Ayu sudah mendapatkan info wanita selingkuhan suaminya. Hari itu, sengaja dirinya tak menemui suaminya. Ayu langsung pulang setelah bertanya banyak info pada Bu Indira.Siang ini, sangat terik. Suasana warung yang cukup sepi, hanya ada dua orang yang sedang duduk saling berhadapan."Sudah sampai mana hubunganmu? nampaknya malah kau yang keblinger? enak mana aku apa dia?""Cih! ha ha cuma aku manfaatkan saja, masalah enak atau tidak tergantung cara aku menikmatinya." Dua orang itu adalah Bram dan Tika. Mengapa mereka bisa saling kenal. Tika adalah suruhan Bram untuk menggoda Pras, dan menjadikan pria haus sex itu agar hancur bisnisnya. Bram ingin Ayu betul-betul sengsara seumur hidup. Dendamnya sudah diluar batas."Ingat! kau masih dalam genggamanku! bila kau berulah jangan harap ibu dan anakmu selamat!"Tika menatap Bram tajam, lelaki inilah yang dulu membuatnya sempat mabuk kepayang saat dirinya berjas keren, duduk di kursi yang basah, bahkan uang begitu gampang Tika raih dari lelak
Santi duduk di dalam mobil dengan gelisah. Kilatan matanya tak tenang."Kau ini kenapa Santi?""Entahlah Bu, aku teringat sama Kak Ayu. apakah dia baik-baik saja.""Aku sengaja tak kasih tahu kedatangan kita, aku akan buat kejutan untuknya." Desi pun melirik pada Tegar yang masih tertidur dalam duduknya dekat Santi.Perasaan Santi memang tak salah, satu jam berlalu, terjadi percekcokan dalam rumah tangga Ayu.Pras dalam keadaan emosi, terlebih lagi Ayu. terlihat barang-baramg sudah berserakan di lantai."Dengar ya, Mas! kau tak ada hal di rumah ini! karena ini rumahku! perselingkuhan mu sungguh menjijikkan! aku tak menyangka kau begitu haus sex! apa lagi perbuatanmu yang terekam CCTV sangat tidak punya etika.""Kau! kau yang membuatku seperti ini!""Kau hanya bisa menyalahkan wanita. nggak Desi ataupun aku! lelaki tak tahu terima kasih! betul tindakan Desi, lebih baik membuang lelaki macam kau!"Tangan Pras hendak menampar pipi istrinya, tapi urung dilakukannya.Dilihatnya wanita yang
Salah satu petugas yang ada di dalam kamar operasi pun keluar, dan memberitahukan keadaan Ayu pada Desi. wajahnya tampak serius, Ibu memandang Desi dengan cemas, ada apa?begitu juga Santi, erat dirinya memegang tangan ibu Ayu "Semoga Kak Ayu selamat ya Bu?""Iya, Dan. ibu takut kenapa-kenapa." Tak lama Desi mendekat pada dua wanita itu."Bagaimana Ayu , Nak Desi?!" tanya ibu cemas."Semua lancar Bu, bahkan dua bayi kembar dalam keadaan sehat tapi ....." Desi mengantung dan mencoba untuk tenang, karena hatinya yang gemuruh kencang."Ayu sedang dalam keadaan koma, dia mengalami pendarahan hebat, saat ini belum siuman dari obat biusnya.""Ya Allah, anakku, Ayu." ibu langsung terisak menangis, begitu juga Santi langsung memeluk sang ibu.Desi terdiam, dan duduk karena kakinya terasa lemas dan tak menyangka hal ini akan terjadi. ini karena beban pikiran akibat perbuatan Pras. brengsek juga lelaki itu. Desi menggerutu pada dirinya sendiri, juga pada mantan suaminya itu. "Aku akan menel
