Share

63. Kompromi.

Penulis: Suzy Wiryanty
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-27 23:23:30

"Saya ke sini karena ada perkembangan terbaru soal kasus kita," ujar Bayu.

"Bagus! Jadi, apa perkembangannya? Anak-anak punk yang memutus tali rem kita sudah ditangkap? Apakah mereka ada hubungannya dengan Pak Jaja?" tanya Nia antusias.

"Anak-anak punk itu sudah ditangkap. Dari pengakuan mereka, ada orang lain yang menyuruh mereka melakukannya," jawab Bayu serius.

"Orang lain? Siapa kira-kira orang lain itu ya, Yu?" tanya Nia, bingung.

"Itulah yang sedang didalami oleh pihak penyidik. Nah ada satu keanehan. Menurut Fathur, setelah anak-anak punk itu ditangkap, Pak Jaja dan Imah langsung kabur. Untuk itulah Fathur akan mengamankan ayah dan anak itu. Siapa tahu keduanya ada hubungannya dengan anak-anak punk itu."

"Oh, untungnya kita tahu ke mana mereka kabur, ya, Yu? Kamu sudah memberi tahu Fathur tempat persembunyian Imah?" tanya Nia semangat.

"Tidak perlu, Nia. Pihak kepolisian sudah mengetahuinya. Mereka berdua memang sedang diawasi."

"Saya tidak sabar untuk mengetahui segala kebenar
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Junidah Sujak
lanjut atau suda selesai kah
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   64. Tiga Lawan Satu.

    "Ini... ini... saya tambahi lagi uangnya. Pokoknya kamu jangan sekali-sekalu menyebut nama sata kalau polisi menanyaimu apa pun. Apa pun, ingat itu ya, Ning?" Nia menyurutkan langkah. Tadinya, ia berniat ke dapur untuk memasak mi instan. Namun, apa yang dilihatnya membuatnya tertegun. Bu Isnaini berdiri di depan Bu Ningrum, menjejalkan sejumlah uang ke saku perempuan itu dengan gerakan gelisah dan tergesa-gesa."Ambil kembali uang Ibu. Saya tidak butuh." Bu Ningrum menolak lembaran-lembaran uang yang dijejalkan secara paksa oleh Bu Isnaini. "Ambil saja, Ning. Saya tahu kamu membutuhkannya," desak Bu Isnaini, memandangnya dengan tatapan penuh harap. "Yang penting, kamu tolong saya, ya?""Kalau saya menolong Ibu, lantas siapa yang menolong saya? Saya takut terbawa-bawa, Bu. Kemarin Ibu bilang, Ibu yang akan bertanggung jawab. Kenapa sekarang jadi begini?" Suara Bu Ningrum mulai bergetar. Campuran antara takut dan marah."Saya tidak tahu kalau anak Pak Jaja ini nakal, Ning. Saya pikir

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-27
  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   65. Terbongkar!

    "Enyah kalian semua!"Pak Suhardi menarik Nia yang terduduk di lantai. Rambut dan pakaiannya acak-acakan akibat dikeroyok tiga orang. Sementara itu, Bu Isnaini tampak kebingungan. Ia tidak menyangka kalau suaminya ada di sini. Ia tidak tahu harus berbuat apa sekarang. "Kamu kenapa, Nia? Kok kamu luka-luka begini?" Pak Suhardi terperanjat melihat luka-luka goresan di wajah dan kedua lengan Nia. Namun saat melihat luka-luka itu sudah diobati, ia sadar bahwa luka-luka Dia bukan akibat perbuatan istri maupun anak-anak tirinya. "Tidak apa-apa, Yah. Kemarin, di Jakarta, Nia dan Bayu kecelakaan. Tapi cuma kecelakaan kecil, kok," ujar Nia menenangkan sang ayah."Ini tidak seperti yang Bapak bayangkan. Ada kesalahpahaman di antara anak-anak kita. Kita pulang saja ya, Pak? Ibu akan menjelaskan semuanya di rumah." Dengan adanya insiden kecelakaan Nia, Bu Isnaini mencari celah. Ia menghela lembut lengan Pak Suhardi. Ia berencana akan menjelaskan pada sang suami dengan versinya sendiri."Kesalah

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-31
  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   66. Konsekuensi.

