Jika tadi Radin dan Kemilau pulang dari vila keluarga Amar sekitar jam sepuluh malam, lalu sudah sempat berdiam diri di kamar masing-masing sebelum kedatangan Sheza. Kemudian insiden Mila menceburkan diri ke dalam kolam renang yang membuat mereka berujung debat di dalam kamar mandi dan berlanjut bercinta selama tiga ronde. Bisa ditebak, kira-kira saat ini jam di kamar Kemilau menunjukkan pukul berapa? Yap, tentu saja pukul satu dini hari! Ronde ketiga yang tak kalah panas dari ronde sebelumnya menjadi penutup percintaan manis di antara sepasang sejoli yang sedang dibakar gairah asmara. Setelah mandi, keduanya berpindah ke kamar Kemilau karena bed cover di kasur Radin sudah basah total. Kali ini seriusan ingin tidur dan beristirahat. Tidak ada sesi lanjutan.“Benar-benar hari yang panjang.” Radinka bergumam di samping telinga Mila yang tidur sambil memeluknya.“Hm-m. Masih ingat dibangunin jam empat subuh buat joging. Padahal aslinya janjian jam enam dengan pak Adam.”Radinka tertawa
Radinka mendapati dirinya hanya sendiri di dalam kamar saat kedua matanya terbuka. Sisi sebelahnya kosong dan Kemilau pun tidak ada di dalam pelukannya. Memutar pandang ke sekeliling dan matanya tertumpu pada jam dinding yang kini menunjukkan pukul delapan pagi. What?!Kesadaran pria itu langsung melonjak ke angka tertinggi. Dia sudah tidak pernah tidur sampai bangun kesiangan. Ini pasti efek kelelahan bercinta dan juga efek memeluk sang istri yang memberinya rasa nyaman berkali-kali lipat. Radin turun dari kasur dan langsung keluar untuk mencari istrinya. “Hon? Udah bangun?” Ternyata Mila yang baru saja masuk dari pintu samping menyadari kehadirannya.“Kamu dari mana? Kenapa nggak bangunin saya?” Kedua tangan Radin terulur meminta wanita itu menghampiri. Mila pun meletakkan ember kecil yang dia pegang dan masuk ke dalam pelukan sang suami.“Aku baru kelar nyuci baju, trus jemur-jemur. Kamu tidurnya nyenyak banget, aku nggak tega bangunin.”Radinka menghirup aroma tubuh Mila yang ma
"Loh, Mila?"Radinka dan Kemilau kompak menoleh ke arah kanan mereka. Siapa juga yang mengenal Kemilau di Bali seperti ini??Itu Devara.Jika Radinka sudah tidak kaget karena memang sudah melihat Deva kemarin pagi, berbeda dengan Kemilau yang langsung berubah ekspresi wajahnya. Kedua matanya berbinar karena tidak menyangka sang sahabat bisa ada di sini."Devara?! Lo ... lo di sini juga??" Lihatlah, dia sampai meletakkan piringnya di trotoar dan bangkit, lalu berlari untuk memeluk laki-laki itu."Ya ampun, Dev!! Gue nggak mimpi 'kan lo ada di sini?!"Yang dipeluk merasa kesenangan. Devara balik membalas pelukan Mila dengan erat sambil menepuk-nepuk punggungnya."Enggaklah. Malahan gue kaget lo ada di sini. Ke Bali juga? Sejak kapan?" "Iya, dari tiga hari yang lalu. Lo?"Pelukan mereka sudah terurai. Mila memberikan senyum termanisnya pada sang sahabat yang terlalu dia rindukan. Sampai-sampai dia melupakan Radinka yang ada di belakang mereka."Ini hari kedua gue. Lagi sarapan sama suam
