Seketika Lakshmi terdiam kaku, bahkan aliran darahnya seakan ikut terhenti begitu juga napasnya. Benda kenyal yang terasa dingin tengah menghisap bibirnya kuat dan tergesa-gesa. Demi Tuhan. Darius tengah menciumnya lagi sekarang! Namun, rasa mual menyerang perutnya saat ingatannya berputar di malam kemarin. Malam saat Darius memasuki kamarnya. “Le--pashh!” Suara Lakshmi tersendat-sendat selagi tangannya mendorong kuat Darius agar melepaskan pagutannya. Darius membuka matanya, irisnya gelap. Namun, ia bisa menguasai emosinya saat itu. Melihat Lakshmi yang menatapnya penuh benci dengan segala emosi yang dirasakan sekaligus juga bagaimana dirinya yang tak kuasa untuk menahan diri. Dia mencoba tenang walau bibir itu kini menjadi candu baginya, rasanya bak zat adiksi yang ikut membuainya dan membuatnya melayang nyaman. “Kau--sialan!” maki Lakshmi yang segera berbalik, keluar kamar. Bruk! Lakshmi sekuat tenaga membanting pintu kamar itu. Napasnya terengah-engah, masih dengan tangan
Darius baru saja terbangun dari tidurnya, dia melihat ke sisi kirinya. Ranjang itu sudah kosong. Dia hanya berbaring sendirian. Sontak dia panik. Segera saja dia bangun, mencari keberadaan istrinya. Takut kalau-kalau Lakshmi malah kabur karena terbangun dengan kondisi sekamar dengan sang suami. Langkah kakinya bahkan terdengar nyaring saat menuruni tangga. “Mbok! Mbok!” teriak Darius, berusaha mencari sang ART. Dia menuju ke dapur, karena panik bahkan kepalanya tak bisa berpikir dengan benar. “Mbok, tadi apa pintu terbuka?” Lina yang terkejut mendengar suara menggelegar milik Darius buru-buru keluar dari dapur. Sementara Lakshmi hanya berusaha memotong sayuran dengan pandangan terus menunduk. Bahkan dadanya benar-benar bergemuruh hebat, memikirkan kalau semalam dirinya kecolongan. “Ada apa, Den? Kok pagi-pagi malah teriak-teriak begitu?” Darius buru-buru menghampiri Lina, “tadi pagi pintu utama terbuka?” Lina menggeleng, terkekeh, “aduh, hehe. Den, mana ada pintu kebuka? Den
Darius mengernyit heran, dia menyadari kalau Lakshmi terlalu lama berada di dalam kamar mandi. Tok tok tok. Sengaja dia mengetuk pintu kamar mandi. “Lakshmi, kenapa lama sekali? Aku perlu mandi,” ucapnya. Lakshmi yang tengah bingung pun terkejut. “Ah, ya … ya, saya sudah selesai!” “Kalau begitu cepatlah keluar,” pinta Darius tak sabaran. Dia sendiri memang dikejar waktu saat ini. Dia harus pergi bekerja. Lakshmi bingung, dia tak punya handuk dan bajunya basah! Astaga … apa yang harus dia lakukan sekarang?! “Euhm … kamu … tunggu luar dulu!” teriak Lakshmi. Darius mengernyit, heran tentu saja. “Kenapa harus? Aku harus mandi, Lakshmi. Semua peralatan mandiku di dalam sana.” Lakshmi semakin merasa panas mendengarnya. Memikirkan kalau dirinya benar-benar melakukan hal bodoh tadi. Dia tak pernah tahu bagaimana rumah mewah yang ditempatinya mampu melakukan perponcoan padanya hanya karena dia baru saja tinggal di sini. “Ba … baju saya basah!” Darius terdiam mendengarnya. Dia masih
Lakshmi bingung, apa yang harus dilakukannya selama berada di rumah Darius. Dia bahkan sama sekali tak memiliki kegiatan berarti.Apa dirinya disebut menumpang hidup saja saat hanya melakukan makan, tidur dan sembahyang? Bahkan Si Mbok sama sekali tak membolehkannya memegang sapu.Tapi … itu lebih baik daripada dirinya harus melihat wajah Darius seharian. Yang ada dia malah semakin kesal kalau sampai melihat pria itu di rumah.“Non, kok diam saja?” Si Mbok yang memang selalu berada di rumah pun melihat Lakshmi yang tengah bengong walau televisi di depannya menyala.Lakshmi terkejut, dia meringis saat tahu Si Mbok sudah duduk di sampingnya.“Tidak Mbok, saya hanya … bingung.”“Loh, bingung kenapa?”“Tidak ada kegiatan, hehe.”Si Mbok hanya ber-oh ria saja mendengarnya. Tapi … dia pun teringat akan ucapan Darius mengenai libur semester.“Non … pasti masih kuliah ya?”Pertanyaan itu malah membuat Lakshmi semakin diam. Bingung ingin menjawab apa.“Memang sih, libur semester tuh pasti lama