    "Kemarin dulu Bu Iis menelepon saya. Bu Iis bilang beliau ingin mengontrak rumah lama saya untuk keluarganya." Bu Ningrum pun mulai bercerita. "Dengan syarat, saya tidak boleh mengatakannya pada Bapak. Kata Bu Iis, ia malu karena sudah terlalu sering membantu keluarganya. Ia juga takut kalau Bapak marah. Bu Iis bilang bahwa ia yang akan bertanggung jawan atas atas masalah ini," lanjut Bu Ningrum lagi."Tapi tadi saya mendapat kabar kalau polisi menggerebek rumah saya. Lantas Bu Iis datang dan meminta saya tidak membawa-bawa nama Ibu apabila saya dipanggil polisi. Bu Iis juga memberikan saya sejumlah uang. Karena saya tidak bersedia, kami jadi berdebat. Itulah yang terjadi, Pak." Bu Ningrum menceritakan dengan jujur. Pak Suhardi menarik napas panjang. "Baik. Sekarang giliran Ibu. Untuk siapa sebenarnya Ibu mengontrak rumah itu? Karena setahu Bapak, Ibu tidak punya keluarga lain lagi. Itu dulu pengakuan Ibu pada Bapak bukan?" Pak Suhardi gantian menginterogasi sang istri. "Untuk Pak

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-31
  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   67. Ketegasan Seorang Ayah.

    "Ibu berjanji akan menjelaskan semuanya pada Bapak di rumah. Sekarang sebaiknya kita pulang dulu. Kita tak pantas ribut di sini, Pak," mohon Bu Isnaini dengan suara rendah.Keributan mereka telah membuat para penghuni mess mencuri-curi pandang ke dapur. Suara-suara keras dan bentakan membuat mereka penasaran."Pulang, kamu bilang? Kamu masih berani meminta pulang setelah mencoba mencelakai Nia?" bentak Pak Suhardi dengan gusar."Jadi, Bapak maunya bagaimana? Ibu ikut saja, asalkan Bapak mau memaafkan Ibu. Beri Ibu kesempatan untuk menjelaskan semuanya," pinta Bu Isnaini. Ia menebalkan muka, memohon pada sang suami."Iya, Yah. Bagaimanapun, Ibu masih sah sebagai istri Ayah. Jangan mempermalukan Ibu di hadapan para pekerja, Pak," Kencana mencoba membela sang ibu."Kalian juga sama saja. Diberi hati, minta jantung! Selama ini Ayah selalu menyayangi kalian berdua sepenuh hati, tapi kalian berdua selalu mempersulit Nia. Maunya kalian berdua itu apa sih? Apa Ayah tidak boleh menyayangi putr

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-04
  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   68. Menemukan Puzzle Yang Hilang.

    Melihat Fathur marah, Imah kembali mengangkat kedua tangannya."Oke... oke... gue duduk. Santai, Pak Polisi. Tadi kan Pak Polisi nanya, makanya gue jawab," Imah duduk sambil cengengesan. Gayanya kembali santai."Kenapa tadi kamu marah?"Fathur kembali menginterogasi."Ya karena Pak Polisi meragukan rasa sayang gue pada Ayahlah." Imah mengedikkan bahunya. "Padahal karena sayanglah makanya gue menuruti semua perintahnya tanpa kecuali.""Kalau sayang, kenapa kamu tidak melindunginya?" Fathur tidak memberi celah untuk mengelak."Karena gue takut disiksa, Pak Polisi. Kalau gue nggak ngaku, ntar kuku gue dicabutin satu-satu. Belum lagi kalau sampai disetrum. Kan ngeri, Pak Polisi?"Imah memperagakan aksi ketakutan dengan gaya dibuat-buat. Jelas-jelas ia mengejek."Sebentar."Ponsel di saku Fathur berdering. Ia pun keluar ruangan untuk menerima telepon."Yu, kamu keluar sebentar. Saya ingin berbincang-bincang dengan Imah. Saya mencurigai sesuatu," bisik Dia di telinga Bayu."Jangan berbicara

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-04
  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   69. Pengakuan.

