Beranda / Romansa / Bukan Calon Kakak Ipar / 108. Sesion 4 : 15. Gangguan Sebelum Halal

Share

108. Sesion 4 : 15. Gangguan Sebelum Halal

Penulis: Bai_Nara
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-19 18:15:49

Tin ... Tin. Sebuah mobil hampir menyerempetku saat aku tengah berjalan menuju kostku bersama Yaya.

Aku menunggu si pemilik keluar dengan menyilangkan kedua tangan hingga saling bertautan di dada. Ckckck. Mau cari gara-gara sama aku ni cewek. 

Bruk. Karina menutup pintu dengan keras lalu keluar dengan wajah pongahnya. Sepertinya dia tengah menunjukkan kelebihan dirinya, tubuh tinggi bak gitar spanyol dengan dua pinggul padat berisi dan dua aset yang tercetak jelas lewat blouse ketatnya. Belum lagi rok span selutut dengan belahan di kedua sisinya. Wajah berdempul nan glowing dengan bibir merah menantang untuk ditabok sama cobek. Hihihi ... khusus yang terakhir itu para emak-emak yang pengin nabok. Kalau cowok mah mungkin pikirannya lain.

"Ck ... kamu cuma kerja disini? Astaga. Kamu pakai pelet apa sampai Reihan mau nikah sama kamu?"

"Susuk minyak goreng yang nempel di muka Mbak. Soalnya habis masak," sahutku kalem. Yaya mencoba menutup mulutnya menden

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Bukan Calon Kakak Ipar   109. Sesion 4 : 16. Jauhi Keraguan

    Ting.Pintu butik terbuka, tampaklah sosok lelaki yang hampir satu jam aku tunggu."Reihan." Pekik Karina langsung berjalan ke arah Kulkas dengan mata berbinar.Sayang si Kulkas langsung menjauh dan justru berjalan ke arahku dan duduk di sampingku yang sudah memasang mode bad mood."Udah lama.""Dari jaman sebelum teori big bang muncul," ketusku.Dia cuma tersenyum, "Maaf."Aku memilih tak menanggapi, selain malas juga karena kedatangan pengganggu."Rei. Kamu kesini mau jemput aku ya. Bu Martha, Reihan itu .... ""Reihan kok lama banget sih? Itu calon istrinya nunggu hampir sejam loh," ucap Bu Martha sambil menunjukku.Kulirik ekspresi Karina yang tampak masam."Iya, habis ada operasi dadakan tadi Tante," jawab Kulkas."Bu Dokter tadi mau ngomong apa?" tanya Bu Martha pada Karina."Gak jadi," ketus Karina."Oh ya sudah. Tutik tolong bantu Bu Dokter dulu ya. Ibu mau ngurusi calon m

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-19
  • Bukan Calon Kakak Ipar   110. Sesion 4 : 17. Suami Istri

    "Bundaaaaa," teriak duo krucil seperti biasanya."Royya, Rael. Kok pada kesini?""Mau ikut nganterin Bunda.""Loh, maksudnya?""Atas perintah kakak tertua. Kita disuruh nganter Mbak Zaza pulang dengan selamat sampai Purbalingga," sahut Fino."Loh Fin, kamu gak kuliah?""Enggak makanya dapat tugas nganter Mbak Zaza, bareng duo krucil. Dan Fano juga Mbak. Kan Fano dapat jadwal praktek pagi, udah selesai ya santai," jawab Fino."Duh jadi ngerepotin padahal Mbak mau pesen grab aja ini.""Gak usah Mbak, orang ada Mas Reihan kok. Ya memang bukan Mas Reihan yang nganter sendiri soalnya sibuk dia. Dia baru bisa cuti mulai hari kamisnya," jawab Fano."Oh gitu.""Iyes," jawab mereka kompak."Ya udah yuk Mbak, kita berangkat," ajak Fino."Ayok."Selama perjalanan kami banyak bercanda, apalagi ada Royya yang cerewetnya minta ampun, ada saja yang dibicarakannya.Sesampainya di rumah Tant