Wanita cantik yang berbola mata toska itu terus menatap lelaki jangkung yang kini bertubuh berisi. Parasnya tak berubah malah justru semakin tampan saja dengan porsi tubuh tinggi besarnya. Apalagi penampilan kemeja dan semua barang branded yang dia kenakan."Aku tak menyangka begini kelakuanmu Mas! nggak nyangka! kau semakin liar saja, aku pikir dalam hatimu hanya ada Ayu setelah aku!""Aku bisa jelaskan Des, aku –""Mau kau jelaskan pakai alasan apa lagi Mas! aku sangat kecewa, apa lagi tentang perusahaan, mengapa belum bayar pajak? mana pemasukan yang tinggi itu? mana royalti untuk karyawanmu?" Rentetan amarah Desi dilampiaskan saat itu juga.Pras terdiam, memang dirinya salah tak membayarkan kewajibannya. "Des akan aku jelaskan satu per satu.""Baik, pertama siapa wanita itu?!"Pras menarik napasnya dalam-dalam. Memandang mantan istrinya yang masih tetap cantik dan semakin tegas pada dirinya."Di-a .... apa ya?""Selingkuhan mu!?"Pras mengangguk pelan, matanya masih menatap Desi
Pras meringkuk tertidur di kursi depan kamar Ayu, ibu Ayu membiarkan menantunya dalam keadaan seperti itu, walaupun dirinya masih ada rasa kasihan pada menantunya ini, tapi rasa sebal masih juga menggelayuti nya."Ah, biar kau kedinginan, rasakan! itu kelakuanmu sendiri," ucapnya parau saat melihat Pras. Lalu ibunya pun masuk ke dalam kamar lagi.Dalam rumah besar nan mewah di sudut kata, jauh dari rumah sakit tersebut, telah terjadi sebuah peristiwa yang panas.Tika masih duduk di atas lelaki macho dan berbadan kekar tersebut."Masih mau lanjut kan? tanggung nih, satu goyangan lagi." Setelah berkata demikian, pantat Tika pun mulai bergoyang pelan, posisi duduk di sofa empuk itu membuat nyaman di lelaki yang sudah memegangi belakang pantat Tika."Kau memang hot, edan! ini sudah gol ke dua, ah .... rasanya kliyer-kliyer hemp," desah si lelaki sambil memejamkan matanya, menikmati goyangan Tika bak penari gemulai. Goyangan ulegan itu adalah andalan Tika. "Siap ...."Tak lama wanita berpi
Plak! Tamparan keras mendarat pada pipi kanan Pras, wajahnya memerah. Tika sudah marah, atas kata-kata ' akhiri saja hubungan ini'.Pasalnya kini Tika sudah dipecat dari pekerjaannya, hutangnya semakin tak bisa terbayarkan, hutang karena hobinya belanja on line dan kartu kreditnya yang sudah limit, walaupun dirinya dibelikan rumah oleh Pras, Ternyata rumah dan tanah tersebutpun dalam masalah. Semakin kalaplah Tika."Aku sudah rela memuaskan Bapak tanpa minta bayaran, Pak. Aku pikir akan hidup nyaman dengan tinggal di rumah mewah, tapi nyatanya kena tipu juga, rumah dalam masalah bank malah kau beli!" Tika sudah tak ada sopan santunnya lagi dalam berbicara."Memang aku tahu, kalau rumah itu ternyata masih bersangkutan dengan Bank! aku yang rugi bukan kau! kau hanya pemuas nafsuku tak lebih, dan karena masanya sudah berakhir, makanya aku sudahi saja semuanya."Tangan kanan Tika sudah akan menampar Pras kembali, tapi kali ini, Pras menahan tangan tersebut dan mendorongnya dengan kasar."
