Part 8
"Mas, maafin aku. Uangnya dirampas sama Bapak, buat judi sama mabuk-mabukan. Dan sekarang Bapak malah kabur."
Jawaban Sandrina membuatku sangat shock. "Apa? Yang benar saja Sandrina?!"
Dia hanya terisak.
"Coba kamu jelaskan gimana kok bisa uangnya dirampas Bapak?"
"Mas, tadi siang aku ke Bank, sama Dek Bayu sama ibu juga. Aku mau ambil uang yang kamu transfer, rencananya mau buat belanja barang dagangan. Tapi ditengah jalan ketemu bapakku, Mas. Bapak mengancam kami, dia bahkan merebut Dek Bayu dari tangan ibu. Bapak bilang mau celakain Dek Bayu kalau gak serahin uang itu. Kami panik, Mas. Jadi uang itu dirampas sama Bapak."
"Kok bapakmu bisa tahu kalau kamu ambil uang di Bank?"
"Aku gak tahu, Mas. Tapi sepertinya bapak mengikuti kami, Mas. Maafin aku, Mas, aku tidak bermaksud untuk menghilangkan uang itu, Mas."
Aku mengusap wajahku dengan kasar. Kurang ajar, bapak mertuaku itu. Tanpa terasa panggilan terputus
Season 2 Part 9Mas Yudhis tertawa saat mobilnya sudah menjauh dari lokasi rumah."Hahaha, kau lihat tadi ekspresi suamimu itu, Alina? Dia sangat shock," lanjutnya lagi.Aku tersenyum simpul. Memang aku melihat keterkejutan di wajahnya, mungkin ia tak menyangka aku akan pergi bersama bosnya sendiri. Sepertinya sandiwara kali ini berjalan dengan lancar."Semoga saja habis ini dia berubah ya, berubah menjadi laki-laki yang baik dan bertanggung jawab. Bagaimana kehidupan pernikahanmu, Alina? Apa kau bahagia bersamanya? Apa dia memperlakukanmu dengan baik?" tanya Mas Yudhis tiba-tiba.Aku mengangguk sambil tersenyum. Aku tak ingin orang lain tahu masalah rumah tanggaku. Sebenarnya bila diingat-ingat, kehidupan kami sama seperti sebagian orang. Tak ada yang spesial, kami jalani aktivitas seperti biasa. Bekerja, saling mengobrol dan menyiapkan kebutuhannya, kadang jenuh juga dengan rutinitas, seolah tak ada kemajuan. Ya walaupun terkadang dia
Season 2 Part 10"Alina, aku tidak menyangka kamu bisa seberani ini padaku!""Kenapa? Kamu pikir aku perempuan bodoh yang hanya akan menangis bila kamu tindas? Sudah cukup kesabaranku habis, Mas! Cukup!!"Kulihat Mas Tommy terdiam, menahan amarahnya."Selama ini aku bersikap baik, untuk siapa? Untuk kamu, Mas! Bahkan aku berbohong pada Kak Daffa mengenaiButik Ayah, bahwa kita ditipu, padahal kamu lah yang menjualnya! Kamu tidak tahu kan gimana alasanku untuk melindungimu di depannya? Itu karena aku cinta buta sama kamu! Tapi lagi-lagi kamu mengecewakanku, Mas! Aku benar-benar kecewa! Setelah Butik Ayah terjual habis dan uangnya entah kau gunakan untuk apa, sekarang kamu menginginkan rumah ini?! Kali ini tidak akan kubiarkan. Dulu mungkin aku cinta sama kamu, tapi sekarang aku sadar, mencintaimu adalah hal yang sia-sia. Kamu hanya memanfaatkanku saja!""Cukup, Alina! Jangan bicara seperti itu?!""Sekarang mataku sudah terbuka leba
Season 2 Part 11"Sandrina, kamu masuk ke dalam ya, kau tunggu di kamar saja.""Tapi, Mas--"Mas Tommy hanya memberikan satu kedipan pada wanita itu dan dia pun mengangguk, berlalu ke dalam."Jadi dia wanita simpananmu?" Suaraku begitu serak menahan tangis dan sakit di dada."Bukan! Dia hanya keponakan ibu yang datang dari jauh! Namanya Sandrina, dia habis diusir sama suaminya, makanya ibu ajak tinggal disini, kasihan kan anaknya masih bayi!" Sebuah suara mengagetkan kami.Aku menoleh, melihat sosok wanita paruh baya datang, entah dari mana. Dia berpakaian rapi seolah habis kondangan, baju kebaya dan tas kondangan dicangking di tangannya."Alina, ayo masuklah. Kenapa hanya di luar saja?" ajaknya.Walaupun terpaksa, aku menyalami tangan ibu mertuaku. Sudah sangat lama aku tak bertemu dengannya, penampilannya sudah jauh berbeda."Kamu kenapa baru datang kesini malam-malam begini, Nak? Kamu pasti sibuk banget ya
