Share

Chapter 36

Penulis: Dewa Amour
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-31 12:19:13

Bruk!

Asti sangat terkejut saat Fandi menutup pintu mobilnya. Sepertinya baru saja terjadi perang dunia dua antara laki-laki itu dengan Mbak Elsa, pikirnya sambil memandangi mobil Fandi melaju pergi.

"Sial! Ngapain juga aku menemui Elsa? Bikin kesal saja!"

Fandi merutuki dirinya sambil mengemudikan mobil. Hatinya sangat kesal karena sikap Elsa yang menjengkelkan itu.

Sebaiknya dia kembali saja ke unit apartemen. Dia butuh sesuatu yang bisa mengembalikan moodnya lagi. Maka nomor Laras yang kemudian di hubungi.

*

Laras sedang menjemur cucian di pelataran bagian belakang rumah. Hidup jauh dari tetangga membuatnya merasa lebih nyaman.

Suara ponsel berdering menyambangi indra pendengaran Laras. Siapa yang menelepon pagi-pagi begini?

Segera diraihnya keranjang cucian, lantas ia berjalan menuju pintu belakang rumah.

Ponsel rahasianya berada di dalam tas yang tergantung di belakang pintu kamar. Langkah Laras semakin cepat mengikuti sumber suara ponselnya.

Mas Fandi?

Dia sedikit heran saat me
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • BUKAN PEREMPUAN PANGGILAN    Chapter 37

    Fandi sedang rebahan di sofa yang berada di kamar tamu. Kemunculan Laras membuatnya tersenyum tipis. Juga kemarahan di wajah perempuan itu. Dia jadi gemas dibuatnya.Laras yang kesal segera menyembunyikan tangannya saat Fandi hendak meraihnya. Ia lantas mundur dari hadapan laki-laki itu.Fandi cuma tersenyum tipis melihat sikap dingin Laras."Hubungan kita hanya sebatas klien saja. Tidak seharusnya kamu mencari ku sampai ke sini," ucap Laras.Fandi menatapnya dalam-dalam. "Aku nggak mencari kamu. Aku juga kaget pas tahu ternyata kamu istrinya Bagas."Laras tidak percaya. "Sebenarnya mau apa Mas Fandi ke sini? Aku nggak mau Mas Bagas curiga. Sebaiknya Mas Fandi segera pergi," ucapnya lalu memalingkan muka.Fandi tersenyum. "Kamu kok ngomongnya begitu, sih? Aku kesini karena aku kangen sama kamu, Laras ..."Jelas saja Laras sangat terkejut mendengarnya. Namun sebelum dia menimpali ucapan Fandi, tiba-tiba saja terdengar Bagas memanggilnya."Kita bicara lagi nanti," ucap Laras. Dia segera

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • BUKAN PEREMPUAN PANGGILAN    Chapter 38

    Sore hari saat Matahari mulai condong ke barat. Bagas segera mengajak Laras menuju mobil taksi yang sedang menunggu mereka di pelataran rumah.Koper besar Bagas seret sambil mengikuti langkah kecil Laras yang berjalan di depannya.Seperti yang dikatakan oleh Bagas, sore ini juga mereka akan segera berangkat ke Solo. Berita keberangkatan Bagas dan Laras membuat Fandi murka. Maka dia pun segera meminta asistennya untuk mengatur keberangkatan dia menuju kota Solo.Dan mendengar Fandi yang pergi ke luar kota sendirian, Pak Danu segera menanyai Elsa. "Papa dengar, katanya Fandi pergi ke Solo sore ini. Ada urusan apa dia pergi ke sana? Dan kenapa dia tidak mengajak kamu?"Elsa menanggapi dengan wajah dingin saat mata Pak Danu membidik wajahnya.Hubungan Elsa dengan Fandi baru saja membaik. Satu bulan lagi mereka akan segera menikah. Lantas, kenapa Fandi malah pergi ke luar kota?Untuk mengetahui semua itu, dia harus menanyakannya kepada Elsa. "Aku nggak tahu dan nggak mau tahu. Terserah

