Beranda / Urban / Bukan Pengasuh Biasa / Ancaman Pembunuhan

Share

Ancaman Pembunuhan

Penulis: Hare Ra
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-04 22:57:01

"Aku serius. Tuan Abizar mengkhawatirkanmu," jawab Beni.

Langit menggelengkan kepalanya, dia tidak percaya dengan penjelasan Beni. Langit yakin kalau Abizar pasti ada tujuan lain.

"Sampaikan sama Tuan Abizar, aku bukanlah menantu yang diharapkan oleh Tuan Fargo. Bahkan saat ini aku sudah diusir dari rumahnya. Jika Tuan Abizar mau sesuatu dari Fargo dengan memanfaatkanku, itu semua percuma," ujar Langit kemudian.

Sontak saja apa yang Langit katakan itu membuat Beni terkejut. Dia tidak menyangka kalau ternyata masalahnya sangat tidak sederhana. Bahkan saat ini Langit sudah di usir oleh tuan Fargo.

Beni ingin segera melapor kepada Tuan Abizar, namun beberapa saat kemudian Langit kembali bersuara.

"Kamu antarkan sendiri ke ruangan Biru apa yang kamu bawa itu, dia pasti sangat senang bertemu denganmu," ujar Langit kepada Beni.

"Boleh saya masuk?" tanya Beni memastikan.

Langit hanya menganggukkan kepalanya. Dia tidak mungkin melarang Beni masuk. Karena Biru pasti sangat senang kalau bertemu
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Bukan Pengasuh Biasa   Tidak Takut Mati

    “Kau!” teriak Tuan Fargo marah.Mungkin Tuan Fargo tidak menyangka kalau Langit tidak seperti yang dia bayangkan. Dia pikir Langit bisa dan takut dengan ancaman, ternyata dia salah. Langit bahkan tidak takut apapun.“Karena ini kesepakatan antara aku dan Jingga, jadi ini urusan kami. Jangan pernah mengancamku dengan apapun,” jawab Langit yang kemudian mematikan sambungan telepon tersebut.Tut!Langit menyimpan kembali ponselnya, dia tidak bisa selalu di hina dan diancam oleh Fargo. Dia harus segera bangkit, dan tidak akan terlena dengan pekerjaan menjaga Biru saja. Dan Lngait berpikir kalau dia akan menggunakan uang 2 miliar itu sebagiannya untuk membuka usaha. Karena dia tidak tahu kapan Jingga akan meninggalkannya. Sebab, dia tahu Jingga tidak membutuhkan dirinya. hanya saja saat ini Jingga terpaksa dengan pernikahan ini, karena sesuatu keadaan.Langit menghisap dalam-dalam rokoknya dna membuang asap putih itu dengan kasar. Dan tidak lama, asap-asap itu hilang tertiup angin.Di dala

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-05
  • Bukan Pengasuh Biasa   Aku Tidak Memiliki Nama yang Perlu Dijaga

    “Sebenci itukah kamu sama papa?” tanya Abizar dengan suara yang sedih dan tanpa terasa dua bulir bening jatuh di pipinya.Langit memalingkan wajahnya, dadanya terasa sesak saat melihat seseorang menangis di depannya. Dan apalagi yang dilihatnya saat ini adalah seorang lelaki yang harusnya tegar dan kuat akhirnya meneteskan air matanya karena ulahnya.“Aku tidak pernah membenci siapapun. Dan aku juga tidak peduli lagi apakah aku punya orang tua dan tidak. Aku sudah bersyukur memiliki ibu yang sudah seperti ibu kandungku sendiri. Jadi, jangan pernah merasa bersalah, kalau tidak kalian buang aku tidak akan merasakan pengalaman hidup seperti ini,” jawab Langit menenggak habis kopinya.Hatinya juga sesak melihat Abizar menangis. Dan entah mengapa melihat hal itu Langit menjadi yakin kalau lelaki yang berada di hadapannya ini memang ayah kandungnya.“Oh iya satu hal lagi. Apakah Tuan juga menyadap ponselku? Kenapa bisa tahu kalau Tuan Fargo mengancamku?” tanya Langit yang baru sadar dengan