Kali ini sungguh sangat keterlaluan, wanita sundal yang Ayu maksud justru kini berada di rumahnya! dia menuntut pertanggung jawaban dari suami Ayu atas perbuatannya hingga dirinya hamil. Kenekadan Tika kali ini sudah diluar kendalinya, karena tuntutan ekonomi dan tumpulnya otaknya, dirinya terpaksa masuk dalam lingkaran yang seharusnya tak dilaluinya."Aku akan tes kehamilanmu apa benar itu anak dari suami aku!" Ayu dengan tenang dan tegas menghadapi wanita di depannya.Tika agak ngepet juga, saat dirinya meminta sejumlah uang untuk keperluan si jabang bayi."Baik aku akan ikuti kemauanmu, bila memang Pras tak mau mempertanggung jawabkan keteledorannya, aku menuntut biaya untuk bayi yang ada dalam kandunganku, memang benar dia adalah anak Mas Pras," ucap Tika dengan suara yang bergetar."Bila terbukti salah, kau akan aku tuntut mencemarkan nama baik suamiku, dan penjara adalah taruhamu. Kau masih mau lanjutkan masalah ini?!"Degh! Tika menelan Salivanya, busyet! nih orang memang tak m
Sejak peristiwa kematian Tika, tak ada lagi penganggu dalam rumah tangga Ayu. Hanya ada luka yang tak bisa disembuhkan, Ayu benar-benar tak mau didekati oleh suaminya. Ada yang tak bisa Ayu jelaskan pada Pras mengapa dirinya tak mau melayani Pras."Maafkan aku Mas, aku tahu, kalau aku salah, sebagai seorang istri tapi aku tak mau melayani dirimu Mas, Bolehkah aku mohon, agar Mas Pras mau memeriksa kan diri ke psikiater?""Apa! kau!"Prasetyo nampak kaget atas kalimat barusan dari Ayu. Ada rasa tersinggung pada jiwa Pras."Dengar ya, aku tahu, akulah yang bersalah. aku terlalu bodoh kala itu. tak menyadari kau begitu sangat terluka Ayu. maaf." Setelah berkata demikian Pras pergi meninggalkan Ayu dalam kamarnya sendirian. Pras mempunyai kamar tersendiri. Sedangkan kamar ibu berdekatan dengan Ayu, baby sitter pun tidur dalam kamar si kembar.Ayu tertunduk, feellingnya, Prasetyo akan langsung setuju untuk memeriksakan diri, tapi nyatanya, dia malah malah dan beberapa hari Pras tak bertegu
"Ayu! Tunggu!" teriak Desi mengejar sosok yang yang tampak memperhatikan kerumunan di jalan utama.Ayu langsung berhenti melangkah dan mencari sumber suara yang memanggilnya. Dilihatnya Desi setengah tergesa mendekatinya.Plak! Sebuah tamparan tiba-tiba mendarat di pipi Ayu. Wanita itu kaget atas perlakuan kurang ajar dari Desi."Kembalikan Tegar padaku!" cecarnya dengan emosi. "Dia sudah menjadi anakku, ingat aku punya surat adopsinya!"Ayu memandang sengit pada Desi, ia masih memegang pipinya yang terasa perih akibat tamparan dari Desi.'Kau! Apa kau tak malu, bodoh kok ngga sembuh-sembuh! Semua surat yang Mamimu buat itu palsu, tersebut surat adopsi Tegar! Dan semua itu tak ada gunanya lagi! Paham! Tegar tetap anakku, kau tak berhak atas semua tentang Tegar!" Ayu lebih garang, ia tak pedulikan beberapa orang sudah mulai mengerubunginya.Adu mulut dengan Desi menjadi tontonan gratis. Desi semakin kalap mendengar penuturan Ayu. Ia merasa dijatuhkan harga dirinya. Apa lagi sudah terbo
Mami sudah mulai ketar ketir, karena pemberangkatannya sepertinya akan bermasalah. Ia sudah siapkan beberapa surat penting dan beberapa kartu yang akan diperlukan nanti, tapi tiba-tiba ... "Ibu Suharti betul ? ikutlah bersama kami," Sebuah suara wanita berpakaian preman segera merangkul pundak Mami dengan cepat memborgol tangan Mami. Mami sudah tidak bisa berkutik lagi, Mami ditangkap petugas imigrasi. Sementara itu, beberapa petugas sudah mengerumuni sebuah mobil yang sudah ringsek. Beberapa warga yang kaget dengan suara letusan mirip senapan itu pun mencari sumber letusan. karena mereka pikir ada sebuah insiden di area pembuangan sampah terakhir ini. Tubuh Pras ditemukan sudah kaku, ada benturan keras di dada dan kepalanya, tak ada tanda kekerasan , sepertinya petugas menganggap pengemudi sedang mabuk dan keluar jalur masuk dalam kubangan jurang pembuangan. Evakuasi mobil cukup sulit karena banyaknya sampah dan penonton yang heboh pada peristiwa tersebut. *** Desi me