Puas menyusuri pantai sambil bergandengan tangan, bermain air dengan hati-hati karena tidak memiliki baju cadangan, Radinka pun terpikir mengajak Mila untuk melakukan sejumlah wisata air. Namun karena di Sanur tidak ada, mereka kemudian bertolak Tanjung Benoa, dan berkendara kurang lebih selama lima puluh menit.“Kamu mau kita naik itu??” Radinka menunjuk ke tengah lautan, dimana sedang ada aktivitas parasailing yang sedang berlangsung di sana. Dua orang pengunjung terlihat duduk menggantung di sebuah balon udara yang ditarik oleh spead boat.“Mau!! Serius kita mau naik itu, Hon?” Mila awalnya tidak percaya.“Seriuslah. Kita ke sini karena saya pengen ajak kamu main yang beginian. Itu juga kalau kamu berani.” Mila berjingkrak kesenangan. Dia sangat suka mencoba hal-hal baru. “Ayo! Ayo! Aku mau!”“Oke, ayo.” Radinka mengapit leher Kemilau di bawah ketiaknya sambil berjalan menuju dermaga. “Nggak takut ketinggian ‘kan?” tanyanya lagi untuk memastikan.“Enggak. Suer!” Sang istri membentu
“Apa-apaan ini??” Nadya menghempas iPad dan berdiri dari sofa. Dia sungguh tidak percaya dengan video yang dikirim Sheza ke akun chat miliknya. Puteranya berciuman dengan Mila di tepi pantai dan bermain air selama berjam-jam dengan perempuan itu. Kemudian mereka pindah lokasi untuk melakukan sejumlah wisata air. What the hell!! Tadinya Nadya dan Greta tidak percaya saat malam sebelumnya Sheza melaporkan tentang kedekatan kedua orang itu. Bahkan mereka menganggap Sheza hanya mengada-ada lantaran tidak bisa memberikan bukti yang akurat. Tapi siang ini, ibu dan anak itu bagai disambar petir di siang bolong. Kini berganti mereka tidak percaya dengan apa yang mereka tonton.“Si Mila pasti punya ilmu pelet, Ma! Dan itu hanya mempan kalau cuma lagi berdua sama mas Radin. Selama di sini dia nggak bisa pakai peletnya karena ada banyak orang.” Greta berspekulasi. Memangnya apa lagi yang mungkin kalau bukan pelet? Dari segi fisik, Kemilau terbilang sangat standar dan jauh berbeda dengan Sheza.
Keputusan Radinka untuk mengakhiri liburan tak terencana ini memang terkesan begitu dadakan. Terkesan seperti keputusan yang bersifat impulsif, hanya karena kesal mendengar Mila menyinggung hubungannya dengan Sheza, lagi dan lagi. Telinganya panas, dia jenuh. Entah Mila bermaksud lain atau tidak, yang pasti dia jadi punya keinginan untuk memutuskan hubungannya dengan Sheza supaya istrinya tenang.Sepanjang perjalanan pulang, Mila bisa merasakan atmosfir di antara mereka sedikit berbeda. Mood Radinka sepertinya langsung anjlok karena pembahasan yang tidak sengaja terlontar dari bibir wanita itu. Kemilau memeluk Radin seperti biasa. Malahan, karena merasa bersalah, tanpa sadar dia mendekaplaki-laki itu dengan sangat erat.Sesampainya di vila, mereka berpisah, masuk ke kamar masing-masing. Lalu keluar lagi setelah selesai mandi dan berganti pakaian. Lebih tepatnya Mila lah yang lebih dulu keluar karena mendengar ada suara ketukan di pintu. Saat dia mengintip dari kaca jendela, itu ada
Memang tidak ada yang tau bagaimana Allah membolak-balik hati seseorang. Seperti Radinka yang awalnya begitu membenci Kemilau, sekarang berani memproklamirkan kalau perempuan itu adalah separuh nafasnya. Yang sebelumnya benci dan muak melihat wajah perempuan itu, sekarang tak bisa hidup sedetikpun jika Mila tidak ada di sekitarnya. Perjalanan bisnis ke Bali adalah salah satu momen yang tidak pernah mereka sangka akan jadi seperti ini. Akan menjadi momen mencairnya gunung es yang membentang antara Radinka dan Kemilau. Begitu banyak momen manis yang tercipta, seakan-akan mereka benar-benar sedang berbulan madu. Padahal tidak. Radinka dan Kemilau akhirnya kembali ke Jakarta setelah extend sampai akhir pekan, seperti yang Mila inginkan. Kemilau sendiri sudah siap untuk bertemu dengan ibu mertua dan juga saudari iparnya. Setiap malam dia dan Radin melakukan pillow talk dan membahas ini. Radin menceritakan bagaimana karakter Nadya, bagaimana Greta. Apa yang mereka suka dan tidak. Meski Ra
