Share

Alasan Aira

Penulis: Syarlina
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-07 19:38:34

"Karena Jingga." Jawaban Bunda Ina tak lagi mengejutkan Xabiru. Ia yakin itu salah satu alasan terbesar Aira bersedia menikah dengannya.

"Tahu alasannya?" Bunda Ina masih saja tertarik membicarakan hal tersebut. Seolah memaksa Xabiru untuk tahu semua hal yang dirahasiakan Aira.

"Perlu, Bun?" tanya Xabiru seperti enggan ingin tahu. Namun ia bersikap sedatar mungkin tidak ingin menunjukkannya. Ia masih mencoba menghormati ibu yang telah merawat istrinya dengan baik. Meskipun ia tahu wanita di depannya ini tampak tak menyukainya dari awal bertemu.

"Harus! Kamu harus tahu bagaimana perasaannya dan apa yang dirahasiakannya. Jangan hanya mementingkan diri sendiri. Ini demi kelangsungan rumah tangga kalian. Jangan hanya menimpakan semua beban padanya. Dia juga berhak bahagia."

Xabiru terkejut. Ia bingung kenapa Bunda Ina seolah-olah tahu apa yang terjadi dalam rumah tangganya. Ia curiga kalau Aira banyak curhat pada Bunda Ina mengenai biduk rumah tangganya selama ini. Makanya Bunda Ina s
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Bukan Babysitter Biasa   Siapa Orang Tersebut?

    Aira mengangguk cepat mengiakan maksud ucapan Bunda Ina yang belum selesai terucap. Awalnya Bunda Ina senang karena Aira mendapatkan ibu mertua yang baik dan berjodoh dengan orang berada. Ia tenang, tidak akan mengkhawatirkan nasib Aira kedepannya. Apalagi sejak dikenalkan Aira pada keluarga Xabiru dan selama proses lamaran hingga pernikahan, Bu Laila menunjukkan diri sebagai sosok mertua yang baik dan penyayang. Namun berbeda saat melihat Xabiru. Bunda Ina merasakan sesuatu yang lain. Ia merasa Xabiru tidak mencintai Aira dan terpaksa saja menikahi Aira untuk memberikan ibu baru bagi anaknya. Itulah sebabnya sikapnya sangat ketus terhadap Xabiru. Sulit menunjukkan rasa suka pada orang yang tidak tulus menyukai anak asuhnya. ***"Iya, saya tahu. Aira memang sangat menyukai Jingga. Dia ibu terbaik untuknya," timpal Xabiru melihat Bunda Ina terdiam lama. Bunda Ina menoleh ke Xabiru. Lamunannya buyar seketika. "Saat anakmu meminta hal tersebut pada Aira, sebenarnya banyak pertimban

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-07
  • Bukan Babysitter Biasa   Keputusan Xabiru

    "Mas, ada apa?" Aira heran melihat Xabiru sering mencuri pandang padanya dari kaca spion, seperti ada yang ingin dikatakan suaminya tersebut tapi tak dilakukannya. Aira terpaksa duduk di jok kursi belakang menemani Jingg karena Jingga tertidur di dalam mobil. Kepalanya bertumpu di paha Aira. Mereka dalam perjalanan pulang ke rumah. Xabiru menggelengkan kepala. "Tidak apa." Laki-laki itu cuma menoleh sebentar lalu fokus kembali ke depan untuk menyetir. Kening Aira mengernyit mendengarnya. Sejak dari panti, sikap suaminya tersebut sedikit berubah. Lebih banyak diam dan tidak mengomentari perkataannya. Xabiru memang tidak banyak bicara, tapi kali ini lebih irit lagi dan bahkan tidak bicara apa pun setelah dari sana. Biasanya laki-laki itu selalu komplain dan berseberangan dengan apa yang dikatakan Aira. "Aneh," gumam Aira dalam hati. "Ada apa dengannya? Apa aku ada salah, ya?" Tangan Aira mengelus lembut rambut Jingga dengan pikiran tertuju ke Xabiru. Ia jadi menerka-nerka dengan si

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-07
  • Bukan Babysitter Biasa   secret admirer

