Share

Part 72 Rasa Malu 2

Penulis: Lis Susanawati
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-25 15:37:19

"Papa, ingin mereka tetap poligami, begitu?" tanya Bu Nana.

"Mereka sudah menjalani ini sepuluh tahun. Mungkin kekisruhan ini hanya sementara dan mereka bisa berbaikan lagi nanti. Sayang banget kalau semuanya hancur berantakan, Ma. Kecuali Bu Eri punya kesadaran sendiri untuk mundur."

"Namanya pelakor mana mau ngalah. Apalagi sekarang tahu kalau Bu Mega yang justru ingin mundur. Ya dia gigih bertahan-lah."

"Dia wanita kedua, Ma."

"Dih, apa Papa nggak tahu apa beda pelakor dengan wanita kedua? Wanita kedua itu perempuan yang kehadirannya direstui sama istri pertama. Dia datang dengan cara baik-baik, bisa mengambil hati istri pertama baik-baik. Dia yang mau masuk rumah tangga orang harus punya adab, dong. Bukan sembunyi-sembunyi bertahun-tahun. Nggak tahu malu memang. Sebenarnya Pak Bas dan perempuan itu sama-sama nggak tahu malu."

Yoshi yang melihat mamanya sewot hanya geleng-geleng kepala.

"Kamu juga, Yosh. Awas kalau sampai mama dengar kamu backstreet sama Mayang, habislah kamu di t
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (16)
goodnovel comment avatar
Bunda Ernii
kira2 Bu Mega bakal bicara sama Fauzi gk y..
goodnovel comment avatar
Yeyeh Masriah
mbak biar kan Bu Mega Bahagia ,lepaskan Pak Bas gak apa-apa biar sama Bu Eri & duo pengkhianat itu jangan bahagia biar mereka menyesali perbuatan nya ,semoga Anas tau kisah sesungguhnya,untuk kamu Fauzi kamu bijaksana tidak aji mumpung seperti ibu mu
goodnovel comment avatar
Fia Sakinah
please mba lis, biarkan duo pengkhianat mendapatkan balasannya. kalau bu mega luluh, enak di pak bas doong
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • (Bukan) Istri Pilihan    Part 73 Cemburu 1

    (Bukan) Istri Pilihan - Cemburu Author's POVFauzi memperhatikan Bu Mega yang disambut ramah oleh ketua yayasan dan diajak masuk ke dalam sebuah ruangan. Wanita itu tidak menoleh ke arahnya sama sekali. Apa tidak tahu siapa dirinya? Tidak mungkin kalau tidak tahu. Dalam sikap tenangnya tadi, Bu Mega memandangnya cukup lama.Kemudian Fauzi menemui seorang laki-laki yang tengah menunggunya di sebuah ruangan yang tersekat kaca. Mereka membahas pekerjaan. Namun pikiran Fauzi tidak setenang biasanya.Kebetulan berada di tempat yang sama, apa perlu ia menemui Bu Mega? Bukankah ini sebuah kesempatan. Belum tentu ia dipertemukan lagi. Andai sengaja mendatanginya, bisa jadi tak ada kesempatan lagi. Wanita itu pasti sangat sibuk dan tidak lama ia pun harus pindah. "Mas Fauzi, tampak gelisah?" tegur lelaki yang bicara dengan Fauzi."Boleh saya tanya, Pak?" Fauzi memberanikan diri. Padahal sebenarnya merasa tidak pantas dan bukan pada tempatnya jika ia menanyakan tentang Bu Mega. Namun ini ke

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-26
  • (Bukan) Istri Pilihan    Part 74 Cemburu 2

