Share

Tegas

Author: SHAL SYALA
last update Last Updated: 2021-09-14 12:34:58
Shofi merasa kali ini tubuhnya benar-benar remuk. Matanya terpejam, tapi tubuhnya menggeliat berusaha mencari posisi ternyaman untuk mengurangi rasa sakit yang ia rasakan sejak semalam. Shofia mengeratkan selimut sampai ke leher saat merasa pundaknya tertiup angin dan kembali menikmati tidurnya.

Tidurnya yang tidak nyenyak itu semakin terasa ketika ia mendapat sentuhan yang terus bergerak lembut dari pipi hingga turun ke lehernya. Kelopak mata yang terpejam itu perlahan bergerak lalu terbuka. Membelalak sempurna ketika menatap wajah tampan sang suami yang berada sejengkal dari wajahnya. 

"Selamat pagi," ucap Rafa dengan senyuman secerah mentari yang mulai bersinar.

Shofi segera menarik selimut lalu menutup sebagian wajahnya. Ia benar-benar merasa malu apalagi ketika ingat kejadian semalam. "K--Kakak ngapain?" tanyanya gugup.

&
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Bukan Orang Ketiga   Bahagiamu Bahagiaku

    Rafa terus mengetuk pintu kamar mandi di mana Shofi sekarang berada, semakin tak sabar ketika mendengar wanita itu seperti sedang muntah."Dek! Kamu baik-baik saja?" Rafa kembali mengetuk pintu.Tak lama pintu terbuka dan Shofi muncul dengan wajah yang sangat pucat. Wanita itu menutup mulutnya mencoba meredakan rasa mual yang tak kunjung hilang meski telah puas memuntahkan isi dalam perutnya."Kamu kenapa?" Rafa kembali bertanya sambil memindai keseluruhan tubuh Shofi."Aku merasa pusing dan tiba-tiba mual sampai tidak bisa aku tahan, Kak."Rafa mengambil tisu lalu mengusap buliran keringat di kening Shofi. "Kamu sepertinya tidak baik-baik saja. Kita istirahat ke ruanganku dulu.""Tapi, Kak Susan---""Masih banyak waktu buat kamu bertem

    Last Updated : 2021-09-15
  • Bukan Orang Ketiga   Berakhir Berpisah

    Ramainya lalu lalang di bandara seketika terasa begitu tegang bagi Alya ketika menatap wanita bergaya stylist yang menggunakan kaca mata hitam itu. Ia melirik ke arah sang adik ipar lalu ke arah sang suami yang sudah cukup jauh meninggalkan dirinya.Alya menelan ludah, merasa gugup dengan situasi ini. Ia maju selangkah mendekati wanita itu."Tiara," panggilnya.Wanita itu segera menoleh pada Alya lalu membuka kaca mata hitamnya. "Kak Alya?" Tiara masih tampak memastikan. Hingga tak lama ia menyunggingkan senyum ketika Alya mengangguk."Astaga, Kak. Nggak nyangka kita bakal ketemu di sini?" Tiara lekas memeluk Alya sebelum kemudian melepaskannya. Ia begitu senang bertemu Alya kembali setelah sekian lama tidak berjumpa."Kabar kamu bagaimana?" tanya Alya sambil mengurai senyum dan sorot mata keresahan kala meliri

    Last Updated : 2021-09-17
  • Bukan Orang Ketiga   Dilema

    Malam ini, usai melaksanakan sholat isya sendiri di rumah, Shofi tak beranjak dari kamar. Wanita itu tengah sibuk dengan sebuah kue tart berukuran kecil yang sempat ia beli ketika perjalanan pulang dari rumah Alya. Shofi tak ingin melewatkan ulang tahun sang suami meski hanya kejutan sederhana.Usai menancapkan sebuah lilin di tengah kue, Shofi beralih menuju meja rias. Ia membuka hijab lalu melepas ikatan rambutnya. Menyisir dengan rapi rambut panjangnya yang terurai indah. Semua itu dilakukan Shofi atas permintaan Rafa. Suaminya itu selalu menggerutu ketika di dalam kamar ia kadang terlupa untuk melepas hijabnya.Setelah semua selesai, Shofi melihat ponselnya yang menunjukkan tidak ada notif pesan masuk dari Rafa yang menandakan jika laki-laki itu mungkin masih sibuk dengan pekerjaan. Sembari menunggu, Shofi memilih untuk mengemasi beberapa hijab yang masih layak pakai, tapi lebih banyak yang masih baru yang ia punya dari dalam lemari. Ia masukkan m

