Home / Romansa / (Bukan) Istri Pelarian / Bab 11. Penyesalan Viana

Share

Bab 11. Penyesalan Viana

Author: AfourS
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56
Arsyil masih betah di dalam mobilnya yang terparkir rapi di parkiran gedung. Dia memainkan ponselnya, melihat foto-fotonya bersama Syifa ketika mereka masih bernaung di organisasi yang sama. Senyum mengembang di wajah tampan itu.

"Aku bodoh ya, Syif. Kenapa bukan aku yang nikahi kamu? Kenapa harus aku serahkan kamu pada Furqon," ucapnya pada layar ponsel yang menampakkan foto Syifa yang tersenyum lebar.

"Arggh, lama-lama bisa gila aku." Arsyil mengacak kepalanya.

"Hah, sebaiknya ngopi dulu deh." Arsyil pun hendak mengendarai mobilnya ke tempat tongkrongannya.

Namun, sorot matanya mendapati dua pemuda yang berada dalam satu motor dan berboncengan mesra.

"Furqon, Nada. Ngapain mereka?" Kening Arsyil berkerut, mengamati keduanya yang semakin tidak terlihat.

Arsyil yang tahu mereka memang dekat semenjak di perkuliahan, pun hanya mendiamkan saja. Dia pun mengendarai mobilnya ke arah yang berlawanan.

***

Sesampainya di perpustakaan, Nada sengaja memperlambat Furqon dengan mengajaknya me
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • (Bukan) Istri Pelarian   Bab 12. Ucapan Pedas Nada

    Syifa mengetuk pintu rumahnya, tidak lama, seorang ART membukakannya pintu. Dia tercengang mendapati Gusnita dan Arman tengah duduk di ruang tamu, beserta suaminya. "Baru pulang sayang?" ucap Gusnita yang langsung memeluk Syifa. "Iya, Bun. Loh, bunda sama ayah kapan datangnya? Kok Syifa tidak diberitahu sih!" tanyanya lalu duduk di samping sang suami.Furqon menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Dia pun hanya tersenyum singkat pada sang istri yang berwajah masam padanya. "Bunda sama ayah kalian tipu yah. Katanya mau tinggal di rumah kontrakan dengan 2 kamar. Tapi, ini lihat," omel Gusnita lalu membawa menantu cantiknya duduk di sofa sebelahnya. Furqon kembali menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Itu adalah sindiran untuknya, karena Syifa sendiri tidak tahu mereka akan tinggal di rumah luas dan megah seperti ini. "Furqon, jadi setelah 3 bulan, kamu ke Jakarta untuk menyelesaikan studi kamu? Terus balik lagi kan ke Padang?""Enggak, Bun. Furqon dan Syifa sudah memutuskan kalau Fu

    Last Updated : 2024-10-29
  • (Bukan) Istri Pelarian   Bab 13. Menyusul Ke Padang

    Syifa menarik nafas panjang, lalu berbalik arah mengejar Nada. Dia pun berdiri tepat di depan seniornya itu. "Asal kakak tahu yah. Alasan apapun pernikahan aku dengan bang Furqon, itu bukan urusan kak Nada. Dan, satu hal lagi. Lebih beruntung aku dibanding kakak, kenapa? Karena walaupun hanya sebatas pelarian saja, tetapi bang Furqon tetap menikahi aku. Bukan seperti kak Nada, iya kan."Syifa mengeluarkan unek-unek di dalam dadanya. Tidak sanggup lagi menahan amarah yang tertahan. Apalagi mendengar kata istri pelarian, membuat pikirannya kembali ke masa di mana dia hancur dan terpuruk, menyesali keinginannya untuk menikah dengan lelaki yang dia cinta.Nada pun tidak kalah naik pitam, dia ingin membalas ucapan Syifa. Tetapi, keduanya segera di lerai oleh penjaga Pustaka. Hingga mereka pun harus mengakhiri sesi sindir menyindirnya.Nada berbelok menuruni tangga, dan memilih keluar dari gedung. Sementara Syifa tetap melanjutkan mencari buku referensinya. "Sial!! Kenapa juga aku harus k

