"Ibrahim permisi dulu Daddy," ucap Ibrahim sambil meninggalkan Daddynya yang masih betah menutupi kebusukan Nyonya Rukmana. "Ibrahim! Apa yang engkau maksud mengusut tuntas? Engkau mencurigai, Mommy?".Ibrahim terus berjalan tanpa memperdulikan ucapan Nyonya Rukmana, bagi Ibrahim percuma meladeni wanita tersebut, tugasnya sekarang mengumpulkan bukti, Ibrahim mengumpulkan semua asisten rumah tangga, securituly dan juga para supir, sebelumya Ibrahim menghubungi rekannya yang jago dalam masalah IT untuk mengecek kembali cctv rumah yang entah siapa yang menhapusnya. " Perhatian semuanya, saya langsung saja bicara tegas di sini. Saya harap kalian bisa berkata jujur, bagi siapa yang tidak berani buka suara dan berbohong, maka detik ini juga akan saya pecat, karena yang membayar gaji kalian itu saya, maka dari itu saya ingin bertanya pada kalian semua, pada saat kejadian istri saya jatuh sehingga menyebabkan dia amnesia, sebenarnya apa yang telah terjadi?"Semua diam bergeming dan menundu
"Ibrahim, anak Mommy, tolonglah Mommymu ini, cabutlah semua laporan, setelah ini Mommy janji tidak akan berbuat jahat lagi pada Yati," ucap Nyonya Rukmana memohon pada Ibrahim saat dirinya akan dibawa ke kantor polisi. "Maafkan Ibrahim Mommy, ini sebagai konsekuensi atas perbuatan Mommy." Ibrahim meminta maaf pada Nyonya Rukmana. "Yati! Yati! Anak menantu Mommy Sayang, tolong Mommy Nak, Mommy minta maaf atas semua kesalahan Mommy selama ini kepada dirimu, Mommy janji setelah ini tidak akan menyakitimu lagi, tolong bujuk Ibrahim agar mencabut laporannya, Mommy ingin hidup bersama kalian, ingin melihat dan mengasuh cucu Mommy yang masih dalam kandungan ini, "ujar Nyonya Rukmana sembari menghampiri Yati sambil mengelus perut Yati yang masih rata, wanita itu sampai bersujud dan memegang kaki Yati, spontan Yati mengangkat tubuh Nyonya Rukmana karena biar bagaimanapun, menurutnya Nyonya Rukmana itu orang tua dan tidak pantas ia mendapatkan perlakuan seperti itu."Berdiri Mommy, jangan sep
Yati mundur beberapa langkah seraya meringis karena sup yang masih panas mengenai kakinya. "Keluar!" Laila masih berteriak marah, tidak ingin mengambil resiko, gegas Yati keluar. Kamar tersebut. "Bu Yati … baik-baik saja?" tanya Juli khawatir pada majikannya itu karena mendengar suara teriakan Laila sampai keluar kamar, Juli yang mengetahui kalau Yati masuk ke dalam kamar Laila, sontak saja berlari saat mendengar teriakan gadis manja itu. "Its oke, Juli," ucap Yati sambil tersenyum ramah dan Juli yang memang sudah dipesankan oleh Nadya untuk menjaga Yati selama dia atau Ibrahim tidak berada di rumah segera menyarankan Yati untuk istirahat di dalam kamarnya saja, tetapi Yati masih terngiang dengan ucapan suaminya kalau Daddynya ingin agar dia dan suaminya mendidik dan perhatian pada Laila. Tapi, karena Laila yang begitu keras kepala dan dia juga kondisinya sedang hamil, akhirnya memutuskan untuk di kamar saja. Dua hari kemudian. Laila tidak kunjung keluar dari dalam kamarnya, Ibra
Ibrahim menepati janjinya pada Laila bahwa dia akan mencabut laporannya pada Nyonya Rukmana. "Anak Mommy, terima-kasih banyak karena telah mencabut laporannya dan mengizinkan Mommy berkumpul kembali bersama kalian," ucap Nyonya Rukmana saat kembali ke rumah mewah tersebut. "Iya Mommy, tapi ingat, jangan sekali lagi mencoba untuk mencoba menyakiti Yati lagi atau berusaha menghancurkan rumah tangga Ibrahim dan Yati lagi, satu lagi, Mommy harus lebih perhatian lagi pada Daddy, merawat Daddy dengan tulus." Ibrahim berbicara serius, Nyonya Rumana menyetujui nya. Hari demi hari berganti, Nyonya Rukmana dan Laila yang awalnya berusaha bersikap baik, tapi kini mereka berulah lagi pada tabiat buruk mereka, Yati yang awalnya mendukung perubahan baik mereka tapi sekarang menjadi geram, karena ibu dan anak itu semakin tidak tau diri saja. Hingga pada suatu siang, Nadya dan Laila bertengkar hebat, dan Yati lah yang melerai. "Sudah Nayda bilang Kak! Mereka itu taubatnya tomat! Kadang tobat kad