    Last Updated : 2021-09-18
  • Bukan Orang Ketiga   Perubahan Sikap

    Setelah selesai dengan mengukur satu persatu badan anak panti, Shofi dan Tika terlihat begitu lega. Apalagi Tika, ia terlihat begitu senang sebab Shofi sangat membantu. Tanpa banyak pertanyaan, Shofi bisa cepat memahami dan melaksanakan apa yang di instruksikan Tika hingga pekerjaannya menjadi lebih cepat selesai. Tak lama, Shofi pun segera meminta izin untuk menemui Nimas yang telah menunggunya dan Kartika sama sekali tak keberatan akan hal tersebut . Usaiberpamitan dengan ibu panti, Kartika beserta timnya pamit lebih dulu. Sedangkan Shofi lekas menemui Nimas dan Bu nYai Fatimah."Maaf jadi merepotkan Umi dan Nimas," ujar Shofi lalu duduk di sebelah Nimas. Ia lekas menggeser duduknya ketika Bu Nyai memberi isyarat agar dirinya duduk di samping wanita itu."Kamu sehat, Nak?" tanya Bu Nyai Fatimah sambil mengusap kepala Shofi."Alh

    Last Updated : 2021-09-21
  • Bukan Orang Ketiga   Rumit

    Suasana seketika berubah menegang dan yang paling dilanda keterkejutan luar biasa adalah Shofi. Wanita itu menutup mulutnya yang menganga melihat sang suami mendapat pelukan hangat dari seorang wanita tepat di hadapannya."Aku merindukanmu," ucap Tiara yang semakin mengeratkan pelukannya."Apa yang kamu lakukan, Ra!" Rafa mencoba melepaskan diri dan sedikit mendorong tubuh Tiara hingga pelukannya terlepas. Ditengah rasa terkejutnya, ia melempar sorot mata penuh peringatan pada Tiara yang malah mengulas senyum. Rafa menelan ludah sebelum memberanikan diri menoleh pada sang istri di sampingnya."Dek ... ini tidak seperti yang---""Aaah ... aku melupakan sesuatu di sini, ya?" Tiara sengaja menyela ucapan Rafa. Ia menyibakkan rambut bergelombangnya ke belakang telinga sebelum perlahan mendekat ke arah Shofi. "Kamu masih mengingatku 'ka

    Last Updated : 2021-09-23
  • Bukan Orang Ketiga   Peringatan

    Beberapa hari setelah kejadian pertemuan dengan Tiara, dengan berbagai alasan yang tidak mencurigakan, Rafa tak mengizinkan Shofi pergi ke restoran ketika wanita itu merengek untuk ikut guna menghindari kemungkinan buruk bertemu kembali dengan Tiara. Beruntung Shofi menurut dan bertepatan dengan dirinya mengerjakan busana muslim milik anak panti membuat Shofi menjadi sibuk di rumah. Rafa juga memberi dukungan penuh, salah satunya dengan menyiapkan mesin jahit beserta peralatan yang lain.Pagi ini usai mengantar kepergian Rafa, Shofi melanjutkan kegiatannya di depan jahit. Ia tengah menjahit kerudung anak panti yang minggu depan akan dipakai dalam acara yang digelar di panti asuhan tersebut. Sofi terlihat begitu bersemangat, senyum terus terulas di bibirnya.Bel rumah yang berbunyi menghentikan kegiatan Shofi. Ia hendak beranjak membuka pintu, tapi ia urungkan ketika Yayuk datang lebih dulu dari dapur. 