    "Assalamu'alaikum.""Wa'alaikumsalam."Sepemergian Bu Mega, Fauzi masih termangu. Kemudian berlari cepat saat ingat wanita itu menyeberang sendirian. Diraihnya tangan Bu Mega kemudian beriringan menyeberangi jalan."Makasih, ya.""Sama-sama, Bu." Fauzi mengangguk. Dia baru pergi setelah Bu Mega meninggalkan halaman yayasan.Dalam perjalanan ke kantor, Fauzi makin merasa bersalah. Wanita anggun itu telah dikhianati oleh suaminya sendiri dan juga oleh ibunya. Bu Mega tidak seperti yang digambarkan oleh Pak Bastian. Anastasya sendiri selalu bilang sangat menyayangi mamanya, meski diperlakukan berbeda.Bisa jadi wanita itu memang sudah berubah. Wanita sebaik apapun, pasti punya alasan kuat kenapa bisa berubah jahat atau pun tidak peduli. Kalau mendengar cerita pengurus yayasan tadi, Bu Mega sebenarnya sangat baik, sangat peduli, hingga memiliki gagasan untuk mendirikan sebuah yayasan. Peduli pada sesama yang tidak beruntung.Sementara Bu Mega yang dalam perjalanan ke kantor, sibuk mengela

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-26
  • (Bukan) Istri Pilihan    Part 75 Pamit 1

    (Bukan) Istri Pilihan - Pamit Author's POVLangit kota Surabaya bertabur ribuan bintang. Di sebelah timur tampak bulan sabit terlihat pucat."Opa, kenapa nggak ada bulan yang besar itu. Kenapa bulannya kecil?" tanya bocah perempuan berusia lima tahun yang duduk tepat di sebelah Pak Bastian. Di bangku taman samping rumah mereka. Kepalanya mendongak dan mata kecilnya menyapu langit malam.Lili menjadi hiburan tersendiri setelah konflik memanas belakangan ini. Dan bocah itu juga yang bisa membuatnya dekat dengan Bu Mega."Itu namanya bulan sabit," jawab Pak Bastian."Tapi banyak bintang di langit.""Kalau ada bulan purnama, Lili nggak akan bisa melihat bintang-bintang itu," sahut Bu Mega yang duduk di bangku satunya."Kenapa, Oma?""Karena cahaya bintang akan kalah dengan cahaya bulan. Jadi bintang-bintang itu tidak akan tampak dari bumi karena cahayanya redup."Lili menatap sang Oma. Gadis kecil itu manggut-manggut. Entah paham entah tidak dengan apa yang dijelaskan oleh sang nenek.L

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-27
  • (Bukan) Istri Pilihan    Part 76 Pamit 2

    Padahal ia rela mengajukan pindah tempat demi ibunya. Supaya cap perebut suami orang tidak melekat lagi padanya."Ibu nggak ngrebut, ibu nggak pernah meminta Pak Bastian untuk meninggalkan Bu Mega, Zi. Kamu juga tahu itu kan?"Tadi malam ia sempat berdebat dengan ibunya. Kenapa ibunya tetap memaksakan diri terhadap orang yang sudah tidak sanggup lagi berpoligami. Dan mirisnya sang ibu tidak percaya kalau Bu Mega yang selama ini berperan penting dalam perusahaan."Kamu tahu dari mana? Belum tentu sumber yang kamu temui itu bisa dipercaya. Kamu lihat sendiri bagaimana papa tirimu kerja keras selama ini. Menghabiskan banyak waktu di kantor demi pekerjaannya. Kalau benar Bu Mega berperan besar, sudah lama dia datang ke sini untuk mengamuk. Wong hasil kerjanya dipakai untuk menyenangkan perempuan lain."Sangkalan Bu Eri membuat Fauzi beristighfar dalam hati. Kenapa ibunya tidak percaya? Ibunya memang tidak pernah pergi ke mana-mana. Hanya duduk di rumah saja. Jadi mana tahu dunia luar sepe

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-27
  • (Bukan) Istri Pilihan    Part 77 Foto di Dinding Kamar 1

    (Bukan) Istri Pilihan - Foto di Dinding Kamar Author's POVPenampilan Anastasya sangat anggun dan cantik pagi itu meski hanya memakai gamis warna hijau sage model biasa, tapi terkesan elegan dan mahal.Tampak adem di pandang mata dengan sapuan bedak tipis dan lipglos yang menampilkan bibirnya terlihat basah dan segar.Pesona new mom yang memikat lelaki yang berdiri memperhatikannya. Tubuhnya tetap ramping dan dada membusung. Jakun Yoshi naik turun karena dalam dada gejolaknya sudah tak terbendung.Anastasya cantik, muda, dan ranum. Dia istri yang baik dan mencintanya tentu saja. Ah dia ingat saat wanita itu cosplay sebagai klien dan mengakui itu dihadapannya. Sebuah drama pendek di ruang kantornya. Mengingat itu Yoshi tersenyum sendiri.Bodoh sekali kalau Yoshi melepaskan apa yang sudah berada dalam genggaman. Perempuan yang telah melahirkan seorang putra untuknya."Ayo, Mas! Ngapain bengong mandangin aku kayak gitu.""Kamu cantik.""Aku harus tampil cantik, dong. Biar Mas nggak mal