    Last Updated : 2024-10-29
  • (Bukan) Istri Pelarian   Bab 14. Diteror Viana

    "Abah, cegah Viana, Bah," pinta Sarah, tidak ingin melihat putri semata wayangnya menjadi perusak rumah tangga orang lain. Handoko hanya diam saja. Dia mendukung apapun keputusan yang diambil Viana. Toh, putrinya sudah dewasa, dia pasti mengetahui mana yang baik dan buruk untuknya."Abah," teriak Sarah kesal. "Biarkan saja dia begitu, sayang. Dia sudah dewasa. Dan lelaki yang dia pertahankan juga lelaki hebat, apa salahnya dia berjuang." Sarah hanya bisa menghempas nafas kasar mendengar jawaban sang suami. Dia pun memijit pelipisnya, mendadak kepalanya pusing. "Ya Tuhan, semoga putriku segera sadar bahwa tindakannya itu salah," harapnya dalam hati. Viana telah sampai di kampus. Dia tanpa sengaja bertemu dengan Fahri, meminta di mana alamat rumah Furqon. "Aku nggak tahu di mana, Vi. Kamu tanyakan sendiri saja pada orangnya langsung," jawab Fahri. "Ri, kalau nomor aku tidak di blokir sama Furqon, sudah dari kemarin aku bisa bicara dengannya. Cepat lah, Ri. Aku mau tahu dia ada di

    Last Updated : 2024-10-29
  • (Bukan) Istri Pelarian   Bab 15. Pembalasan Furqon

    Syifa menghubungi suaminya untuk segera di jemput di taman gedung A. Tubuhnya yang lelah, hanya bisa tertunduk lesu, sembari bersender di bangku taman sembari sesekali melirik area parkir berharap sang suami segera datang. "Hah." Menghela nafas berat, Syifa masih terngiang-ngiang ucapan Nada yang mengatakan dirinya hanya seorang istri pelarian. Syifa yakin, sang suami lah yang memberitahu tentang hal itu. Karena, siapa lagi yang akan mengetahuinya jika bukan Furqon sendiri. "Sedekat itu kah bang Furqon sama kak Nada, sampai menceritakan alasannya menikahi aku," lirih Syifa lemah. Tidak berapa lama, sepasang tangan menutupi kedua matanya. Tangan kekar namun lembut itu sudah bisa ditebak oleh siapa orangnya. "Bang Furqon," ucap Syifa dan sang pemilik tangan pun tertawa karenanya. "Sayang," sapa Furqon kemudian dan duduk di samping Syifa, lalu mengecup kening istrinya lama. Syifa yang hatinya semula galau, lantas luluh mendapat perlakuan romantis suaminya itu. Sekejap, masalah yan

    Last Updated : 2024-10-29
  • (Bukan) Istri Pelarian   Bab 16. Obsesi Viana

    Furqon kembali ke dalam kamarnya. Dia masih mendapati Syifa yang masih fokus dengan skripsinya. Dia pun memperhatikan bagaimana Syifa yang terlihat begitu cantik malam itu. Dengan memakai pakaian tidur dress tanpa lengan, membuatnya sangat cantik. Furqon pun terkekeh sendiri karenanya. "Walaupun aku nggak mendapatkan Viana yang cantik, berpendidikan, banyak incaran para lelaki dan pastinya sekufu dengan keluargaku. Setidaknya, Allah pun telah menghadiahkan aku, memberikan bidadari seperti Syifa," ucapnya dalam hati. Furqon pun kembali bersender di tempat tidur, setelah membereskan berkas-berkasnya ke dalam map kecil. Sembari memainkan gawainya, Furqon dengan setia menunggu istrinya itu selesai."Hoamm." 2 jam berlalu, Syifa menguap, merasakan kantuk yang sudah menjalar di kedua matanya. Dia pun melirik ke arah tempat tidur, di mana Furqon masih setia menunggu dirinya. "Loh, abang belum tidur? Kenapa abang nggak tidur duluan saja?" tanyanya lalu melirik benda bundar yang menghiasi

