“Jangan takut, dia bukan Tuhan,” ujar Langit kepada Beni.Langit juga tidak bisa berbuat apa-apa, karena semua itu tergantung keputusan Jingga. Kalau Jingga menginginkan pulang ke rumah Fargo atas kemauannya sendiri, Langit tidak akan memaksanya.Dan saat ini juga, Jingga lebih memilih untuk ikut Langit pergi ke desa terpencil itu, karena ingin menghindari sang ayah.Jingga sendiri yakin kalau nantinya Fargo akan menyerah sendiri dan melupakannya.“Ya, benar sekali. Dan kejadian seperti ini sering banget terjadi pada keluarga kaya, anak mereka kabur dan mereka memaksa anaknya pulang dengan menggunakan kekerasan. Kasihan sekali,” ucap Beni lagi sambil menerawang.“Karena dia merasa harta yang dimilikinya masih kurang, makanya mereka akan menjadikan anaknya sebagai alat tukar untuk mendapatkan modal dan keuntungan yang besar dari investor,” jawab Langit.“Benar-benar gila.”Keesokan harinya, Jingga benar-benar ikut Langit pergi ke desa terpencil itu. Dia sudah yakin akan membantu Langit
“Ada apa?” tanya Jingga heran melihat Langit yang tampak tidak nyaman meliht berita yang sedang disiarkan.‘[Polisi harus memeriksa café tersebut, karena menurut masyarakat itu sudah sangat mengganggu membuat mereka ketakutan untuk beraktifitas.]’Dan para wartawan pun melakukan wawancara kepada beberapa orang masyarakat disana, mereka mengaku mendengar suara tembakan beruntun itu cukup lama. Dan mereka juga mengatakan melihat beberapa mobil yang keluar dari area café tersebut dengan kecepatan tinggi.“Itu kejadian kemarin,” jawab Langit pelan.“Iya, memang kemarin. Kan tadi pembawa acaranya bilang kalau itu kejadiannya kemarin,” ujar Jingga yang masih belum paham.
“Hanya mungkin nasib kami berbeda,” jawab Langit cuek.Langit yang sudah menguasai keadaan menyunggingkan senyuman kepada Jingga. Dia harus siap menerima siapa pun yang datang.Mau siapa pun yang datang, mereka tidak akan mengenalnya. Siapalah dia, hanya seorang anak yang dibuang karena tidak diinginkan. Jadi, jangan terbawa perasaan.“Sadarlah Langit, dia tidak akan mengenalmu. Bahkan kau saja tidak akan dilirknya,” ujar Langit dalam hatinya dan menyesap kopi yang berada di atas mejanya.Kebetulan Langit dan Jingga memilih satu ruangan untuk mereka, agar mereka lebih mudah untuk berkomunikasi. Jingga bia mengajari Langit banyak hal. Bahkan kadang jauh lebih semangat Jingga daripada Langit.“Haha
Jingga membulatkan matanya mendengar apa yang dikatakan oleh Langit.“Darimana kamu tahu semua itu? Apakah kamu berbakat untuk menjadi pengarang?” tanya Jingga yang pastinya masih merasa tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Langit.Jingga merasa kalau saat ini Langit sedang bermain-main, karena bisikan dari Zafran.“Apa kamu lupa kalau aku sudah bertemu dengan papa kandungku? Dari mana aku lahir kalau hanya punya papa? Pastinya aku memiliki seorang ibu yang telah menampungku di dalam rahimnya selama sembilan bulan, meskipun setelah itu aku langsung disuruh berusaha sendiri kalau mau hidup,” kekeh Langit.Jingga mengangguk, dia tahu kalau seorang anak pasti memiliki ibu. Hanya saja, mungkin Langit saja yang kurang beruntung, sehingga dia ti
“Aku mendapat undangan,” jawab Langit sambil tersenyum.Jingga mengernyitkan keningnya melihat Langit yang begitu bahagia. “Undangan dari siapa? Pernikahan? Atau undangan apa?”Langit menyodorkan undangan itu kepada Jingga dan meminta sang istri untuk membacanya sendiri. Dan beberapa saat Jingga tampak begitu fokus dengan undangan itu.Tiba-tiba…“Selamat, akhirnya kita diakui di dunia perbisnisan,” ujar Jingga yang dengan refleks memeluk Langit dengan erat.Bagaimana mereka tidak bahagia, itu adalah undangan penghargaan. Perusahaan yang mendapat undangan itu biasanya adalah perusahaan-perusahaan yang diakui oleh mereka memiliki sesuatu yang menarik. Dan tahun ini perusahaan mereka m
