kepala ranjangnya. Melihat sekeliling kamarnya yang terlihat sama saja dengan keadaan beberapa tahun lalu. "Haaaahh! Seharusnya aku tak tinggal di sini lagi," gumam Daniel sendiri. Ia berusaha memejamkan mata sejenak. Ingin mengistirahatkan badannya yang mulai dari kemarin belum bisa tidur dengan nyaman. Ting!Sebuah pesan masuk pada ponsel Daniel. Pria itu segera membuka mata. Menatap ponselnya sejenak, sambil berpikir, siapa gerangan yang mengirim pesan? "Pasti Alvaro," gumam Daniel. Ia meraih ponselnya di atas n

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-25
  • Bukan Pernikahan Kontrak   Bab 6

    "Aku tidak suka melihatmu sedih. Karena, hal itu juga membuat sakit hatiku. Aku ingin kau terus tersenyum cantik seperti tadi," ucap Alvaro membuat Selena kembali tersenyum. Sungguh Alvaro merasa tidak tega untuk mengatakan hal yang sesungguhnya. "Asal kau selalu ada di sisiku, aku akan baik-baik saja. Dan akan terus baik-baik saja," jawab Selena menggenggam tangan Alvaro. Namun, hal itu membuat Alvaro merasa sedikit tercubit hatinya. Bagaimana nantinya jika ia mengatakan bahwa akan pergi untuk beberapa tahun kedepan karena melanjutkan study ke luar negeri?"Makanlah dulu. Kau pasti lapar, kan?" ucap Alvaro dan Selena mengangguk semangat. Selena terus memasang senyum. Bersama Alvaro, hatinya sedikit merasa terobati. Andai tak ada Alvaro, mungkin saat ini ia masih menangisi hidupnya yang terlihat malang. Selena makan dengan senang. Sesekali ia menyuapi Alvaro dan begitupun sebaliknya. Sepasang manusia itu terlihat sangat serasi. Bahkan di kampusnya mereka mendapat julukan sepasang

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-26
  • Bukan Pernikahan Kontrak   Bab 7

    Daniel mendengus pelan. Ia menutup pintu kamar Alvaro, lalu ikut duduk bersama adiknya. "Andai saja aku punya wewenang besar di rumah ini, mungkin aku bisa menunda keberangkatanmu," ucap Daniel menepuk bahu Alvaro. "Aku benar-benar berat meninggalkannya sendiri dalam kesedihan dan kesusahannya," ucap Alvaro lagi. Daniel memicingkan mata menatap adiknya dari samping. "Jadi, kau seperti ini karena kekasihmu? Bukan karena kakakmu ini yang baru bertemu denganmu beberapa hari?" ucap Daniel heran membuat Alvaro tersenyum samar. "Aku juga merindukanmu, Kak," ucap Alvaro beralih memeluk Daniel dan berakhir memanggilnya Kak. Membuat Daniel sedikit heran mendengarnya. "Wah, sebuah kejutan bagiku, kau mau memanggilku Kak. Apa aku sedang bermimpi?" ledek Daniel membuat Alvaro segera melepas pelukannya. "Sudahlah. Aku tak mau mendengar suara Kakek berteriak memanggilku lagi," ucap Alvaro berdiri dan menarik kopernya. Daniel tersenyum menatap adiknya. Lalu mereka pergi ke Bandara.Sanjaya be

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-05
  • Bukan Pernikahan Kontrak   Bab 8

    Tin... Tin... Tin.Terdengar bunyi klakson bersahutan, membuat Daniel sedikit terkejut karenanya. Gara-gara memperhatikan gadis itu, hingga Daniel tidak sadar jika lampu merah sudah berganti hijau. Daniel bernafas lega. Ia merasa sedikit tenang hatinya hanya dengan melihat pemandangan sederhana itu. Entah kenapa, senyum gadis tadi menularkan senyum di wajahnya. Hingga saat ia tiba di kantor. Daniel berjalan lebih ringan dari sebelumnya ia keluar dari rumah. Dan semua berkat gadis dengan senyum manis berhati malaikat yang membuat kagum padanya. __________Daniel memasuki ruang rapat, di mana semua orang telah menunggu kehadirannya. Dan pertama yang ia lihat adalah Ayahnya dengan senyum menyebalkan yang ia berikan tadi dari rumah. Daniel menghela napas lalu duduk di samping sang Kakek."Baik, rapat hari ini kita mulai," ucap Sanjaya menatap semua orang yang hadir dalam ruangan itu. Starlight hotel dan Resort adalah sebuah perusahaan yang didirikan bersama para Saudara dan keluarga

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-05
  • Bukan Pernikahan Kontrak   Bab 9