Season 2 Part 12Aaaarrrgghh ...! Aku menggeram kesal. Tangan mengepal erat sembari berjalan mondar-mandir tak tentu arah."Gimana dong, Bu. Hancur sudah, Bu! Semuanya sudah ketahuan sama Alina!" sesalku.Apalagi tadi aku tak bisa mengejar langkahnya. Dia sudah lebih dulu masuk ke dalam mobil. Mobil Bosku. Ternyata hubungan istriku dengan Bos makin dekat saja, bahkan mereka datang kesini berdua?Jujur saja, aku memang cemburu pada Bosku itu. Tapi aku tak menyangka kenapa mereka bisa datang kesini bersama?Aku mengusap wajah dengan kasar. Petang tadi, Sandrina mengirimiku pesan yang membuatku panik. Katanya Dek Bayu kejang, apalagi ibu sedang tidak ada di rumah, sedang kondangan di hajatan saudara. Maka dari itu, saat aku bersama Alina, langsung bergegas pulang ke rumah dengan perasaan panik. Sepanjang perjalanan kuhubungi Sandrina agar dia tak panik menghadapi putra kami yang tengah step. Beruntung saat aku sudah sampai, Dek Bayu sudah kembal
Season 2 Part 13"Okey, okey sayang. Aku akan menceraikan dia. Demi kamu, aku akan menceraikan Sandrina. Tapi kumohon, jangan memintaku untuk berpisah denganmu lagi. Please?" ucapnya dengan nada memohon.Entahlah aku tak bisa mengartikan tatapannya. Apakah dia bersungguh-sungguh atau hanya bersandiwara saja."Mas, tolong pergilah. Berikan waktu aku untuk sendiri.""Dek, tapi--""Kumohon, pergilah, Mas. Aku butuh waktu sendiri.""Tidak, aku akan tetap di sini menemanimu.""Suuuusss .... Suussteeeeer!!" teriakku, berharap dia akan pergi."Oke, oke, jangan teriak lagi Sayang. Kamu masih lemah. Aku akan keluar sementara. Tapi aku akan kembali kesini lagi."Dia menatapku lekat, lalu tangannya mengusap perutku yang masih rata."Adek bayi, ayah keluar sebentar. Mau beli makanan, baik-baik ya di perut Bunda," ujarnya. Cih! Sungguh memuakkan!"Mas keluar sebentar, Dek. Nanti kembali lagi."Aku menghirup
Season 2 Part 14"Talak dia di hadapanku.""Apa?""Kenapa? Apa kamu keberatan? Bukankah tadi Mas yang bilang sendiri akan menceraikan Sandrina?"Kulihat kegetiran di wajahnya. Berkali-kali ia mengembuskan nafas panjang."Oh, jadi kamu gak sungguh-sungguh kan? Oke, kalau begitu aku yang mundur.""Jangan, Dek!" cegahnya. Aku tahu sekali raut wajahnya begitu bimbang. Mungkin dia tak percaya kalau aku bahkan mengajukan hal tersulit baginya."Iya, nanti aku akan menalaknya di hadapanmu. Mau lewat panggilan telepon atau ketemu langsung?""Ketemu langsung dong! Aku ingin lihat ekspresi wajah Sandrinamu itu!"Lagi, Mas Tommy menatapku entah. Seolah banyak sekali pertanyaan yang tak dapat diungkapkan."Okey, setelah kau sembuh, kita akan ke rumah ibu. Biar ibu juga menjadi saksi perceraianku dengan Sandrina. Bukankah itu yang kau mau, Sayang?""Hmmm, iya. Aku tunggu realisasi janjimu, Mas!"Mas To
