Share

BC ~ 57

Penulis: Kanietha
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-21 07:52:33

“Ikut Papa.” Zaldy tanpa segan mengulurkan tangan pada Tirta, yang masih berada di gendongan Reno. Tidak pernah bisa terima, karena satu-satunya putra yang dimilikinya lebih dekat dengan Reno daripada dirinya sendiri.

Rasa sesal, ternyata selalu datang belakangan dan waktu pun tidak bisa berputar ulang.

“Sama papa atau ayah?” Reno sengaja berujar demikian, untuk membuat hati Zaldy semakin panas.

Kesal rasanya mendengar Zaldy hendak memberi nama belakang pada Tirta. Padahal, dahulu kala pria itu tidak menginginkan bayinya. Setelah melihat bagaimana tampan, terawat, dan pintarnya bayi tersebut, barulah Zaldy datang dan memberi tahu semua keluarganya.

“Sama Ibu.” Daripada bersitegang, Lita mengambil putranya dari gendongan Reno lalu melewati Zaldy. Lebih baik menghampirii Idris dan Debby, yang baru saja muncul di bibir pintu.

“Jangan mentang-mentang kamu masih kerabat dengan keluarga Lee, kamu bisa seenaknya.”

Zaldy sangat kesal tidak terkira, ketika mengetahui Reno adalah direktur dari
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (13)
goodnovel comment avatar
Mom Kece
Ngarep in Aban Up lagi...boyehh...???
goodnovel comment avatar
Bunda Ernii
Maria ngeyel nih gk ngasih restu padahal Fathiya aja dah fix loh.. bilang aja Anin iri sama Lita.. naksir y sama Abang Reno..
goodnovel comment avatar
Dewi Soetanto
hadehhhhhh mariaaawas
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Bukan Cinderella   BC ~ 58

    Tidak ada lagi yang diragukan Reno, setelah Fathiya memberi restu. Dengan segera, ia menghubungi Willy dan membuat pria itu sibuk mengurus permintaan Reno.Reno membutuhkan satu kamar hotel dengan tipe president suite, dengan dekorasi elegan minimalis untuk ijab kabulnya. Tidak mau menunggu lama-lama dan tidak mau memusingkan protes Maria. Masalah satu itu, biarlah Reno lempar pada Dewa.“Ab—”“Bapak sama ibumu ada, kan?” sela Reno ketika Lita sedang membuka gembok pagar.“Ada, tapi kenapa ke sini malem banget?” Lita menggeser pagar dengan bantuan Reno. Jarum jam sudah hampir menunjukkan pukul sembilan, tetapi Reno baru datang ke rumahnya“Belum tidur, kan?”“Udah di kamar, sih.” Lita mengusap tengkuknya sembari mengendik. “Nggak tahu. Kenapa memangnya?”“Bisa tolong panggilkan?”“Kenapa nggak besok aja, sih, Bang?”“Urgen!”“Mau ngomong apa memangnya?” selidik Lita mulai penasaran. Apa terjadi sesuatu dengan keluarga Lee, sampai-sampai Reno harus datang di jam segini. “Rindu sama pak

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-21
  • Bukan Cinderella   BC ~ 59

    “Aku nggak ditegur mamamu.”Dewa terkekeh mendengar curahan hati singkat dari Reno. Pandangannya lalu beralih ke Maria yang sedang memangku Dewi, duduk seorang diri. Jika mengikuti egonya, Maria mungkin enggan menghadiri pernikahan Reno dan Lita. Namun, karena Tiara adalah besannya, wanita itu akhirnya memutuskan untuk datang ke hotel dan menyaksikan acara tersebut.“Nggak usah diambil hati,” ujar Dewa menyemangati. “Mama masih ngambek. Nanti juga baik-baik sendiri.”Reno pun ikut terkekeh. Sebenarnya, ia juga tidak pernah mau pusing dengan sikap Maria padanya. Wanita itu mau datang saja, Reno sudah sangat bersyukur dan menghargainya. “Memangnya kapan aku pernah ambil hati,” kata Reno membuang napas besar dan kembali menatap koridor yang memisahkan ruang tamu dan kamar pengantinnya. “Kenapa Lita belum keluar-keluar, ya? Nggak mungkin dia berubah pikiran, kan?”Dewa berdecih. “Bilang aja mau cepat-cepat selesai, karena mau begadang sampe pagi.”“Itu juga.” Reno terkekeh dan tidak akan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-22
  • Bukan Cinderella   BC ~ 60