    Nia merapikan pakaian yang baru saja ia keluarkan dari tas, menyusunnya dengan rapi ke dalam lemari. Akhir-akhir ini ia merasa seperti burung. Terus berpindah-pindah tempat tinggal antara mess dan rumah.Kemarin, ayahnya bersikeras membawanya pulang. Sejak mengetahui bahwa ada seseorang yang ingin melenyapkannya, sikap ayahnya berubah drastis—menjadi jauh lebih protektif. Menurut ayahnya, tinggal aman tinggal di rumah daripada berada di mess. "Masuk," seru Nia saat mendengar pintu kamarnya diketuk. "Kamu sibuk tidak, Nia? Ayah ingin berbincang-bincang sebentar." Pak Suhardi berdiri di ambang pintu. "Tidak kok, Yah. Masuk saja." Nia menutup lemari. Mempersilakan ayahnya duduk di kursi rias. Nia sendiri duduk di sudut ranjang. "Ayah mau berbincang apa?" tanya Nia lagi. Pak Suhardi terdiam sebentar sebelum mulai berbicara. "Apa yang kamu ketahui tentang ibu dan adik-adik tirimu yang tidak Ayah ketahui. Terus teranglah pada Ayah. Jangan ada yang kamu tutup-tutupi lagi." "Kenapa Aya

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-07
  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   70. Mengerucut.

    "Eh, ada anak pewaris munafik lagi makan?" Nia menghentikan suapannya. Kencana dan Dahayu masuk tiba-tiba ke dapur. Nia hanya melirik sekilas dua adik tirinya sebelum kembali melanjutkan makannya, sama sekali tak menggubris kehadiran mereka."Hati jahat Teteh pasti puas sekali melihat kami semua diusir Ayah, bukan? Dasar manusia munafik!" sembur Kencana emosi. Karena usahanya menyindir Nia gagal, Kencana kembali ke setelan pabrik-hajar tanpa basa basi. "Pasti puaslah, Teh Cana. Orang semua yang kita miliki sudah Teh Nia rampas pelan-pelan kok. Kasih sayang Ayah, cinta Kang Bayu, bahkan perhatian Erga juga. Teh Nia merebut segalanya dari kita!" imbuh Dahayu geram."Ayah, Bayu, atau pun Erga itu orang, bukan barang. Jadi mereka tidak bisa dirampas. Kalau mereka sekarang tidak lagi memperhatikan kalian, itu artinya mereka memang tidak tertarik. Simpel," jawab Nia kalem. Dahayu megap-megap karena emosi. Namun ia tidak bisa membantah kebenaran kata-kata Nia. "Teteh memang menang sekaran

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-07
  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   71. Niat Baik.

    Nia memeriksa saldo di rekeningnya. Seratus lima puluh lima juta dua ratus tujuh puluh satu rupiah.Seratus juta di antaranya adalah gajinya selama lima bulan bekerja di pabrik susu ayahnya. Sisanya berasal dari hasil penjualan tas serta simpanannya selama mengajar. Ia berencana akan menyetor seratus juta terlebih dahulu kepada ayahnya sebagai cicilan untuk melunasi utangnya. Sisanya akan ia bayar secara bertahap, setiap lima bulan sekali.Sebagian dari uang yang tersisa juga akan ia gunakan untuk mencicil utangnya kepada Bayu, yang jumlahnya mencapai tiga ratus juta rupiah.Nia mencari ayahnya di taman belakang. Akhir-akhir ini, taman belakang menjadi tempat favorit ayahnya selain kolam renang. Ayahnya sekarang memang lebih sering menyendiri.Dugaannya tepat. Saat membuka pintu belakang, ia melihat ayahnya duduk di bangku taman. Asap rokok melayang pelan di udara, bercampur dengan semilir angin malam. Wajah ayahnya tampak lelah, pandangannya kosong-seolah sedang memikirkan sesuatu ya

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-12

Bab terbaru

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   82. Mertua VS Menantu.

