Share

Nggak Akan!

Penulis: Kanietha
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-30 22:55:37

Entah sudah berapa kali Bumi berdecak pagi ini. Ada yang mengganggu pikirannya, tapi Bumi tidak bisa menjelaskan hal tersebut sama sekali. Harusnya, satu beban Bumi hilang dari pundak setelah menjatuhkan talak pada Damay. Namun, kenyataannya tidak seperti yang Bumi bayangkan.

Bahkan, sudah lima belas menit berlalu, Bumi masih saja terpekur di dalam mobil yang terparkir di depan gedung Jurnal. Belum ada niat untuk keluar, karena moodnya pagi ini sungguh tidak bisa ia jabarkan.

Bukankah, Bumi seharusnya senang dengan semua ini. Akhirnya, dirinya dan Tari bisa bernapas lega. Tinggal menjalani prosesi yang sudah direncanakan, dan ditunggu-tunggu selama ini.

Tatapan Bumi kemudian terhenti pada kursi di sampingnya. Melihat kotak ponsel yang segelnya sama sekali belum terbuka sedikit pun. Sebuah benda canggih, yang dibelikan Bumi untuk Damay, tapi gadis itu menolaknya. Ketika Bumi pulang malam tadi, Damay mengembalikannya ponsel tersebut dan tidak ingin menggunakannya.

Bumi lantas mengambiln
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (6)
goodnovel comment avatar
chika.dputri2017
ternyata kocak, kirain bakalan sedih ceritanya......
goodnovel comment avatar
Bintang ponsel
aneh yaa bumi ne koq gk ngurusin tari mlh sibuk ngurusin damay gk usah diladenin damay lgian dia udh besar trserah dia lah mau kyk mana sma gilang koq kesel yaa ma sikap bumi ne jdi laki kyk banci,
goodnovel comment avatar
Melisa
Laki2 emang gni sih Udah punya calon tpi gak mau mainannya di ambil org Egois
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Bukan Istri Sah   Baik-baik Aja

    “Gue nggak jadi ke kos, ada urusan mendadak. Lo pindah besok pagi, gue jemput jam 5. Bumi.”Sebuah chat langsung Bumi kirimkan pada nomor Damay yang baru disimpannya pagi tadi. Tentu saja Damay tidak tahu jika Bumi sempat menelepon ponsel miliknya sendiri, setelah ia memasukkan nomor Angga.Sebenarnya, Bumi sudah dalam perjalanan menuju kos yang masih Damay tempati saat ini. Namun, ditengah perjalanan Tari menelepon dan meminta untuk bertemu dengan tiba-tiba. Agar Tari tidak berpikiran yang tidak-tidak dengannya, maka Bumi mau tidak mau harus mendahulukan calon istrinya terlebih dahulu.Terlebih lagi, Tari masih saja uring-uringan karena Damay masih bekerja di Jurnal, dan menolak untuk Resign.Bumi pun segera memutar haluan, dan menuju ke tempat Tari berada. Sebuah restoran mewah yang berada tidak jauh dari posisi Bumi saat menerima telepon dari Tari.Hanya sekitar 15 menit, akhirnya Bumi pun sampai dan langsung menghampiri meja yang sudah diberi tahu oleh Tari sebelumnya.Akan tetapi

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-01
  • Bukan Istri Sah   Demi Tari