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-19
  • Bukan Calon Kakak Ipar   111. Sesion 4 : 18. Wanita Penghuni Surga

    Aku menatap diriku di cermin, ya Allah. Kok bisa. Pengen nangis tapi semaleman udah nangis, pengen nyakar semalam udah aku cakar, pengen lagi. Tapi masih sakit. Huhuhuhu.DAN APA INI! Pekikku.Seluruh bagian tubuhku sudah penuh tanda merah terutama di bagian leher sampai pusar. Astaga. Ganas juga dia. Hadeh. Aku udah gak perawan ini. Hiks. Hiks. Mana diperkosa lagi eh .... Diperkosa bukan ya? Dipaksa. Iya dipaksa. Tapi kalau dipaksa kok malah dilanjutkan sampai ke ronde berikutnya lagi. Huhuhu. Tau ah aku bingung.Ceklek.Terlihat suami kulkasku tengah mengeringkan rambutnya dengan handuk. Dia tersenyum melihatku tapi aku menatapnya sadis."Mau ngaji kitab lagi? Ayok," ucapnya dengan seringai jahil.Aku mengambil bantal bermaksud menimpuknya namun karena tergesa-gesa justru aku malah jatuh terduduk di kasur."Aaawwww. Huhuhu. Sakit.""RANA!" pekik Kulkas. Dia langsung menghampiriku dan merebahkan tubuhku yang masih berbal

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-19
  • Bukan Calon Kakak Ipar   112. Sesion 4 : 19. Tujuan Hidupku, Kamu!

    POV ReihanFlashback"Kakak mau tanya apa?""Semuanya.""Ke-kenapa?"Aku menatap tajam, mengintimidasi seorang remaja putri berusia 15 tahun. Karena takut si remaja putri pun menunduk. Hingga setelah cukup lama berada dalam keheningan, remaja putri itu mampu mengeluarkan suara."Zahrana Maira Putri Salsabila namanya Kak. Asli Wonosobo. Merantau kesini sejak kelas 3 SD. Dia anak tunggal Kak. Kedua orangtuanya membuka usaha warung Lamongan yang mangkal di sekitar alun-alun kalau sore sampai malam. Kalau pagi bapaknya kerja di kantor pos.""Ehm ... Rana kehilangan mereka karena bapak dan ibunya menjadi korban tabrak lari waktu perjalanan pulang habis jualan.""Untuk menyambung hidup, Rana bantu-bantu di warung Bu Ijah tetangga kami.""Kemana keluarganya yang lain?" tanyaku."Kata Rana, kedua Mbah dari pihak orang tuanya sudah meninggal. Ibunya juga anak tunggal, kalau adik bapaknya jadi PNS tapi di Kalimantan katanya

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-19
  • Bukan Calon Kakak Ipar   113. Sesion 4 : 20. My Lovely Kulkas

    Aku duduk dengan gelisah karena menahan sakit dan perih. Duh, kenapa pada betah ngobrol sih? Perasaan sarapannya lima belas menit tapi ngobrolnya hampir satu jam. Pada gak tahu apa aku sudah gak tahan pengin rebahan."Reihan ke kamar dulu ya Om, Tante, Mbah. HP Reihan ketinggalan. Tadi temen Reihan katanya mau telepon.""Za temeni suami kamu!" perintah Om Heru."Iya Om." Aku segera berdiri dengan hati-hati kemudian melangkah dengan hati-hati pula, malah sedikit ngangkang. Ya ampun gak kece banget cara jalanku. Meski kuakui selama ini cara jalanku gak seanggun puteri Solo juga."Mbak Zaza ada yang beda ya Dim?" Damas mulai menjahiliku."Iya. Tapi apa ya yang beda?" sambung Dimas.Aku mengernyit bingung dengan omongan mereka."Udah jangan pada ganggu Mbak kalian." Tante Sarah pun ikut-ikutan tersenyum. Pada kenapa sih? Simbah Kakung dan Simbah Putri juga, senyam senyum kayak model iklan pasta gigi."Apa yang beda? Perasaan

