Season 2 Part 12
Aaaarrrgghh ...! Aku menggeram kesal. Tangan mengepal erat sembari berjalan mondar-mandir tak tentu arah.
"Gimana dong, Bu. Hancur sudah, Bu! Semuanya sudah ketahuan sama Alina!" sesalku.
Apalagi tadi aku tak bisa mengejar langkahnya. Dia sudah lebih dulu masuk ke dalam mobil. Mobil Bosku. Ternyata hubungan istriku dengan Bos makin dekat saja, bahkan mereka datang kesini berdua?
Jujur saja, aku memang cemburu pada Bosku itu. Tapi aku tak menyangka kenapa mereka bisa datang kesini bersama?
Aku mengusap wajah dengan kasar. Petang tadi, Sandrina mengirimiku pesan yang membuatku panik. Katanya Dek Bayu kejang, apalagi ibu sedang tidak ada di rumah, sedang kondangan di hajatan saudara. Maka dari itu, saat aku bersama Alina, langsung bergegas pulang ke rumah dengan perasaan panik. Sepanjang perjalanan kuhubungi Sandrina agar dia tak panik menghadapi putra kami yang tengah step. Beruntung saat aku sudah sampai, Dek Bayu sudah kembal
Season 2 Part 13"Okey, okey sayang. Aku akan menceraikan dia. Demi kamu, aku akan menceraikan Sandrina. Tapi kumohon, jangan memintaku untuk berpisah denganmu lagi. Please?" ucapnya dengan nada memohon.Entahlah aku tak bisa mengartikan tatapannya. Apakah dia bersungguh-sungguh atau hanya bersandiwara saja."Mas, tolong pergilah. Berikan waktu aku untuk sendiri.""Dek, tapi--""Kumohon, pergilah, Mas. Aku butuh waktu sendiri.""Tidak, aku akan tetap di sini menemanimu.""Suuuusss .... Suussteeeeer!!" teriakku, berharap dia akan pergi."Oke, oke, jangan teriak lagi Sayang. Kamu masih lemah. Aku akan keluar sementara. Tapi aku akan kembali kesini lagi."Dia menatapku lekat, lalu tangannya mengusap perutku yang masih rata."Adek bayi, ayah keluar sebentar. Mau beli makanan, baik-baik ya di perut Bunda," ujarnya. Cih! Sungguh memuakkan!"Mas keluar sebentar, Dek. Nanti kembali lagi."Aku menghirup
Season 2 Part 14"Talak dia di hadapanku.""Apa?""Kenapa? Apa kamu keberatan? Bukankah tadi Mas yang bilang sendiri akan menceraikan Sandrina?"Kulihat kegetiran di wajahnya. Berkali-kali ia mengembuskan nafas panjang."Oh, jadi kamu gak sungguh-sungguh kan? Oke, kalau begitu aku yang mundur.""Jangan, Dek!" cegahnya. Aku tahu sekali raut wajahnya begitu bimbang. Mungkin dia tak percaya kalau aku bahkan mengajukan hal tersulit baginya."Iya, nanti aku akan menalaknya di hadapanmu. Mau lewat panggilan telepon atau ketemu langsung?""Ketemu langsung dong! Aku ingin lihat ekspresi wajah Sandrinamu itu!"Lagi, Mas Tommy menatapku entah. Seolah banyak sekali pertanyaan yang tak dapat diungkapkan."Okey, setelah kau sembuh, kita akan ke rumah ibu. Biar ibu juga menjadi saksi perceraianku dengan Sandrina. Bukankah itu yang kau mau, Sayang?""Hmmm, iya. Aku tunggu realisasi janjimu, Mas!"Mas To
Season 2 Part 15Semua demi SandrinaHah! Kutinju jok mobil ini dengan energi tertahan. Gigiku bergemeletuk menahan rasa geram. Aku harus berpura-pura tersenyum pada Alina. Tak pernah kusangka dia akan memberikan pilihan yang sulit bagiku.Menceraikan Sandrina, itu tidak mungkin kan? Kasihan dia dan Dek Bayu. Aku harus bagaimana? Tapi Alina mendesakku seperti ini.Kulajukan mobil dengan pelan, mumpung izin keluar dari rumah. Aku harus bicara dengan Sandrina. Semoga dia mau mengerti keputusanku.Ponselku berdering, aku menepikan mobil, memeriksa siapa yang menelepon. Kebetulan sekali, ternyata itu panggilan dari Sandrina."Hallo, Sayang.""Mas, kamu dari mana saja sih? Dari tadi aku telepon tapi yang angkat Mbak Alina! Kamu habis mesra-mesraan ya sama dia? Sampai mandi basah segala? Apa kurang puas pelayananku waktu itu, Mas?" pekiknya dari seberang telepon.Apa sih maksudnya? Kenapa dia marah-marah seperti ini? Aku menghe