Deg!Jantung Langit terasa berhenti berdetak saat dia melihat siapa orang yang ada di hadapannya ini. Pandangan mereka bertemu, dan itu membuat Langit merasa tidak karuan.Langit dan Jingga saling pandang, keduanya seolah-olah memiliki ke bimbangan masing-masing. Dan seperti sedang berbicara melalui telepati.Sudah pasti keduanya terkejut melihat wanita di hadapannya itu, dia adalah Maika Lubasya. Dia adalah ibu kandung Langit. Dan entah apa yang membawanya untuk menyapa Langit."Oh iya, boleh," jawab Langit dengan terbata-bata.Sudah pasti Langit gugup, walaupun ini adalah kali keduanya bertemu secara langsung, tapi rasanya kali ini sangat berbeda."Siapa nama kamu tadi?" tanya Maika sambil tersenyum."Langit Lubasya Gauri," jawab Langit. Dia sangat yakin kalau sekarang Maika teringat sesuatu dengan nama tersebut. Atau Maika juga akan marah seperti yang dilakukan oleh Zafran karena namanya Lubasya?"Dimana kamu
"Bahaya untuk kalian jalan di tengah malam seperti itu. Kenapa gak pilih menginap saja? Araka punya hotel, bahkan di rumah bu Juni juga menyiapkan kamar untuk kalian pulang kesana. Ini malah pulang kesini menempuh perjalanan dua jam tengah malam," ujar Abizar keesokan paginya.Beliau sedang duduk berdua dengan Langit, sedangkan Jingga mengantarkan Biru ke sekolah sekalian menunggunya pulang.Jingga mengatakan kalau dia akan menikmati cuti ini dengan bermain bersama Biru sepuasnya."Jingga mau pulang agar bisa mengantarkan Biru ke sekolah, Pa. Katanya dia sangat jarang melakukan itu untuk Biru," jawab Langit.Sontak saja jawaban dari Langit itu membuat Abizar memandang wajah Langit tidak percaya. Bagaiamana bisa seorang Jingga berubah secara tiba-tiba."Sejak kapan dia peduli kepada Biru? Bukankah selama ini dia tidak pernah peduli kepada Biru," tanya Abizar benar-benar keheranan.Langit menghela nafas berat dan menyunggingkan sen
Tes!Satu tetes bening yang jatuh dari langit mengenai wajahnya. Dia menghapus dengan jarinya, dan bahkan saat ini malah air matanya yang jatuh berderai."Alam pun menangis melihat kekejaman seorang ibu kepada anaknya. Maafkan aku," gumam Maika lagi.Ingin sekali rasanya dia memeluk Langit dan meminta maaf kepadanya atas apa yang telah dia perbuat.Namun, semua itu hanyalah menjadi khayalannya. Bahkan lidahnya tidak mampu berucap yang sebenarnya."Nyonya, hari mau hujan. Sebaiknya masuk."Seorang pembantu rumah tangga mendatanginya dan mengajaknya untuk masuk ke dalam rumah, mereka tidak ingin melihat sang majikan menjadi sakit. Meskipun mereka tidak tahu apa masalah yang sangat mengganggu Maika.Hujan yang semula hanyalah tetesan kecil dan jarang, sekarang tetesan yang jatuh mulai membesar diiringi oleh angin."Sebentar lagi, Bi," jawab Maika berusaha tersenyum.Saat ini, Maika memang tinggal seorang d
Hingga malam mereka berada di rumah Fargo dan Leni, mereka membantu mempersiapkan segalanya dan juga ternyata minimarket yang sudah disiapkan oleh Langit dan Jingga itu semuanya sudah terisi. Mereka hanya tinggal membukanya saja dan melayani, bahkan minumarket tersebut dilengkapi dengan mesin kasir dan semuanya.Juga ada kontak supplier yang akan mengisi minimarket mereka, pokoknya Fargo dan Leni hanya tinggal duduk diam mengelola minimarket tersebut. Dan mereka berharap kalau keduanya benar-benar serius dan bisa membuat minimarket tersebut lebih maju. Meskipun kondisinya mereka benar-benar berubah 180 derajat, berubah dari mereka yang awalnya seorang pengusaha seorang pemilik perusahaan yang tinggal di perumahan mewah biasa dilayani dengan beberapa orang pembantu. Dan sekarang mereka benar-benar melakukannya sendiri dengan tangan dan kaki mereka sendiri. Tapi, Langit melihat adanya keseriusan di wajah Fargo dan Leni.“Kami akan pulang, nanti kapan-kapan kami akan datang lagi ke sini