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-19
  • Bukan Calon Kakak Ipar   114. Sesion 4 : 21. Si Bukan Mantan

    Hari ini sedang berlangsung resepsi pernikahan kami di Hotel Aston. Tamunya banyak sekali. Maklum mertua sama suami kenalannya banyak dan termasuk kenalanku juga sih. Aku bahkan tak menyangka para wali murid plus para siswa siswi baik yang masih sekolah dan sudah alumni pada datang."Capek.""Banget.""Pegel.""Huum.""Sama.""Untung Mas Reihan semalam gak ngajak aku ngaji," lirihku."Kan Mas tahu hari ini kita bakalan capek.""Emang. Masih banyak gak yah Mas tamunya?" Aku menyandarkan kepalaku pada bahunya dan menatapnya manja."Entah," ucapnya dengan seringai jahil pula.Aku tersenyum dan dia juga balas tersenyum. Terdengar suitan keras yang mengganggu keromantisan kami. Siapa lagi jika bukan dipelopori oleh kembaran Kulkas sendiri."Gak usah rese Roy," ucap Kulkas dingin."Cie ... cie ... kembaranku nikah juga akhirnya. Kamu ternyata normal ya Rei."Pletak."Mamah, sakit tahu,"

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-20
  • Bukan Calon Kakak Ipar   115. Sesion 4 : 22. Bukti Cinta Suami = Pahala Bagi Istri

    "Dekkkkk.""Dalem, Mas.""Handukku mana ya?""Di lemari paling bawah sebelah kiri.""Mana?"Ck. Aku menghentikan aktivitas mengoreksi hasil ulangan para anak didikku dan mengambilkan handuk buat Mas Reihan."Ini loh Mas." Aku menyerahkan handuk berwarna biru untuknya.Cengir, Mas Reihan cuma menampilkan lesung pipi kirinya."Gak usah sok manis gitu, aku udah kebal sama sifat slebormu. Dih, sok cool. Coba para ciwi-ciwi fans Mas Rei tahu, belum tentu pada suka mereka," gerutuku.Cup.Sebuah ciuman mendarat di pipi kananku. Blush. Merona deh pipiku.Cup.Pipi kanan kena kecupan lagi. Dan ... hap."Stop, belum mandi belum gosok gigi habis dari rumah sakit bawa banyak kuman. Mandi sana, hush ... hush." Aku mendorong tubuh Mas Rei menuju kamar mandi. Dan dia cuma tertawa saja lalu segera masuk ke kamar mandi.Aku menatap keadaan kamarku yang seperti kapal pecah. Ternyata dibalik kesempurnaan

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-20
  • Bukan Calon Kakak Ipar   116. Sesion 4 : 23. Mandul yang Sebenarnya

    "Masih konsultasi rupanya? Kasihan. Dasar mandul!"Aku menoleh ke seseorang yang mengataiku. Siapa lagi kalau bukan Karina dengan perut buncitnya."Kenapa? Bingung lihat aku disini? Kamu lupa ya suamiku rekan kerja kamu.""Aku ingat kok, cuma yang gak aku pahami. Ruangan suamimu di bagian obgyn bukan jantung," sindirku dengan tutur kata yang kubuat sehalus mungkin.Kulihat mukanya menahan kesal tapi masih berusaha jumawa berkat perut buncitnya."Kasihan Reihan, coba dia nikah sama aku. Udah punya anak dia. Kalian kan nikah hampir dua tahun. Aku aja yang baru mau satu tahun udah ada isinya. Sedang kamu hahaha ...."Aku memilih diam, karena sedikit banyak omongannya benar-benar membuatku tertohok."Lagian heran aku sama Reihan dan keluarganya. Daripada milih kamu yang yatim piatu mending milih aku. Opaku kaya raya, selevel sama keluarganya.""Aku juga heran, kamu yang cucu orang kaya kok bisa ya, Mas Rei sama sekali gak mandang k