    "Saya minta maaf, Bu. Saya benar-benar minta maaf. Pagi ini Bus sangat sesak dan berjalan sangat lama," jawab Selena menunduk takut. "Saya tidak mau mendengar alasan apapun! Saya tidak suka dengan orang yang tidak disiplin waktu! Kau bisa putuskan sekarang. jika kau tidak bisa bekerja dengan baik, kau bisa mundur dan akan digantikan orang lain!" ucap Monika dengan menatap tajam ke arah Selena. Selena segera mengangkat kepalanya dan menggeleng menatap atasannya itu. "Maafkan saya, Bu. Besok saya akan berangkat lebih pagi dan tepat waktu!" jawab Selena tegas. Terdengar dengusan kasar dari atasan Selena yang ia lihat seperti guru matematikanya dulu yang killer saat sekolah menengah atas."Aku beri kesempatan sekali lagi. Jika besok kau terlambat, tidak perlu kukatakan kalau kau di pecat, kau harus sadar diri untuk angkat kaki dari hotel ini!" ucap Monika tegas menatap tajam ke arah Selena. Selena memejamkan mata dengan sedikit terkejut, ia hanya mengangguk cepat dan segera masuk ke

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-05
  • Bukan Pernikahan Kontrak   Bab 10

    Selena menghela napas lelah. Ia sudah membersihkan sepuluh kamar dalam waktu tiga jam tanpa henti dan tanpa istirahat. Ia mengusap keringat yang membasahi keningnya. "Kalau saja kau di sini, Al. Kau pasti sudah membawakanku air minum dan sandwich coklat untukku," gumam Selena sembari berdiri melamun di pantry. Ia sedang mengisi botolnya dengan air minum. Kemudian mengulas senyum karena mengingat tentang Alvaro. "Airnya sudah penuh!" seru seseorang memperingati Selena. Membuat gadis itu terkejut dan menyadari bahwa airnya sudah tumpah dari botolnya karena terlalu penuh. "Aahh! Maafkan saya, saya sudah lalai!" pekik Selena kaget. Ia mendapati seorang pria yang berhadapan dengannya. Selena tertegun sejenak, melihat pria tampan di depannya. "Kau baik-baik saja?" tanya pria itu. "A, ... Ya, aku baik-baik saja," ucap Selena terbata dan mengalihkan pandangannya ke arah lain. Selena kembali terkejut, saat merasakan tangannya diusap kain lembut dari pria di depannya. "Apa yang kau, ..

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-08

Bab terbaru

  • Bukan Pernikahan Kontrak   Bab 98. Epilog 2 (TAMAT)

    Apa?!" Begitulah jika Selena ada maunya. Ia akan memanggil Daniel dengan sebutan 'Sayang', karena tahu suaminya itu tidak akan menolak. "Ya, baiklah. Besok aku akan mengurus semuanya," jawab Daniel meski dalam otaknya sudah pusing memikirkan segalanya. Bahkan, pagi-pagi sekali Daniel menghubungi dokter kandungan yang biasa menangani Selena. Sebenarnya, saat check up sejak sebulan yang lalu, dokter sudah bisa memprediksi jenis kelamin bayi Selena dan Daniel. Namun, Selena mengatakan agar tidak mengatakannya. Ia bilang, agar menjadi surprise saat bayinya lahir. Namun, siapa yang menyangka, jika keinginan istri Daniel mendadak berubah?Dokter sudah menuliskan jenis kelamin anak Selena dan Daniel dalam sebuah kertas yang digulung pada sebuah tabung plastik. Lalu memasukkannya ke dalam sebuah balon besar. Karena acaranya begitu mendadak, jadi Daniel tak bisa berpikir untuk melakukan ide rencana yang lebih baik. Untuk itu, ia hanya mengadakan acara seperti pada umumnya. Jika saja Dani

  • Bukan Pernikahan Kontrak   Bab 97. Epilog 1

    Waktu terus berlalu. Bahkan musim telah berganti. Segala masalah yang mereka lewati pun telah menjadi hal yang hanya bisa diingat. Kita tak akan pernah tahu dengan apa yang akan terjadi. Bahkan kesulitan yang kita alami juga datangnya dari Yang Maha Kuasa, semata hanya untuk memberi kemudahan setelah kita bisa melewatinya. Meninggalnya kedua orang tua Selena, pernikahan kontrak yang dilakukan Daniel dan Selena, bahkan harus rela berpisah dengan Alvaro yang notabene adalah kekasihnya. Kemudian meninggalnya sang kakek, kejadian Alvaro di luar negeri dengan Nick, atau kembalinya sang Mama yang membuat Alvaro dan Daniel menangis haru. Serta cinta yang perlahan tumbuh di hati Selena untuk Daniel ataupun sikap rela menerima Alvaro yang mau bertanggung jawab atas Jessica, semua sudah tak luput dari campur tangan Tuhan. Lalu, kini keluarga yang sedang berbahagia itu, sedang riuh menanti kelahiran seorang bayi yang sudah ditunggu sejak sembilan bulan lamanya. Alvaro menangis haru, saat per