“Sayaanggggg? Kamu udah pulang??”Sosok perempuan cantik dan seksi muncul dan membuat Radin dan juga Kemilau sedikit syok. Tapi tidak dengan Nadya atau Greta. Karena merekalah yang mengundang Sheza ke sini.Sheza secara spontan memeluk Radinka dari belakang. Begitu erat sampai seluruh dadanya menempel sempurna. Dan catat, Mila melihat itu dengan sangat jelas. “What the hell are you doing?!” Radinka yang tidak sempat menghindar tentu saja langsung murka. Dia melepas belitan tangan Sheza yang ada di lehernya dengan paksa. Shitt! Kenapa dia tiba-tiba merasa jijik dipeluk perempuan ini? Padahal sebelumnya dia adalah pemuas nafsu Radin di ranjang.Tubuh Sheza yang terpental ke lantai membuat semua mata terbelalak. Bukan hanya Nadya, Greta dan juga Mila. Melainkan semua maid yang ada di dapur, dan juga yang mencuri-curi mengintip dari segala arah. Siapa juga yang tidak penasaran dengan acara makan siang pertama setelah tuan muda dan istrinya pulang? Dan mereka sangat tidak menyangka Radinka
Selama dua tahun terakhir, Bali dan segala isinya adalah momok yang sangat menakutkan bagi seorang Radinka Kevan Saskara. Setelah Mila meninggalkannya di tempat itu dengan cara yang tragis, dia berjanji tidak akan pernah menginjakkan kaki di sana lagi. Hidupnya benar-benar berubah seratus delapan puluh derajat. Radinka kembali ke setelan pabriknya. Dingin dan tak tersentuh. Selama dua tahun memegang pemerintahan di Saska, dia berhasil menaikkan omset tahunan lima kali lipat dari jaman kejayaan ayahnya. Kepergian Mila membuatnya tidak punya pilihan selain fokus pada Saska. Radinka harus mengakui, kata-kata Mila sangat benar tentang Saska adalah tanggung jawabnya. Setelah dipikir-pikir kembali, alangkah bodohnya dia saat berniat melepaskan Saska demi hal lain yang belum tentu layak untuk diperjuangkan. Seperti Mila salah satunya. Hingga sekarang, sama sekali tidak ada kabar dari perempuan itu. Radinka juga tidak berusaha untuk mencari tau keberadaannya. Hati yang sudah membatu, membuat
Tidak hanya Radinka yang merasakan hati bagai tersayat-sayat. Kemilau juga sama. Sepanjang penerbangan ke London dia tidak berhenti menangis. Mengorbankan hidupnya ke dalam tangan Amar yang bahkan tidak dia kenal dengan baik, adalah satu hal besar yang sesungguhnya tidak ingin dia lakukan. Tapi dia tidak berdaya ketika Amar dan Adam selalu menerornya lewat pesan. Mengancam akan benar-benar menjatuhkan Saska jika dia tidak bersedia ikut ke London.Mila bahkan tidak tau apa tujuan sepasang orang tua ini membawanya ke sana. Bukankah itu tindakan yang terlalu berani? Sepanjang perjalanan Kemilau tidak bersuara. Sedikitpun tidak berkenan menjawab pertanyaan Amar dan Pratiwi. Hingga akhirnya mereka tiba di tempat tujuan, Mila masih betah dengan segala kebungkamannya.“Tersenyumlah. Karena itu membuatmu jauh lebih cantik.” Pratiwi mencoba menghibur cucunya. Namun jelas itu tidak penting. Kemilau tidak membutuhkannya. Yang ada di pikirannya sekarang adalah Radinka. Entah bagaimana kabar pria