Mami pergi bersama Pras, kali ini benar-benar akan melakukan sesuatu yang semua orang tak menyangkalnya. Mami minta di antar ke beberapa perusahaan, Pras mengantar hingga usai. Kemudian mereka menuju sebuah kawasan elite, menuju sebuah rumah yang sudah mereka beri tanda.Sementara itu Budiman terus menguntit kemanapun mereka pergi, sasaran utama lelaki itu adalah koper yang ada di tangan Pras."Pras! Tunggu di sini, mami mau ambil sesuatu ingat! Jangan telat jemput mami lagi ke sini. Pergilah, jangan sampai mobil Desi diketahui seseorang."Pras mengangguk dan langsung meluncur lagi. Mami segera keluar mobil dan menggenakan masker dan sebuah rambut pasangan yang ia sediakan dalam tasnya. Lalu berjalan mengendap mendekati sebuah mobil mewah yang terparkir depan rumah bertingkat. Tak disangka Mami melakukan hal tersebut, yaitu memutus slang rem dari bawah mobil dan mengiris beberapa kabel otomatis! Pras kali ini pergi ke sebuah tempat yang cukup sepi ia akan menyimpan uang dalam koperny
Kasus ini semakin melebar, Singgih menjadi penasaran apa sebenarnya dibalik semua ini. Dengan cepat dirinya menelusuri keluarga Desi yang selama ini ia kenal sebatas kenal saja. Dari nama Ayahnya, ibunya hingga bisnis yang katanya berbasis utama ada di Swiss. Sempat kesulitan juga Singgih menemukan keterangan tentang mereka. "Rita, panggilkan Tommy ke sini, aku ada perlu dengannya." Singgih menyuruh Rita asistennya memanggil anak buahnya yang jago dalam mencari hal seperti ini.Tak lama terdengar pintu diketuk dari luar."Masuk!" Seru Singgih. Mereka pun kini terlibat dalam sebuah pembicaraan serius.***Tampak Santi terlihat melamun di atas balkon, dan didekati Ayu. Wanita itu menyentuh pundak Santi."Kenapa, San? Apa yang kau pikirkan?"Sedikit terkejut dan Santi berdiri dan langsung memeluk Ayu."Ada apa? " Ayu balas memeluk adik angkatnya ini."Aku tak tahu harus bagaimana kak, mau cerita tapi aku takut."Ayu tertegun dan langsung menyuruhnya duduk."Ada apa sebenarnya , Santi? A
Bab 72. Budiman menyalakan sebatang rokoknya di depan sebuah kios kecil di pinggir trotoar. Matanya terus saja mengawasi sebuah mobil mewah yang sudah melintas semenit yang lalu. Mengingat nomor plat tersebut dan langsung pergi dengan sepeda motornya.Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas siang. Kini saatnya ia harus laporan pada majikannya. Motor melaju ke arah jalan Halmahera, jalanan cukup ramai, tapi rumah megah di pinggir jalan raya itu mudah dicapainya dalam waktu dalam setengah jam saja."Bos, ada berita bagus nih, dan apa rencana sudah fiksi?" tanya Budiman di sebuah ponselnya.Tak lama dirinya turun dari sepeda motor dan membuka pagar yang masih terkunci dari dalam, dengan lihainya jarinya sudah bisa mencongkel grendel dari pagar besi itu. Memasukkan motornya dan menutup pintu pagar kembali.Lelaki itu sesaat mematikan rokok yang sudah tinggal beberapa centi saja, membuang sembarang pada taman yang sedikit tak terawat."Selamat pagi bos!" Suaranya lantang menyapa penghuni r