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-29
  • (Bukan) Istri Pilihan    Part 78 Foto di Dinding Kamar 2

    Sambutan Ayunda yang begitu menyakitkan tidak seberapa dibanding rasa kecewa demi melihat foto itu masih tergantung di sana. Kenapa Mayang tidak menurunkannya. Apa wanita itu memang masih berharap mereka bisa kembali rujuk. Toh katanya dia tidak pernah melakukan perselingkuhan.Tampaknya Yoshi tidak terpengaruh dengan gambar itu meski sempat melihatnya sekilas. Apa dia memang sudah tahu sejak lama? Bukankah Yoshi juga sering menjenguk Ayun. Detak jantung Anastasya berdegup kencang. "Ayun, nih Tante beliin cokelat sama Hello Kitty." Anastasya masih berusaha merayu. Dia juga harus berperan untuk meluluhkan hati anak tirinya."Nggak mau," jawab Ayunda sengit."Ayun, kalau masih bersikap kasar begini. Papa tinggal pulang, ya!" ancam Yoshi. "Nggak boleh pulang." Ayunda mengeratkan tangannya yang melingkar di leher sang papa."Papa nggak suka Ayun bilang seperti itu lagi. Tante Anas nggak jahat. Siapa yang bilang Tante Anas jahat?"Hening. Ayunda tidak berani menjawab tapi ia memandang ma

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-29
  • (Bukan) Istri Pilihan    Part 79 Tidak Akan Berpisah 1

    (Bukan) Istri Pilihan - Tidak Akan PisahAuthor's POVSakit juga dengan perlakuan Ayunda tadi. Dia sudah di brain wash oleh Mayang dan keluarganya supaya membenci dirinya. Anastasya sendiri pernah menjadi korban toxic parenting dari mamanya. Walaupun hubungan mereka sekarang membaik, tapi karena kejadian tadi, Anastasya kembali mengingat semua dan membuatnya ingin menjerit."Kenapa mas nggak ngasih tahu aku kalau Ayun nggak boleh makan cokelat?" Sorot kecewa tampak di bening mata Anastasya."Maafin mas. Sama sekali mas nggak kepikiran hal itu." Yoshi memang tidak ingat. Terlalu banyak yang ia pikirkan belakangan ini. Ketika Anastasya masuk hipermarket tadi, ia tengah menerima telepon dari pihak Agung yang selalu mengancamnya.Wajah Anastasya tidak bisa menyembunyikan rasa kecewanya.Disebabkan keadaan tidak lagi kondusif, Yoshi menepikan mobilnya. "Sayang." Direngkuhnya sang istri, tapi Anastasya menolak dan sibuk menghapus air mata. "Maafkan mas. Setelah ini nggak perlu lagi kita m

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-30
  • (Bukan) Istri Pilihan    Part 80 Tidak Akan Berpisah 2

    "Maafkan saya yang belum bisa berbakti pada Papa, tapi saya harus pamitan. Saya sangat berharap, papa dan Bu Mega jangan sampai berpisah. Di mata saya, beliau wanita luar biasa."Pak Bastian memandang Fauzi dengan perasaan campur aduk. Dalam hati masih berharap bahwa keadaan bisa akur dan membaik setelah ini."Pa, saya pamit. Suatu hari nanti, entah beberapa bulan lagi, saya akan mengunjungi Papa." Fauzi mencium tangan Pak Bastian."Jaga diri baik-baik." Laki-laki itu menepuk bahu Fauzi. Keduanya saling tersenyum dan Fauzi yang lebih dulu melangkah pergi.Dalam perjalanan Fauzi ingat saat menemui Bu Nana di kantornya. Tindakan nekat supaya ia punya pertimbangan untuk membuat keputusan. Dari Bu Nana, Fauzi tahu bagaimana sebenarnya Bu Mega.Pertemuan dengan Pak Bastian tadi, Fauzi tidak ada niat membahas tentang ibunya. Tujuannya bertemu hanya untuk pamit dan mengucapkan banyak terima kasih. Jika membahas tentang hubungan mereka, itu akan semakin rumit.Mengingat sang ibu yang terlihat