    “Yu, sebenarnya apa yang terjadi semalam? Apa yang membuat kita sepakat melakukan itu?" tanya Nia galau.Mendengar kata-kata Nia, air muka Bayu berubah. Nia mulai berulah!"Jangan mulai drama lagi ya, Nia? Semalam kamu menggoda saya habis-habisan. Kita berkali-kali bercinta karena kamu tidak bersedia melepaskan saya sedetik pun. Kalau kamu tidak percaya, lihat ini." Bayu memperlihatkan bekas-bekas cumbuan Nia di leher dan dadanya."See? Jadi kamu jangan berani-berani menuduh saya mencurangimu,” suara Bayu menajam."Sa—saya yang melakukan semua itu?" bisik Nia ngeri. Ia kemudian buru-buru menarik selimutnya saat merasakannya mulai melorot. Tingkah sok malu-malu Nia membuat Bayu menggeleng-gelengkan kepala."Iya. Kamu merayu dan membelit saya seperti seekor ular," tandas Bayu. Selebar wajah Nia yang sudah merah, kian membara. Ia tidak sanggup membayangkan dirinya seperti yang diceritakan oleh Bayu."Nia... Nia... kamu mengaku kalau kamu tidak pandai berakting seperti ibumu. Padahal yang

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   81. Malam Membara.

    Bayu nyaris kehilangan keseimbangan saat Nia tiba-tiba melompat ke pelukannya. Tubuh Nia panas, napasnya tersengal, dan matanya terlihat bingung."Nia, kamu ini kenapa sih?" Bayu berusaha menjauhkan Nia darinya, tetapi tangan dan kaki Nia mencengkeram erat tubuhnya."Turun, Nia. Kalau kamu terus bergelantungan begini, kita berdua bisa jatuh!" Bayu berusaha mengurai pelukan Nia di lehernya. Namun, Nia tidak bersedia melepaskannya. Ia malah membenamkan wajah di lekuk lehernya."Yu... tolong peluk," bisik Nia dengan mata berkabut. Sebenarnya, ia ingin berbicara lebih panjang, namun suara yang keluar hanya gumaman tertahan. Tubuhnya gemetar, bukan karena takut, tetapi karena sesuatu yang asing telah menguasai dirinya. Nia kembali merintih. Ia tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya, tetapi yang jelas, tubuhnya menyukai posisi seperti ini.Kata-kata peluk yang keluar dari Nia seketika membuat Bayu waspada. Sepertinya, Nia tengah bersandiwara. Nia pasti tengah merencanakan sesuatu."Kamu s

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   80. Salah Sasaran.

    "Saya bisa minta tolong, tidak, Nia?" ucap Wahyu sambil meringis."Minta tolong apa?" tanya Nia datar."Saya sakit kepala. Kamu bisa tolong buatkan saya teh hangat, tidak? Bik Sari sudah tidur kelelahan. Saya tidak sampai hati membangunkan mereka," kata Wahyu sambil terus memijat-mijat dahinya."Kamu duduk saja dulu." Nia meletakkan gelasnya di meja.Wahyu pun kemudian duduk, sementara Nia berjalan ke lemari dapur, mencari-cari kantong teh dan gula. Tanpa Nia sadari, Wahyu mengeluarkan botol kecil dari sakunya. Ia kemudian dengan cepat meneteskan cairan bening ke dalam gelas Nia yang belum ditutup. Setelahnya, ia kembali pura-pura sakit kepala dan mengubur wajah di antara kedua tangannya."Kamu tidak keberatan ditinggal Kang Bayu di malam pertama kalian ini?" tanya Wahyu.Kegiatan Dia mencari kantong teh dan gula terhenti. Ia baru tahu kalau Bayu tidak ada di rumah."Tidak masalah. Kami berkomitmen untuk mendahulukan hal-hal yang lebih penting." Nia memberi jawaban yang mengambang. Ia

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   79. Akal Bulus.