Benar saja, Lakshmi menjadi bebas untuk beberapa hari. Dimulai dengan dirinya yang mengikuti saran Si Mbok untuk kursus memasak secara gratis.“Non, ini ongkosnya.” Si Mbok terburu-buru memberikan beberapa uang lembaran merah dengan nominal tertinggi.Lakshmi terpekur, dia memandangi Si Mbok dengan bingung. “Ini apa Mbok?” tanyanya.“Loh, ini loh Non. Sebenarnya pas kemarin Mbok bilang sama Aden, kalau Non mau ikut kursus. Dia minta Mbok berikan uang saku Non. Katanya dia lupa buat kasih ATM sama Non karena buru-buru kerja,” tutur Si Mbok masih dengan tersenyum ramah.Lakshmi semakin terkejut mendengarnya. “Tapi Mbok … ongkosnya tidak sebanyak itu.”Dia bahkan terkejut karena Darius memberinya uang saku. Kenapa juga? Apa karena status mereka suami istri? Atau karena Darius kaya raya?“Loh, ini mah wajar. Aden bilang segitu, ya berarti itu untuk Non. Sudah, nih. Cepat ambil.” Bahkan Si Mbok memaksakan lembaran uang kertas itu ke dalam genggaman tangan Lakshmi.Lakshmi masih membeku beb
“Mbok, aku pergi ya?” pamit Lakshmi dengan terburu-buru memakai sepatunya.Si Mbok pun tergopoh-gopoh menyongsong gadis muda itu. “Non, tunggu, ini uang sakunya,” teriaknya dari dalam rumah.Lakshmi terperanjat mendengarnya. Dia mencoba menghitung sudah berapa kali dirinya mendapatkan uang saku?Wanita bertubuh gempal itu pun tersenyum sambil menyodorkan beberapa lembar uang ke tangan Lakshmi.“Ini Non.”Lakshmi tak segera menerimanya, “tapi Mbok, ini uang jajan aku masih banyak kok. Kenapa Mbok kasih setiap hari?” tanyanya merasa segan.“Loh? Ya memang sudah begitu. Aden sendiri kok yang bilang kamu dapat uang saku, kan dia belum sempat tanya rekening kamu jadinya belum bisa langsung transfer. Sudah sudah, cepat sana pergi. Ini uangnya.” Si Mbok pun segera meletakkan paksa uang itu ke dalam genggaman Lakshmi.Lakshmi yang tadinya ingin menjawab pun sudah dipanggil oleh Parjo untuk segera berangkat pun segera menyongsong ke mobil.Pikirannya semakin berlarian, memikirkan kemungkinan-k
Sontak Lakshmi terbangun dari duduknya, matanya terbelalak saat melihat wajah Darius yang garang. Bukankah pria itu memerintahkannya untuk masuk ke kamar?“Saya sudah masuk ke kamar,” jawab Lakshmi berusaha cuek dan berusaha agar tatapan tajam Darius tak mengintimidasi dirinya.Tapi tetap saja, aura kemarahan sampai menusuk ke sumsum tulangnya saat ini.Kakinya memaku tak bisa dia gerakkan dan matanya menatap waspada, firasatnya berkata kalau saat ini dia akan mendapatkan masalah besar.“Kamar kita, Lakshmi. Bukan di sini!” sentak Darius yang semakin kesal dengan respon sang istri.“Saya tidak merasa memiliki kamar, itu kamar anda.”Lihat bukan?Darius merasa semakin berang, benar-benar dia kehilangan kesabaran karena gadis itu.Dia yang baru saja tiba ke rumah harus dibuat terkejut dengan ketiadaan Lakshmi di rumah. Berharap melihat gadis itu berada di dapur dengan bercengkerama dengan Si Mbok seperti pagi itu. Tapi yang didapatinya, rumahnya kosong dan hanya ada Si Mbok seorang.“Ti