Season 2 Part 15Semua demi SandrinaHah! Kutinju jok mobil ini dengan energi tertahan. Gigiku bergemeletuk menahan rasa geram. Aku harus berpura-pura tersenyum pada Alina. Tak pernah kusangka dia akan memberikan pilihan yang sulit bagiku.Menceraikan Sandrina, itu tidak mungkin kan? Kasihan dia dan Dek Bayu. Aku harus bagaimana? Tapi Alina mendesakku seperti ini.Kulajukan mobil dengan pelan, mumpung izin keluar dari rumah. Aku harus bicara dengan Sandrina. Semoga dia mau mengerti keputusanku.Ponselku berdering, aku menepikan mobil, memeriksa siapa yang menelepon. Kebetulan sekali, ternyata itu panggilan dari Sandrina."Hallo, Sayang.""Mas, kamu dari mana saja sih? Dari tadi aku telepon tapi yang angkat Mbak Alina! Kamu habis mesra-mesraan ya sama dia? Sampai mandi basah segala? Apa kurang puas pelayananku waktu itu, Mas?" pekiknya dari seberang telepon.Apa sih maksudnya? Kenapa dia marah-marah seperti ini? Aku menghe
Season 2 Part 16"Jadi ini yang kau lakukan, Alina? Saat suamimu gak ada, kamu malah mengundang pria lain ke rumah?"Alina menatapku nanar. "Kamu sendiri habis kemana, Mas? Perutku dah laper banget. Kebetulan Mas Yudhis datang kesini bawa bubur jadi ya kumakan saja, masa harus nungguin kamu yang gak pulang-pulang, keburu pingsan aku!"Bos menatapku sembari menyeringai, membuatku makin geram saja. Apalagi tadi panggilan Alina ke Bos terdengar akrab begitu saja. Grrrhhh."Hei Bos! Bos tau kan dia istri saya? Kenapa bos terus-menerus mendekati istri saya? Wanita single di luaran sana masih banyak, kenapa mendekati wanita yang sudah bersuami?""Wanita di luar sana memang banyak, tapi istrimu jauh lebih menarik.""Uhukk-uhukk ...!" Alina tersedak."Alina, ini minum dulu." Refleks ia menyodorkan gelas pada Alina. Untuk beberapa saat Alina memandang ke wajah tampan sang playboy itu.Praaankk ...!Segera kutampik gel
Part 32Kuhirup udara kebebasan setelah mendekam dua tahun di balik jeruji besi. Fuh, berulang kali kuembuskan nafas kasar. Kali ini aku benar-benar bebas. Ya, bebas.Penampilan yang sudah tak karuan, rambut gondrong dan tubuh kurus tak menjadi masalah. Rasanya aku sangat rindu. Rindu bertemu dengan anak dan istri lalu ... Alina.Walaupun selama berada di hotel prodeo, Sandrina tak pernah menjengukku sekalipun. Entah kenapa dia. Apa sangat sibuk menjadi seorang model, atau justru kembali pulang ke kampung? Banyak pertanyaan yang berjejalan di otakku.Kulangkahkan kaki, ingin cepat pulang ke kontrakan tapi sepeserpun tak punya uang. Menyedihkan sekali hidupku ini.Suara adzan berkumandang. Hidup di penjara membuatku sadar, aku memang telah banyak meninggalkan ibadah kepada Allah. Aku ingin memperbaiki hidup. Semenjak berada di pesakitan, aku terus belajar sholat dan mengaji. Ternyata ada kedamaian dalam hati kecil ini.Berbe
Season 2 Part 312 tahun kemudian ..."Nak, menikahlah dengan Yudhis, dia laki-laki yang baik. Ayah ingin setelah kepergian ayah, ada yang menjagamu," ucapnya lirih. Pemilik suara itu adalah ayah kandungku, Haikal. Kondisinya saat ini tidak baik-baik saja. Faktor usia yang mulai renta membuatnya sakit-sakitan. Apalagi selama hidup dia mengabdikan dirinya di jalanan, menjadi sopir hingga puluhan tahun.Ya, semenjak aku bercerai dari Mas Tommy, rasanya trauma membuka hati kembali. Meskipun Mas Yudhis dengan gencar selalu mendekatiku, memberikan perhatian lebih. Tapi bayang-bayang trauma masa lalu sering kali hadir. Aku takut kembali disakiti lagi meskipun dia sudah bilang cinta berkali-kali sampai aku bosan mendengarnya."Uhuk ... Uhukk ..." Ayah Haikal kembali terbatuk-batuk. Kini dia tak bisa jauh dari tempat tidurnya karena sakit yang mendera sejak dua bulan terakhir. Kondisi kesehatannya benar-benar drop.Aku menatapnya dengan iba. Padahal selama