    Last Updated : 2024-10-29
  • (Bukan) Istri Pelarian   Bab 17. Mementingkan Lelaki Lain

    Syifa keluar dari ruangan dengan wajah berseri. Dia melompat kegirangan karena skripsinya telah Acc untuk bisa diagendakan. Tangannya lekas meraih benda pipih, segera menghubungi sang suami yang sekarang tengah berada di kantornya."Abang, Syifa acc, Syfia acc," ucapnya kegirangan.Furqon yang di sebrang sana tersenyum mendengarnya. Betapa dia ikut bahagia melihat istrinya bahagia."Alhamdulillah sayang. Selamat ya, perjuangan kamu sebentar lagi hampir selesai. Ya sudah, sekarang kamu segera agenda, biar jadwal munaqasahnya cepat keluar," jawab Furqon dan langsung dituruti olehnya.Syifa pun menuju akademik, dan tanpa sengaja bertemu dengan Nada kembali. Dia yang sudah beberapa hari terakhir tidak lagi bertemu gadis itu, lantas merasa muak sekarang."Ck, ngapain lagi sih dia di sini." Syifa pun mengurungkan niatnya untuk ke akademik. Dari pada dia mencari perkara dengan bertemu Nada, Syifa lebih baik menghindar.Lan

    Last Updated : 2024-10-29
  • (Bukan) Istri Pelarian   Bab 18. Siapa Kamu?

    Turun dari taksi. Syifa telah melihat mobil sang suami terparkir di sana. Dia menunduk takut ketika hampir mendekati pintu masuk setinggi 2 meter itu."Hufft, deg degan banget," ucap Syifa ketika membuka pintunya."Assalamu'alaikum." Syifa melangkah masuk. Namun, dia tidak mendapati Furqon ada di ruang tamu."Wa'alaykumussalam, nyonya muda di tunggu tuan di kamar," jawab Bi Ami, ART di rumah mereka."Iya, Bi Ami, Terima kasih," jawabnya.Sesampainya di atas, Syifa membuka pintu kamar dengan hati-hati dan menutupinya juga dengan hati-hati. Dilihatnya Furqon tengah berdiri di tepi kaca, menatap ke arah luar."Assalamu'alaikum abang," ucap Syifa.Meski Syifa takut dengan Furqon yang tadi terdengar marah. Dia tetap menghormati suaminya dan menyalami tangan Furqon. Begitu juga dengan Furqon, yang menyambut uluran tangan istrinya."Wa'alaykumussalam," jawabnya datar.Furqon pun membalikkan tubuhnya me

    Last Updated : 2024-10-29
  • (Bukan) Istri Pelarian   Bab 19. Aku atau Arsyil

    Mata Anggun melotot melihat Arsyil memegangi tangannya. Dia pun segera menepis tangan lelaki itu dan menyampingkan tangannya yang meraba tubuh Arsyil tadi."Ma-maaf, om, bang, kak, eh Pak," jawab Anggun tertunduk.Arsyil hendak duduk tetapi perutnya kembali nyeri. Dia pun kembali terbaring, dengan tatapan sinis pada Anggun."Siapa kamu? Ngapain kamu pegang-pegang saya begitu?" tanyanya ketus."Mm, itu, itu tadi aku mau cari ponsel dan KTP bapak," lirihnya pelan."Buat apa? Dan siapa sih kamu? Saya tanya dari tadi nggak di jawab." Nada suara Arsyil mulai meninggi."Saya, saya Anggun, adeknya kak Syifa. Tadi, kak Syifa ada kepentingan sama suaminya, makanya titipin bapak sama saya," lanjut Anggun.Tanpa terasa gadis itu menitikkan air matanya, merasa hatinya sakit karena dibentak demikian. Sementara Arsyil yang melihatnya merasa bersalah pada gadis di depannya."Ma-maaf yah. Saya nggak tahu kamu adikny