Lakshmi bahkan melangkah dengan enggan, sengaja memelankan tempo jalannya. Tapi begitu tiba di lantai dua, Darius sudah menunggunya dengan bersandar di tembok sambil melipat tangannya dan memandangi istrinya dengan intens.“Berapa lama lagi aku harus menunggu?” sindirnya.Lakshmi menghembuskan napasnya kasar, ingin sekali rasanya memaki pria itu. Tapi pada akhirnya dia hanya melirik tajam dan diam membisu.“Masuklah,” perintah Darius begitu pria itu membuka pintu ruang kerjanya.Lakshmi sangat enggan untuk berduaan bersama Darius. Entah kenapa dia malah benar-benar tak siap jika harus berbicara empat mata. Tak kan pernah ada hasil yang baik di antara pembicaraan mereka.Dia menyeret kakinya, melangkah dengan berat hati untuk masuk ke ruang kerja pria itu.Dadanya bergemuruh begitu Darius menutup pintu. Lakshmi semakin waspada saat dia sudah berada di ruangan itu.Darius sendiri masih belum mengucapkan apa-apa selain duduk di kursi sambil menyalakan PC personal yang sudah ditata di ata
“Kamu mau ke mana hari ini?” tanya Darius sambil berusaha mengancingi lengan kemejanya.Glek.Lakshmi harus berusaha menelan salivanya kasar, matanya tak berkedip normal dan terlalu memandangi Darius lama.Entah kenapa, setelah berusaha tidur satu kamar dengan pria itu, dia yakin kalau Darius adalah pria tampan nan gagah.Dilihat dari bagaimana kemeja hitam itu membalut polos tubuhnya yang tinggi menjulang. Bahu yang lebar dan punggung tegapnya sudah simetris dengan dada bidangnya yang tercetak jelas di balik kemejanya. Matanya berlari melihat jakun yang menonjol dan juga rahang tegasnya bernaung mata pekat dan alis yang tebal dan bergaris simetris.Bahkan kini dia hanya fokus pada bibir pria itu.Darius yang tak mendapatkan jawaban pun mengangkat pandangannya. Dia bisa melihat tatapan penuh kagum dan intens dari mata coklat milik istrinya itu.Dia tersenyum. Tahu betul kalau dia memiliki pesona yang tak bisa ditolak.Tanpa sebuah rasa segan lagi, Darius mendekati istrinya yang masih
Bab 31 --Darius kebingungan sendiri saat melihat Lakshmita yang malah berdiri kaku di balik pintu yang tertutup.“Apa ada yang mau dibicarakan?” tukasnya sambil meletakkan ponsel miliknya.Lakshmita semakin melarikan pandangan matanya ke segala arah sambil terus saja menggigit bibirnya gugup.Tak mendengar jawaban dari mulut Lakshmi, Darius pun menghampirinya dan berdiri di belakangnya. Tangannya menepuk pelan bahu gadis itu.“Laksshmi,” panggilnya sekali lagi.Lakshmita berjengit terkejut, dia berbalik dan mundur dengan cepat. “Y--ya Mas?”Darius menghela napasnya, merasa aneh dengan tingkah istrinya itu.“Ada apa? Apa ada yang mau dibicarakan? Ini sudah malam dan seharusnya kamu tidur.”“I--itu …” Ucapan Lakshmita menggantung, merasa bingung untuk menuturkannya dan dia masih memikirkan ucapan Si Mbok, ART yang tadi menyarankan sesuatu padanya.“Ada apa? Katakan saja, kamu jangan memendamnya begitu dan malah berdiri tidak jelas,” desak Darius masih dengan nada lembutnya.Lakshmita s
Lakshmita bangun dengan senyum di bibirnya. Sudah beberapa hari ini dia tidur dengan nyaman tanpa mimpi buruk yang menyambangi alam bawah sadarnya lagi. Menyadari kalau hatinya melunak karena kebaikan Darius, dia berniat melakukan sesuatu yang sudah semestinya. Menerima Darius. Masih saja dia termenung sendiri di belakang rumah, melempari pelet ikan ke kolam penuh ikan mas. Pikirannya terus menerus menerawang. “Loh, kok Non di sini?” Lakshmi berbalik, mendapati Si Mbok yang menghampirinya. “Iya, Mbok.” “Kenapa Non? Biasanya Non di ruangan Den Darius kalau siang begini.” “Lagi bete aja, Mbok.” “Kenapa? Tadi masih bisa ketawa tuh saat sarapan? Kangen sama Aden ya?” goda Si Mbok yang sengaja ingin membuat Lakshmi malu. Lakshmi tersentak, dia menggeleng gelagapan. “Ti tidak, Mbok! Mbok jangan mengarang begitu dong.” Dia malah panik. Si Mbok malah cekikikan. “Hihi, ya kalau kangen dengan suami tidak ada salahnya kok. Memangnya kenapa sih? Tumben bengong di belakang rumah begini.”