“Aku pengen jalan-jalan.” Mila sesumbar membuat permohonan saat Radika sedang memakai baju tidurnya. Wanita itu memeluknya dari belakang dan mencium tengkuknya dengan agresif.“Jalan-jalan ke mana, Baby?”“I don’t know. Mungkin Bandung, atau Bali lagi?”Radinka memutar tubuhnya dengan senyum yang sudah terlukis di wajah. “Kamu … mau honey moon sesi kedua?”Mila balas tersenyum lebar dan mengangguk dengan semangat. “Aku sumpek dengan semua yang terjadi belakangan. Pengen menghirup udara segar.”“Bali? Kapan?”“Bebas. Kamu bisa ijinin aku ke kampus ‘kan Sayangg?” Mila memohon manja.“Baiklah. Saya juga akan mengatur jadwal cuti lagi di kantor. Bagaimana kalau kita berangkat besok lusa?”Lagi-lagi anggukan di kepala Mila membuat Radinka begitu yakin kalau Mila sudah memilihnya. Lusa berarti sudah melewati batas perjanjian dengan Amar. Kalau Mila sendiri yang meminta untuk jalan jauh, itu artinya Radin sudah bisa tenang.Dan Bali akan menjadi tempat yang akan Radinka benci seumur hidupnya
Nadya dan Greta sudah menanti kepulangan Radinka dan Kemilau. Meski dulu sempat tidak menyukai Mila, sekarang kedua orang itu justru tidak berharap Mila lebih memilih keluarga Amar. Sungguh nyata Allah adalah maha pembolak-balik hati. Saat Radin dan Mila muncul di ambang pintu, senyum di wajah Nadya langsung terkembang. Entah bagaimana bisa melihat sosok Kemilau ada di rumah ini terasa lebih baik dari pada tidak.Nadya menepuk kursi di sebelahnya, seperti memberi kode kepada Mila agar perempuan muda itu duduk di antara dia dan Greta. Dan Radinka membiarkan istrinya menuruti sang mama."Kami sungguh-sungguh meminta maaf." Nadya membuka pembicaraan. Memang inilah yang harus mereka bahas sekarang. Sebelum mereka kembali melanjutkan hidup dengan normal."Iya, Ma. Aku mengerti."Nadya mengambil kedua tangan Kemilau dan dia genggam begitu erat. "Maafkan semua perbuatan kami di awal-awal pernikahan kalian. Kami sungguh malu dan sangat menyesal."Lagi-lagi Kemilau harus menangis. Terpaksa. I
Setelah percintaan panas itu selesai, Mila menepati janji untuk menceritakan semuanya kepada Radinka. Mulai dari foto yang dia lihat di ruang kerja Adam, hingga obrolan Adam dan Sastri yang dia dengar kemarin siang. Kemudian tentang obrolan dia dengan Ibu Sulis saat di kampus, yang membuat dia sedikit curiga kepada Deva. Mila tidak mengurangi atau menambahi apapun. "Kenapa kamu lebih percaya kepada mas Adam dan mba Sastri? Bukan kepada saya? Kenapa kamu memilih untuk menyembunyikan ini, Sayang? Seandainya dulu kamu jujur saat saya bertanya tentang kedua orang tua kamu, mungkin urusannya tidak harus sampai sejauh ini." Kini Radinka sedang berada dalam pelukan Mila. Dia benar-benar ingin dimanja. Dia ingin Mila membelai rambutnya, wajahnya, semuanya. "Aku minta maaf. Aku masih egois dengan pemikiranku sendiri. Aku mengira ini bukanlah perkara besar. Maafkan aku." Mila tidak punya pilihan kata lain. Dengan lembut dia menyugar rambut Radinka dan melabuhkan kecupan panjang di setiap inc
*Sebelumnya maaf kalau ada typoMobil Radinka bergerak dengan cepat meninggalkan pelataran rumah Adam. Hasrat ingin melampiaskan rindu terhadap Kemilau begitu menggebu-gebu di dalam dirinya. Tangan yang tak berhenti tertaut melambangkan betapa dia sangat takut perempuan itu meninggalkan dia. Radinka sudah berjanji akan melakukan segala cara agar Kemilau memilih untuk bertahan di sisinya. Tidak perlu mempertimbangkan Amar dan keluarganya yang penghianat itu.“Sayang, aku kangen.” Mila tak sungkan-sungkan mengutarakan isi hatinya sambil meremas jemari Radin yang besar.“Kamu pikir saya enggak, hm? Kamu berhutang penjelasan tentang semuanya. Kenapa saya harus mengetahui ini dari orang lain, bukan dari kamu sendiri.”Mila menggigit bibir. “Aku akan menceritakan semuanya nanti. Dari awal.”“Better like that, Baby. Karena saya merasa bodoh ketika mengantar kamu ke kampus, lalu kamu pergi lagi tanpa sepengetahuan saya. Saya mencari kamu ke mana-mana tapi tidak ada yang tau kamu di mana. Saya