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • (Bukan) Istri Pelarian   Bab 28

    Tidak lama berselang, ponsel Nayya kembali berbunyi."Astaghfirullah." Nayya seketika terkejut melihat panggilan masuk. Sang ibu ternyata menghubungi dirinya, ketika tahu ponsel Nayya telah aktif. Dengan berat hati, Nayya menjawab panggilan itu. ***Malam harinya, Nayya yang baru menyelesaikan agendanya di mesjid, lekas keluar setelah pamit pada ustadzah dan juga teman-teman nya. Dia gegas masuk ke dalam kamar dan mengurung diri di sana. "Ya Allah, kenapa ujian hamba begitu berat," ucapnya dan terduduk di lantai. "Andai ayah masih hidup, andai ayah masih ada di dunia ini, aku pasti tidak akan sesusah ini. Ya Allah, kenapa kau ambil ayahku? Kenapa bukan ibuku saja yang kau hilangkan dari bumi ini." Nayya meraung meratapi hidupnya. Siang tadi, ketika ponselnya yang telah lama dia non aktifkan, lantas mendapat panggilan dari sang ibu. Nayya kembali menyendiri, kembali menjadi gadis yang pendiam dan penuh beban.Nayya pun mengambil tas ranselnya, lalu keluar asrama untuk mencari usta

  • (Bukan) Istri Pelarian   Bab 27

    "Papi tahu itu. Obati segera trauma kamu tentang wanita, dan secepatnya bawa dia yang kamu inginkan untuk menjadi menantu kami. Biar papi yang akan bujuk Mami kamu untuk memberi kamu waktu," jawab sang ayah yang mengerti kondisi putranya. ***Malam semakin larut, Nayya terdiam di kamar rawatnya seorang diri. Malam ini, dia tidak lagi ditemani Zakwan."Ya Allah, aku harus ke mana setelah ini," ucapnya yang merasa bingung. Nayya yang besok sudah diperbolehkan pulang karena kondisinya sudah lebih membaik, meskipun kakinya masih sedikit luka yang belum terlalu sembuh. Merasa bingung untuk pulang ke mana. Jika Nayya memilih kembali ke rumahnya, dia tidak yakin jika ibunya akan menerima lagi kehadiran dirinya. Terlebih, dia pergi dari rumah secara diam-diam, demi menghindari perjodohan dengan lelaki tua pilihan sang ibu."Assalamu'alaikum," ucap Hisyam, membuyarkan lamunan Nayya.Gadis itu sedikit terkejut melihat kehadiran pria itu."Wa'alaykumussalam, Pak," jawabnya tertunduk. Nayya m

  • (Bukan) Istri Pelarian   Bab 26

    Gilang mengintip dari balik tirai jendela, memastikan keadaan di luar apakah sudah aman dan benar-benar tidak ada lagi Alan beserta anak buahnya. Dan merasa semua telah aman, Gilang pun memberi kode untuk mereka segera keluar dari rumah kecil itu. Clara dan Hermawan mengangguk, lalu melangkah pelan-pelan keluar dari rumahnya sembari kepala yang terus menengok ke kiri dan kanan, berhati-hati dengan keadaan sekitarnya. "Ayo cepat!" titah Gilang dan terus melangkah ke arah simpang 3 di mana mobil hitamnya terparkir. Clara yang tidak tahu akan di bawa ke mana, hanya mengekor kedua lelaki di depannya. "Cepat, naik!" perintah Gilang lalu membukakan pintu untuk Clara dan Hermawan masuk, barulah dia duduk di bangku stir, memajukan kendaraannya segera. Clara clingak clinguk, memperhatikan keadaan sekitar, penasaran ke manakah dia di bawa oleh para penculik itu. Karena, dia tidak sadarkan diri ketika di bawa oleh mereka. "Mm, sebenarnya, kita mau ke mana?" tanya Clara kemudian. Gilang ya

  • (Bukan) Istri Pelarian   Bab 25.