    “Duduk di depan, gue bukan supir lo.” Damay ingin protes, tapi ia tahan. Bokong yang baru saja terhempas pada kursi penumpang bagian belakang pun, harus ia tarik keluar. Menutup pintu, lalu menuruti perintah Bumi agar duduk di sebelah pria itu. “Yakin nggak ada yang ketinggalan?” Bumi memastikan lagi ketika Damay baru menutup pintu mobil. “Nggak ada.” Karena masih sangat mengantuk, maka Damay pun tidak segan untuk menguap begitu lebar. Bumi hanya melirik, lalu mulai menjalankan roda empatnya. Menembus kesunyian awal pagi, yang belum disinari terik sinar mentari. “Sudah telpon istrinya Angga?” tanya Bumi sambil membuka jendela mobil di sisi Damay, lalu di sisinya. Bumi hendak menikmati segarnya udara pagi yang belum bercampur polusi sama sekali. “Sudah.” “Keluarga lo?” “Hmm.” Damay memilih menggumam untuk menunjukkan ketidaktertarikannya. “Selama ini, lo tinggal sama siapa?” Daripada terus berdebat dan bertengkar seperti yang sudah-sudah, Bumi memilih mencari topik obrolan lai

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-02
  • Bukan Istri Sah   Tabur Tuai

    Damay menunduk sambil melihat deretan tuts keyboard yang ada di meja kerja ruang EO. Sejenak, ia menolehkan kepala ke arah pintu masuk. Memastikan indra pendengarannya tidak menangkap suara apapun dari luar sana.Setelah yakin semuanya hening, maka perhatiannya kembali teralihkan ke tempat semula. Kedua telunjuk Damay lantas saling bekerja sama untuk mengetik sebuah nama di dalam website pencarian. Dalam hitungan detik, semua yang dicarinya pun muncul di depan mata.Sebenarnya, Damay sudah pernah mencari hal yang sama di ponsel pintarnya. Namun, apa yang tersaji di sana kurang puas untuk dilihat. Untuk itulah, Damay menggunakan perangkat komputer yang ada di kantor, untuk mencari semua data-data yang dibutuhkan.“May!”Damay yang sempat terkejut itu, buru-buru merubah ekspresi wajahnya. Tangan kanannya bergerak pelan untuk menutup sebuah website pencarian, agar pria yang menghampirinya tidak curiga.“Mau keluar sekarang?” tanya Damay sudah bersandar santai pada punggung kursi berodany

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-02
  • Bukan Istri Sah   Ambruk

    Damay menyudahi makan malamnya, dengan sebungkus nasi goreng yang masih tersisa separuh. Meletakkan piringnya pada meja di samping ranjang, yang berdampingan dengan lemari pakaian. Ia lantas merebahkan diri di tempat tidur, memiringkan tubuh lalu membuka ponsel. Melihat tumpukan chat di sebuah grup yang berisi beberapa foto resepsi Bumi dan Tari.Malam ini, Damay memenuhi janjinya pada Bumi. Ia tidak datang ke resepsi pernikahan yang tampak sangat mewah, jika dilihat dari beberapa foto yang ada di grup chatnya. Walaupun Gilang sudah beberapa kali mengajaknya untuk pergi, tapi Damay tetap bersiteguh dengan janji yang sudah diucapnya.Merasa bosan dengan ponselnya, Damay kemudian bangkit dan kembali berjalan menuju meja. Mengambil dua buah buku yang ada di atas sana, sekaligus undangan Bumi yang tergeletak di atas meja.Sebelum mulai membaca buku yang ia hempas di atas kasur, Damay terlebih dahulu belitan pita yang mengikat undangan Bumi menjadi sebuah gulungan. Konsep undangan Bumi, mi

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-03
  • Bukan Istri Sah   Pulanglah

    Adam berjalan cepat menyusul Banyu di belakang. Walau jarak mereka cukup jauh, tapi Adam bisa melihat kedua orang itu. Dugaannya pun benar, Banyu membawa Damay menuju ke arah ruang VIP keluarga.Adam semakin mempercepat langkahnya, ketika pintu ruang tersebut tampak tertutup. Setengah berlari, karena tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk pada gadis yang dibawa oleh Banyu. Apapun nantinya hubungan Damay dengan Kyla, yang terpenting adalah menjauhkan kedua orang itu dengan segera.“Banyu!”Seketika itu juga, segala prasangka buruk yang sempat berputar di kepala Adam musnah seketika. Justru putranya sendirilah yang kini meringkuk kesakitan, sembari memegangi alat vitalnya. Wajah Banyu pun memerah menahan sakit, dengan mulut yang sibuk mengumpat pada Damay.Jika ingin jujur, Adam sebenarnya lega melihat putranya seperti itu. Paling tidak, Banyu tidak melakukan hal yang buruk kepada Damay. Atau … mungkin belum dan semoga tidak akan terjadi sampai kapan pun.“Pa …”Adam buru-buru menghampi