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-30

Bab terbaru

  • (Bukan) Istri Pilihan    Part 146 Cinta yang Indah 2

    Baru tiga menit memejam, pintu kamar perlahan terbuka. Lidia muncul dari sana. Agung kembali duduk."Kutelepon nggak kamu angkat tadi," ujar Agung. "Aku lagi meeting, Mas. Selesai meeting kutelepon nomer Mas nggak aktif. Aku telepon rumah, katanya Mas sudah pulang." Lidia menjelaskan seraya melepaskan blazer yang dipakainya."Ponselku kehabisan baterai tadi."Agung menarik lengan istrinya supaya duduk di dekatnya. "Aku mau mandi dulu, Mas. Terus nyiapin pakaian. Setelah Lili pulang ngaji kita langsung berangkat, kan?""Iya. Kalau gitu kita mandi bareng.""Jangan. Biasanya Lili nyelonong masuk setelah pulang ngaji. Mas, duluan saja yang mandi. Biar aku nyiapin pakaian." Lidia membuka lemari. "Aku sudah bilang ke mbak yang nganterin Lili ngaji. Kita akan ngajak dia staycation sore ini," kata Agung sambil melepaskan kancing kemeja."Kenapa ngajak si mbak, Mas?""Aku sudah booking dua kamar. Tidak mungkin kita biarkan Lili tidur sendirian, kan?"Lidia diam sejenak. "Mas, memang nggak

  • (Bukan) Istri Pilihan    Part 145 Cinta yang Indah 1

    (Bukan) Istri Pilihan - Cinta yang Indah Author's POVMobil Agung langsung masuk ke dalam carport rumahnya. Hujan masih deras mengguyur malam. Mereka turun. Agung membuka pintu samping yang terus terhubung dari area carport ke ruang keluarga.Masuk ke dalam suasana rumah sepi. Ruang tamu hanya ada lampu malam yang menyala. Setelah mengunci pintu, ia menggandeng tangan istrinya menaiki tangga. "Mbak ART ke mana, Mas?" tanya Lidia sambil melangkah di samping suaminya."Aku suruh pulang sore tadi. Selama tiga hari dia nggak akan ke sini. Kita habiskan waktu tiga hari hanya berdua saja," jawab Agung sambil memandang sang istri. Tatapannya begitu jahil dan menyiratkan rencana besar dalam benaknya.Lidia bisa menangkap apa yang akan terjadi tiga hari ke depan. Siap-siap saja kalau ia akan dibuat tak berdaya oleh Agung.Mereka berdua masuk kamar. Agung mengunci pintu. Meski tiada sesiapa di sana, ia tidak ingin dibuat was-was. Kamar menguarkan wangi vanila, aroma kesukaan Lidia. Harumny

  • (Bukan) Istri Pilihan    Part 144 Akad Nikah 2

    Usai makan malam, Pak Bastian, Bu Mega, Lidia, dan Agung duduk di ruang keluarga. Sedangkan Lili sedang belajar bersama guru lesnya di ruangan lain yang biasanya digunakan juga untuk bersantai karena langsung menghadap ke taman samping yang ada miniatur air terjun di sana."Papa dan mama merestui kalian berdua jika ingin rujuk. Segera menikah, sama-sama saling mendukung dan memperbaiki diri. Menjadi orang tua yang bisa jadi panutan anak kalian. Tapi papa menyarankan, Agung tetap mengajak Lidia untuk menemui kedua orang tuamu. Minta restu apapun tanggapan mereka. Yang terpenting pada orang tua, jika nggak ingin bertemu keluarga yang lain.""Bener apa kata papamu. Kalian berdua tetap harus menemui kedua orang tuamu, Gung." Bu Mega setuju dengan pendapat sang suami. Apapun tanggapan mereka, yang terpenting tetap meminta restu."Kapan rencana kalian akad nikah?" tanya Pak Bastian."Minggu depan, Pa," jawab Agung spontan. Membuat Lidia menatapnya karena kaget. Sebab mereka belum membahas t