  • Bukan Pernikahan Kontrak   Bab 96. Usai

    Setelah drama sesenggukan Jessica di kamar rias, kini sepasang mempelai pengantin itu sedang berjalan menuju altar. Tentu saja Jessica sudah diperbaiki make upnya. Karena air matanya tentu membuat riasan Jessica sedikit rusak. Daniel mengundang semua rekan kerjanya, serta para karyawan di seluruh cabang Jaya Group. Membuat pesta pernikahan Alvaro terasa sangat meriah. "Kenapa kau memandangnya seperti itu?" tanya Daniel ketika Selena menyaksikan Alvaro dan Jessica sebagai raja dan ratu hari ini. Selena hanya memutar bola mata malas. Ia tahu, suaminya itu pasti dalam mode cemburu. "Sayang, aku punya mata. Dan kau sangat tahu apa gunanya mata, kan? Untuk apa punya mata, jika tak digunakan dengan baik?" jawab Selena sehalus mungkin. "Tapi, memandang seperti itu, apakah itu cara yang baik?" protes Daniel kembali membuat Selena menarik napas panjang. Apa salahnya melihat pasangan yang menikah itu sedang berbahagia? "Apa aku tak boleh melihatnya? Apa aku harus ke kamar saja?" kesal Sel

  • Bukan Pernikahan Kontrak   Bab 95. Before Wedding

    Selena mengeratkan pegangannya pada gelas. Ia sudah menduga bahwa Daniel akan berpikir demikian. Salahnya sendiri, kenapa ia menampilkan sikap yang aneh. "Daniel... Aku tidak...""Aku tidak apa-apa, Selena. Aku sangat tahu hatimu. Wajar saja jika kau...""Aku tidak cemburu, Daniel. Aku hanya heran saja, mereka,... Alvaro sangat cepat dekat dengan Jessica. Juga, Jessica..."Selena menggantungkan ucapannya. Ia menyadari jika maksud dari ucapannya juga masih mengandung maksud yang dikatakan Daniel. Daniel segera menangkap kegelisahan istrinya itu. Ia menghampiri Selena, dan meletakkan gelas yang dibawa olehnya. "Tak perlu kau menjelaskan, aku sudah paham. Aku tahu. Sangat tahu. Memang tidak mudah melupakan seseorang yang pernah mengisi hati kita. Namun, harus selalu kau ingat, bahwa ada aku, di sisimu," ujar Daniel meletakkan sebelah tangan Selena di dadanya. Selena tersenyum lega. Sebelumnya ia takut, jika Daniel akan salah sangka padanya. Namun, siapa yang menyangka jika suaminya s

  • Bukan Pernikahan Kontrak   Bab 94. Apa kau cemburu?

    "Daniel?! Kau?! Bagaimana kau bisa ada di sini?" pekik Alvaro yang segera beranjak dan berhadapan dengan Daniel. "Kau belum menjawab pertanyaanku, Al?!""Kau pun tak menghiraukan pertanyaanku, Niel!" kesal Alvaro kemudian. Keduanya mendengkus kesal bersamaan. Membuat Daniel tersenyum geli melihatnya. Ia sadar, dirinya dan adiknya adalah dua orang yang hampir sama memiliki sifat. Yaitu tidak sabaran, dan mungkin mau menang sendiri. "Oke, fine! Tadi aku mengikutimu dari belakang karena...""Dasar penguntit!" kesal Alvaro dan Daniel tercengang mendengarnya. "Dengarkan aku dulu, Adik laknat!" maki Daniel yang terpancing kesal. Alvaro hanya mendengus kasar dan membuang muka. Ia enggan bertatap muka dengan kakaknya itu. "Aku hanya menghawatirkanmu. Jadi aku mengikutimu. Apa aku salah?" "Salah! Karena kau plin plan dengan ucapanmu!" ketus Alvaro beranjak keluar dari kamarnya. Ia tak ingin istirahat Jessica terganggu. "Plin plan? Apa maksudmu?" tanya Daniel heran. Ia mengikuti langkah a