    “Aku kira, tadi malam Aban bakal ganggu 'acara' kita.” Reno terkekeh sambil memeluk Lita yang berbaring di atas tubuhnya. “Dan Ternyataaa, dia sampai jam segini masih tidur nyenyak, nggak bangun-bangun.”Lita tertawa kecil, mengingat segala hal indah yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Tidur di hotel mewah dan menikmati sarapan yang terasa begitu istimewa. Semua sangat jauh berbeda dari pengalamannya bersama Zaldy dahulu kala dan tidak akan pernah sebanding.“Tapi aku yang tidurnya nggak nyenyak.”“Itu salahmu sendiri.” Reno mengeratkan pelukannya di tubuh Lita. “Ngapain nggak pake baju di depanku.”“Yang buka bajuku, kan, Abang.”“Kenapa kamu mau-mau aja.”Lita menepuk dada Reno sembari terkekeh. Saat tubuhnya hendak beranjak, Reno menahannya. “Aku mau bangunin Tirta dulu, ini sudah siang.”“Berarti siang ini kita nggak ngapa-ngapain.” Reno terkekeh sambil melepas pelukannya. Membiarkan tubuh berlekuk itu beranjak, karena harus membangunkan anak mereka.Mengingat hal tersebut,

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-22
  • Bukan Cinderella   BC ~ 61

    “Sebentar.”Dahi Lita sedikit mengerut ketika mendengar suara pintu terbuka cepat. Hembusan angin tiba-tiba menerpa kulitnya, tetapi semuanya masih tampak gelap karena seutas kain masih menutup matanya. Di samping itu, Lita juga mencium aroma yang begitu nikmat dan membuat perutnya seketika bergejolak.“Kita di balkon?”“Yap.”Setelah sedikit menggeser pintu balkon, Reno kembali menyentuh kedua bahu Lita dan membawanya kembali melangkah.“Ngapain, sih, Bang?”“Dikit lagi.” Reno berhenti melangkah. Sebelum membuka simpul kain yang menutup mata Lita, ia menjatuhkan satu kecupan singkat pada pipi istrinya. “Taraaa.”Lita terbelalak. Perasaan bahagia sekaligus terkejut bercampur aduk, membuat matanya berkaca-kaca. Di depannya, sebuah meja bundar yang dihiasi dengan lilin-lilin melingkar di separuh meja, memancarkan cahaya lembut penuh kehangatan.“Abaaang.” Lita benar-benar terharu dengan sikap Reno. Pria itu menyiapkan sebuah makan malam romantis, setelah seharian mereka memadu kasih seba

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-22
  • Bukan Cinderella   BC ~ 62

    “Sayangnya Ibuuu.” Lita mencium gemas pipi gembil putranya hingga berkali-kali, ketika akhirnya bertemu kembali. “Kamu nggak kangen sama Ibu, heemm.”Tirta hanya bisa terkekeh, ketika Lita menjatuhkan kecupan bertubi-tubi tanpa bisa melawan.“Ayahnya,” ujar Reno yang duduk bersila di samping Lita, setelah bersalaman dengan Fathiya dan Tiara yang duduk di sofa.Lita terkekeh setelah berhenti mencium putranya. Menatap Reno, sembari mendudukkan Tirta di pangkuannya dengan posisi yang nyaman. Belum sempat ia bicara, Tirta sudah lebih dulu berceletuk ketika melihat Reno.“Aban!”Reno buru-buru meraih tangan Tirta, kemudian menepukkan tangan mungil tersebut ke dada bayi pintar itu. “Ini Aban Tirta,” kata Reno lalu melepas tangan Tirta dan mengangkatnya ke pangkuan. “Ini Ayah.”“Aban.”“Ayah,” ujar Reno kembali meralat sambil menyapit gemas bibir mungil itu. “Pelan-pelan aja,” kata Tiara ikut merasa bahagia melihat binar ceria dari sorot mata Lita. Rasanya, satu beban yang ada di pundak Tia