Season 2 Part 16"Jadi ini yang kau lakukan, Alina? Saat suamimu gak ada, kamu malah mengundang pria lain ke rumah?"Alina menatapku nanar. "Kamu sendiri habis kemana, Mas? Perutku dah laper banget. Kebetulan Mas Yudhis datang kesini bawa bubur jadi ya kumakan saja, masa harus nungguin kamu yang gak pulang-pulang, keburu pingsan aku!"Bos menatapku sembari menyeringai, membuatku makin geram saja. Apalagi tadi panggilan Alina ke Bos terdengar akrab begitu saja. Grrrhhh."Hei Bos! Bos tau kan dia istri saya? Kenapa bos terus-menerus mendekati istri saya? Wanita single di luaran sana masih banyak, kenapa mendekati wanita yang sudah bersuami?""Wanita di luar sana memang banyak, tapi istrimu jauh lebih menarik.""Uhukk-uhukk ...!" Alina tersedak."Alina, ini minum dulu." Refleks ia menyodorkan gelas pada Alina. Untuk beberapa saat Alina memandang ke wajah tampan sang playboy itu.Praaankk ...!Segera kutampik gel
Season 2 Part 17Hembusan angin menerpa dedaunan, menimbulkan bunyi gemerisik, beberapa lembar daun yang sudah kering berguguran ke bawah. Aku menatap pemandangan ini sekilas di saung belakang rumah, halaman yang ditumbuhi rumput-rumput liar karena tak terurus. Aku bahkan Mas Tommy tak punya banyak waktu untuk mengurus rumah, karena terlalu sibuk bekerja di luar. Pemandangan yang sangat berbeda dengan dulu. Rumah yang dulu penuh kehangatan, canda tawa keluarga kini meninggalkan perasaan yang begitu sunyi dan sepi.Terbayang dulu ini adalah tempat main favorit kami. Aku, Kak Daffa, Kak Daffi berlarian dengan riang. Di halaman belakang rumah, Bunda Mila begitu rajin menanam tanaman hias, lalu kami sebagai anak-anaknya berebut untuk menyiramnya. Sebuah kejadian yang takkan pernah terulang kembali. Semua hanya tinggal kenangan. Meninggalkan rindu dan sepi yang teramat dalam.Entah kenapa hati terasa begitu hambar. Sebuah impian tentang pernikahan yang bahagia
Season 2 Part 18"Maaf Tante, aku tak peduli dengan nama panggilanmu. Oh ya Mas, kamu berhutang penjelasan denganku, permisi.""Lin, Alina ...!"Alina berlalu begitu saja, aku hendak mengejarnya tapi Miss Merry menghalangiku."Mas, kamu sedang bekerja padaku. Kalau kamu mengejarnya, maka uang lima juta ini hangus," ucap Miss Merry penuh penekanan.Aku yang bimbang akhirnya duduk kembali. Tapi aku dibuat tercengang karena Bosku pun berada disini, dia sepertinya tengah mengejar Alina. Hah! Tak masuk di akal, ternyata Alina sudah selingkuh dengan Bosku. Padahal sudah kuperingatkan agar tak dekat-dekat dengannya.Aku mengusap wajah dengan kasar, rasa penat melingkupi hati. Ya ampun Alina ... Bisa-bisanya lagi hamil kau malah pergi dengan pria lain, ck ck!"Mas, silahkan dinikmati dulu makanannya. Habis itu kita berangkat. Uang lima juta ini kuserahkan setelah tugasmu selesai," ujar Miss Merry membuyarkan lamunanku.