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-04
  • Bukan Istri Sah   Bisa Menunggu

    Bumi melihat Adam keluar dari lounge dengan santai. Sedari dulu, ekspresi wajah mertuanya itu, memang tidak pernah bisa dibaca sama sekali. Jadi, Bumi tidak pernah tahu, emosi seperti apa yang tengah dirasakan papa mertuanya itu.Menunggu beberapa menit, tapi Bumi tidak melihat Damay menyusul di belakangnya. Bumi sengaja pergi seorang diri untuk membukakan kamar untuk Banyu. Ia tidak meminta orang lain untuk melakukannya, karena penasaran dengan Damay yang pergi bersama Adam. Untuk itu, Bumi segera menyusul kedua orang itu setelah melihat kondisi Banyu di dalam ruang VIP. Entah apa yang terjadi dengan kakak iparnya itu, Bumi tidak terlalu menghiraukannya.Setelah menerima card key dari resepsionis, Bumi bergegas memasuki lounge. Melihat satu per satu meja yang ada di dalam sana dengan seksama, dan akhirnya Bumi menemukan Damay yang masih terduduk sendiri di mejanya.“Damay!” Bumi langsung duduk di kursi yang berada di sebelah gadis itu. Melihat Damay yang tidak merespons dan hanya ter

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-05
  • Bukan Istri Sah   Bersiap Saja

    Setelah memastikan Damay sampai di kos dalam keadaan baik-baik saja, Bumi segera kembali ke hotel dengan taksi yang sama. Selama di dalam perjalanan menuju kos Damay barusan, mereka tidak membicarakan hal apapun. Gadis itu hanya termenung dalam diam, tapi sudah dalam keadaan tidak menangis lagi. Cukup tenang sehingga Bumi bisa meninggalkan Damay dengan tenang.Selama perjalanan itu pula, Bumi sengaja mensenyapkan ponselnya agar tidak merasa terganggu dengan semua panggilan yang pasti ia terima. Entah itu dari Tari, maupun kedua orangtuanya yang sudah pasti menghubunginya.Sesampainya di hotel, Bumi bergegas menuju kamar pengantinya. Kendati jantungnya melaju semakin kencang, Bumi tetap harus menghadapinya. Ia harus menerima semua konsekuensi akibat perbuatannya barusan.Namun, Bumi tidak akan berbohong atau mengelak kalau ia telah mengantar Damay. Karena percuma, Bumi yakin kalau Tari juga akan mengetahui semuanya. Jadi, lebih baik Bumi berterus terang dan bertengkar di awal, daripada

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-06
  • Bukan Istri Sah   Satu Jawaban

    “Serius lo nggak papa?”Sekali lagi, Gilang bertanya pada Damay tentang kondisi gadis itu. Sedari Gilang menjemput Damay di kos, gadis itu lebih terlihat diam dan murung. Entah apa yang terjadi, karena Damay seolah enggan berbagi masalahnya pada Gilang. Meski sudah didesak bagaimanapun, Damay hanya mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja.“Kalau nggak enak badan, kita bisa ke dokter bentar. Atau, lo mau pulang juga nggak papa,” tambah Gilang khawatir.Damay melepas sabuk pengaman dengan memberi senyum kecil pada Gilang. Bagi Damay, pria yang selalu saja mengantar jemputnya itu terlalu baik. Perhatian, dan selalu membuat Damay nyaman di mana pun mereka berada. Selain itu, Gilang juga termasuk pria yang sopan dan tidak pernah bersikap kurang ajar kepada Damay. Namun, karena ucapan Bumi mengenai