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-20

Bab terbaru

  • Bukan Calon Kakak Ipar   133. Sesion 4 : 40. Epilog (Tamat)

    "Dek, maafin Mas ya. Mas khilaf. Janji ini yang terakhir khilafnya." Aku hanya bisa menghembuskan nafas. Dulu sekali Mas Rei juga bilangnya khilaf tapi ini malah khilaf lagi. "Dek, jangan marah ya. Senyum dong." "Buat apa marah Mas? Toh udah kejadian bukan?" sahutku sinis. "Iya juga sih. Tapi Mas seneng kok bisa khilaf terus." "Ck." Aku mencebik dan mencubit perutnya. Dasar. Mas Reihan hanya tertawa, sesekali mencium tanganku dan keningku. Bahkan aku yakin kalau gak ada orang, pasti dia sudah mengajakku adu bibir. Haish. Punya suami kok gini amat, untung aku cinta. Mungkin karena aku diam saja Mas Reihan kembali membujukku dengan kata-kata manis. "Iya, iya nanti Mas lebih hati-hati tapi khilafnya gak bakalan ilang, Sayang." Dia mengucap dengan seringai jahil. Dih, dasar! Aku memilih mengerucutkan bibir. Bodo amat kelihatan jelek. Salah sendiri tuh Kulkas jadiin aku istri. Jadi harus terima dong lahir batin kecantikan sama kejelekanku kalau lagi ngambek. "Udah jangan marah ya B

  • Bukan Calon Kakak Ipar   132. Sesion 4 : 39. Mr. Kulkas Itu Suamiku

    "Kalian gak bawa baby sitter?" tanya Joshua."Gak.""Gak kerepotan?""Enggaklah," jawab Mas Reihan cuek."Kalian kok bisa cuma punya ART sekaligus pengasuh bayi tanpa pakai jasa baby sitter sih?""Ya bisalah," ucap Mas Reihan."Kok Zaza bisa ya ngajar sekaligus bisa kasih ASI. Eksklusif lagi.""Istriku gitu loh.""Iya-iya yang istrinya paling cantik, paling pinter, paling ter-semua pokoknya.""Harus. Kan istri sendiri bukan istri orang lain.""Ck. Dasar Dokter Kulkas." Joshua mengumpati suamiku. Lalu dia bergegas mengikuti gadis cilik yang berlari hendak bermain dengan air.Aku hanya bisa menahan tawa melihat bagaimana interaksi suamiku dengan para sahabat sekaligus rekan kerjanya."Mimik muka suamimu loh Za, gak berubah. Bisa datar gitu. Kok kamu mau sih nikah sama dia.""Eh Bu Mila." Aku menyalami Bu Mila, salah satu istri dari rekan Mas Reihan. Dokter Siswo, spesialis jant

  • Bukan Calon Kakak Ipar   131. Sesion 4 : 38. Memaafkan

    Sepuluh hari aku dan Baby Twins di rumah sakit. Kini kami kembali ke Sokaraja dan disana aku dan Twins disambut oleh seluruh keluarga. Bahkan, Tante Raisa sekeluarga pun datang.Malamnya acara akikah kedua anakku diselenggarakan dengan meriah. Sebetulnya acara akikah standar, hanya saja malam ini semua keluargaku dan Mas Reihan datang jadi sangat ramai.Seperti biasa Royya dan Rael akan bertengkar. Kali ini mereka bertengkar memperebutkan siapa yang jadi saudara ketiga. Astaga.Acara akikah sudah selesai dari tadi tapi kami masih sibuk bercengkrama. Aku yang merasa lelah meminta ijin untuk ke kamar lebih dulu, tentu saja dengan diantar oleh Mas Reihan."Mas temeni yang lain aja. Rana gak papa sama Twins.""Oke. Tidur yang nyenyak ya Dek.""Iya."Mas Reihan mencium pipi Twins dan terakhir mencium keningku mesra."Tidur ya, Mas keluar dulu.""Oke."Aku merebahkan diri di samping si kembar. Kami memutuskan meme