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • BUKAN PEREMPUAN PANGGILAN    Chapter 39

    "Ibu seneng kalian akhirnya pulang ke rumah ini," ucap Purwanti dengan wajah berbinar. Ia tak hentinya tersenyum memandangi dua orang yang kini duduk di depannya.Bagas menoleh ke arah perempuan cantik yang duduk di sampingnya. Laras menanggapi dengan tersenyum manis.Akhirnya mereka bisa diterima dengan baik di rumah orang tuanya. Namun entah di mana ayahnya. Kenapa Pak Handoko tidak bergabung dengan kebahagiaan mereka?"Bagas juga seneng melihat Ibu sehat-sehat. Maaf kalo Bagas sama Laras baru bisa jenguk," ucap Bagas pada Purwanti. Ia lantas tersenyum hangat seraya mengusap punggung tangan sang ibu.Laras cuma tersenyum melihatnya. Dia pun turut bahagia atas kebahagiaan suaminya."Ibu akan sehat-sehat kalau anak-anak Ibu ada di sini. Bagas, Ibu ingin kamu dan Laras tinggal di sini. Bantu bapakmu mengelola perusahaan dan perkebunan, ya?"Mendengar permintaan sang ibu, Bagas cuma tersenyum. Kemudian ia menoleh ke arah Laras. Sang istri cuma mengangguk menanggapi."Maaf sebelumnya jik

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • BUKAN PEREMPUAN PANGGILAN    Chapter 40

    Laras dibuat sangat terkejut saat Bagas tiba-tiba masuk ke kamar. Bergegas dia sembunyikan ponsel rahasianya ke balik bantal, lantas segera memasang senyum manis di wajahnya."Mas Bagas ..."Mata Bagas mengincar bantal yang berada di samping istrinya. Entah apa yang Laras sembunyikan, sebaiknya dia berpura-pura tak tahu saja."Mas mau pergi dengan Bapak untuk meninjau pabrik kopi. Kamu nggak pa-pa, kan Mas tinggal sebentar?" ujar Bagas seraya mendaratkan bokongnya pada tepi ranjang di mana sang istri sedang duduk.Laras tersenyum. "Nggak pa-pa, Mas. Laras juga mau ikut sama Ibu ke mall. Katanya Ibu pingin belanja kebutuhan dapur."Bagas lega mendengarnya. "Kalo gitu Mas bisa pergi sekarang?"Laras mengangguk sambil tersenyum manis. "Ayo Laras antar."Mereka berdua segera bangkit, lantas berjalan dengan bergandengan mesra menuju teras rumah. Pak Handoko dan Triatno sudah menunggu di samping mobil."Selamat pagi, Mas Bagas!" Triatno menyambut kedatangan Bagas dan Laras dengan tersenyum

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • BUKAN PEREMPUAN PANGGILAN    Chapter 41

    'Iya, Pur! Aku tidak bohong! Aku pernah melihat menantu kamu itu lagi sama laki-laki di hotel! Iris aja telingaku kalau aku salah lihat! Itu betul-betul Laras, Pur!'Purwanti tampak gusar saat perjalanan menuju pulang dari pusat perbelanjaan. Ekor matanya melirik ke arah perempuan yang sedang duduk pada bangku tengah mobil di sampingnya.Laras tampak diam saja sejak ia menemukan perempuan itu di kamar ganti. Juga laki-laki jangkung yang bersama Laras tadi. Apa dia tidak salah lihat?Selain itu, Purwanti juga sudah mendengar cerita Titin yang katanya dia pernah melihat Laras bersama laki-laki di hotel.Ini sungguh aneh. Purwanti ingin menanyakan hal itu pada Laras. Namun, itu pasti sama saja dia menyinggung perasaan menantunya itu. Purwanti jadi ragu.Dan bagaimana kalau Titin cuma salah lihat saja? Mustahil perempuan baik-baik macam Laras terciduk sedang berada di hotel bersama seorang lelaki.Purwanti menggelengkan kepalanya tampak pusing. Hal itu dilihat oleh Laras."Ibu kenapa? Kok