Season 2 Part 19"Kau sudah berani tidak pulang semalam. Jadi sekalian saja kamu pergi dari rumah ini, Mas! Aku akan urus surat cerai secepatnya.""Apaa? Tidak, tidak, Lin! Kamu ini kan sedang hamil, kamu gak bisa lakukan ini, Lin!" aku segera memeluknya.Dia meronta dan mengurai pelukanku. "Jangan sentuh aku! Ada bau wanita itu di tubuhmu, Mas!""Lin, percayalah, aku hanya bekerja saja dengannya. Tak lebih dari itu.""Memangnya pekerjaan apa yang dilakukan tengah malam oleh pria dan wanita?""Lin, aku cuma jadi sopirnya saja, tidak lebih dari itu.""Aku muak sama kamu, Mas! Dua kali kau khianati aku dengan dua orang yang berbeda. Sungguh keterlaluan! Kau menjijikkan, Mas! Pergilah dengan barang-barang kesayanganmu itu!""Lin, jangan seperti ini, kamu sedang hamil, Lin! Ingat, kamu sedang hamil anak kita.""Memangnya kenapa kalau aku sedang hamil?? Aku akan urus sendiri anak ini, kau gak perlu khawatir.""Alina, p
Season 2 Part 20Hati rasanya begitu hambar. Dua malam sudah Mas Tommy tidak tidur di rumah pasca pertengkaranku kemarin. Aku memang memintanya pisah. Rasanya benar-benar lelah, sangat lelah. Di saat kondisi kehamilanku yang begitu drop, aku harus menelan pil pahit. Suami yang kucinta dulu ternyata tak lebih dari seorang matrealistis. Dia tak benar-benar mencintaiku. Jadi lebih baik kulepaskan saja.Kubasuh wajah di westafel, usai kembali muntah-muntah. Perut rasanya begitu enek dan begah.Beberapa kali kubaca pesan maaf dari Mas Tommy, tapi aku mengacuhkannya. Kalau dia bisa hidup tanpa aku, aku pun bisa hidup tanpanya. Aku kuat, aku bisa melewati ini sendirian.Ponselku berdering beberapa kali, panggilan dari Tante Wulan."Hallo, assalamualaikum, Tante.""Waalaikum salam. Alina, Sayang. Ini Tante baru mau terbang. Dua jam lagi sampai. Kalau bisa jemput di Bandara ya, Sayang.""Iya, Tante. Alina siap-siap dulu ya."
Part 32Kuhirup udara kebebasan setelah mendekam dua tahun di balik jeruji besi. Fuh, berulang kali kuembuskan nafas kasar. Kali ini aku benar-benar bebas. Ya, bebas.Penampilan yang sudah tak karuan, rambut gondrong dan tubuh kurus tak menjadi masalah. Rasanya aku sangat rindu. Rindu bertemu dengan anak dan istri lalu ... Alina.Walaupun selama berada di hotel prodeo, Sandrina tak pernah menjengukku sekalipun. Entah kenapa dia. Apa sangat sibuk menjadi seorang model, atau justru kembali pulang ke kampung? Banyak pertanyaan yang berjejalan di otakku.Kulangkahkan kaki, ingin cepat pulang ke kontrakan tapi sepeserpun tak punya uang. Menyedihkan sekali hidupku ini.Suara adzan berkumandang. Hidup di penjara membuatku sadar, aku memang telah banyak meninggalkan ibadah kepada Allah. Aku ingin memperbaiki hidup. Semenjak berada di pesakitan, aku terus belajar sholat dan mengaji. Ternyata ada kedamaian dalam hati kecil ini.Berbe
Season 2 Part 312 tahun kemudian ..."Nak, menikahlah dengan Yudhis, dia laki-laki yang baik. Ayah ingin setelah kepergian ayah, ada yang menjagamu," ucapnya lirih. Pemilik suara itu adalah ayah kandungku, Haikal. Kondisinya saat ini tidak baik-baik saja. Faktor usia yang mulai renta membuatnya sakit-sakitan. Apalagi selama hidup dia mengabdikan dirinya di jalanan, menjadi sopir hingga puluhan tahun.Ya, semenjak aku bercerai dari Mas Tommy, rasanya trauma membuka hati kembali. Meskipun Mas Yudhis dengan gencar selalu mendekatiku, memberikan perhatian lebih. Tapi bayang-bayang trauma masa lalu sering kali hadir. Aku takut kembali disakiti lagi meskipun dia sudah bilang cinta berkali-kali sampai aku bosan mendengarnya."Uhuk ... Uhukk ..." Ayah Haikal kembali terbatuk-batuk. Kini dia tak bisa jauh dari tempat tidurnya karena sakit yang mendera sejak dua bulan terakhir. Kondisi kesehatannya benar-benar drop.Aku menatapnya dengan iba. Padahal selama