Season 2 Part 30"Pasti kamu gak baca semua ya? Kalau aku sedang mencari model untuk majalah dewasa. Tadi aku kan sudah mewanti-wanti untuk membaca semuanya, kau bilang sudah paham. Ingat ya kontrak yang sudah ditandatangani tidak bisa dibatalkan, atau kami akan menuntut denda padamu.""Hah?""Cepat ganti bajumu!""Tapi Miss, ini terlalu terbuka.""Namanya juga model majalah dewasa, nanti kamu juga disuruh pakai bikini doang."Deg! Jantung Sandrina berpacu sangat cepat. Ini memang salahnya, tak membaca kontrak itu dengan seksama. Tapi apa boleh buat, dia sudah menandatangani kontrak itu dan tak mungkin mundur lagi."Ayo ganti, badanmu bagus lho. Pas, sesuai sama kriteria. Habis pemotretan untuk majalah, kamu masih ada job lho.""Job apa?""Ckck! Kamu ini, kenapa gak baca! Usai pemotretan, kamu harus menemani salah tamu di hotel kita, kamar nomor 105, ini kuncinya.""Tunggu, Miss. Jadi ini seperti model plus-plus?"
Season 2 Part 29"Apa? Jadi kamu korupsi, Mas?" tanya Sandrina penuh selidik."Kamu pasti tahu aku tidak melakukan itu, Sandrina."Sandrina terdiam mendengarnya. Tak lama, Tommy langsung dibawa ke kantor menggunakan mobil polisi.Wanita itu berjalan mondar-mandir dengan perasaan cemas setengah mati.'Apa yang harus kulakukan?' Sandrina berbicara sendiri. Terdengar suara Bayu menangis. Sandrina menghampirinya dan menggendongnya seraya menyusui."Habis ini kita ke kantor polisi yuk, Nak. Ayahmu dibawa sama Pak Polisi," ucap Sandrina dengan mata berkaca-kaca.Impian untuk hidup bertiga bersama sang suami dan putranya kini pupus sudah.Ia memandikan anaknya, memakaikan baju dan sepatu bayi. Sandrina pun segera mandi dan bebersih diri. Ia tak sempat sarapan biar nanti beli di warung pinggir jalan sekaligus untuk suaminya.Satu jam kemudian, dia melangkahkan kakinya pergi menuju kantor polisi dengan naik ojek. 
Season Part 28"Ya sudah kalau gitu aku yang kerja.""Kerja?" Keningku mengernyit."Ya, terima tawaran jadi model. Boleh kan?"Aku terdiam sejenak. Ragu dengan apa yang dia katakan. Maksudnya model apa? Semudah itukah jadi model? Bukankah seharusnya ada casting atau audisi yang lainnya."Gimana Mas, boleh kan?" tanyanya lagi penuh harap."Kamu serius pekerjaan itu beneran model? Jangan-jangan cuma bohongan, kamu jangan tergiur kayak gini sih. Cari kerja yang lain aja, yang pasti-pasti.""Mas, ini juga pasti lho. Ada kartu namanya. Gak mungkin kalau bohongan. Bahkan aku diminta datang ke gedung kantorn agencynya kalau gak percaya.""Kamu komunikasi sama dia?""Ya iyalah, Mas. Aku kan penasaran. Udah deh, percaya aja sama aku Mas.""Tapi--""Tenang saja, aku tetap mencintaimu walaupun nanti aku menjadi terkenal. Cintaku tetap untukmu."Kuhela nafas dalam-dalam. "Baiklah dicoba aja, terserah kamu. Aku c
Season 2 Part 27Ponselku berdering berkali-kali. Aku menggeliat malas, menggapai ponsel yang tergeletak di samping aku tertidur. Sebuah panggilan dari nomor kantor."Halo, Pak Tommy cepat datang ke kantor. Ada Tim Audit!" tukas sebuah suara dari seberang telepon."Apa? Tim audit?""Iya, Pak. Bos Yudhis juga sudah turun langsung dia kelihatan marah sekali."Deg! Astaga ada apa ini?"Iya, aku segera kesana.""Cepat ya, Pak. Ditunggu."Mengucek mata, menajamkan pandangan, waktu menunjukkan pukul delapan lewat sepuluh menit."Ya ampun, aku kesiangan!"Melirik ke samping, Sandrina masih memeluk perutku. Aku hanya menggeleng perlahan. Apa dia sangat kelelahan akibat aktivitas semalam? Sampai sekarang malah belum bangun juga. Bukannya bangunin suami, masak, ini malah masih tidur. Duh istriku ini, ck!"Sandrina! Sandrina, bangun!"Menggoyangkan tubuhnya hingga menggeliat malas.