    Last Updated : 2021-09-26
  • Bukan Orang Ketiga   Sepenuhnya Milikmu

    "Aku nggak akan berhenti sebelum aku mendapatkan milikku kembali!"Teriakan Tiara menghentikan langkah Rafa yang akan keluar dari kamar. Ia kemudian menoleh. "Kau hanya melakukan hal yang sia-sia.""Jika memang aku tidak bisa memilikimu maka wanita manapun tidak boleh memilikimu!""Apapun yang terjadi dan sampai kapanpun aku tetap akan mempertahankan dia sebagai istriku." Rafa kemudian berbalik dan meneruskan langkah keluar dari kamar.Langkahnya ia percepat menuju lift dan berhenti ketika menunggu pintu lift terbuka. Ketika pintu lift terbuka, Rafa yang hendak memasuki lift tertahan ketika netranya menangkap bayangan Ikhsan yang berada di dalam lift dan hendak keluar."Pak Rafa?"Rafa mengangguk samar dengan ekspresi datar menanggapi sapaan pemuda berkemeja kotak-kotak itu. Sama sekali tak berniat menyapa kembali. Ketika Ikhsan bergerak keluar lift bersamaan itu pula Rafa memasuki benda ters

    Last Updated : 2021-09-29
  • Bukan Orang Ketiga   Sebuah Kabar

    Langit sudah menggelap, heningnya suasana kamar hotel mewah itu terusik oleh suara racauan dari seorang wanita dengan tampilan yang sungguh memprihatinkan. Rambut panjang berwarna coklat itu terburai menutupi sebagian wajah cantiknya. Tubuhnya lunglai terbaring diatas ranjang dengan kesadaran yang sebentar hilang sebentar kembali akibat pengaruh alkohol yang cukup banyak dikonsumsinya."Dia membenciku ... apa yang harus aku lakukan?" Wanita itu kembali menangis dan meracau tak jelas membuat dua orang yang berada di samping ranjang menoleh dan saling pandang dengan tatapan prihatin.Susan dan Dion hanya mampu menghela nafas melihat kondisi Tiara. Mendapat cerita dari Rafa, Dion dan Susan segera menyusul Tiara yang sudah pasti kacau seperti saat ini. Mengingat Tiara tak memiliki siapapun di kota ini membuat mereka khawatir."Kita harus gimana?" tanya Susan pada Dion yang tampak ber

    Last Updated : 2021-10-02

Latest chapter

  • Bukan Orang Ketiga   Anugerah di Akhir

    Maaf untuk kali ini aku lama sekali Up nya. Seminggu terakhir aku sedang berduka jadi benar-benar nggak bisa nulis. Dan Alhamdulillah, hari ini bisa menyelesaikan bab terakhir dari kisah Rafa dan Shofi ini. Semoga kalian suka😘🤗***Kini Shofi disibukkan menjadi seorang mama muda yang merawat putri semata wayangnya yang kini telah menginjak usia delapan bulan. Nia tumbuh menjadi balita yang cantik, semakin hari wajah Nia bukan mirip kedua orang tuanya tapi lebih mirip pada almarhum neneknya---Monica Larasati. Tingkah balita itu sangat aktif, Nia sudah bisa berdiri sendiri meski belum berani melangkah terlalu jauh, lebih gesit ketika merangkak kesana kemari dan sudah mulai tidak mau digendong. Apalagi jika bermain dengan Rafa, balita itu pasti sering tertawa dan berceloteh sekenanya.Meski Nia sangat aktif, Shofi masih bisa membagi waktu untuk terus mengikuti kelas desain yang semakin ia tekuni. Mesin jahit yang sempat terabaikan beberapa bulan

  • Bukan Orang Ketiga   Bahagia

    Langit biru membentang indah tanpa onggokan awan putih sedikitpun di atas sana. Udara dingin sisa semalam telah berubah menghangat terkena terpaan sinar mentari pagi menyambut para tamu yang mulai berdatangan di kediaman Rafa dan Shofi. Sepasang orang tua baru itu tengah menggelar acara Aqiqah untuk sang putri yang hari ini genap berumur 40 hari.Suasana bahagia sungguh terasa sejak memasuki halaman rumah mewah tersebut. Apalagi di ruang tengah di mana Shofi bersama Alya dan Heni terus menyunggingkan senyum menikmati keindahan dan kecantikan dua malaikat kecil yang berada di box bayi yang tengah tertidur pulas.“Ellea sangat sehat, ya, Kak. Pipinya gembul banget,” puji Shofi pada bayi Alya. Ia masih terpaku memandangi Ellea yang baru berumur 1 bulan, tapi pipinya sudah mulai meluber. Benar-benar menggemaskan.“Dedek Nia nanti juga bakalan nyusul gendut kaya Kakak Ellea ya, Nak.” Alya mengusap lemb