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-05
  • Bukan Pengasuh Biasa   Berita dari Panti

    “Bu…,” panggil Langit dengan suara pelan.Dia panik, namun saat mendengar suara ibunya dia semakin yakin kalau terjadi sesuatu kepada ibu dan adiknya di panti. Langit mencoba menguasai emosi dan rasa ke khawatirannya.“Langit, kamu dimana, Nak?” tanya bu Juni akhirnya.Dan Langit bisa mendengar kalau sebenarnya ibunya saat ini sedang menangis. Entah apa yang terjadi, wanita paruh baya itu masih sempat bertanya dimana Langit tinggal. Mungkin beliau juga sangat mengkhawatirkan anak asuhnya itu, sebab kemarin Langit sempat menceritakan kalau dia diusir dari rumah Tuan Fargo.“Aku ada di apartemennya Jingga, Bu. Jangan khawatir, saat ini masih menjaga Biru,” jawab langit.“Ada apa sebenarnya, Bu? Mengapa ibu menangis?” tanya Langit yang sudah tidak sabar mau mendengar masalah yang dihadapi oleh ibunya.Langit tidak bisa menunggu.“Panti kita digusur. Besok pagi mereka akan merobohkan panti ini,” jawab Bu Juni yang tampaknya sudah mulai sedikit tenang.Deg!Jantung Langit rasanya berhenti

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-06
  • Bukan Pengasuh Biasa   Meminta Bantuan Abizar

    “Katakan mengapa kau lakukan ini, hah?” tanya Langit yang belum juga melepaskan cengkeraman tangannya.Jingga berusaha memberontak dan melepaskan diri dari cengkeraman Langit. Namun, karena tenaga Langit lebih kuat. Pastinya tidak mudah untuk melepaskan diri. “Langit! Apa yang kamu lakukan?” tanya Jingga dengan suara yang tercekat.Seketika Langit tersadar dengan apa yang dilakukannya, dan langsung melepaskan tangannya dari Jingga.Uhuk! Uhuk!Jingga terbatuk-batuk dan berusaha menghirup oksigen sebanyak-banyaknya. Dia baru pertama kalinya melihat Langit sampai semarah ini. Padahal Jingga juga tidak tahu apa yang terjadi, dan mengapa Langit melakukan itu sambil menyebut panti asuhan.Jingga memang tahu dengan panti asuhan yang dulu menjadi tempat tinggal Langit. Dan Jingga juga mengakui kalau dia sempat mengancam Langit dengan panti asuhan itu. Tapi, apa yang Langit katakan malam ini Jingga benar-benar tidak mengerti.Mereka baru saja pulang dari rumah sakit dan pindah ke apartemen i

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-06
  • Bukan Pengasuh Biasa   Belum Terbiasa

    “Aku belum terbiasa,” jawab Langit pelan.Langit menghela nafas berat, dia tidak tahu apakah dia akan percaya dengan semua yang dikatakan oleh Abizar atau tidak. Yang terpenting saat ini adalah dia harus menyelamatkan panti asuhan terlebih dahulu.“Tidak usah cemas, besok pagi akan papa selesaikan,” ujar Abizar lagi.“Terima kasih,” ucap Langit sebelum menutup sambungan telepon tersebut.Tut!Sambungan telepon terputus, Langit kembali menyalakan rokoknya. Akhirnya tidak ada pilihan lain, dia harus meminta bantuan Abizar. Lelaki yang baru saja ditemuinya beberapa hari yang lalu dan mengaku sebagai papa kandungnya.Pfuuuh!Langit membuang asap yang memenuhi rongga tenggorokannya. Ada rasa lega dan juga beban baru yang secara bersamaan memenuhi hatinya. Dia lega karena akhirnya bisa menyelamatkan panti asuhan, meskipun dia belum tahu hasilnya.Dan juga ada beban baru di dalam dadanya, yaitu dia harus mengakui kalau Abizar adalah benar ayah kandungnya. Sedangkan dia tidak tahu kebenaran i