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-23
  • Bukan Cinderella   BC ~ 63

    “Mimi ...” Tirta berjalan sempoyongan ketika melihat Fathiya duduk di ruang tengah. Sempat terjatuh, lalu kembali bangkit dan berjalan menghampiri wanita itu.Reno yang berada di belakangnya, memang sengaja membiarkan batita itu dan tidak menolong sama sekali. Semua itu dilakukan agar Tirta tidak cengeng dan tidak putus asa untuk belajar berjalan.“Tok Umilaaa ...” Fathiya bertepuk tangan menyambut Tirta agar segera menghampirinya. “Bukan mimi.”“Lydia belum datang, Ma?” tanya Lita yang baru saja memasuki ruang tengah setelah menyibukkan diri di dapur. Sementara Tirta, sejak tadi berada bersama Reno karena pria itu sendiri yang meminta. “Sudah jam segini. Mama sudah minum obat belum.”“Dah.” Fathiya menangkap tubuh Tirta yang berhenti di depannya. Namun, batita itu tidak mau diangkat dan dipangku karena lebih memilih kembali berjalan menyusuri ruang tengah. “Hari ni Lydia izin.”“Nggak ada penggantinya?” tanya Reno sambil mengambil mobil-mobilan aki yang dibelinya, lalu meletakkan di t

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-23
  • Bukan Cinderella   BC ~ 64

    “Bikin puding pesanan orang lagi?”Tidak menemukan istrinya ketika bangun tidur, Reno lantas segera pergi ke dapur. Tidak hanya Lita, tetapi Tirta pun sudah tidak ada di kasurnya. Padahal, hari itu adalah hari libur tetapi Lita sudah tidak ada di sampingnya ketika Reno membuka mata.“Ehh, Ayah sudah bangun.” Lita memberi senyum semanis mungkin, karena mendengar nada bicara Reno yang tampaknya tidak terlalu suka dengan kegiatan yang dilakukannya.Dengan segera, Lita mengalungkan tangan pada pinggang Reno yang berdiri di sebelahnya lalu berjinjit. Memberi satu kecupan singkat di pipi dan kembali mengaduk adonan pudingnya.“Sayang, ini masih subuh.” Reno memelankan suaranya. Melihat Tirta yang asyik sendiri di kursi makannya, dengan potongan buah pisang yang sudah tidak berbentuk. “Masih gelap, tapi kamu sudah bawa Tirta ke dapur.”“Tirta bangun waktu aku selesai mandi,” ujar Lita sambil melihat Tirta yang berada di samping kitchen island. Tidak jauh dari tempat Lita berdiri, agar lebih

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-23
  • Bukan Cinderella   BC ~ 65

    “Bahagia sangat Mama tengok kau setiap hari,” ucap Fathiya sambil melempar pelan sebuah bola pada Tirta, agar batita itu menendangnya. Saat bola itu luput dari tendangan Tirta, Fathiya pun tertawa. “Macam tak ada beban.”“Makasih, Ma.” Reno tidak lagi bisa berkata-kata untuk mengungkapkan kebahagiaannya. Ia merangkul Fathiya dan membiarkan Tirta bermain seorang diri di taman sembari mengawasi. “Maaf, kalau aku nekat nikahin Lita, padahal Mama nggak setuju.”“Dah terjadi, dah,” ucap Fathiya sudah tidak ingin mengungkit masa lalu. “Yang penting kau bahagia, Mama pun bahagia.”“Nggak usah ditanya.” Reno tersenyum kecil. Mengingat bagaimana cara Lita menghormati dan melayaninya. Hampir tanpa cela, karena wanita itu selalu bisa menempatkan diri dan membaca situasi hati Reno. “Aku bahagia.”“Buatkan Tirta adik kalau macam tu.”Reno tertawa kecil, kendati hatinya sedikit tercubit karena permintaan Fathiya. Bukannya tidak mau, tetapi Lita belum siap jika harus hamil lagi ketika Tirta masih but