    Menarik nafas panjang, Syifa berusaha membesarkan hatinya untuk tetap baikan dengan Furqon. Dia tidak ingin, pertengkaran dalam rumah tangganya menjadi penyebab Viana, pelakor itu semakin mudah merusak pernikahannya. Membuka gagang pintu kamarnya pelan, Syifa melihat Furqon di ujung balkon tengah telponan. Dia yang semula hendak berbaikan dengan suaminya, justru sekarang mencurigai Furqon. "Siapa yang telponan dengan Bang Furqon? Kok sampai menjauh gitu?" pikir Syifa melangkah mendekat. Sadar ada langkah yang semakin mendekat, Furqon menoleh ke belakang. "Sayang," panggil Furqon dan tersenyum lebar. "Ri, besok lagi disambung pembicaraan kita. Oke." Furqon mematikan sambungan telponnya, melangkah dengan cepat ke arah Syifa dan memeluk istrinya. "Sayang, maafkan abang yah. Abang salah," ucap Furqon dengan terus mendekap Syifa. "Minta maaf untuk apa?" tanya Syifa memancing. Dia tahu suaminya pasti akan merasa bersalah karena dia mengambek tadi."Untuk semuanya, terutama karena Via

  • (Bukan) Istri Pelarian   Bab 24. Pelakor Harus Dibasmi

    "Calon suami?" ulang Syifa. Keningnya berkerut mendengar Viana yang berucap demikian, ada rasa takut dalam dadanya ketika mendengar wanita itu bicara demikian. Takut jika suaminya akan kembali condong pada masa lalunya itu. Namun, Syifa lekas membuang pemikiran buruknya itu dan menatap kepada Viana yang juga menatapnya dengan tatapan tajam. "Apa? Calon istri? Kamu calon istri Bang Furqon?" ulang Syifa, Viana mengangguk. Furqon hendak bicara, takut jika istrinya marah. Tetapi, Syifa justru memajukan langkahnya mendekati Viana. "Kamu hanya calon istri. Oh, bukan, bukan. Lebih tepatnya, mantan calon istri. Sedangkan aku, aku adalah istri sahnya. Kenalkan, aku Syifa, istri sahnya Bang Furqon," jelas Syifa tersenyum lebar. Mendadak Viana emosi melihatnya, dia berulang kali menatap wajah Furqon dan Syifa. Merasa jika istri dari lelaki yang dicintainya itu tidak terpancing olehnya, Viana pun juga tertawa. "Oh, istri. Tapi, jangan bangga dulu dong, walaupun kamu dijadikan istri oleh Fu

  • (Bukan) Istri Pelarian   Bab 23. Pertemuan Syifa dan Viana

    Furqon telah sampai di kampus. Syifa beruntung bertemu dengan profesor Akhdan, hingga dia yang tadinya berniat pulang dengan ojek online, ternyata suaminya sendiri yang menawarkan untuk menjemputnya. "Maaf sayang, lama ya nunggunya?" tanya Furqon ketika Syifa telah di dalam mobilnya. "Nggak kok, Bang, baru juga nunggu. Mm, bang, boleh nggak sekali-kali abang jemput Syifa pakai motor yang kemarin abang pakai untuk antar Kak Nada," ucap Syifa me request pada suaminya.Namun, Furqon merasa itu bagai sindiran. "Sayang nyindir yah?" Furqon menatap dingin istrinya. "Bukan, Bang. Syifa cuma pengen coba naik motor berdua dengan abang," jawab Syifa dengan tersenyum lebar. Furqon pun mengangguk paham. Dia merasa dirinya sedikit sensitif semenjak bertemu dengan Viana tadi. "Ya besok abang antar pakai motor yah." Syifa tersenyum senang mendengarnya. ***Viana berteriak ketika memasuki rumah kontrakannya. Dia membanting tas jinjingnya di sofa, lalu bersender, memejamkan mata. Air mata kemba