Deg!Lakshmi terkesiap saat tangan Darius menahannya, matanya bahkan terbelalak saat mendapati perlakuan sang suami.“Ma Mas,” panggilnya gagap.Darius mendesah, dia berbisik sensual dengan tatapan matanya yang begitu dalam. “Kamu sengaja mau menggodaku ya?”Sontak Lakshmi menarik tangannya dengan cepat. “Ti tidak!” semburnya, menunduk karena merasakan wajahnya begitu memanas.Mereka saling diam, keduanya memang merasakan atmosfer yang berubah cepat. Apalagi Lakshmi yang bingung, entah dia harus berbuat apa saat ini.Darius kembali ingat pandangan tubuh Lakshmi yang seksi tadi, merasa dia tak kurang ajar sekali.Ingat ponsel yang ia belikan, Darius pun merebutnya. “Sini, aku pasang dulu kartu SIM dan juga memory card.”“Ta tapi Mas, aku tidak bisa menerimanya,” kilah Lakshmi cepat, dia sungkan.Darius memandangi Lakshmita secara terang-terangan, intens dan dalam sampai membuat gadis itu menelan suaranya lagi secara bersusah payah.“Masih mau berdebat soal ini?” Kali ini ucapan Darius
Bab 28 -- “Bau kamar mandi kok jadi mandi banget, Mbok?” seloroh Lakshmi begitu memasuki kamar mandi saat Si Mbok memanggilnya. Si Mbok berbalik, terkekeh mendengarnya. “Ya iya harus wangi dong, jangan bau pesing. Aden pintar banget kalau menyangkut pilih-pilih sama bebelian, Non. Sudah nih, mandi gih Non.” Lakshmi mengangguk saja, ia segera memilih mandi. Mencoba membersihkan tubuhnya yang sudah berkeringat sekaligus bau keringat akibat sinar matahari. Lakshmita semakin terbiasa untuk menempati kamar Darius walau memang hanya sekadar mandi dan berganti baju. Dia melihat sekelilingnya lagi, kali ini mengernyit bingung. “Kok beda?” tanyanya pada diri sendiri. Kamar yang tadinya monoton dan kaku, kini terasa lebih hidup dengan adanya bunga sintetis dan cat yang lebih cerah, biru muda. Rasanya dia kelelahan hanya karena berinteraksi dengan banyak orang harini. Sisi introvert miliknya sudah protes dikarenakan dirinya yang berinteraksi berlebihan. Lama-lama kantuk semakin menyerangn
“Benar Darius ya?” Kembali wanita yang mendadak berdiri di samping Darius itu kembali bertanya.Lakshmi membeku saat mendengarnya. Garpu yang tadi masih berada di gengamannya pun ikut terjatuh ke atas piring pelan.Lakshmi menundukkan kepalanya cepat-cepat, tak bisa lagi dia bersikap biasa saat ada seseorang yang malah mengenali suaminya itu.Jantungnya sudah merosot sampai ke dasar perut.Darius tersenyum dan mengangguk, “iya, saya Darius Bu.”Janah, wanita yang disebut namanya oleh Darius itu pun seketika tersenyum semringah. “Wah … makan di sini juga ya kamu? Duh, sudah lama aku tidak melihat kamu.”Bahkan wanita dengan kemeja putih dan rok hitam itu berinisiatif untuk duduk di samping Darius tanpa izin. Sama sekali tak keberatan dengan rasa tak sopannya.Darius agar bergeser, menjaga jarak.Saat itu juga Janah melihat ke depan, mendapati seorang wanita yang sibuk menundukkan kepalanya itu.“Ini siapa?”Deg.Lakshmi memucat saat pertanyaan itu terlontar dari mulut wanita itu. Dia s