  • Bukan Orang Ketiga   Kamila Aghnia

    Semilir angin yang berembus menerbangkan gaun putih gading yang tengah dikenakan wanita cantik dengan perut buncit yang baru saja turun dari mobil bersama laki-laki yang menggunakan setelan jas berwarna senada. Keduanya hendak menghadiri sebuah acara pernikahan. Suasana mewah dan hangat langsung terasa ketika keduanya memasuki tempat acara ketika langsung disambut oleh suguhan tata ruang yang penuh dengan bunga-bunga beraneka rupa yang di dominasi warna putih. Bibir kedunya mengulas senyum ketika melihat sepasang pengantin yang berada di atas pelaminan melambaikan tangan padanya.“Kak Susan cantik banget, ya, Kak,” puji Shofi pada sang pengantin wanita. Ia melambaikan tangan pada Susan.Rafa hanya tersenyum tipis mendengar penuturan Shofi. Ia menoleh sekilas pada Susan di atas pelaminan lalu kembali menatap sang istri, tangannya terulur mengusap perut buncit Shofia yang sebentar lagi akan segera melahirkan. “Istriku p

  • Bukan Orang Ketiga   Kelahiran dan Kehilangan

    Rintihan dan desahan yang keluar dari mulut wanita yang tengah merasakan sakit di perut dan pinggangnya itu terdengar sungguh pilu dan menyayat hati. Sudah hampir satu jam Alya berada di rumah sakit dengan kondisi tak berdaya. Air matanya terus merembes keluar merasakan desakan hebat di punggungnya seolah tulang-tulangnya patah.Sedangkan Rafa yang sejak tadi berada di samping kakaknya tersebut berulang kali menyeka keningnya yang terus berembun. Pertama kalinya ia menunggui seorang yang akan melahirkan dan itu adalah kakaknya sendiri. Bukan tanpa alasan dirinya berada di ruangan yang mencekam baginya saat ini, karena ia sedang menggantikan tugas Akbar yang masih dalam perjalanan usai melakukan business trip di luar negeri. Melihat kondisi sang kakak, Rafa merasa tubuhnya tercabik dan ikut merasakan perih ketika mendengar rintihan Alya yang kesakitan."Dek, telfon Mas Akbar lagi. Sudah sampai mana? Mbak nggak kuat ini," pinta Alya dengan terbata. Wanita i

  • Bukan Orang Ketiga   Memaafkan

    "Bagaimana Adik saya dan kandungannya, Dok?" tanya Akbar. Laki-laki itu menghadang langkah Dokter Anggun yang baru saja menutup pintu kamar Shofi.Akbar yang mendapat kabar dari Alya segera menuju rumah Rafa sebab Shofi menolak untuk dibawa ke rumah sakit. Wanita itu terus menangis sambil menahan sakit di perut dan enggan bertemu banyak orang."Bu Shofi mengalami syok, Pak. Tekanan darahnya langsung turun bersamaan kram di perutnya disertai gerakan janin yang kuat. Untuk itu beliau mengalami sakit yang hebat di perutnya," tutur Dokter Anggun."Lalu bagaimana dengan janinnya, Dok?" tanya Alya yang tak kalah khawatir."Detak jantungnya normal, Bu. Namun, sebaiknya Bu Shofi segera dibawa kerumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut. Saya harus melakukan USG pada janinnya. Saya juga sudah berpesan pada Pak Rafa untuk lebih menjaga Bu Shofi, jika melihat reaksi Bu Shofi barusan, sepertinya beliau punya satu trauma terhadap sesuatu. Bu Sho