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01
  • BUKAN PEREMPUAN PANGGILAN    Chapter 42

    Pabrik kopi milik Pak Handoko pukul dua sore.Bagas mengikuti langkah Pak Handoko yang sedang berjalan di sekitar para pekerja di bagian produksi.Pak Handoko juga menjelaskan banyak pada Bagas. Termasuk cara memproduksi kopi yang berkualitas bagus sehingga laris di pasaran."Kopi Sejagad ini sudah beredar di beberapa kota. Bahkan ada juga di luar pulau. Kalo kamu yang mengurus perusahaan kopi kita ini, Bapak yakin bisa sampai ke luar negeri!"Pak Handoko tertawa kecil sambil menepuk bahu Bagas usai bicara seperti itu pada anaknya. Dia sudah semakin tua. Sudah saatnya Bagas sebagai penerus yang harus mengurus perusahaan, pabrik-pabrik dan perkebunan mereka.Bagas tersenyum. "Masih banyak yang harus aku persiapkan. Untuk saat ini, aku belum bisa dikatakan layak untuk memikul tanggung jawab besar yang Bapak berikan."Pak Handoko manggut-manggut. "Kamu kelamaan mikir. Tapi Bapak hargai keputusan dan prinsip kamu itu."Bagas mengangguk. Pak Handoko kembali mengajaknya berjalan-jalan lagi

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01
  • BUKAN PEREMPUAN PANGGILAN    Chapter 43

    Purwanti dibuat terkejut saat seorang asisten menemuinya dan menyampaikan sebuah kabar."Bu, Mbak Laras sudah pulang!"Syukurlah!Purwanti segera meninggalkan kamar lalu berjalan cepat menuju teras rumah. Dilihatnya Laras yang baru saja keluar dari mobil taksi."Laras, kamu kemana saja? Ibu kuatir menunggu kamu pulang!" Laras cuma tersenyum menanggapi wajah cemas Purwanti. Kemudian ia segera mengikuti langkah ibu mertuanya masuk rumah."Jadi, kamu habis mengunjungi panti? Kenapa nggak ajak Ibu juga?" Purwanti tampak merajuk. Namun rasa cemasnya segera hilang setelah mendengar penuturan Laras.Perempuan itu mengatakan jika dirinya baru saja pergi ke panti asuhan tempatnya tinggal dulu. Laras bersusah payah mencari alasan itu. Dia tak ingin Purwanti curiga."Tadi Laras buru-buru karena ditelepon sama Bu Ratna. Beliau rupanya tahu kalau Laras sedang berada di Solo."Laras bicara dengan wajah tenang dan meyakinkan. Purwanti manggut-manggut mendengarkannya."Nggak pa-pa kalau kamu pergi k

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-02
  • BUKAN PEREMPUAN PANGGILAN    Chapter 44

    Dua orang pekerja kafe menyambut kedatangan Fandi sambil tersenyum hangat. Langkah sepasang pantofel hitam mengkilat itu pun terayun memasuki ruang kafe.Dari tempatnya berjalan, mata Fandi membidik seorang perempuan cantik yang sedang duduk sendiri pada suatu meja yang berada di paling sudut ruangan.Elsa?Entah ada apa tiba-tiba saja dia ingin bertemu. Fandi tersenyum manis saat manik-manik cokelat Elsa menangkap bayangannya."Maaf, kalo udah bikin kamu menunggu lama." Elsa cuma memasang wajah bosan dan mengangguk pelan menanggapi ucapan Fandi.Laki-laki itu kembali tersenyum lalu duduk pada bangku kosong di depan Elsa. Matanya terfokus ke arah perempuan dengan stelan kantor warna cream di hadapannya."Ada apa? Kok tumben ngajak ketemuan di luar?" tanya Fandi. Elsa menaikan sudut bibirnya. Kemudian dia melempar sebuah berkas ke depan Fandi. Laki-laki itu dibuatnya terkejut."Baca dan pelajari semua itu. Aku nggak mau beli kucing dalam karung," ujar Elsa malas-malasan.Fandi tercen