  • (Bukan) Istri Pilihan    Part 143 Akad Nikah 1

    (Bukan) Istri Pilihan - Akad Nikah Author's POV"Beneran kamu mau rujuk sama Lidia? Kamu nggak dengar mama bilang apa sama kamu?"Agung masih diam mendengarkan kemarahan sang mama, saat ia memberitahu akan rujuk dengan Lidia. Sedangkan -Pak Ringgo- papanya diam menatap layar televisi yang menampilkan acara berita."Kenapa kamu keras kepala? Sedangkan keluarga sudah sepakat dengan perjodohanmu dan Grace.""Sejak awal aku nggak setuju dengan rencana, Mama. Aku hanya akan menikah lagi dengan Lidia. Kami punya Lili, Ma. Keluarga setuju atau pun tidak, aku akan kembali menikahi Lidia."Bu Ringgo menatap marah pada putranya. "Mengenai Lili, kamu kan masih bisa menemuinya. Atau ambil dia dan ajak tinggal bersamamu."Tidak semudah itu. Apa mamanya pikir, Lidia akan diam saja kalau Lili diambil darinya?"Kamu nggak ingat apa yang terjadi dua tahun kemarin? Kita harus menanggung malu atas semua yang terjadi," lanjut Bu Ringgo."Itu salahku, Ma," bantah Agung. "Bahkan keluarga Lidia yang telah

  • (Bukan) Istri Pilihan    Part 142 Kita Akan Menikah 2

    "Mas mau meeting di kantor papa nanti jam dua. Makanya mas mampir pulang dulu." Yoshi mengusap pipi Yasha dan mengecupnya. "Yusa, mana?""Barusan tidur.""Kamu belum makan?" Yoshi memandang piring yang masih berisi penuh di atas nakas."Belum. Mau makan keburu Yasha nangis."Yoshi mengambil piring. "Mas suapi."Anastasya makan dari tangan Yoshi hingga makanan di piring tandas. Yasha kembali terlelap dan ditidurkan di atas tempat tidur. Untuk sementara ini kedua anaknya memang tidur di pisah. Khawatir akan saling ganggu jika salah satunya terbangun lebih dulu."Mas, mau makan apa sholat zhuhur dulu?" Anastasya bangkit dari duduknya."Mas sudah sholat sebelum masuk kamar tadi.""Ya udah, kalau gitu aku ambilin makan dulu." Anastasya keluar kamar dan kembali dengan nasi, lauk, potongan buah semangka, dan minum di nampan."Makasih, Sayang." Yoshi mengecup kening istrinya. Kemudian duduk di karpet ditemani Anastasya."Besok mas ada seminar tiga hari di Malang.""Nginep?" tanya Anastasya un

  • (Bukan) Istri Pilihan    Part 141 Kita Akan Menikah 1

    (Bukan) Istri Pilihan - Kita Akan Menikah Author's POVLidia bangkit dari duduknya sambil membenahi ikatan kimononya. "Aku nemui Sinta dulu, Mas. Ada hal penting yang akan kami bahas." Selesai bicara Lidia langsung keluar kamar. Sedangkan Agung bangkit dari duduknya dan berdiri di dekat jendela kamar. Menatap langit kelabu di atas sana.Sinta berdehem ketika Lidia masuk ke ruang kerja papanya. Ruangan yang lumayan luas. Ada meja panjang dengan kursi-kursi yang mengitarinya. Juga ada layar proyektor di sana. Biasa digunakan untuk meeting dadakan jika ada sesuatu yang harus dibahas segera."Pasti kamu mikir yang enggak-enggak tadi," ucap Lidia sambil duduk di depan adiknya.Dengan gaun se*si, tipis, dan dibalut kimono luarnya, rambut diikat asal-asalan dan terkesan semrawut, belum lagi wajah dan leher yang basah berpeluh, otomatis pikiran Sinta sudah terbang ke mana-mana. Apalagi jika ingat bagaimana Agung begitu agresif belakangan ini. Mereka manusia dewasa yang pernah hidup bersam