  • Bukan Orang Ketiga   Kabar Mengejutkan

    Malam semakin larut, udara semakin dingin menyelimuti bumi mengajak semua manusia untuk beristirahat dalam mimpi yang indah.Tak terkecuali Shofi, wanita itu tampak begitu lelap dalam tidurnya. Usapan di kepala yang diberikan sang suami membuat wanita itu terlihat semakin nyaman dan pulas. Rafa memang masih terjaga sebab dirinya tengah memikirkan kabar yang disampaikan Akbar sesaat lalu."Nico dan David tertangkap di pelabuhan sebelum melarikan diri. Polisi sudah lama mengincarnya dengan kasus pencucian uang dan aku juga telah membuat laporan perihal penyalahgunaan kepemilikan aset milik almarhum Ibunya Shofi," tutur Akbar. Laki-laki itu duduk di sofa berhadapan dengan Rafa di depannya."Katamu kau mengajukan dua kasus, Mas? lalu satu lagi kasus apa?" Rafa tampak menatap dalam pada Akbar. "Jangan bilang kau melaporkan tentang kejadian dulu," tebak Rafa."Itu rahasia yang tidak mungkin aku buka lagi. Kau pikir aku secerobo

  • Bukan Orang Ketiga   Bersyukur

    Semilir angin pagi yang berembus menggoyangkan helaian daun tanaman palm yang berjejer rapi di halaman rumah Akbar. Beberapa mobil mewah juga turut berjajar rapi harus terparkir di sepanjang jalan perumahan sebab halaman rumah yang besar itu sudah dipenuhi oleh tenda berwarna putih yang mewah dan indah. Beberapa security dan pengawal berbaju serba hitam tampak mengawasi sekitar agar acara majikannya tersebut berjalan lancar tanpa gangguan. Para tamu undangan juga yang mulai datang tampak menggunakan busana muslim senada berwarna serba putih mulai memenuhi kursi tamu yang sudah disediakan.Tujuh bulan bagi Shofi dan selisih satu bulan bagi Alya memasuki usia kehamilannya, untuk itu Akbar dan Rafa sengaja menggelar acara pengajian yang cukup besar. Sebagai wujud rasa syukur akan datangnya dua malaikat kecil dalam keluarganya. Kedua laki-laki itu mengundang seluruh saudara, kerabat, tetangga, beberapa kolega dan banyak anak yatim yang juga sudah berkumpul sejak pagi.

  • Bukan Orang Ketiga   Takdir Keikhlasan

    "Jangan lari, Dek!"Entah sudah keberapa kalinya Rafa mengucapkan kalimat peringatan tersebut pada Shofi sejak keduanya menapaki lantai bandara. Tangisan Shofi sesaat lalu akhirnya meluluhkan Rafa. Mau tak mau ia memilih menuruti sang istri untuk mengejar Tiara. Namun, sebelumnya Rafa telah memastikan jika Shofi tidak akan berbuat sesuatu yang dapat mengguncang kembali rumah tangganya atau kembali lari dari dirinya. Tanpa pikir panjang Shofi mengiyakan.Shofi yang merasa panik karena takut melewatkan Tiara sebelum menyampaikan sesuatu terlihat tak sabar. Ia bahkan terus berlari kecil dengan menoleh ke sana kemari mencari keberadaan Tiara di antara banyaknya pengunjung di bandara.Rafa segera mencekal tangan Shofi untuk menghentikan langkah wanita tersebut. "Kalau kamu nggak nurut, Kakak bakalan gendong kamu biar nggak lari lagi." Ancaman Rafa berhasil membuat Shofi berhenti dan menatap takut padanya.

  • Bukan Orang Ketiga   Merasa Beruntung

    Beberapa hari sejak kedatangan Rafa di vila, akhirnya laki-laki itu berhasil membawa pulang kembali istri kecil yang amat ia cintai tersebut. Rafa membawa Shofi menuju rumah Alya terlebih dahulu, sebab Heni begitu menunggu kedatangan Shofi. Wanita itu sangat bahagia juga sangat khawatir dengan kehamilan menantunya. Begitu juga dengan Shofi yang sangat merasa bersalah pada mertuanya tersebut."Maafkan Shofi, ya, Bu? Maaf telah membuat Ibu sakit karena memikirkan rumah tangga Shofi," ucap Shofi penuh rasa bersalah. Matanya sudah berkaca-kaca, tapi tak sampai menangis.Heni segera membawa sang menantu dalam pelukan. "Enggak, Nak. Kamu tidak perlu meminta maaf. Malah Ibu yang harusnya berterima kasih karena kamu memilih untuk tidak pergi dari Rafa. Terima kasih, Nak."Heni kemudian menghela tubuh Shofi. Ia pandangi wajah cantik sang menantu yang tampak lebih berisi tersebut. "Mau 'kan janji sa

DMCA.com Protection Status