  • Bukan Calon Kakak Ipar   130. Sesion 4 : 37. Reza dan Zahra

    "Mereka luar biasa Mas.""Iya. Sangat luar biasa."Aku dan Mas Reihan tengah menatap baby twins. Keduanya benar-benar luar biasa. Mereka adalah hadiah terindah bagi kami setelah tiga tahun penantian. Aku bersyukur, Allah memberi kami kepercayaan dua buah hati sekaligus. Mana kembar sepasang lagi.Cup.Aku menoleh ke arah Mas Reihan. Lalu mencubit perutnya."Mas!" bentakku sambil memelototinya. Dasar! Suka sekali cari kesempatan."Apa? Hem ...." Dia hanya tersenyum dan menatapku jahil. Bahkan tangannya sudah memainkan kerudungku dari tadi dan diputar-putarnya."Assalamu'alaikum.""Wa'alaikumsalam."Refleks Mas Reihan menghentikan aksi anehnya dan berdiri menyambut tamu yang datang."Zazaaaaa.""Yayaaaa."Yaya menuju ke ranjangku. Dia langsung memelukku dan aku balik memeluknya, heboh pokoknya. Aku menyambut uluran tangan semua rekan kerjaku yang datang."Wah ganteng dan cantik ya Za

  • Bukan Calon Kakak Ipar   129. Sesion 4 : 36. Kembali

    POV RanaAku terbangun di sebuah hamparan pasir yang indah. Kutatap sekelilingku. Pantai?Aku menoleh ke kiri dan ke kanan. Sepi. Kemana semua orang?Mana Mas Reihan? Dan ... kenapa perutku kempes? Dimana bayiku? Aku panik. Aku mencoba berlari mencari orang-orang tapi tak ada satupun yang kutemui. Hingga kulihat sebuah perahu di sana. Aku berlari menuju perahu yang masih berada di bibir pantai sepertinya mereka akan berlayar."Permisi ... permisi. Bolehkah sa-" Aku tertegun. Mataku berkaca-kaca. Aku segera berlari menyongsong kedua orang yang sangat kurindu."Ayah, Bunda, Rana kangen." Kedua orang tuaku memelukku. Lama kami berpelukan."Kalian mau kemana?""Berlayar," ucap Ayah."Boleh Rana ikut?""Boleh," kini Bunda yang menyahut.Aku menggenggam tangan Ayah dan Bunda di kanan kiriku. Aku bahagia sekali. Kami berjalan bergandengan tangan dan akan naik ke perahu. Ayah yang pertama naik, kemudian Ayah mengulurkan t

  • Bukan Calon Kakak Ipar   128. Sesion 4 : 35. Percobaan Penculikan

    Sudah tiga hari, Rana masih tak sadarkan diri. Menurut ahli obgyn, perut Rana mengalami benturan yang cukup keras. Namun tak membahayakan rahimnya. Aku masih ingat, bagaimana Rana berkutat dengan Karina yang ingin memukul perutnya saat itu. Berulangkali dia menghalangi tinju Karina. Ya Allah. Semoga Engkau membalas perlakuan Karina sesuai dengan tindakannya, amin.Pembersihan rahim juga sudah dilaksakan. Nindy bilang, tak ada masalah. Ketidaksadaran Rana diakibatkan kelelahan dan pasokan oksigen ke otak yang hampir saja berkurang.Selama tiga hari ini kondisi baby twins mulai stabil. Mereka sudah dipindahkan ke ruang anak. Bersyukur Aya dan Fiqa memiliki ASI yang melimpah. Riyyan dan Ela juga sudah berusia satu tahun dan sudah makan. Jadi, ibu mereka bisa mendonorkan ASI-nya untuk kedua anakku."Kondisi mereka sudah stabil." Mamah menghampiriku dan mengelus kedua pipi cucu kembarnya. Mamah habis melaksanakan sholat tahajud di masjid."Iy