Season 2 Part 30"Pasti kamu gak baca semua ya? Kalau aku sedang mencari model untuk majalah dewasa. Tadi aku kan sudah mewanti-wanti untuk membaca semuanya, kau bilang sudah paham. Ingat ya kontrak yang sudah ditandatangani tidak bisa dibatalkan, atau kami akan menuntut denda padamu.""Hah?""Cepat ganti bajumu!""Tapi Miss, ini terlalu terbuka.""Namanya juga model majalah dewasa, nanti kamu juga disuruh pakai bikini doang."Deg! Jantung Sandrina berpacu sangat cepat. Ini memang salahnya, tak membaca kontrak itu dengan seksama. Tapi apa boleh buat, dia sudah menandatangani kontrak itu dan tak mungkin mundur lagi."Ayo ganti, badanmu bagus lho. Pas, sesuai sama kriteria. Habis pemotretan untuk majalah, kamu masih ada job lho.""Job apa?""Ckck! Kamu ini, kenapa gak baca! Usai pemotretan, kamu harus menemani salah tamu di hotel kita, kamar nomor 105, ini kuncinya.""Tunggu, Miss. Jadi ini seperti model plus-plus?"
Season 2 Part 29"Apa? Jadi kamu korupsi, Mas?" tanya Sandrina penuh selidik."Kamu pasti tahu aku tidak melakukan itu, Sandrina."Sandrina terdiam mendengarnya. Tak lama, Tommy langsung dibawa ke kantor menggunakan mobil polisi.Wanita itu berjalan mondar-mandir dengan perasaan cemas setengah mati.'Apa yang harus kulakukan?' Sandrina berbicara sendiri. Terdengar suara Bayu menangis. Sandrina menghampirinya dan menggendongnya seraya menyusui."Habis ini kita ke kantor polisi yuk, Nak. Ayahmu dibawa sama Pak Polisi," ucap Sandrina dengan mata berkaca-kaca.Impian untuk hidup bertiga bersama sang suami dan putranya kini pupus sudah.Ia memandikan anaknya, memakaikan baju dan sepatu bayi. Sandrina pun segera mandi dan bebersih diri. Ia tak sempat sarapan biar nanti beli di warung pinggir jalan sekaligus untuk suaminya.Satu jam kemudian, dia melangkahkan kakinya pergi menuju kantor polisi dengan naik ojek. 
Season Part 28"Ya sudah kalau gitu aku yang kerja.""Kerja?" Keningku mengernyit."Ya, terima tawaran jadi model. Boleh kan?"Aku terdiam sejenak. Ragu dengan apa yang dia katakan. Maksudnya model apa? Semudah itukah jadi model? Bukankah seharusnya ada casting atau audisi yang lainnya."Gimana Mas, boleh kan?" tanyanya lagi penuh harap."Kamu serius pekerjaan itu beneran model? Jangan-jangan cuma bohongan, kamu jangan tergiur kayak gini sih. Cari kerja yang lain aja, yang pasti-pasti.""Mas, ini juga pasti lho. Ada kartu namanya. Gak mungkin kalau bohongan. Bahkan aku diminta datang ke gedung kantorn agencynya kalau gak percaya.""Kamu komunikasi sama dia?""Ya iyalah, Mas. Aku kan penasaran. Udah deh, percaya aja sama aku Mas.""Tapi--""Tenang saja, aku tetap mencintaimu walaupun nanti aku menjadi terkenal. Cintaku tetap untukmu."Kuhela nafas dalam-dalam. "Baiklah dicoba aja, terserah kamu. Aku c
Season 2 Part 27Ponselku berdering berkali-kali. Aku menggeliat malas, menggapai ponsel yang tergeletak di samping aku tertidur. Sebuah panggilan dari nomor kantor."Halo, Pak Tommy cepat datang ke kantor. Ada Tim Audit!" tukas sebuah suara dari seberang telepon."Apa? Tim audit?""Iya, Pak. Bos Yudhis juga sudah turun langsung dia kelihatan marah sekali."Deg! Astaga ada apa ini?"Iya, aku segera kesana.""Cepat ya, Pak. Ditunggu."Mengucek mata, menajamkan pandangan, waktu menunjukkan pukul delapan lewat sepuluh menit."Ya ampun, aku kesiangan!"Melirik ke samping, Sandrina masih memeluk perutku. Aku hanya menggeleng perlahan. Apa dia sangat kelelahan akibat aktivitas semalam? Sampai sekarang malah belum bangun juga. Bukannya bangunin suami, masak, ini malah masih tidur. Duh istriku ini, ck!"Sandrina! Sandrina, bangun!"Menggoyangkan tubuhnya hingga menggeliat malas.