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-02

Bab terbaru

  • BUKAN PEREMPUAN PANGGILAN    Chapter 79 ( Extra Part )

    Musim hujan di bulan Juni tahun 2011.Angin bertiup kencang menjelang sore. Gerimis mulai turun di tengah langit yang terus saja mendung. Satu tahun sudah berlalu pasca insiden kecelakaan yang merenggut nyawa Laras. Sudah saatnya Bagas menata hidupnya lagi. Tanpa Laras.Pengemudi mobil yang menabrak Laras juga sudah menjalani proses hukum di Lapas Pusat, Jakarta. Pelakunya tidak lain adalah Aryo. Rupanya lelaki itu sudah dibayar oleh Pak Wirya untuk menghabisi Laras dan juga Bagas.Lagi, rencana jahat Pak Wirya gagal lagi. Akhirnya pebisnis itu harus menghabiskan hari tuanya di balik jeruji besi. Hukuman seumur hidup itu rasanya masih belum cukup untuk membayar semua kejahatannya.Hari ini pada tanggal 20 Juni. Jatuh di hari selasa dan bertepatan dengan hari jadi Laras yang ke 25 tahun. Bagas mengunci pintu rumahnya. Lelaki itu berjalan menuju motornya yang sudah menunggu di pelataran.Sebelum ia melajukan motor, Bagas melirik ke arah rumahnya. Dilihatnya Laras yang sedang berdiri di

  • BUKAN PEREMPUAN PANGGILAN    Chapter 78 ( Ending )

    Hari mulai siang saat mini bus yang dikemudikan oleh Anto terjebak macet di pertigaan jalan menuju arah bandara. Dengan wajah gelisah Laras menoleh ke luar dari kaca jendela mobil.Sudah dua hari ia tidak pulang. Pasti Bagas sudah kelimpungan mencarinya. Namun apa yang harus ia lakukan sekarang? Alex akan mengirim dia ke Jepang siang ini juga.Ekor mata Laras melirik ke arah lelaki yang duduk di sampingnya. Alex tampak sibuk dengan aktifitas ponsel.Membuang nafas berat, Laras kembali memandang ke luar mobil. Dilihatnya mobil Fandi yang juga sedang terjebak macet di sekitar.Apa dia tidak saah lihat? Ya, itu memang mobil Mas Fandi!Ada sedikit cahaya dalam kegelapan yang sedang melanda jiwa Laras. Sepertinya dia bisa minta bantuan kepada Fandi untuk kabur dari Alex."Aduuh!"Laras berpura-pura meringis kesakitan sambil meremas bagian depan dressnya. Alex segera menoleh ke arah perempuan itu."Laras, kamu kenapa?" tanya Alex.Laras meringis, "Perut saya sakit banget, Mas Alex. Bisa kit

  • BUKAN PEREMPUAN PANGGILAN    Chapter 77

    Lapas Pusat Jakarta."Saudara Aryo! Anda dibebaskan!"Aryo yang sedang duduk di dalam sel tahanan sangat terkejut saat seorang opsir memberinya kabar itu.Seorang pengusaha datang dengan membawa pengacara. Dia memberi jaminan sampai akhirnya dia dibebaskan. Aryo sangat ingin bertemu dengan orang dernawan tersebut."Jadi, Bapak yang sudah membebaskan saya? Mohon maaf, apa kita saling kenal?" Aryo keheranan saat bertemu dengan pengusaha yang memberinya jaminan.Pak Wirya menaikan sudut bibirnya lalu berkata dengan jumawa, "Saya seorang pebisnis besar! Mana mungkin punya kenalan seorang Narapidana macam kamu!"Aryo menunduk kaget dan malu. "Lalu kenapa Bapak menjamin saya?" tanyanya ragu-ragu.Pak Wirya tersenyum miring, " Saya punya kerjaan buat kamu."Aryo dibuat terkejut. Pak Wirya cuma tersenyum remeh menanggapi tatapan laki-laki itu."Mas Fandi, jangan ngebut-ngebut!"Agus sangat ketakutan dan panik saat duduk di dalam mobil yang sedang Fandi kemudikan. Dia tidak tahu apa masalah an

