Bab 59) Kehamilan Membawa Berkah"Maaf, Pa. Aku ada perlu dengan Papa. Di mana posisi Papa sekarang?""Papa sedang berada di suatu tempat. Kamu tidak perlu tahu. Sekarang katakan saja apa keperluanmu, Kiara," pinta Hendra."Pa, aku dan Alvino ingin bertemu dengan Papa. Ada yang ingin kami bicarakan. Apakah Papa bersedia?""Jikalau itu penting, tentu Papa bersedia." Suara helaan nafas terdengar di seberang sana. "Kamu tidak sedang bikin ulah, kan, Kiara?""Tidak, Pa. Papa tenang saja. Papa hanya cukup datang ke tempat yang sudah kami tentukan."Hendra berdehem. "Baiklah kalau begitu."Bertepatan saat sambungan telepon terputus, taksi yang dipesan oleh Kiara datang. Ya, Kiara memang menggunakan taksi kembali, karena mobilnya sudah disita oleh Hendra. Dia pun tak mungkin menggunakan jasa sopir pribadi, karena baginya itu tidak praktis sama sekali. Dia butuh privasi dan tak ingin orang lain selalu tahu ke mana ia pergi.Sang driver membantu memasukkan kopernya ke bagasi. Kiara pun masuk k
Bab 60) Penawaran Main BertigaBukannya terkejut dengan kedatangan Hendra, sepasang insan itu terus melanjutkan kegiatan panasnya tanpa peduli tengah ditonton oleh orang lain. Bermenit-menit waktu berlalu, hingga akhirnya Harold Wycliff memekik keras ketika ia rasakan sudah sampai di puncak. Lelaki blasteran Inggris-Indonesia berumur 35 tahunan itu memuntahkan lahar putih kental yang sangat banyak dari kejantanannya, membanjiri liang surga milik Kalina.Seraya menata nafasnya Harold mencabut senjatanya. Lelaki itu tersenyum puas melihat cairan yang menetes hingga merembes sampai ke sprei berwarna hijau muda yang menjadi alas pertarungan panas mereka.Harold melambaikan tangan kepada Hendra yang berdiri di depan pintu, tegak terpaku seperti patung."Hi Bro.... Tampaknya kamu datang terlalu cepat. Sorry, aku belum selesai," ujarnya sembari bangkit dan mendekati Hendra, tak perduli dengan kondisi tubuhnya yang masih telanjang dan batang kejantanannya yang masih berlumuran cairan putih."
Bab 61) Tuhan Itu Nggak TidurAira berlari-lari kecil menyusuri lorong rumah sakit, lalu berhenti di sebuah ruang VVIP. Wanita muda itu menyeruak masuk. Di dalam ruangan, seorang lelaki tengah tua terbaring dengan selang infus terhubung di tangannya. Matanya terpejam."Papa...!" serunya spontan."Jangan berisik. Papamu masih belum sadar." Aira menoleh. Tanpa sadar kakinya melangkah menghampiri Kalina. Sepasang alisnya mendadak terangkat, heran melihat penampilan Kalina yang menurutnya tak pantas untuk berada di ruangan rumah sakit. Bayangkan, wanita itu hanya mengenakan gaun tipis yang memperlihatkan jelas lekuk tubuhnya."Apa yang terjadi dengan Papa, Ma?" selidik Aira."Papamu tiba-tiba jatuh saat berada di kamar dan tak sadarkan diri sampai sekarang," jawab Kalina sekenanya. Tak mungkin juga ia menceritakan yang sesungguhnya terjadi, ketika barusan Hendra melihat pergumulan panasnya dengan Harold dan berujung dengan pertengkaran mereka.Tanpa curiga sedikitpun, Aira mengangguk me
Bab 62) Rencana Menceraikan Kalina"Papa tidak perlu khawatir. Nanti akan ada pengacara yang mengurus semuanya. Kita sudah mendapatkan bukti-bukti yang menyudutkan Mama Kalina. Tinggal eksekusi. Papa juga bisa ngobrol banyak dengan Mbak Nana soal proses perceraian, karena ia punya pengalaman soal perceraian," papar Aira."Nana? Siapa dia, Nak?" tanya Hendra."Sebenarnya dia asisten rumah tangga di rumah ini, tapi Mommy Rani mempercayainya menjadi asisten pribadiku. Kebetulan aku mulai mempersiapkan diri untuk masuk ke bangku perkuliahan....""Kamu akan kuliah?" Mata lelaki itu seketika berkabut. Perkataan Aira bak godam yang menghantam ulu hatinya. Gara-gara ia terlalu ingin memuaskan Kalina, sampai ia biarkan Aira tidak kuliah. Entah kenapa waktu itu ia sangat mudah terhasut oleh Kalina, padahal pendidikan itu penting untuk masa depan putrinya sendiri. Setumpuk penyesalan menggayuti benak Hendra sehingga tak terasa tetes-tetes bening itu kembali meluncur dari sudut matanya."Betul,