*Maaf kalau ada typoSemua orang tercengang. Nadya, Greta, Julian dan Kemilau sama sekali tidak kepikiran ke sana. Mendengar Radinka mengutarakan hal tersebut membuat mereka bertukar pandang satu sama lain. Berbeda dengan keluarga Amar yang membeku di tempat.Akhirnya … motif mereka mendekati Kemilau terbongkar sudah.“Benarkah?” Radinka mengulangi pertanyaannya dengan nada skeptis. “Apakah Sheza juga yang memberi tahu kalian bahwa Mila mendapat bagian yang begitu besar?”“Opa, benar begitu Opa?” Kemilau merasa kalau dia berhak untuk mendengar jawaban dari sang opa.“Kalau iya … bukankah niat kalian lebih busuk dari pada ayah saya? Kalian bahkan tidak perduli tentang kebakaran itu dan tentang orang tua Kemilau yang meninggal karenanya. Tapi kalian hanya peduli warisan itu? Begitu??”…“Kalian juga sengaja membuat syarat untuk kembali menguliahkan Mila. Supaya apa? Supaya saat waktunya kalian mengambil dia dari sisi saya, dia sudah siap untuk kalian jadikan robot pekerja, begitu?”“DIA
Feeling Nayda ternyata benar. Setelah mengetahui bahwa Kemilau adalah keponakan Adam, wanita itu langsung merasa bahwa ada yang tidak beres dengan keluarga Amar. Apalagi berdasarkan info dari Julian, Radinka tidak berhasil menemukan Mila di kampus. Nadia langsung tau di mana mereka bisa menemukan Mila. Dia mengajak Julian dan Greta segera pergi menyambangi rumah Adam.Bisa dibilang mereka tiba di waktu yang tepat. Persis saat Amar dan Pratiwi tiba, tapi kedua orang itu tidak menyadari kedatangan mereka. Nadya, Julian dan Greta tidak langsung masuk, memilih untuk berdiam sebentar di luar untuk mengetahui apa yang mereka bicarakan. Dan sudah tentu ini adalah tentang peristiwa kebakaran itu.“Lantas apa yang kalian mau? Apa kalian pikir suami saya juga menginginkan kebakaran itu?” Nadya masuk menyahut ucapan bengis Amar dari ambang pintu. Hanya melihat Radinka dicecar secara verbal saja sudah membuat hatinya teriris-iris. Memang, harus diakui, menganiaya Mila seperti dulu adalah perbuat
Radinka melarikan mobilnya secepat kilat menuju rumah kediaman Adam. Sebelum orang-orang itu meracuni pikiran istrinya dengan yang tidak-tidak, lebih baik dia segera sampai. Hampir saja dia menerobos lampu merah dan menbuat kekacauan di jalan raya. Namun untung saja kontrol diri laki-laki itu masih bekerja dan dirinya tidak sampai berurusan dengan pihak yang berwajib.Akhirnya sampai juga di tempat tujuan. Radinka turun dengan terburu-buru. Bahkan sampai pintu mobilnya terdengar berdebam keras dari dalam rumah. Adam, Sastri dan Kemilau berdiri karena kaget.“Mila!” Teriakan itu membuat tubuh Kemilau seketika dibanjiri bermacam rasa. Campur aduk. Senang tapi sedih. Rindu tapi bingung. Sosok yang sedari tadi mereka bicarakan akhirnya muncul di depan mata dengan napas yang tersengal hebat.Dua pasang mata itu saling menatap. Sama-sama ada kerinduan yang tersirat di sana. Namun, sebagaimana yang mereka sudah ketahui bersama, ada sebuah batu besar yang kini menghalangi sehingga raga mereka