    Nia menguap lebar seraya menutup mulutnya dengan tangan. Acara pernikahannya berlanjut dengan resepsi yang diadakan di halaman belakang rumah Bayu yang luas. Ia mulai kelelahan. Semalam ia kurang tidur karena memikirkan konsekuensi dari pernikahannya ini. Ditambah lagi, ia harus mengikuti serangkaian acara tanpa jeda sejak pagi. Stamina tubuhnya mulai menurun."Jangan terlihat terlalu bosan begitu. Nanti orang-orang menyangka kalau kamu tidak bahagia," bisik Bayu tanpa menoleh.Nia menghela napas pelan. "Saya capek, Yu. Duduk dan berdiri terus sepanjang hari.""Saya juga. Tapi saya tidak mengeluh terus sepertimu. Tahan sebentar lagi," omel Bayu.Nia tidak menanggapi. Ia segera berdiri ketika beberapa orang tamu naik ke pelaminan. Ia kembali harus menyalami tamu yang seakan tiada habisnya. Pinggang dan betisnya pegal luar biasa. Pandangannya tertuju pada meja prasmanan di seberang ruangan-ia haus dan butuh minum."Saya haus, Yu. Bantu saya turun.""Saya ambilkan saja di bawah, ya? Gaun

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   78. Menempuh Hidup Baru.

    Nia menunduk. Matanya terasa panas, tetapi ia menahan air matanya agar tidak jatuh. Ia sekarang sah menjadi istri Bayu. Saat MC membacakan tertib acara berikutnya, yaitu sungkeman, Nia mengikuti dengan hati nelangsa."Akhirnya kamu resmi menjadi istri Bayu. Ayah lega. Sekarang kamu sudah ada yang membimbing dan melindungi." Pak Suhardi mengelus pipi Nia yang lembap. Mendengar harapan besar ayahnya, air mata Nia meleleh. Ia merasa berdosa karena menikah demi kepentingan semata."Lho, kok kamu menangis? Kamu tidak bahagia dengan pernikahan ini?" bisik Pak Suhardi lirih."Nia menangis karena bahagia, Yah." Nia mencoba tersenyum di antara deraian air matanya."Alhamdulillah kalau memang begitu. Ayah tidak bisa memberi banyak nasihat pernikahan padamu karena pernikahan Ayah sendiri juga berakhir buruk. Ayah hanya mau bilang, tetaplah ada dan saling membersamai bagaimanapun sulitnya. Jangan gengsi untuk meminta ataupun memberi maaf. Saling menyayangilah kalian berdua selamanya." Pak Suhardi

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   77. Tabur Tuai.

    Pak Suhardi duduk di kursi kayu di ruang tengah, wajahnya serius namun tetap tenang. Di depannya, tiga gadis duduk dengan ekspresi berbeda-beda. Nia tampak tenang seperti biasa. Kencana duduk dengan bahu tegak, air mukanya terlihat waspada. Sementara itu, Dahayu, yang biasanya vokal, kali ini tampak gelisah. Ia terus meremas-remas jari-jarinya di pangkuan.Setelah mengamati tiga gadis muda di hadapannya, Pak Suhardi mulai berbicara. Suaranya rendah tapi tegas."Cana, Dayu, hari ini tepat sudah seminggu orang tua kalian ditahan. Apa rencana kalian berdua ke depannya?" Pak Suhardi langsung berbicara pada pokok permasalahan.Ruangan menjadi sunyi. Kencana bertukar pandang dengan Dahayu; mata mereka berbicara dalam diam. Mereka sadar kalau Pak Suhardi ingin mengusir mereka secara halus."Kalian berdua sudah dewasa, jadi sudah bisa bertanggung jawab pada diri sendiri. Lagi pula, saya tidak bisa menampung kalian di sini lama-lama. Kita sudah tidak punya hubungan kekeluargaan lagi," tegas Pa

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   76. Kamu Jual, Aku Beli.