Bab 63) Bermain-main SebentarSetelah Hendra tak lagi di rumah ini, Kalina benar-benar merasa bebas. Ada untungnya juga lelaki itu sakit, sehingga Hendra lebih memilih tinggal bersama Aira. Masa bodoh dengan kondisi lelaki yang masih berstatus sebagai suaminya itu. Emangnya dia pikirin?!Sementara itu, Kiara dan Alvino sudah datang kepadanya untuk meminta restu atas pernikahan mereka. Dia pun masa bodoh. Mau Kiara menikah atau tidak, mau Kiara membesarkan anaknya seorang diri atau nanti menaruhnya di panti asuhan, itu juga bukan urusannya. Jika Kiara sudah tak mau lagi mendengar pendapatnya, otomatis dia akan mencoret anak itu dari daftar prioritasnya.Prioritasnya kini adalah para lelaki yang menjadi tambang emasnya. Harold, Kevin, Adnan dan masih ada beberapa lagi kliennya yang royal. Dia akan berusaha sedapat mungkin untuk memuaskan kebutuhan ranjang mereka dan tentu kebutuhan ranjangnya sendiri.Kalina kini lebih mengutamakan kesenangannya sendiri. Hidupnya lebih berwarna berkat p
Bab 64) Dasar Bucin Akut!"Kau pikir aku tidak menginginkan hal itu, Brian? Asal kamu tahu itu adalah keinginanku sejak lama, hanya saja belum terealisasi sampai sekarang." Kalina menggerakkan tubuhnya. Selangkangannya terasa bertambah perih karena ulah pria itu."Aku hanya bilang, bahwa mengambil surat kepemilikan Alia Resto and Cafe yang kini berada di tangan Aira, memiliki risiko yang sangat besar. Apalagi sekarang Hendra tinggal bersama Aira....""Ya, aku tahu, tapi kamu pasti bisa melakukannya. Pikirkanlah itu, Kalina. Aku tidak bilang melakukan semua itu mudah, tetapi kamu kan punya otak? Ingat, setelah ini kamu pasti akan mendapatkan dana segar dariku dan kamu bisa bersenang-senang sepanjang waktu. Kamu pun bisa membeli apa saja yang kamu inginkan, rumah dan mobil baru, apartemen, villa, apapun itu," bujuk Brian. Jemarinya meraba inti tubuh wanita itu, menyusupkan jari telunjuknya ke liang surga Kalina, kemudian mengocoknya pelan. Seketika Kalina mendesah."Aku tidak bisa menja
Bab 65) I Am SorryKeano menarik nafas berat. Dia tengah dalam dilema.Sungguh pun Alvino sudah berkhianat kepada Diamond Group, tapi Keano pun tak menutup mata terhadap usaha lelaki itu untuk membuat Kiara move on dari Athar. Jelas ini sebuah keuntungan tersendiri bagi hubungan Aira dan Athar, walaupun secara tidak langsung."Saya bisa mengerti alasan kamu. Oleh karena itu, saya atas nama perusahaan tidak akan menuntut apapun, tapi saya tidak bisa mempertahankan keberadaanmu di perusahaan ini. I am sorry, Alvino. Jadi silakan kamu mengemasi seluruh barang-barangmu dan meninggalkan perusahaan ini."Alvino mengangguk, kemudian segera pamit dan kembali ke ruangannya. Dari awal, dia tahu inilah resiko yang harus diterima andai ketahuan korupsi. Sesampainya di ruangannya, Alvino segera mengemasi barang-barangnya, memasukkannya ke dalam kotak dan segera angkat kaki dari perusahaan yang sudah memberinya kesempatan untuk berkarir ini."Kupikir Tuan Keano benar. Jika wanita itu mencintaiku, m
Bab 66) Aristide Keano FavianSementara itu, Hendra pun tak lepas memandangi sosok lelaki muda yang tengah berjalan menghampirinya. Gagah dan tampan. Itu kesan pertamanya. Namun perawakan dan raut wajah lelaki muda itu membuat angan Hendra melayang, mengingatkannya kepada sosok seorang anak laki-laki yang sering ia lihat lewat foto yang dulu di berikan oleh Alia, mendiang istri pertamanya.Hendra berusaha keras mengumpulkan semua ingatannya. Ingatan yang sebenarnya coba ia kubur karena deraan rasa bersalah terhadap Alia dan putranya, Favian.Saat itu anak laki-laki itu baru berumur 5 tahun. Mungkinkah ia adalah Favian, putra Alia dari suami pertamanya? Kecamuk rasa bersalah itu kembali menyelimuti diri Hendra, karena pernikahan mereka, Alia harus terpisah dengan Favian, putra semata wayang yang tinggal bersama papa mertuanya. Albana sengaja memisahkan Favian dengan Alia, karena berharap Alia mengurungkan niat untuk menikah dengannya. Namun Alia tetap berkeras, membuat keputusan bes