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-07
  • Bukan Pengasuh Biasa   Ini Sebuah Takdir

    “Bapak siapa?” tanya bu Juni keheranan saat mendengar jawaban dari Abizar.Bu Juni juga memandang Langit dan Abizar secara bergantian. Bahkan beliau tidak sempat mempersilakan masuk saking herannya dengan apa yang dia dengar ini.“Langit?” tanya bu Juni yang merasa kalau Langit tahu sesuatu, apalagi Langit meminta bantuan Beni untuk menjaga Biru.Langit hanya bisa menghela nafas berat. “Biar beliau yang menjelaskannya, Bu. Langit juga tidak paham.”Langit mengajak Abizar dan ibunya untuk masuk ke ruang tamu yang masih ada kursi yang sudah rapuh disana. Sepertinya ibunya memang belum mengeluarkan semua barang-barang yang besar, sehingga kursi itu masih disana, seperti semula.“Ini sertifikatnya,” ujar Abizar memberikan sertifikat rumah itu yang belum digadaikan di sebuah bank.Lagi-lagi hal itu membuat bu Juni terkejut, sertifikat yang sudah sekian tahun disekolahkan di sebuah bank swasta, dan saat ini berada di tangannya.“Apakah bapak yang akan membeli tempat ini dan mau menggusurnya

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-07
  • Bukan Pengasuh Biasa   Fargo Bergerak Begitu Cepat

    "Hal urgent?" tanya Langit sambil bergumam.Bu Juni dan Abizar menatap Langit khawatir. Karena sepertinya terjadi sesuatu kepada Jingga."Ada apa, Nak?" tanya Bu Juni akhirnya membuka suaranya. Beliau merasa sangat khawatir melihat Langit yang tampak begitu serius dan mengkhawatirkan.Langit tergagap. "Jingga menelepon, katanya ada hal urgen yang terjadi," jawab Langit dengan pelan."Kamu pulang saja, selebihnya disini biar papa yang urus. Dan kami juga akan bantu beres-beres disini," ujar Abizar kemudian.Langit menatap Bu Juni cukup lama. Ada rasa tidak tega meninggalkan ibunya itu saat ini, meskipun memang urusan penggusuran sudah selesai.Namun, Langit bisa melihat banyak yang harus dibantu untuk menyusun kembali barang-barang ibunya. Ibunya hanya seorang diri, adik-adiknya yang lain masih kecil."Kamu tenang aja, biar papa yang menjaga panti. Oh iya untuk pulang sebaiknya kamu sama Beni aja. Kasihan Biru masih mau main sama Beni. Lagian nanti kamu gak konsentrasi," ujar Abizar la

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-08
  • Bukan Pengasuh Biasa   Tidak Mengerti Bahasa Manusia!

    "Kita akan tinggal dimana?" tanya Jingga kemudian.Jingga tahu pertanyaannya mungkin tidak sopan atau sangat tidak tahu malu, karena saat ini kalau dia memutuskan untuk tidak mengikuti kemauan Fargo, itu artinya hidupnya hanya bergantung kepada Langit."Pastinya kamu sudah tahu kita harus tinggal dimana. Untuk saat ini, ya hanya panti lah tujuanku pulang," jawab Langit sambil tersenyum.Langit paham kalau Jingga pastinya merasa keberatan tinggal disana. Namun, apa yang bisa dilakukan? Bahkan mereka saat ini hanya memiliki uang yang sudah sempat mereka tarik beberapa hari lalu sebelum kartu di blokir.Bahkan mungkin uang yang dimilikinya tidak akan cukup untuk menyewa sebuah kontrakan. Dan juga sayang uangnya, sementara mereka belum tahu apa yang harus dihadapi ke depannya."Sempit-sempitan disana?" tanya Jingga lagi.Langit menggelengkan kepalanya. "Gak, kamu tenang saja. Rumah itu besar dan sekarang hanya ada beberapa anak saja. Karena ibu sedang mengurus penutupan izin panti dan rum