  • Bukan Calon Kakak Ipar   127. Sesion 4 : 34. Tolong Bertahanlah

    "Dek ... Dek," panggilku.Rana tersenyum kearahku. Aku menggenggam tangannya dan sesekali menciumnya."Kamu bisa. Kamu bilang kamu ingin mereka selamat kan?"Dia mengangguk, dengan susah payah Rana menahan rasa sakitnya. Aku tahu pembukaan sudah sempurna hanya saja Rana mungkin sudah tak punya tenaga untuk mengejan. Sementara perjalanan kami masih lama."Eghhh ... huft ... egghhh ....""Dorong sayang, ingat Allah, ingat anak kita. Kamu mau mereka selamat kan? Ingat, surga kita ada pada mereka Sayang?"Rana menatapku dengan mata berkaca, entah kenapa aku seperti melihat pancaran semangat dalam matanya.Meski susah payah Rana berusaha mengejan dan aku mencoba membantunya. Rana terus mengejan hingga tangisan pertama keluar."Eaaaaa ...."Aku segera mengeluarkan bayiku, melepas bajuku dan kuselimuti bayi lelakiku."Mbak, pegang!""Oke."Setelah menyerahkan kepada rekan Elang, aku segera menyemangati Rana

  • Bukan Calon Kakak Ipar   126. Sesion 4 : 33. Menyelamatkanmu

    POV ReihanAku membaca chat dari Rana yang meminta ijin menjenguk Diva yang sedang sakit. Aku pun mengijinkannya.Hampir satu jam kemudian HP-ku berdering terus. Aku mengeceknya. Pak Yadi."Kenapa Pak?""Mas Rei, Mbak Zaza gak ada. Tadi saya disuruh beli apel sama Mbak Zaza. Eh pas balik mereka udah gak ada.""Oke. Kamu tetap tunggu disitu. Cari terus."Aku segera mematikan sambungan dan menghubungi Elang."El, tolong lacak Rana. Dia menghilang.""Oke."Aku segera mengambil kunci mobilku dan berpesan pada Suster Dira untuk meminta bantuan Dokter Joko menangani pasien-pasienku. Aku berlari menuju ke mobil. Entah kenapa firasatku tak enak."Iya El, bagaimana?""Mereka ke arah Baturaden. Aku sharelock lokasinya. Aku dan kawan-kawan menuju kesana."Aku segera memacu mobilku dengan kecepatan maksimal yang aku bisa. Kurang lebih tiga puluh menit aku sampai di sebuah vila. Aku parkir di tempat j

  • Bukan Calon Kakak Ipar   125. Sesion 4 : 32. Rahasia Karina

    Karina kembali mengelus perutku dengan penuh pemujaan sedangkan aku benar-benar ketakutan. Karina menatapku dengan seringai jahat.Bugh."Aw ...." Aku meringis karena Karina memukul perutku.Aku merintih menahan rasa sakit."Kak Karin jangan!""Hahahaha."Karina menatapku dengan tatapan penuh kebencian. Aku masih berusaha menahan rasa sakit."Kamu tahu, ibuku benar-benar wanita menjijikkan. Entah berapa pria yang pernah tidur sama dia. Sungguh menyebalkan." Karina menoleh ke arah Dinda. Kemudian dia mengelus pipi Dinda membuat Dinda ketakutan bahkan berusaha memalingkan wajahnya."Aku dan Dinda berasal dari rahim yang sama namun ayah berbeda. Dan yang menyebalkan, kami tak tahu siapa mereka.""Bukannya kakak, anak mendiang Dokter Wijaya?" cicit Dinda."Hahaha. Bukan! Sayangnya bukan! Kalau bukan karena otak cerdikku dan keinginan Ibu kita untuk lepas dari kemiskinan, tak mungkin aku bisa sampai disini."

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status