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-07

Bab terbaru

  • Bukan Istri Sah   Giveaway~~

    Halu Mba beb ... Kita langsung aja ya. Berikut ini daftar penerima koin GN untuk lima top fans pemberi gems terbanyak untuk Bukan Istri Sah. Plus, yang sudah ngasih usulan nama anaknya pak Banyu yaa. Amee la : 1.000 koin GN + pulsa 200rb ArPi Kim : 750 koin GN + pulsa 150 rb Zee Sandi : 500 koin GN + pulsa 100 rb Tralala : 350 koin GN + pulsa 50 rb Tyarini : 250 koin Gn + pulsa 25 rb RiztyrieM : 150 koin Gn + pulsa 20 rb Sila klaim via DM ke igeh saia yaa, @kanietha_ dan jangan lupa untuk follow lebih duluuh yaa. Atas semua atensinya untuk pak Banyu juga Damay, saia ucapkan terima kasih banyak-banyak. Kiss so muuch ....PS : Saia tunggu sampe tangga 28 Sept '22 pukul 12.00 siang hari yakk.Kalau masih belum setor, saia anggap HANGUS.🙏🙏🙏

  • Bukan Istri Sah   A Great Relationship

    “Haloo, cucu Eyang …” Airin langsung mengambil alih bayi tampan yang semakin menggemaskan dari gendongan Damay. Mengangkatnya setinggi kepala, lalu memberi ciuman gemas pada kedua pipi gembilnya. Bayi mungil yang sudah berusia tiga bulan itu, hanya bisa tertawa geli dengan ulah wanita yang sudah menganggapnya sebagai cucu sendiri. “Kamu titip sini aja sama Eyang, ya!” seru Airin berbicara pada bayi yang tersenyum melihatnya. “Biar daddy sama mami aja yang ke Kalimantan, sekalian bulan madu.” Seno menggeleng melihat tingkah istrinya, yang memang sangat merindukan seorang cucu. Tidak hanya Airin sebenarnya, tapi Seno juga berharap hal yang sama. Namun, apa mau dikata jika Bumi dan Tari masih belum kunjung diberi keturunan hingga saat ini. Keduanya sudah mengikuti program hamil dan menjalankan semua perintah dari dokter, tapi, sampai saat ini masih belum berhasil. Sejenak, Seno sempat berpikir. Bagaimana bila Damay dahulu kala benar-benar menjadi menantunya. Akan tetapi, Seno dengan s

  • Bukan Istri Sah   Demi Apapun

    Malam yang penuh ketegangan itu, akhirnya bisa dilewati Damay dan Banyu dengan rasa lega. Hanya berdua tanpa keluarga, dan benar-benar buta akan semua hal. Mereka hanya mengandalkan petunjuk dan perintah dokter, serta para perawat yang bertugas untuk mengecek kondisi Damay.Setelah ini, Banyu hanya akan memfokuskan diri dengan keluarga kecilnya. Baru kali ini Banyu benar-benar menghadapi semua ketegangan seorang diri. Tanpa support dari keluarga, yang dahulu kala pernah ia bela mati-matian. Hampir seluruh hidup Banyu, sudah ia curahkan pada Selly, maupun Tari. Namun, tidak satu pun dari keduanya datang, atau paling tidak, menghubungi Banyu melalui panggilan telepon.Hanya ada Adam, yang sesekali mengirimkan pesan untuk bertanya mengenai proses kelahiran cucunya. Sementara yang lain, seolah tenggelam bak ditelan bumi.Justru, orang lainlah yang kini terasa seperti keluarga bagi Banyu. Ada Airin, yang langsung menelepon pagi itu, ketika Damay mengabarkan bahwa sang bayi laki-lakinya sud