  • (Bukan) Istri Pelarian   Bab 22. Aku Minta Maaf

    Furqon terkejut bukan main. Mengira Syifa yang datang untuk memberi kejutan padanya setelah kemarin hingga pagi tadi hanya ada perdebatan diantara mereka, dan berharap dengan kejutan ini mereka akan semakin mempererat tali cinta keduanya. Nyatanya, bukan sosok yang dia harapkan. "Viana, ngapain kamu di sini?" tanyanya dengan nada tinggi. Furqon seketika memanas melihat wajah gadis yang telah menyakitinya, dan sudah dia buang jauh-jauh dari kehidupannya benih cintanya pada Syifa muncul. "Sstt, Furqon. Kamu kenapa marah gitu? Nggak senang dengan kedatangan aku ke sini," jawab Viana santai. Pandangannya mengedar ke seluruh penjuru ruangan, betapa luas dan kerennya ruangan Furqon. Dia tidak menyangka, lelaki yang mencintai dirinya itu akan sekaya ini."Sekali lagi aku tanya, mau apa kamu datang ke sini? Aku tidak ada urusan dengan kamu, dan sekarang keluar," tegasnya. Viana merasakan sakit di hatinya ketika Furqon menolaknya dengan mentah. Akan tetapi, dia berusaha tersenyum, menyemb

  • (Bukan) Istri Pelarian   Bab 21. Kemunculan Viana

    Viana terdiam, terduduk di tempatnya. Air matanya tumpah ketika belati tajam kembali menggores hatinya. Panggilan yang tadi dia lakukan, berharap Furqon menjawabnya, nyatanya, istri lelaki itu yang menjawab. Pedih, sakit. Itu yang tengah dirasakannya. Viana membanting ponselnya, merasa frustasi dengan hidupnya. "Jahat kamu Furqon, jahat!" teriak Viana di rumah kontrakannya. Ya, Viana saat ini telah berada di Padang. Dia sudah mantap menyusul Furqon ke negeri asal lelaki itu, demi mewujudkan keinginannya untuk menikah dengannya. Dengan menyewa rumah, gadis itu berniat menetap di sana, melanjutkan kuliahnya di sana.Padahal, Sarah melarang keras keinginan anaknya untuk menetap ke Padang, dan melarang keras untuk tidak menjadi wanita yang merusak rumah tangga orang. Tetapi, Viana tidak mempedulikan hal itu, baginya, dia harus mendapatkan Furqon kembali. Viana pun melihat secarik kertas, di mana alamat Furqon tertera di sana. Dia berniat akan menyusul lelaki itu ke rumahnya. Kalau pe

  • (Bukan) Istri Pelarian   Bab 20. Menyelesaikan Masalah

    Syifa terdiam setelah pasrah mendengar amukan Furqon. Dia terduduk di lantai balkon, menatap langit malam penuh bintang. Rasa sesak mulai menjalar di dadanya, bagaimana Furqon membentaknya.Sengaja Furqon menahan emosi untuk tidak melawan suaminya, mengingat Furqon tampak begitu lelah pulang kantor. Tetapi, dia rasanya juga tidak sanggup harus dikasari sedemikian pedas dengan kata-katanya.Menghapus air mata yang sudah membanjiri wajahnya. Syifa bangkit dan berjalan menuju kamar. Dia hendak meluruskan apa yang sebenarnya terjadi antara dirinya dengan Arsyil."Abang," panggilnya melihat Furqon tengah sibuk berkutat dengan laptopnya."Saya sibuk sekarang. Jangan ganggu," jawabnya.Syifa pun menarik nafas lalu menoleh ke arah jam dinding di kamar itu.Melihat jam sudah tengah malam. Syifa pun pasrah, pasrah jika malam ini mereka masih dalam pemikiran masing-masing yang penuh dengan kesalahpahaman."Okey, bes

DMCA.com Protection Status