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-24

Bab terbaru

  • Bukan Cinderella   BC ~ 70 [FIN]

    “Aban ... jangan lari di tangga!” Reno sudah melarang, tetapi bocah yang sebentar lagi berusia tiga tahun itu tidak mau mendengarnya. “Kalau jatoh kita nggak jadi ulang tahun.”“Tak jatuh pun.”Reno menarik napas mendengar jawaban Tirta yang berucap dengan logat melayu. Benar-benar mirip Fathiya jika sudah berbicara. Reno tidak heran, karena Tirta memang sering menghabiskan hari-harinya dengan Fathiya. Terlebih lagi, Fathiya benar-benar memanjakan Tirta dan selalu menuruti semua permintaan bocah tersebut. “Hati-hati turunnya,” sambar Lita yang berjalan di belakang Reno dan jauh lebih kalem ketika menghadapi sikap putranya. “Kalau jatuh yang sakit Aban, bukan Ibu tau?”“Tau ...”Reno berdecak dan berhenti di ujung tangga. “Kalau jatuh, bahaya.”Lita menepuk keras bòkong Reno sebelum berhenti di sampingnya. Ia terkekeh, karena Reno sontak melotot padanya. “Tirta sudah—”“Kalau pengen bilang,” putus Reno lalu membalas Lita dengan perlakuan yang sama, hingga Lita memekik lalu terkekeh. “K

  • Bukan Cinderella   BC ~ 69

    “Mutasi?”“Kata bu Debby begitu.” Lita mengangguk untuk menjawab pertanyaan Rindu. Matanya tertuju pada Dewa dan Tirta yang sedang berlatih di dojo. Ia sebenarnya datang untuk memberikan oleh-oleh dari Malaysia dan ngobrol santai dengan Rindu. Namun, ternyata Dewa malah membawa anak-anak ke dojo di belakang rumah.Lita melihat Dewa sibuk mengajari Tirta menendang kick pad yang ada di tangan pria itu. Sementara Dewi, hanya duduk bertepuk tangan dengan tawa geli ketika melihat sepupunya berhasil menendang. Tawa kecil itu selalu pecah, seolah menikmati setiap aksi Tirta yang memang terlihat menggemaskan.Sedangkan di sisi lain, Reno tampak lebih sibuk dengan kameranya. Merekam setiap momen dengan senyum bangga di wajahnya.“Pak Zaldy dimutasi ke Denpasar, tapi naik jadi wakil dirut di sana,” sambung Lita menerangkan. “Jadi ini masih sibuk bolak balik, karena sekalian ngurus pindah sekolah anaknya sama ini itunya. Pantas aja nggak pernah ngerecokin Tirta lagi.”“Emang mau direcokin dia lag

  • Bukan Cinderella   BC ~ 68

    Lita berdiri di balkon hotel, memandang ke luar dengan kekaguman. Pemandangan kota yang megah dan hiruk-pikuk kehidupan malam yang berbeda, membuatnya merasa seolah sedang bermimpi.Ia menoleh ke arah Reno, yang menghampirinya lalu memeluk dari belakang. Rasanya, setiap detik liburan yang dihabiskannya, adalah sesuatu yang luar biasa. Dari pengalaman pertamanya naik pesawat, hingga menjelajahi tempat-tempat baru yang menakjubkan.Mereka sempat dua hari berada di kediaman Fathiya dan sisanya Reno memilih memboyong semua anggota keluarga menginap di hotel. Semua itu dilakukan agar Lita, Tiara, maupun Fandy bisa mendapatkan pengalaman baru.Pada liburan kali ini, Radit tidak bisa ikut karena jatah cutinya dari perusahaan sudah habis. Jadi, pria itu menetap di Jakarta dan tetap menjalankan rutinitasnya seperti biasa.“Aban sudah tidur,” bisik Reno memberitahu tepat di telinga Lita. “Kapan kita tidur?”Lita terkekeh mendengar ajakan Reno. Beberapa hari ini, pria itu memang tidak meminta ja