Malam ini Ayu sedang duduk di beranda teras menatap malam yang penuh bintang, walaupun badannya penat seharian bertamasya tapi dirinya tak bisa memejamkan matanya. Pikirannya melambung entah kemana."Sayang, kenapa?" tanya Singgih seraya memeluk istrinya dari belakang. Tercium bau segar sabun mandi dari tubuh suaminya. Ayu tersenyum dan mengelus bagian belakang suaminya yang sudah mencium tengkuk leher wanita ayu itu."Apa yang kau pikirkan?" Pertanyaan ulang Singgih lontarkan lagi.Ayu menggelengkan kepalanya, "tidak ada apa-apa, aku cukup bahagia, aku sedang menikmati tenang dan nyamannya malam ini. Udara malam ini dingin tapi menyejukkan," jawab Ayu. Singgih pun duduk menjejeri istrinya."Kau betah bukan? Tinggal di kawasan ini?"Ayu mengangguk pelan dan menyandarkan kepalanya di lengan suaminya."Ini impianku selama ini, ingin punya rumah di kawasan elite ini, dengan keluarga yang aku sayangi."Ayu masih terus tersenyum saat Singgih terus bercerita tentang rencana-rencana masa dep
Pras makan dengan tenang, tapi sekali suap bisa dua kepalan tangan masuk sekaligus ke dalam mulutnya. Tak perlu hitungan jam, dalam sepuluh menit, Lelaki itu sudah menghabiskan empat telor balado, lima perkedel kentang, lima potong ayam kremes dan satu bakul nasi, belum ditambah dua roti isi milik Desi yang belum sempat dimakannya.Mami cuma nyengir saja, melihat Desi menatap Pras dengan heran."Kau makan banyak sekali, jatahku pun kau makan!" tutur Desi sambil geleng-geleng kepala."Ya begitulah," jawab Mami."Mih, apa benar Pras sama sekali tak mengenalku?" Desi masih terus memandang mantan suaminya itu."Coba saja tanya padanya."Desi menyentuh pundak Pras pelan."Masih ingat denganku?" tanya Desi perlahan.Pras terdiam dan menatap Mami, "anaknya Nyonya kan?""Nyonya? Mih, dia panggil mami dengan sebutan Nyonya!" Desi kaget dan menutup mulutnya."Mih, ini benar-benar mencuci otak Pras seratus persen!" "Bila tak ada tindakan ini , ia akan kumat dan mengamuk, bahkan sering ia menya
Perjalanan dengan pesawat dari Swiss menuju Indonesia tak banyak kendala, bahkan paspor atas nama Prasetya pun tak bermasalah. "Kau jangan banyak cakap, diam saja, dan lakukan semua perintahku. Setelah sampai rumah, baru aku beri obat dari Dokter, aku tak ingin kau kesakitan lagi, paham? Jadi jangan banyak berulah. Kita tak lama, bila urusan selesai kita pulang lagi ke Swiss, di sini tak aman buatmu," kata Mami panjang lebar pada lelaki berkacamata minus di sampingnya. Tubuh kekarnya bak seorang bodyguard. Wajah melankolisnya tak pernah hilang, yang berbeda dari Pras, ia cenderung diam dan hanya mengangguk setiap perintah Mami. Matanya terus menatap ke depan. Roti isi yang disediakan oleh maskapai penerbangan sudah habis ludes di makan, begitu juga jatah punya Mami.Pras yang dulu sering kesakitan di bagian kepalanya, yang bila datang rasa sakit itu ia bisa berteriak dan menyakiti dirinya sendiri. Kini terlihat lebih tenang. Beberapa terapi susah ia jalani. Mami begitu menjaga Pras,
Ayu terdiam dan kaget melihat hancurnya pesta pernikahannya bersama Singgih. Lelaki itu masih terus memeluk pundaknya erat."Ini ada yang nggak suka dengan kita," desis Singgih geram. Ayu tahu siapa dalang semua ini, dan ia belum menceritakan pada Singgih."Aku harus membawa Santi pergi dari rumah itu." "Desi? Apa dia yang ...."Ayu menatap suaminya, "tapi ia tak tahu kita sudah resmi menikah, yang diinginkannya adalah menggagalkan semua ini."Suara Ayu sedikit bergetar, tahu sifat sahabatnya itu, apapun akan dia lakukan asal keinginannya tercapai, walaupun itu melukai orang lain."Masuklah, biar WO, yang membereskan semua ini. Mati kita rencanakan sesuatu yang lain."Ayu memandang singgih dengan tajam. Singgih tak pedulikan tatapan Ayu, dirinya segera mengalihkan pundak Ayu untuk segera mengikuti dirinya masuk ke kamar hotel.Dalam sebuah rumah yang mewah, Desi tertawa terbahak-bahak atas kemenangannya. Santi melihat Desi dengan marah."Aku tidak terima dengan tindakan ini, Bu. Wal