“Ck, kamu kenapa tidak duduk di depan sih?” Darius masih saja bersungut-sungut sebal saat dia kembali ke mobil seperti yang dijanjikan dengan istrinya. Bertemu di mobil, setelah sang istri tak memiliki ponsel! Yang benar saja. Di masa ini, ponsel sudah seperti kebutuhan primer. Bodohnya dia karena tak menyadari kebutuhan istrinya sendiri. Lakshmi hanya menatap arah depan saja, dia masih kesal dan memilih diam saja karenanya. “Lakshmi, aku dari tadi bicara denganmu,” tukas Darius lagi, yang merasa kalau Lakshmi tengah abai padanya. Benar saja. Lakshmi menoleh, wajahnya tengah memberengut kesal. “Ada apa dengan wajahmu?” “Tidak ada,” sambar Lakshmi cepat. “Tapi wajahmu ada apa-apanya,” kilah Darius cepat, bersikeras dengan pendapatnya. “Ya, lalu harus bagaimana? Wajahku biasa saja.” Bahkan nada bicaranya terdengar ketus. Darius menghela napasnya pelan, dia mencoba untuk mengontrol rasa gemasnya sendiri karena Lakshmi tengah merajuk. Bahkan dia sama sekali tak tahu apa salahnya
“Ehem.”Lakshmi dan Andre sama-sama menoleh ke belakang begitu mendengar suara dehaman berat khas suara pria.Lakshmi agak bingung dengan kehadiran Darius, sementara Andre pun tak kalah terkejutnya.“Eh, Pak Darius,” sapa Andre sambil tersenyum sopan.Namun, Darius tak menanggapi ucapan pemuda itu. Wajahnya masih datar dan dingin, tetapi matanya terus menatap Lakshmi. Lakshmi menjadi gugup saat menyadarinya. Dia tak mau dikenali sebagai mahasiswi yang dekat dengan Darius.“Bukankah kamu panitia? Tadi ada rapat tuh,” ketus Darius.Srek!“Astaga, lupa! Sudah dulu ya, Lakshmi. Dah!”Andre segera bangun dengan wajah panik dan terburu-buru berlari mencari ruangan panitia.Sementara Lakshmi merasa tak nyaman dengan tatapan intens yang terus diberikan oleh Darius. Dia buru-buru bangun dan membawa brosur untuk menghindar.“Mau ke mana kamu?”Deg.Lakshmi melirik sekelilingnya dan berharap tak ada yang memperhatikan mereka. Dia menggigit bibirnya, panik dan gugup yang menjadi satu.“Saya …” La
“Tidak mau!” Lakshmi terus menggelengkan kepalanya saat Darius berusaha memaksanya keluar dari mobil.Darius frustrasi sendiri melihatnya.“Astaga, kau ini kenapa sih? Kau cuma menemaniku untuk hadir di acara konferensi saja, Lakshmi,” terang Darius kesekian kalinya.Lakshmi masih tetap menggelengkan kepalanya, bagaimana gadis itu takut kalau ada yang melihatnya. Dia masih tak siap jika harus dikenal sebagai istri Darius.“Tidak mau! Nanti banyak fans Mas yang menyerang aku.”Lakshmi masih bersikukukh. Kali ini Darius yang diam, dahinya terlipat seakan tengah bingung.“Fans?” beonya.“Kamu bicara apa sih? Aku bukan idol K-Pop yang punya fans, Lakshmi. Ayo turun atau aku paksa?” ancam Darius.Lakshmi semakin menarik kakinya ke dalam. “Mas ini tidak pernah tahu ya? Fans Mas itu bejibun. Banyak. Much!”“Memang aku seterkenal itu?” Darius malah menahan tawanya, merasa lucu.Lakshmi melotot, “Mas sama sekali tidak sadar atau pura-pura tidak tahu sih?”“Ya … tidak tahu dong. Kalau tahu, aku