Yati dan Ibrahim memberi nama buah hati mereka yang kembar dengan nama Zayn dan Zahra, kini buah hati pasangan berbahagia itu berusia lima tahun, mempunyai anak yang sehat dan lucu membuat kehidupan Yati dan Ibrahim semakin sempurna, ditambah Zayn dan Zahra tumbuh menjadi anak yang pintar, di umur lima tahun sudah bisa membaca doa-doa pendek, benar kata pepatah, ibu adalah Madrasah terbaik bagi anaknya, Yati mendidik kedua buah hatinya dengan pondasi agama islam yang kuat, berharap kelak sang buah hati menjadi pembela agama Allah, syukur-syukur bisa menjadi ustadz atau ulama, karena anak yang sholeh dan sholeha merupakan investasi dunia dan akhirat. YAti dan Ibrahim bekerja sama dalam mengasuh dan mendidik buah hati mereka dan selalu belajar menjadi orang tua yang lebih baik lagi. Semenjak ada si kembar Zayn dan Zahra, hari-hari Daddy semakin lebih berwarna, kesehatan pria yang sudah memasuki kepala enam itu sudah semakin membaik, tiap sore dia bermain bersama kedua cucunya, Laila k
Ibrahim segera memberi benda pipih berlogo apel terbelah kepada Yati, agar sang istri tercinta yang menjawab panggilan dari Atun."Halo Atun, ada perlu apa? Semua baik- baik saja kan?""Em--iya Yati, anu-- Zayn badannya panas, kalian harus cepat pulang, aku takut terjadi hal yang buruk pada Zayn," ucap Atun cemas. " Zayn … badannya panas? Ya Allah ... iya, kami akan segera pulang!" Yati segera menutup telepon dari Atun dan mengajak Ibrahim untuk pulang dan meninggalkan makan malam mereka. "Kenapa?" Sorot mata Ibrahim penuh dengan tanda tanya."Zayn--badannya panas sekali," ucap Yati dengan wajah khawatir, setelah mendengar ucapan sang Istri, dengan cepat Ibrahim memanggil pelayan dan membayar tagihan makan malam mereka. Setelah membayar bill, Yati dan Ibrahim segera pergi meninggalkan restoran tersebut, dengan kecepatan tinggi Ibrahim memacu kendaraan, matanya fokus dan awas saat berada di belakang kemudi, sepuluh menit kemudian mobil range rover berwarna santorini black sudah bera
Atun memilih baju kurung yang modelnya sama seperti yang sering Yati pakai, Atun ingin menunjukkan pada Ibrahim kalau dia tidak kalah cantik dan menarik dari Yati.Wanita yang merupakan sahabat Yati itu sepertinya telah lupa diri, seolah melupakan segala kebaikan Yati, andai tidak ada Yati waktu itu untuk menolong Atun, mungkin wanita yang bergelar janda itu masih terbelenggu bersama suaminya yang merupakan psikopat, bahkan yang lebih parahnya, nyawanya meregang. Atun semakin tidak tahu malu disebabkan terbuai oleh cinta buta pada Ibrahim, yang ada dalam pikirannya hanya mendapatkan cinta Ibrahim dan bisa menjadi nyonya di rumah ini. Setelah dirasa penampilannya sudah sempurna, dengan penuh percaya diri, Atun berjalan menghampiri Atun, sorot matanya penuh dengan godaan. "Atun, kamu mau ke dokter atau kondangan? Menor sekali," ucap Yati jujur saat melihat penampilan Atun yang agak berlebihan, bibir sexi merah merona, anting bulat diselipkan di balik pashmina, Atun berjalan agak goyan
"Lepaskan, Raka!" Yati mendorong pria bertubuh atletis itu dengan sekuat tenaga, Raka terjatuh, wajahnya kaget melihat sikap Yati yang begitu kasar. "Maaf Yati, aku tidak bermaksud jelek sama kamu, tidak ada niat jahat, aku cuma ingin menenangkan kamu," ucap Raka lembut. "Raka, sebaiknya pergi dari sini, engkau telah menyampaikan semua pesan kamu, itu sudah cukup, sekarang pergilah, aku sudah bersuami, pantang bagiku disentuh oleh pria lain, apalagi pria asing seperti kamu, pergilah Raka," ucap Yati tegas. "Baik, tapi boleh kita berjum--" "Tidak, tidak, tidak! Jangan lagi menampakkan diri di hadapan saya!" teriak Yati memotong ucapan Arjuna. "Cik Yati, ada masalah?" ucap Eva salah satu pegawai Yati, yang berlari keluar setelah melihat Yati bertikai dengan seorang pria. "Tidak ada masalah Eva, sebaiknya kita mulai kerja, sebentar lagi pasti banyak pelanggan yang ingin membeli cake kita." ujar Yati pada pegawainya tersebut. Raka menatap Yati dengan pandangan yang sulit diartikan