  • BUKAN PEREMPUAN PANGGILAN    Chapter 76

    Fandi mulai terjaga dari tidurnya. Ia sangat terkejut saat melihat sosok perempuan yang sedang duduk di sofa.Elsa membuka kacamata hitam yang menutupi sebagian wajah, "Hai, Fandi. Bagaimana kabar kamu?"Fandi mencengkeram tepi ranjang. Dia segera bangkit lalu melotot pada Elsa. "Ngapain kamu di sini? Puas kamu sekarang, hah?!" gertaknya penuh emosi.Elsa tersenyum remeh menanggapi. Dia lantas bangkit dan segera menuju pada seorang lelaki yang sedang duduk di tengah ranjang pasien."Fandi, mestinya kamu tidak melakukan hal yang bodoh sampai berakhir di rumah sakit ini," ujar Elsa dengan sinis setelah ia berdiri di hadapan Fandi.Lelaki itu mendengus kesal. Segera ia mencabut jarum infus dari lengannya lalu beringsut dari ranjang. Elsa cuma memicingkan alisnya saat lelaki itu mendekat."Kamu dan Bagas, kalian sengaja bersekongkol, kan?! Dasar perempuan murahan kamu, Elsa!" Fandi menunjuk-nunjuk muka Elsa dan menghinanya.Plaak!"Tutup mulut busuk kamu itu!"Elsa tidak tinggal diam saat

  • BUKAN PEREMPUAN PANGGILAN    Chapter 75

    "Bawa perempuan itu ke kamar!""Baik, Bos!"Dua orang pengawal segera menuju mobil hitam yang menepi di depan sebuah villa. Mereka segera membuka pintu mobil dan menyeret wanita yang tergolek di dalam sana.Laras tidak sadarkan diri setelah Frans memberinya minuman yang dicampur dengan obat tidur. Kini tubuhnya yang ringkih itu segera dikeluarkan dari mobil dan dibawa masuk villa.Lelaki berperawakan tinggi bernama Alex cuma tersenyum smirk saat para pengawal melewatinya sambil memapah Laras."Elu nggak usah mikirin cewek itu, dia udah aman sama gue," ucapnya lewat sambungan ponselnya.Frans yang dia hubungi. Alex berencana mau mengirim Laras malam ini juga ke Jepang. Namun kecantikan perempuan itu membuatnya tergiur.Alex ingin mencicipi tubuh Laras sebelum mengirim dia ke luar negeri. Oleh karena itu dia membawa Laras ke villanya.Frans tersenyum puas mendengar ucapan Alex lewat sambungan ponsel. "Ya! Kamu atur sajalah! Saya terima beres!"Setelah panggilan berakhir, Alex segera ber

  • BUKAN PEREMPUAN PANGGILAN    Chapter 74

    "Uhuk! Uhuk!"Fandi berusaha mengangkat tubuh ringkihnya. Sambil terbatuk-batuk lelaki itu menuju mobil."Gus, jemput saya ..."Ia berujar dengan suara pelan usai meraih ponselnya dari dalam mobil. Kemudian tubuhnya merosot sampai jatuh duduk bersandar di mobil."Uhuk!"Bajingan si Bagas!Lelaki itu menghajar dia sudah seperti preman. Kini tubuhnya terasa lemah tak bertenaga lagi.Untuk kembali bangkit saja Fandi tak kuasa. Pandangannya mulai berubah kabur dan dadanya terasa sangat sesak. Setelah penglihatan memudar, ia pun tak sadarkan diri lagi."Mas Fandi!"Agus berlari menuju sosok yang tergolek di samping mobil. Dia sangat terkejut melihat kondisi Fandi."Tolong segera kirim ambulans!"Usai menghubungi rumah sakit, Agus langsung membenahi ponselnya. Dia berusaha membantu Fandi berdiri.Suara sirine ambulans terdengar begitu cetar saat mereka melarikan lelaki itu menuju rumah sakit.Fandi kritis. Agus segera menghubungi orang tua lelaki itu."Blegedes! Bisa-bisanya lelaki itu biki