Season 2 Part 26"Bundamu dulu wanita yang sangat kreatif. Bisa mengolah barang sampah menjadi barang yang bernilai jual tinggi. Ayah salut padanya. Dia benar-benar wanita hebat dan mandiri, walau banyak tekanan dari orang-orang di sekitarnya, tapi buktinya ia mampu melewati ini semua," ucap ayah sembari mengenang bunda. Ia tampak berdecak kagum saat mengingat memorinya dulu.Aku tersenyum, menyetujui ucapan ayah. Bunda memang hebat.Ayah melihat-lihat sampai ke dalam dan memandang beberapa sertifikat yang terpajang di dinding. Beberapa sertifikat yang berhasil diraih oleh Bunda yang dinobatkan dalam UKM kreatif dalam bidang usaha dan perindustrian. Ada juga foto bunda yang tengah memegang hasil karya terbaiknya yang memenangkan lomba kreasi. Kulihat ayah memotret foto itu dengan ponselnya. Sekilas kupandangi wajah ayah yang menyimpan banyak kesedihan dan kerinduan yang begitu dalam."Ayah?" panggilku.Dia menoleh dan tersenyum. "Nak, a
Season 2 Part 25Aku merasa sangat bersyukur. Keluargaku kini telah kembali, merasakan kedamaian dan cinta kasih. Ayah Haikal, Kak Daffa, Tante Wulan dan juga aku.Kulihat dua orang lelaki itu saling menitikkan air mata. Pertemuan yang mengharukan, kenangan yang takkan bisa terlupakan. Tapi sayang semua momen penuh haru ini harus berakhir karena ayah di telepon oleh majikannya. Ya, memang sudah tiga hari ayah izin untuk menungguiku di Rumah Sakit.Hari-hari berlalu dengan baik. Kak Daffa dan istrinya menginap di rumah selama beberapa hari. Rumah yang biasanya sepi kini terasa hidup kembali, apalagi si kecil Sekar sedang aktif-aktifnya. Kehadiran mereka mampu mengobati luka kehilangan bayiku."Suamimu benar-benar tega ya! Dia sama sekali tidak datang saat kamu sakit!" Kak Daffa meninggikan suaranya. Emosi mendengar perlakuan suamiku.Aku menghela nafas dalam-dalam. "Jangan sebut dia lagi Kak, aku muak mendengarnya.""Jadi kamu mau cerai?"
Season 2 Part 24_Aku menggedor pintu kontrakan cukup kencang. Setelah bersusah payah berjalan menahan rasa perih dan lara, akhirnya sampai juga di rumah kontrakan."Sandrina, buka pintunya ...!"Tak butuh waktu lama, Sandrina membukakan pintu. "Ya ampun Mas, kamu kenapa?"Aku disambut kekhawatirannya. Dia menutup kembali pintu dan menguncinya."Mas, kok kamu bisa babak belur begini?" tanya Sandrina. Dia membantuku melepaskan sepatu dan kaus kaki lalu melepaskan kemeja."Aku dijegal rampok tadi di jalan, Sandrina," sahutku sembari memegangi bagian tubuh yang terasa begitu sakit dan ngilu."Semua uangku hilang, raib dirampas perampok. Untung saja ponselku dan dompet tidak ikut dibawa."Sandrina hanya menatapku iba. Dia berlalu ke dapur, mengambilkan air hangat lalu membersihkan luka di wajahku."Memangnya tadi kamu jalan sendirian, Mas?""Ya. Kupikir akan lebih efektif kalau mengambil mobil di caf