  • Bukan Cinderella   BC ~ 67

    Meskipun tidak sebesar dan semegah resepsi pernikahan Rindu, bagi Lita, acara pernikahannya memiliki keindahan dan kesempurnaan tersendiri. Dengan dekorasi sederhana nan elegan, suasana yang hangat dan penuh kasih sayang dari keluarga serta teman-teman terdekat, membuat hari itu begitu istimewa."Abang, makasih." Lita berucap pelan sambil menatap Reno, kaki-kakinya bergerak canggung saat mereka berdansa di tengah ruangan. Langkah Lita terasa kaku dan hanya berusaha mengikuti irama. Bergerak ke kiri dan ke kanan mengikuti ke mana langkah Reno membawanya. “Sebenarnya aku pengen nangis, tapi air matanya nggak keluar.”Reno terkekeh pelan mendengar ucapan istrinya. Entah sudah berapa kali, Lita mengucapkan kata terima kasih pada Reno, karena telah mempersiapkan sebuah resepsi pernikahan yang tidak terbayangkan. Padahal, semua ini jauh dari kata mewah seperti pernikahan Rindu, tetapi sikap Litalah yang membuat Reno benar-benar merasa sangat dihargai.“Sebenarnya, aku juga mau minta maaf ka

  • Bukan Cinderella   BC ~ 66

    “Ke Malaysia?” Lita menatap Reno dengan mata membesar, jantungnya berdebar kencang. Bibir Lita bergetar, seiring rasa gugup dan bahagia yang tiba-tiba menyelimuti. Masih mencoba mencerna ucapan Reno, karena tidak yakin dengan apa yang baru saja didengarnya. “Maksudnya, kita ... ke Malaysia? Aku sama Tirta ikut?”“Kita semua.” Reno mengangguk lalu menangkup wajah Lita. Namun, kedua tangannya langsung disingkirkan Tirta yang sedang berada di pangkuan Lita. “Ditambah ibu sama Fandy,” ucapnya kembali menangkup wajah Lita, tetapi tangannya kembali ditepis, sehingga Reno dengan sengaja kembali melakukan hal tersebut untuk menggoda Tirta.Lita terkekeh melihat tingkah putranya. “Cemburu dia.”“No no cemburu sama Ayah, tau.” Reno menggeleng saat memberi tahukan hal tersebut pada Tirta. “Nggak boleh! No no.”“Nana!” seru Tirta sambil geleng-geleng.“Iya, nana,” ulang Reno lalu menangkup gemas wajah gembil itu dengan kedua tangan, tetapi Tirta segera memberontak. Namun, sejurus itu Tirta justru

  • Bukan Cinderella   BC ~ 65

    “Bahagia sangat Mama tengok kau setiap hari,” ucap Fathiya sambil melempar pelan sebuah bola pada Tirta, agar batita itu menendangnya. Saat bola itu luput dari tendangan Tirta, Fathiya pun tertawa. “Macam tak ada beban.”“Makasih, Ma.” Reno tidak lagi bisa berkata-kata untuk mengungkapkan kebahagiaannya. Ia merangkul Fathiya dan membiarkan Tirta bermain seorang diri di taman sembari mengawasi. “Maaf, kalau aku nekat nikahin Lita, padahal Mama nggak setuju.”“Dah terjadi, dah,” ucap Fathiya sudah tidak ingin mengungkit masa lalu. “Yang penting kau bahagia, Mama pun bahagia.”“Nggak usah ditanya.” Reno tersenyum kecil. Mengingat bagaimana cara Lita menghormati dan melayaninya. Hampir tanpa cela, karena wanita itu selalu bisa menempatkan diri dan membaca situasi hati Reno. “Aku bahagia.”“Buatkan Tirta adik kalau macam tu.”Reno tertawa kecil, kendati hatinya sedikit tercubit karena permintaan Fathiya. Bukannya tidak mau, tetapi Lita belum siap jika harus hamil lagi ketika Tirta masih but