“Sekarang kemana tujuan kalian?" tanya Langit kepada Fargo. Fargo dan Leni tampak menggelengkan kepalanya, karena mereka saat ini tidak tahu harus kemana. Sebab mereka tidak memiliki tujuan, beberapa hari setelah diusir oleh pihak bank mereka memilih tinggal di hotel. Namun, ternyata biaya hotel pastinya terus membengkak dan mereka tidak mungkin terus-menerus untuk tinggal di hotel tersebut. Apalagi dengan kondisi mereka yang tidak memiliki apapun. Mereka pastinya tidak akan bisa membayar dan sudah bisa dipastikan kalau mereka pastinya memilih hotel bintang lima.“Kalau begitu nanti setelah bertemu Jingga dan juga setelah bertemu Zaki, kita akan makan. Aku akan mengantarkan kalian ke rumah yang kami siapkan itu. Kami sudah membeli rumahnya waktu itu kami menawarkan rumah karena memang kami sudah menyiapkan untuk tempat kalian tinggal dan juga di samping rumah tersebut ada minimarket yang juga nanti silakan kalian kelola untuk biaya kehidupan sehari-hari. Memang rumah yang kami siapka
Dua hari setelah Langit dan Jingga mendatangi rumah Fargo dan Leni ditolak karena tidak mau mengajak keduanya tinggal di rumah Maika.Akhirnya hari itu ternyata pihak bank berusaha untuk menggusur mereka rumah. Mereka sudah diwajibkan meninggalkan rumah dan semua kendaraan yang mereka miliki juga sudah disita.Dan menurut informasi yang Langit dapatkan, kalau semua itu juga masih terdapat kekurangan beberapa miliar dari semua asetnya tersebut.Meskipun keduanya menolak tawaran dari Langit dan Jingga pada malam itu, namun Langit tetap menyediakan sebuah rumah untuk kedua mertuanya itu. Karena dia yakin suatu saat kedua mertuanya pasti akan kembali ke rumah tersebut, sebab kalau rumah mereka sudah digusur mereka tidak memiliki tempat tinggal lagi.Tok! Tok! Tok! Pintu kamar Langit dan Jingga diketuk dari luar siang ini dengan pelan.Langit dan Jingga sedang beristirahat di kamarnya bersama dengan Zaki. Kebetulan hari ini adalah hari libur. Jadi, Langit sedang menemani Jingga di rumah d
"Tidak bisa, Pa! Kami tidak bisa mengajak kalian tinggal satu rumah dengan kami. Kalau kalian tidak mau ya sudah kalian tinggal saja di sini sampai kalian diusir oleh bank, kami tidak peduli lagi. Kenapa sih kalian selalu saja memaksa keinginan kalian, seharusnya kalian itu sadar dengan semua yang kalian alami," ujar Jingga berteriak saking kesalnya sambil berdiri bersiap meninggalkan kedua orang tuanya yang terus memaksa Langit untuk mengajak mereka tinggal bersama di rumah Maika.Bagaimana bisa mereka mau tinggal di rumah milik Maika, sedangkan pemilik rumah juga masih tinggal di sana. Berbeda kalau Fargo dan Leni mau tinggal bersama dan tidak ada Maika disana, tapi ini Maika saja masih tinggal bersama Langit dan Jingga di rumah tersebut. Dan keduanya memaksa untuk tinggal di rumah itu, hanya karena mereka merasa malu turun kasta yang biasanya tinggal di rumah besar dan mewah dan memiliki perusahaan harus tinggal di rumah sederhana yang kecil.Langit dan Jingga hanya akan memberikan
Tanpa terasa setahun sudah kelahiran Zaki, hari ini dirayakannya pesta ulang tahun untuk bayi yang sudah bisa berjalan tersebut. Semua orang bersukacita. Pun termasuk Biru yang saat ini sudah beranjak remaja. Dia akan memasuki ke sekolah lanjutan pertama, dia akan tinggal di kota bersama Langit dan Jingga di rumah Maika. Dia merasa begitu senang dengan pencapaiannya telah berhasil menyelesaikan sekolahnya di desa. Meskipun tinggal di desa, namun Biru tidak kalah dengan anak yang bersekolah di kota. Dia memiliki kemampuan yang hebat, kecerdasannya tinggi. Kemampuan akademiknya sangatlah tinggi.Dan seperti biasa, Fargo dan Leni belum ada perubahan sedikit pun. Mereka masih terus saja memanfaatkan Langit dan Jingga. Sudah tidak terhitung lagi berapa besar bantuan yang diberikan Langit kepada mereka.Hingga suatu hari, seminggu setelah acara ulang tahun Zaki, Langit menerima kabar dari surat kabar yang mengatakan kalau saat ini Fargo benar-benar jatuh, semua perusahaannya habis terjual d