    "Saya sudah meminta izin dan menceritakan soal endors-an pada Bu Aisyah sebagai pemilik panti. Termasuk soal Rudi yang menjadi fotografernya. Bu Aisyah bilang, ia tidak keberatan," jawab Nia tenang. "Bu Aisyah jelas tidak berani menolak, karena ia takut kalau subsisi dari ibu saya, dicabut. Ia mengira kalau kamu adalah bagian dari kami," ungkap Bayu. "Mengenai Rudi, ia juga jelas bersedia. Anak muda puber itu pasti merasa kejatuhan bulan karena diminta memotret wanita pujaannya. Kamu tidak berpikir panjang, ya? Bagaimana kalau foto-fotomu nanti jadi objek fantasi olehnya?" tandas Bayu lagi."Saya sudah meminta Rudi untuk menghapus foto-foto saya setelah ia mengirimkan hasilnya pada saya," potong Nia cepat. "Dan kamu percaya kalau dia benar-benar menghapusnya?" tanya Bayu dengan nada mengejek. "Saya percaya. Rudi menghapusnya di hadapan saya," sahut Nia yakin. Mendengar kata-kata Nia, Bayu tertawa. Perempuan memang mudah dipedaya. "Oh ya, apa kamu juga meminta izin anak-anak kala

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   75. Prasangka.

    Nia baru saja selesai live di media sosialnya untuk menjual tas-tas preloved titip jualnya. Ia menutup siaran dengan senyum lebar, lalu meletakkan ponselnya di meja. Sambil membereskan ring light dan menyusun kembali tas-tas yang tersisa, ia tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya."Hampir semua terjual!" gumamnya penuh semangat. Tangannya bergerak cepat merapikan alat-alat live, sementara pikirannya masih dipenuhi euforia. Notifikasi pembayaran tas yang masuk, berdenting di ponselnya, menambah rasa puas yang meluap-luap. Hari ini ia benar-benar sukses berjualan."Astaga, sudah pukul dua belas siang." Nia teringat pada tugas rutinnya di hari Minggu, yaitu melakukan bakti sosial seperti perjanjiannya dengan Bayu. Minggu ini, ia akan kembali mengunjungi Panti Asuhan Al-Mahramah. Ia menyukai kerja bakti ke panti asuhan ini karena ia menyayangi anak-anak panti yang manis seperti Aliya, Wita, maupun Didit yang pemalu.Nia membuka lemari untuk mengganti pakaian. Saat melihat sebuah blus ca

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   74. Tertangkap.

    Nia baru saja membuka laptop ketika terdengar keributan dari paviliun sayap kanan. Penasaran, ia segera membuka jendela dan melongok ke arah paviliun yang kini dihuni oleh ibu serta adik-adik tirinya. Di sana, ia melihat sebuah mobil polisi terparkir, sementara beberapa aparat berseragam mondar-mandir di depan paviliun.Nia langsung berlari ke sana. Ia tak menyangka penyidik akan bergerak secepat ini. Saat tiba, tampak beberapa tetangga menyalakan lampu teras, berbisik-bisik dengan nada rendah."Bu, ada apa ini? Kenapa Ibu ditangkap polisi?"Di tengah kerumunan, Nia melihat Kencana dan Dahayu menangis histeris, berusaha meraih tangan Bu Isnaini yang kini diborgol."Bu, tolong jelaskan! Kenapa Ibu ditangkap?" Kencana dan Dahayu terus mengikuti ibunya, yang digiring menuju mobil polisi."Ibu kalian telah melakukan perbuatan kriminal. Karena itu, ibu kalian harus bertanggung jawab atas perbuatannya."Nia terperanjat saat melihat ayahnya melangkah keluar dari paviliun, diiringi beberapa p

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status