  • (Bukan) Istri Pilihan    Part 140 Menikahlah Denganku 2

    Sambil nyetir, Agung memperhatikan Lidia yang ketiduran bersandar pada jok. Wanita itu tidak bisa menahan kantuknya. Terbesit pula pikiran konyol ingin membawa Lidia pulang saja ke rumah mereka. Sampai mobil berhenti di depan pagar rumah, Lidia tidak terbangun. Akhirnya Agung pun bersedekap dan memejam, karena sudah ngantuk berat. Keduanya sama-sama tertidur hingga azan subuh berkumandang. Lidia yang terbangun lebih dulu, kaget dengan posisinya yang ternyata masih di dalam mobil. Di sebelahnya Agung masih lelap. Kenapa ia tidak dibangunkan ketika mereka sampai?"Mas." Lidia mengguncang pelan lengan mantannya.Dua kali panggilan, Agung membuka mata. Laki-laki itu menegakkan duduknya."Sudah subuh. Kenapa tadi malam mas nggak bangunin aku?""Kamu pules banget tidurnya."Lidia mengambil ponsel dari dalam tas, kemudian menelepon salah satu ART supaya membuka pintu pagar. Tak lama pintu pagar terbuka perlahan secara otomatis."Mas, aku turun dulu, ya. Hati-hati kalau nyetir," pesan Lidia

  • (Bukan) Istri Pilihan    Part 139 Menikahlah Denganku 1

    (Bukan) Istri Pilihan - Menikahlah Denganku Author's POVSuasana bahagia di restoran hotel sejam yang lalu berubah menjadi ketegangan di bangsal rumah sakit. Di akhir acara, Anastasya membisiki sang suami kalau perutnya terasa mulas tak tertahankan. Tanpa banyak bicara, Yoshi pamitan membawa Anastasya ke rumah sakit dan semua keluarga mengikuti. Sampai di rumah sakit sudah bukaan dua ketika diperiksa oleh bidan yang berjaga. Pak Bastian, Deny, Sinta, membawa anak-anak pulang. Sedangkan yang tinggal di rumah sakit, Yoshi, Bu Mega, Lidia, dan Agung. Jarak setengah jam kemudian Bu Nana dan Pak Yudi datang.Yoshi gelisah menemani Anastasya yang berjalan mondar-mandir di dalam ruangan. Ia ingat saat sang istri melahirkan anak pertama mereka waktu itu. Begitu menegangkan karena keadaan Anastasya yang sedang down. Malah sempat berwasiat pula pada kakaknya yang nomer dua. Semoga kali ini tidak ada drama lagi. Sekarang ini Yoshi menyarankan cesar, tapi Anastasya memilih lahiran pervaginam.

  • (Bukan) Istri Pilihan    Part 138 Romansa 2

    Bu Mega meninggalkan ruangan putrinya. Dia tidak bisa memaksa Lidia harus mengubah keputusannya. Biar putri sulungnya itu membuat keputusan sendiri. Walaupun sebagai nenek, ia sangat kashian pada Lili. Sebab dulu ia bertahan dengan rasa sakit demi melihat anak-anaknya tetap memiliki keluarga yang utuh. Sosok ayah yang ada untuk mereka. Broken home efeknya sangat luar biasa untuk psikologi seorang anak.Setelah sang mama pergi, Lidia membuka map yang diletakkan asistennya di atas meja. Namun jujur saja, pikirannya tidak bisa berkonsentrasi. Adakalanya ia ingin bisa hidup seperti kedua adiknya atau wanita lain di luar sana. Lifestyle yang sangat balance dan no overwork. Tapi kesendirian membuatnya gila kerja untuk menghilangkan kesepian.Sepertinya dialah penerus jejak nasib mamanya. Karena perselingkuhan papanya, sejak awal Lidia sudah dipersiapkan sang mama untuk menjadi wanita kuat, tangguh, dan mandiri. Persis seperti masa muda sang mama. Hanya saja, mamanya hidup dalam keluarga tan

DMCA.com Protection Status