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-08

Bab terbaru

  • Bukan Pengasuh Biasa   Keluarga yang Damai

    Hingga malam mereka berada di rumah Fargo dan Leni, mereka membantu mempersiapkan segalanya dan juga ternyata minimarket yang sudah disiapkan oleh Langit dan Jingga itu semuanya sudah terisi. Mereka hanya tinggal membukanya saja dan melayani, bahkan minumarket tersebut dilengkapi dengan mesin kasir dan semuanya.Juga ada kontak supplier yang akan mengisi minimarket mereka, pokoknya Fargo dan Leni hanya tinggal duduk diam mengelola minimarket tersebut. Dan mereka berharap kalau keduanya benar-benar serius dan bisa membuat minimarket tersebut lebih maju. Meskipun kondisinya mereka benar-benar berubah 180 derajat, berubah dari mereka yang awalnya seorang pengusaha seorang pemilik perusahaan yang tinggal di perumahan mewah biasa dilayani dengan beberapa orang pembantu. Dan sekarang mereka benar-benar melakukannya sendiri dengan tangan dan kaki mereka sendiri. Tapi, Langit melihat adanya keseriusan di wajah Fargo dan Leni.“Kami akan pulang, nanti kapan-kapan kami akan datang lagi ke sini

  • Bukan Pengasuh Biasa   Keluargalah Sebagai Tempat Kembali

    “Sekarang kemana tujuan kalian?" tanya Langit kepada Fargo. Fargo dan Leni tampak menggelengkan kepalanya, karena mereka saat ini tidak tahu harus kemana. Sebab mereka tidak memiliki tujuan, beberapa hari setelah diusir oleh pihak bank mereka memilih tinggal di hotel. Namun, ternyata biaya hotel pastinya terus membengkak dan mereka tidak mungkin terus-menerus untuk tinggal di hotel tersebut. Apalagi dengan kondisi mereka yang tidak memiliki apapun. Mereka pastinya tidak akan bisa membayar dan sudah bisa dipastikan kalau mereka pastinya memilih hotel bintang lima.“Kalau begitu nanti setelah bertemu Jingga dan juga setelah bertemu Zaki, kita akan makan. Aku akan mengantarkan kalian ke rumah yang kami siapkan itu. Kami sudah membeli rumahnya waktu itu kami menawarkan rumah karena memang kami sudah menyiapkan untuk tempat kalian tinggal dan juga di samping rumah tersebut ada minimarket yang juga nanti silakan kalian kelola untuk biaya kehidupan sehari-hari. Memang rumah yang kami siapka

  • Bukan Pengasuh Biasa   Fargo dan Penyesalannya

    Dua hari setelah Langit dan Jingga mendatangi rumah Fargo dan Leni ditolak karena tidak mau mengajak keduanya tinggal di rumah Maika.Akhirnya hari itu ternyata pihak bank berusaha untuk menggusur mereka rumah. Mereka sudah diwajibkan meninggalkan rumah dan semua kendaraan yang mereka miliki juga sudah disita.Dan menurut informasi yang Langit dapatkan, kalau semua itu juga masih terdapat kekurangan beberapa miliar dari semua asetnya tersebut.Meskipun keduanya menolak tawaran dari Langit dan Jingga pada malam itu, namun Langit tetap menyediakan sebuah rumah untuk kedua mertuanya itu. Karena dia yakin suatu saat kedua mertuanya pasti akan kembali ke rumah tersebut, sebab kalau rumah mereka sudah digusur mereka tidak memiliki tempat tinggal lagi.Tok! Tok! Tok! Pintu kamar Langit dan Jingga diketuk dari luar siang ini dengan pelan.Langit dan Jingga sedang beristirahat di kamarnya bersama dengan Zaki. Kebetulan hari ini adalah hari libur. Jadi, Langit sedang menemani Jingga di rumah d