  • Bukan Cinderella   BC ~ 64

    “Bikin puding pesanan orang lagi?”Tidak menemukan istrinya ketika bangun tidur, Reno lantas segera pergi ke dapur. Tidak hanya Lita, tetapi Tirta pun sudah tidak ada di kasurnya. Padahal, hari itu adalah hari libur tetapi Lita sudah tidak ada di sampingnya ketika Reno membuka mata.“Ehh, Ayah sudah bangun.” Lita memberi senyum semanis mungkin, karena mendengar nada bicara Reno yang tampaknya tidak terlalu suka dengan kegiatan yang dilakukannya.Dengan segera, Lita mengalungkan tangan pada pinggang Reno yang berdiri di sebelahnya lalu berjinjit. Memberi satu kecupan singkat di pipi dan kembali mengaduk adonan pudingnya.“Sayang, ini masih subuh.” Reno memelankan suaranya. Melihat Tirta yang asyik sendiri di kursi makannya, dengan potongan buah pisang yang sudah tidak berbentuk. “Masih gelap, tapi kamu sudah bawa Tirta ke dapur.”“Tirta bangun waktu aku selesai mandi,” ujar Lita sambil melihat Tirta yang berada di samping kitchen island. Tidak jauh dari tempat Lita berdiri, agar lebih

  • Bukan Cinderella   BC ~ 63

    “Mimi ...” Tirta berjalan sempoyongan ketika melihat Fathiya duduk di ruang tengah. Sempat terjatuh, lalu kembali bangkit dan berjalan menghampiri wanita itu.Reno yang berada di belakangnya, memang sengaja membiarkan batita itu dan tidak menolong sama sekali. Semua itu dilakukan agar Tirta tidak cengeng dan tidak putus asa untuk belajar berjalan.“Tok Umilaaa ...” Fathiya bertepuk tangan menyambut Tirta agar segera menghampirinya. “Bukan mimi.”“Lydia belum datang, Ma?” tanya Lita yang baru saja memasuki ruang tengah setelah menyibukkan diri di dapur. Sementara Tirta, sejak tadi berada bersama Reno karena pria itu sendiri yang meminta. “Sudah jam segini. Mama sudah minum obat belum.”“Dah.” Fathiya menangkap tubuh Tirta yang berhenti di depannya. Namun, batita itu tidak mau diangkat dan dipangku karena lebih memilih kembali berjalan menyusuri ruang tengah. “Hari ni Lydia izin.”“Nggak ada penggantinya?” tanya Reno sambil mengambil mobil-mobilan aki yang dibelinya, lalu meletakkan di t

  • Bukan Cinderella   BC ~ 62

    “Sayangnya Ibuuu.” Lita mencium gemas pipi gembil putranya hingga berkali-kali, ketika akhirnya bertemu kembali. “Kamu nggak kangen sama Ibu, heemm.”Tirta hanya bisa terkekeh, ketika Lita menjatuhkan kecupan bertubi-tubi tanpa bisa melawan.“Ayahnya,” ujar Reno yang duduk bersila di samping Lita, setelah bersalaman dengan Fathiya dan Tiara yang duduk di sofa.Lita terkekeh setelah berhenti mencium putranya. Menatap Reno, sembari mendudukkan Tirta di pangkuannya dengan posisi yang nyaman. Belum sempat ia bicara, Tirta sudah lebih dulu berceletuk ketika melihat Reno.“Aban!”Reno buru-buru meraih tangan Tirta, kemudian menepukkan tangan mungil tersebut ke dada bayi pintar itu. “Ini Aban Tirta,” kata Reno lalu melepas tangan Tirta dan mengangkatnya ke pangkuan. “Ini Ayah.”“Aban.”“Ayah,” ujar Reno kembali meralat sambil menyapit gemas bibir mungil itu. “Pelan-pelan aja,” kata Tiara ikut merasa bahagia melihat binar ceria dari sorot mata Lita. Rasanya, satu beban yang ada di pundak Tia

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status