  • Bukan Istri Sah   Buruaan

    “Tarik napas.” Damay mengikuti instruksi Banyu, ketika kontraksinya mulai kembali datang. Sejak pria itu kembali dari kantor, yang dilakukan Damay hanyalah menempel pada sang suami. Saat kontraksi itu datang, yang diinginkan Damay hanya berada di dalam pelukan Banyu, dan menginginkan sang suami untuk mengusap punggung, maupun perutnya dengan perlahan. “Masih kuat?” tanya Banyu kembali memastikan kondisi istrinya. Banyu memang tidak bisa merasakan rasa sakit yang mulai kerap menghampiri sang istri. Namun, jika dilihat dari wajah pias disertai bulir keringat yang membasahi wajah Damay, Banyu yakin bahwa rasa sakit itu benar-benar luar biasa. Itu baru kontraksi, bagaimana jika waktu kelahiran itu akhirnya tiba? “Kuat.” Damay berujar lirih untuk menyemangati dirinya sendiri. Sudah hampir seharian ini Damay merasakan sakit yang tidak ada duanya. Sekujur tubuhnya, dari kepala hingga kaki sungguh merasakan semua nyeri tanpa terkecuali. “Tapi sakiiit.” “Sabar sebentar.” Banyu masih memeluk

  • Bukan Istri Sah   Iya, Daddy

    “Sebentar lagi aku tinggal, sebelum makan siang aku balik.” Jelang subuh, Damay mulai mengeluh sakit perut. Baik Airin maupun dokter yang menangani Damay, sudah berpesan agar jangan terlalu panik dalam menghadapi kontraksi jelang hari perkiraan lahir. Apalagi, jika rentang waktu kontraksi tersebut belumlah terlalu rapat, Namun, tidak dengan Banyu. Ketika ia mendengar keluhan yang berbeda dari sang istri, Banyulah yang merasa panik lebih dulu. Semua tas persiapan untuk pergi ke rumah sakit, langsung Banyu letakkan sendiri di bagasi mobil tanpa menyuruh siapa pun. Banyu ingin memastikan dengan mata kepalanya sendiri, jika semua persiapan sudah lengkap dan tidak ada yang kurang sama sekali. Tidak cukup sampai di situ. Begitu pagi menjelang, Banyu segera meminta Damay bersiap untuk pergi ke rumah sakit. Karena ada meeting yang tidak bisa ditinggal Banyu pagi harinya, maka ia merasa lebih aman jika meninggalkan Damay di rumah sakit. “Tapi kalau ada apa-apa, cepat kabari aku,” tambah Ban

  • Bukan Istri Sah   Langsung Pulang

    “Nggak usah beli boks bayi, taruh aja di kasur, beres. Nggak ribet angkat-angkat.” Banyu masih berdiri di samping boks bayi, yang menarik perhatiannya. Namun, Damay sudah meninggalkannya karena tidak setuju membeli tempat tidur khusus untuk bayi mereka. Bukankah lebih aman jika bayi mungil mereka nantinya diletakkan di boks bayi, daripada di atas tempat tidur? Banyu yang masih ingin membeli tempat tidur untuk bayinya, bergegas menyusul Damay yang tengah berbicara dengan salah satu pramuniaga toko. Banyu menunggu sejenak, sampai Damay menyelesaikan obrolannya sembari menyerahkan daftar catatan perlengkapan bayi yang akan dibeli kali ini. “Bukannya lebih enak dan aman pake boks bayi?” ujar Banyu setelah pramuniaga toko pergi, untuk mencari dan mempersiapkan barang-barang pesanan Damay. “Tetanggaku yang pernah lahiran, nggak ada yang pernah beli boks bayi, aman-aman aja.” Mata Damay menyasar pada kursi tunggu yang berada di sebelah pintu bagian dalam. Kemudian, ia kembali meninggalkan