Hari-hari yang dilalui Langit begitu bahagia setelah kehadiran anaknya. Setiap pulang bekerja rasanya semua letih dan lelahnya langsung hilang karena melihat senyuman dan tumbuh kembang anaknya yang begitu pesat.Sekarang ini anaknya sudah berumur 5 bulan, wajahnya semakin gemuk dan putih. Bayi berusia 5 bulan tersebut semakin lama semakin mirip dengan Langit.“Aku merasa tidak adil, tapi aku tidak tahu harus protes ke siapa," ujar Jingga di suatu weekend di saat mereka semua sedang berkumpul di rumah Maika.Semua orang tua Langit berkumpul di sana seperti biasa, mereka bermain bersama cucu. Kegiatan baru mereka saat ini adalah setiap weekend pasti berkumpul untuk melihat perkembangan cucu mereka.Mendengar apa yang disampaikan oleh Jingga, membuat semua orang melihat ke arahnya. Saat ini bayi Zaki sedang digendong oleh Abizar dan Hani, keduanya tampak sedang bermain bersama bayi Zaki.“Maksud kamu kenapa tidak adilnya? Bagaimana?" tanya Bu Juni kepada menantunya itu. Bu Juni sedikit
Beberapa saat Leni berdiri di depan pintu. Tidak seorangpun mempersilakannya masuk karena semua orang tidak bisa lagi berkata apa-apa. "Bahkan ketika Mama sudah di sini pun, kau tidak mempersilahkan Mama masuk. Begitukah caramu mau nyambut Mama? Dan Begitukah caramu menghormati mertuamu, Langit?" tanya Leni kemudian.“Kalau mau masuk masuk aja, Ma. Semua orang di sini tidak ada yang izin untuk masuk, karena semua yanga datang ke sini atas kabar yang disampaikan olehku. Termasuk Mama juga kan sudah mendapatkan kabar dariku kalau Jingga mau melahirkan. Dan setelah Jingga lahiran juga aku kembali mengabarkan kepada kalian. Dan juga disini semuanya adalah keluarga,” jawab Langit.“Entah apa yang dimaksud Mama dengan kami tidak memberikan kabar. Mungkin maksud Mama kami tidak menjemput. Maaf, kalau untuk menjemput kami tidak akan sempat untuk menjemput kalian. Karena di sini juga aku sedang menunggu istriku yang mau melahirkan. Sekarang mama sudah datang ke sini dan mau masuk, ya silakan m
“Baiklah kalau begitu, aku hanya mengabarkan. Disini aku tidak pernah memaksa Papa dan Mama untuk datang kemari," ujar Langit kemudian.Langit mematikan sambungan telepon tersebut dan menghela nafas berat, sedangkan Jingga tampak memandang wajah Langit dalam. Dia seolah paham dengan apa yang diterima oleh Langit tersebut.“Tidak apa-apa yang penting kalian sudah mengabarkan. Tugas kita itu hanya memberitahu. Kalau nantinya tanggapan mereka tidak mau datang yaitu terserah mereka. Tugas kalian sebagai seorang anak sudah ditunaikan kalian mengabarkan kepada kedua orang tua Jingga kalau akan segera melahirkan, siapa tahu nanti mereka berubah pikiran dan datang untuk menemui cucunya. Nanti mereka akan kembali marah seperti saat dulu saar baru hamil tidak diberitahukan," ujar Maika menenangkan Langit dan Jingga.Pasangan suami istri itu hanya menganggukan kepalanya. Langit terus memegang tangan Jingga dan mengelus kepala sang istri dia ingin memberikan kekuatan kepada Jingga yang saat ini s
Setelah kejadian itu hubungan antara Maika dan keluarga Lubasya kembali memanas. Bukan hanya Dodi yang kembali memusuhi Maika, tapi Dodi berhasil mengajak seluruh keluarga yang lainnya untuk memusuhi Maika.Bahkan mereka dengan terang-terangan kali ini meminta kepada Maika untuk mengembalikan semua harta yang didapatkan dari hasil bekerja dengan Lubasya Group. Maika hanya menggelengkan kepalanya dia benar-benar tidak menyangka, kalau ternyata hubungan antara keluarga Lubasya itu bukanlah hubungan keluarga melainkan hubungan harta. Mereka saling memanfaatkan di sana sini. Padahal mereka juga mempersiapkan untuk anak mereka masing-masing. Tapi entah mengapa mereka sangat tidak ikhlas ketika Maika memberikan harta itu kepada Langit.“Ma, tadi ada utusan dari Lubasya Group mendatangi kantorku,” ujar Langit kepada Maika setelah dia pulang dari kantor.Langit biasanya memang langsung memberikan laporan kepada Maika jika ada sesuatu hal atau berita atau informasi apapun yang dia dapatkan m