  • Bukan Pengasuh Biasa   Tidak Dianggap

    "Tidak bisa, Pa! Kami tidak bisa mengajak kalian tinggal satu rumah dengan kami. Kalau kalian tidak mau ya sudah kalian tinggal saja di sini sampai kalian diusir oleh bank, kami tidak peduli lagi. Kenapa sih kalian selalu saja memaksa keinginan kalian, seharusnya kalian itu sadar dengan semua yang kalian alami," ujar Jingga berteriak saking kesalnya sambil berdiri bersiap meninggalkan kedua orang tuanya yang terus memaksa Langit untuk mengajak mereka tinggal bersama di rumah Maika.Bagaimana bisa mereka mau tinggal di rumah milik Maika, sedangkan pemilik rumah juga masih tinggal di sana. Berbeda kalau Fargo dan Leni mau tinggal bersama dan tidak ada Maika disana, tapi ini Maika saja masih tinggal bersama Langit dan Jingga di rumah tersebut. Dan keduanya memaksa untuk tinggal di rumah itu, hanya karena mereka merasa malu turun kasta yang biasanya tinggal di rumah besar dan mewah dan memiliki perusahaan harus tinggal di rumah sederhana yang kecil.Langit dan Jingga hanya akan memberikan

  • Bukan Pengasuh Biasa   Fargo Ditipu

    Tanpa terasa setahun sudah kelahiran Zaki, hari ini dirayakannya pesta ulang tahun untuk bayi yang sudah bisa berjalan tersebut. Semua orang bersukacita. Pun termasuk Biru yang saat ini sudah beranjak remaja. Dia akan memasuki ke sekolah lanjutan pertama, dia akan tinggal di kota bersama Langit dan Jingga di rumah Maika. Dia merasa begitu senang dengan pencapaiannya telah berhasil menyelesaikan sekolahnya di desa. Meskipun tinggal di desa, namun Biru tidak kalah dengan anak yang bersekolah di kota. Dia memiliki kemampuan yang hebat, kecerdasannya tinggi. Kemampuan akademiknya sangatlah tinggi.Dan seperti biasa, Fargo dan Leni belum ada perubahan sedikit pun. Mereka masih terus saja memanfaatkan Langit dan Jingga. Sudah tidak terhitung lagi berapa besar bantuan yang diberikan Langit kepada mereka.Hingga suatu hari, seminggu setelah acara ulang tahun Zaki, Langit menerima kabar dari surat kabar yang mengatakan kalau saat ini Fargo benar-benar jatuh, semua perusahaannya habis terjual d

  • Bukan Pengasuh Biasa   Merasa Tidak Adil

    Hari-hari yang dilalui Langit begitu bahagia setelah kehadiran anaknya. Setiap pulang bekerja rasanya semua letih dan lelahnya langsung hilang karena melihat senyuman dan tumbuh kembang anaknya yang begitu pesat.Sekarang ini anaknya sudah berumur 5 bulan, wajahnya semakin gemuk dan putih. Bayi berusia 5 bulan tersebut semakin lama semakin mirip dengan Langit.“Aku merasa tidak adil, tapi aku tidak tahu harus protes ke siapa," ujar Jingga di suatu weekend di saat mereka semua sedang berkumpul di rumah Maika.Semua orang tua Langit berkumpul di sana seperti biasa, mereka bermain bersama cucu. Kegiatan baru mereka saat ini adalah setiap weekend pasti berkumpul untuk melihat perkembangan cucu mereka.Mendengar apa yang disampaikan oleh Jingga, membuat semua orang melihat ke arahnya. Saat ini bayi Zaki sedang digendong oleh Abizar dan Hani, keduanya tampak sedang bermain bersama bayi Zaki.“Maksud kamu kenapa tidak adilnya? Bagaimana?" tanya Bu Juni kepada menantunya itu. Bu Juni sedikit