Season 2 Part 26"Bundamu dulu wanita yang sangat kreatif. Bisa mengolah barang sampah menjadi barang yang bernilai jual tinggi. Ayah salut padanya. Dia benar-benar wanita hebat dan mandiri, walau banyak tekanan dari orang-orang di sekitarnya, tapi buktinya ia mampu melewati ini semua," ucap ayah sembari mengenang bunda. Ia tampak berdecak kagum saat mengingat memorinya dulu.Aku tersenyum, menyetujui ucapan ayah. Bunda memang hebat.Ayah melihat-lihat sampai ke dalam dan memandang beberapa sertifikat yang terpajang di dinding. Beberapa sertifikat yang berhasil diraih oleh Bunda yang dinobatkan dalam UKM kreatif dalam bidang usaha dan perindustrian. Ada juga foto bunda yang tengah memegang hasil karya terbaiknya yang memenangkan lomba kreasi. Kulihat ayah memotret foto itu dengan ponselnya. Sekilas kupandangi wajah ayah yang menyimpan banyak kesedihan dan kerinduan yang begitu dalam."Ayah?" panggilku.Dia menoleh dan tersenyum. "Nak, a
Season 2 Part 25Aku merasa sangat bersyukur. Keluargaku kini telah kembali, merasakan kedamaian dan cinta kasih. Ayah Haikal, Kak Daffa, Tante Wulan dan juga aku.Kulihat dua orang lelaki itu saling menitikkan air mata. Pertemuan yang mengharukan, kenangan yang takkan bisa terlupakan. Tapi sayang semua momen penuh haru ini harus berakhir karena ayah di telepon oleh majikannya. Ya, memang sudah tiga hari ayah izin untuk menungguiku di Rumah Sakit.Hari-hari berlalu dengan baik. Kak Daffa dan istrinya menginap di rumah selama beberapa hari. Rumah yang biasanya sepi kini terasa hidup kembali, apalagi si kecil Sekar sedang aktif-aktifnya. Kehadiran mereka mampu mengobati luka kehilangan bayiku."Suamimu benar-benar tega ya! Dia sama sekali tidak datang saat kamu sakit!" Kak Daffa meninggikan suaranya. Emosi mendengar perlakuan suamiku.Aku menghela nafas dalam-dalam. "Jangan sebut dia lagi Kak, aku muak mendengarnya.""Jadi kamu mau cerai?"
Season 2 Part 24_Aku menggedor pintu kontrakan cukup kencang. Setelah bersusah payah berjalan menahan rasa perih dan lara, akhirnya sampai juga di rumah kontrakan."Sandrina, buka pintunya ...!"Tak butuh waktu lama, Sandrina membukakan pintu. "Ya ampun Mas, kamu kenapa?"Aku disambut kekhawatirannya. Dia menutup kembali pintu dan menguncinya."Mas, kok kamu bisa babak belur begini?" tanya Sandrina. Dia membantuku melepaskan sepatu dan kaus kaki lalu melepaskan kemeja."Aku dijegal rampok tadi di jalan, Sandrina," sahutku sembari memegangi bagian tubuh yang terasa begitu sakit dan ngilu."Semua uangku hilang, raib dirampas perampok. Untung saja ponselku dan dompet tidak ikut dibawa."Sandrina hanya menatapku iba. Dia berlalu ke dapur, mengambilkan air hangat lalu membersihkan luka di wajahku."Memangnya tadi kamu jalan sendirian, Mas?""Ya. Kupikir akan lebih efektif kalau mengambil mobil di caf