  • Bukan Istri Sah   Besok Pagi

    “Pak Banyuu.” Damay menempel pada bingkai pintu ruang kerja Banyu. Menguap sebentar, kemudian kembali melanjutkan ucapannya. “Kerjanya masih lama? Aku sudah ngantuk.” Banyu mengalihkan wajah dari laptop. “Tidur aja duluan.” Bagaimana Damay bisa tidur jika tidak ada Banyu di sampingnya. Jika siang hari, Damay memang sudah terbiasa tidur tanpa Banyu, karena suaminya itu memang harus bekerja. Namun, ketika malam menjelang seperti ini, Damay tidak bisa memejamkan mata kecuali ada Banyu di sampingnya. Hal ini sudah terjadi sejak awal-awal kehamilan Damay, dan ini pertama kalinya Banyu belum masuk ke kamar mereka, padahal jarum jam sudah menunjukkan pukul setengah sembilan. “Aku nggak bisa tidur,” keluh Damay kemudian berjalan masuk menghampiri Banyu. Damay mendudukkan dirinya di atas paha Banyu, lalu bersandar pada tubuh sang suami. “Nggak ada yang meluk.” Banyu terkekeh pelan, lalu merengkuh tubuh Damay dengan kedua tangannya. Semakin hari, istrinya itu semakin posesif, manja, dan tida

  • Bukan Istri Sah   Hati Damay

    “Ini pertama, dan terakhir kalinya kita pergi nonton.” Belum ada lima menit mereka berdua duduk berdampingan di dalam bioskop, Damay sudah menguap hingga berulang kali. Saat penerangan di dalam ruang mulai dimatikan, detik itu juga Damay langsung menutup mata dan merajut mimpinya dengan lelap. Menyisakan Banyu, yang pada akhirnya harus menonton film romantis pilihan sang istri, yang sangat membosankan seorang diri. Damay tergelak tanpa melepas tangannya yang bergelayut rapat pada lengan Banyu. “Ngajaknya, sih, pas jam aku tidur siang. Jadinya ngantuk, kan? Apalagi habis makan banyak di rumah bu Airin, tambah lengket mataku jadinya.” Banyu berdecak, tapi tersenyum kemudian saat melihat wajah Damay yang tampak ceria. Lebih baik seperti ini, daripada harus melihat sang istri menangis seperti pagi tadi. “Ini mau makan lagi? Pulang? Atau … ke mana?” “Cari tempat duduk, ngabisin pop corn, terus kita pulang.” Banyu tidak salah jika masih saja menganggap sang istri terlalu naif. Sebenar

  • Bukan Istri Sah   Sekali Aja

    Banyu membuka pintu kamar dengan perlahan. Menghela sejenak, saat melihat Damay sudah berbaring miring dengan memakai selimut yang dipakainya dengan asal. Tubuh Damay masih terlihat berguncang kecil, karena sesenggukan dengan sisa tangis yang belum kunjung hilang.Setelah mendengar semua isi perasaan Damay, Banyu akhirnya menyadari di mana letak kesalahannya. Tari dan keluarganya memang penting bagi Banyu, tapi mereka semua bukanlah hal yang utama setelah ia memiliki istri. Harusnya, Banyu bisa menempatkan diri ketika berada di situasi seperti sekarang.Damay benar tentang Tari. Harusnya, Banyu tidak perlu lagi memikirkan Tari karena sang adik sudah memiliki keluarga sendiri. Tari sudah dewasa dan bahagia bersama Bumi. Jadi, Banyu tidak perlu terlalu mengkhawatirkan bagaimana perasaan Tari saat ini.Banyu naik ke atas tempat tidur dan langsung membaringkan tubuh di samping Damay. Memeluk istrinya dari belakang, kemudian mengusap perut buncit itu dengan perlahan.“Mau ke tempat bu Airi

DMCA.com Protection Status