  • Bukan Pernikahan Kontrak   Bab 93. Jessica muntah-muntah

    Sejak kepergian Alvaro saat mereka berpisah di Bandara, sejak itu pula Jessica merasakan kegelisahan. Gelisah karena sepertinya perutnya mulai mengalami rasa tidak nyaman seperti beberapa terakhir yang ia alami. Namun, kembali Jessica mengingat apa yang diucapkan Alvaro tadi, ia memejamkan mata dan mengingat pelukan Alvaro serta mengingat aroma tubuh calon Ayah dari anaknya itu. Sungguh, dia bukan wanita mesum selama ini. Namun, entah kenapa pikirannya tentang Alvaro sedikit membantu mengusir rasa tidak nyaman seperti mual yang ia alami. "Huufftt. Bagus, seperti itu Jessica. Kau pasti bisa," gumam Jessica terus menerus mensugesti dirinya sendiri agar tak menuruti rasa mualnya. Setibanya di apartemen Alvaro, Jessica menemukan kamar Alvaro dengan khas aroma laki-laki itu. Membuatnya merasa senang karena sepertinya ia bisa merasakan kehadiran Alvaro di sini. "Aku akan tidur di kamar ini, Anna. Bolehkah?" tanya Jessica sedikit takut. "Tentu saja, Nona. Tuan Alvaro memberiku pesan unt

  • Bukan Pernikahan Kontrak   Bab 92. Baik-baik saja.

    Daniel memutar tubuhnya dan memeluk erat tubuh Selena. Ia seakan siap membiarkan pisau yang dipegang Angel untuk menusuk tubuhnya. Namun, sepersekian detik, ia masih tak merasakan apapun juga."Alvaro!" histeris Selena. Sontak membuat Daniel menoleh ke belakang.Ia terkejut melihat adiknya terkulai lemas dan melihat darah dari punggungnya. Daniel tercengang. Ia masih tidak percaya bahwa Alvaro menggantikan dirinya ditikam oleh Angel. Segera ia menghampiri tubuh Alvaro dan menopangnya. "Tidak! Boy? Kau tidak apa-apa, kan?" ucap Arkanta yang juga segera menghampiri Alvaro. Darah yang terlihat di tangan Daniel membuat amarahnya mencuat. "Brengsek!" Daniel menarik kerah baju Arkanta dan...Bug"Lihat ulahmu, Brengsek!" Arkanta jatuh tersungkur akibat pukulan keras dari Daniel. Bahkan, laki-laki itu lupa akan status Arkanta yang sebagai Ayahnya. Namun, Daniel sudah tidak peduli. Bahkan, bertahun-tahun lalu ia sudah tak menganggapnya sebagai seorang Ayah.Setelah melukai dan mengurung

  • Bukan Pernikahan Kontrak   Bab 91. Penyerangan

    Dua insan yang sedang dimabuk gairah itu sedang berada dalam ruangan dan tengah memadu kasih layaknya pasangan suami istri. Lenguhan, desahan terdengar hebat menggema di ruangan yang cukup besar milik Arkanta. Untung saja, Arkanta membuat ruangan itu kedap suara, karena memang itulah tujuannya ia mendirikan kamar itu. Kegiatan panas Arkanta dan Angel terhenti ketika ketukan pintu terdengar keras dan menuntut untuk segera dibuka. Bahkan, Arkanta menggeram marah dan berjanji akan membunuh siapa saja yang mengganggu aktifitasnya. "Brengsek! Apa yang kalian lakukan!" marah Arkanta saat telah membuka pintu kamarnya. Bahkan, ia tak sempat memakai pakaiannya, hanya sehelai handuk yang menutupi bagian bawah. Arkanta benar-benar marah. Bagaimana tidak, gairahnya sedang diubun-ubun, tapi semua harus terhenti karena pengawalnya datang."Bos! Ada yang datang menyerbu markas kita!" seru salah seorang pengawal membuat Arkanta mendelikkan mata tidak percaya."Apa?!" Deru napas Arkanta makin membur

  • Bukan Pernikahan Kontrak   Bab 90. Aksi Penyelamatan Selena

    Dulu, saat Selena dan Alvaro masih menjadi sepasang kekasih, hanya dengan isyarat mata saja mereka seolah mengerti maksudnya. Seperti saat ada kuliah yang terasa membosankan, Alvaro hanya mengisyaratkan mata pada Selena dengan maksud keluar dari kelas. Mereka sangat terpingkal setelah keluar dari kelas dimana jam kuliah yang bagi mereka terasa membosankan. Kini, mungkin karena tak lagi bersama, atau mungkin cinta Selena telah hilang dan sirna dari hatinya, hingga lupa tentang isyarat mata yang sering mereka lakukan di kampus. "Baiklah, Boy! Malam ini kita istirahat dulu. Aku sudah mempersiapkan kepergian kita besok. Jadi bersiaplah. Dan jangan mengelabuhiku," ucap Arkanta yang menghentikan isyarat mata Alvaro pada Selena. Untung saja Arkanta tidak melihatnya. "Baiklah, Ayah! Aku sangat senang sekali dengan rencanamu. Sepertinya, malam ini aku akan mimpi indah karena mendapat kejutan darimu," sahut Alvaro yang diakhiri dengan tawa menggelegarnya berharap apa yang dilakukannya diperc

DMCA.com Protection Status