  • BUKAN PEREMPUAN PANGGILAN    Chapter 73

    "Gua udah hubungi lu dan suruh untuk tangani orang Jepang itu, tapi lu nya kebanyakan menye-menye! Sekarang lu tanggung sendiri akibatnya!"Frans terlihat sedang berhadapan dengan seorang lelaki berpakaian formal. Rupanya lelaki itu adalah orang yang berada di belakang bisnis prostitusi online yang Frans geluti selama ini.Alex, nama lelaki berperawakan tinggi kekar dan selalu berpenampilan layaknya seorang pebisnis itu.Alex datang ke kantor Frans untuk menegur anak buahnya itu yang dirasanya mulai tidak becus mengurus bisnis gelap mereka.Bukan cuma itu, Alex juga mendapat surel dari orang-orangnya di Jepang. Mereka mengatakan jika Yuta akan menutup situs prostitusi online mereka.Entah apa alasannya. Yang pasti dia akan rugi besar kalau situs mereka ditutup. Sedang Yuta sendiri sangat sulit untuk dihubungi.Frans gemetaran mendengar semua penuturan Alex. "Jadi, apa yang harus saya lakukan?"Alex menyipit mendengar ucapan lelaki yang sedang berdiri di depan mejanya. Ia lantas mencon

  • BUKAN PEREMPUAN PANGGILAN    Chapter 72

    Brak!Baron menapakkan satu kakinya pada meja yang berada di depan Pak Wirya. Telunjuknya mengangkat dagu lelaki paruh baya yang terikat di kursi. Bibirnya menyeringai tipis saat mata lelah Pak Wirya terangkat ke wajahnya."Blegedes! Kenapa kalian malah menculik saya?!" berang Pak Wirya dengan marah.Baron tersenyum. "Karena lu nggak kasih gue uang muka. Malah tuh cewek yang kasih gue duit 50 juta buat kirim lu ke rumah sakit," desisnya.Pak Wirya tercengang.Sial!Jadi Elsa yang mengirim para preman itu untuk menculik dan memukulinya semalam suntuk. Kini tubuhnya terasa sakit semua. Dia butuh penanganan medis sesegera mungkin.Melihat Pak Wirya menatap, Baron bicara lagi, "Gue bisa aja lepasin lu tapi ada syaratnya.""Syarat?" Pak Wirya menyipitkan mata.Baron mengangguk. "Kalo lu bisa bayar gue lebih dari yang Elsa kasih, maka lu bakal gue lepasin sekarang juga," desisnya ke wajah lelaki paruh baya di hadapannya.Pak Wirya tercengang.Hari berikutnya di kediaman Bagas. Laras sedang

  • BUKAN PEREMPUAN PANGGILAN    Chapter 71

    Malam tak juga menemukan pagi. Bagas yang putus asa mencari Laras akhirnya memutuskan untuk pulang. Mungkin Laras sudah sampai di rumah saat ini. Ia berpikir sambil mengendarai motornya menuju pulang.Mini bus putih terlihat melaju meninggalkan pintu pagar rumah. Bagas sangat terkejut melihat punggung seorang perempuan yang sedang menuju rumahnya.Laras?Segera ia melajukan motornya mendekat. "Laras?!"Perempuan yang sedang menuju pintu pagar rumah dibuat terkejut saat ada yang menyerukan namanya. Bergegas ia menoleh. Dilihatnya seorang lelaki yang sedang mengendarai sepeda motor mendekat ke arahnya."Mas Bagas?"Bagas segera melepaskan motornya lantas berlari menuju pada Laras. Wajahnya kelihatan sangat cemas sekaligus senang melihat istrinya sudah pulang."Laras, kamu kemana saja? Mas mencarimu sejak tadi sore," ujar Bagas. Matanya fokus menatap wajah perempuan yang sedang berdiri di depannya saat ini.Laras tidak buru-buru menjawab pertanyaan Bagas. Ia masih bergeming saat lelaki

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status