  • Bukan Pengasuh Biasa   Sambutan yang Meriah

    Beberapa saat Leni berdiri di depan pintu. Tidak seorangpun mempersilakannya masuk karena semua orang tidak bisa lagi berkata apa-apa. "Bahkan ketika Mama sudah di sini pun, kau tidak mempersilahkan Mama masuk. Begitukah caramu mau nyambut Mama? Dan Begitukah caramu menghormati mertuamu, Langit?" tanya Leni kemudian.“Kalau mau masuk masuk aja, Ma. Semua orang di sini tidak ada yang izin untuk masuk, karena semua yanga datang ke sini atas kabar yang disampaikan olehku. Termasuk Mama juga kan sudah mendapatkan kabar dariku kalau Jingga mau melahirkan. Dan setelah Jingga lahiran juga aku kembali mengabarkan kepada kalian. Dan juga disini semuanya adalah keluarga,” jawab Langit.“Entah apa yang dimaksud Mama dengan kami tidak memberikan kabar. Mungkin maksud Mama kami tidak menjemput. Maaf, kalau untuk menjemput kami tidak akan sempat untuk menjemput kalian. Karena di sini juga aku sedang menunggu istriku yang mau melahirkan. Sekarang mama sudah datang ke sini dan mau masuk, ya silakan m

  • Bukan Pengasuh Biasa   Zaki Gauri

    “Baiklah kalau begitu, aku hanya mengabarkan. Disini aku tidak pernah memaksa Papa dan Mama untuk datang kemari," ujar Langit kemudian.Langit mematikan sambungan telepon tersebut dan menghela nafas berat, sedangkan Jingga tampak memandang wajah Langit dalam. Dia seolah paham dengan apa yang diterima oleh Langit tersebut.“Tidak apa-apa yang penting kalian sudah mengabarkan. Tugas kita itu hanya memberitahu. Kalau nantinya tanggapan mereka tidak mau datang yaitu terserah mereka. Tugas kalian sebagai seorang anak sudah ditunaikan kalian mengabarkan kepada kedua orang tua Jingga kalau akan segera melahirkan, siapa tahu nanti mereka berubah pikiran dan datang untuk menemui cucunya. Nanti mereka akan kembali marah seperti saat dulu saar baru hamil tidak diberitahukan," ujar Maika menenangkan Langit dan Jingga.Pasangan suami istri itu hanya menganggukan kepalanya. Langit terus memegang tangan Jingga dan mengelus kepala sang istri dia ingin memberikan kekuatan kepada Jingga yang saat ini s

  • Bukan Pengasuh Biasa   Dompleng Nama

    Setelah kejadian itu hubungan antara Maika dan keluarga Lubasya kembali memanas. Bukan hanya Dodi yang kembali memusuhi Maika, tapi Dodi berhasil mengajak seluruh keluarga yang lainnya untuk memusuhi Maika.Bahkan mereka dengan terang-terangan kali ini meminta kepada Maika untuk mengembalikan semua harta yang didapatkan dari hasil bekerja dengan Lubasya Group. Maika hanya menggelengkan kepalanya dia benar-benar tidak menyangka, kalau ternyata hubungan antara keluarga Lubasya itu bukanlah hubungan keluarga melainkan hubungan harta. Mereka saling memanfaatkan di sana sini. Padahal mereka juga mempersiapkan untuk anak mereka masing-masing. Tapi entah mengapa mereka sangat tidak ikhlas ketika Maika memberikan harta itu kepada Langit.“Ma, tadi ada utusan dari Lubasya Group mendatangi kantorku,” ujar Langit kepada Maika setelah dia pulang dari kantor.Langit biasanya memang langsung memberikan laporan kepada Maika jika ada sesuatu hal atau berita atau informasi apapun yang dia dapatkan m

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status