    Xabiru menggeleng. Bawa saja! Aku juga akan mengambil punyaku.""Iya, tunggu!" Aira pergi berjalan menuju kamar tidur. Menuruti maunya Xabiru. "Kamu simpan disitu?" Xabiru terheran melihat Aira membuka koper pakaiannya dan mengambil lembaran surat perjanjian pernikahan mereka di dalam sana. Ia mengekor langkah Aira masuk ke kamar tak berselang lama setelah Aira duluan ke sana karena surat perjanjian miliknya disimpan di kamar juga. Aira tersenyum lebar menunjukkan barisan gigi rapinya. Ia tak menyangka ketahuan suaminya menyimpan di tempat tak terduga. "Iya. Menurutku di sini tempat yang aman. Mas pasti tidak akan bisa menemukannya apalagi berpikir sampai sini kan?" Kedua alis Aira dinaikannya dengan tersenyum puas. Xabiru menggelengkan kepala sambil berjalan menuju kotak brankasnya. "Dasar aneh," gumamnya lirih yakin tak kan sampai didengar Aira. Surat perjanjian miliknya disimpan di sana. "Sini!" pinta Xabiru melihat surat perjanjian milik Aira sudah berada di tangan istrinya te

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-07
  • Bukan Babysitter Biasa   Cemburu Buta

    "Siapa Mas?" Belum sempat Aira meraih surat tersebut dari tangan Xabiru, laki-laki itu sudah menggenggam erat, dan menjauhkannya dari Aira. "Nggak ada. Nggak penting. Cuma ngasih tahu apa isinya. Hijab kan," jawab Xabiru berbohong dan memasukkan selembar surat tersebut ke dalam saku celana. Dia tidak ingin Aira membacanya. "Hah, masa?" Aira ragu untuk mempercayai. Ia merasa isi surat tersebut tidak sama dengan apa yang barusan disampaikan suaminya. "Iya, kamu nggak percaya sama aku? Lagian ini dari siapa? Namanya Dodi. Kok nggak kenal?" Xabiru mencoba mengalihkan. Ia sendiri bingung memikirkan siapa yang mengaku secret admirer-nya Aira. Mengaku pengagum rahasia tapi menyebutkan nama dan alamat lengkap pengirim. Itu hal menggelikan buat Xabiru. Aira menggeleng. "Nggak kenal. Aku nggak punya kenalan dengan nama dan alamat tersebut. Itu ada nomor teleponnya, coba aja dicek, Mas," pinta Aira menyarankan. Ia takut suaminya berpikiran tidak-tidak padanya. Aira benar, pikir Xabiru. Namu

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-08
  • Bukan Babysitter Biasa   Menyelesaikan Masalah

    Xabiru masuk kembali ke dalam kamar setelah menetralisir perasaannya yang dicurigai Aira. Perasaan cemburu yang tiba-tiba menyelami hatinya setelah menerima paket untuk Aira. Ia merasa tak rela ada laki-laki lain yang menyukai istrinya tersebut. Ingin mengungkapkan perasaannya, tapi malu. Berharap Aira memang tidak akan mengenakan hijab pemberian orang tak dikenal tersebut. Ia jadi berinisiatif akan membelikan hijab yang baru untuk menggantikan hijab pemberian pengagum rahasia istrinya itu. Apa lagi selama menikah belum memberikan hadiah apa pun untuk Aira. Xabiru merebahkan badannya di kasur tanpa menyapa Aira yang duduk di sofa. Tampak tangan Aira meremas hijab yang bertumpuk di pangkuannya. Ekor wanita tersebut melirik sebentar ke Xabiru karena ada yang ingin ditanyakan. Namun ragu untuk mengungkapkannya. "Mas, sudah tidur?" Aira mencoba memanggil Xabiru, memastikan suaminya itu sudah tidur atau masih terjaga. Itu karena dia tidak bisa melihat kedua mata Xabiru yang terhalang t

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-09
  • Bukan Babysitter Biasa   rencana licik

    Di tempat terpisah Kesya tersentak saat Jasmin datang ke apartemennya pagi-pagi dan langsung melemparkan lembaran foto-foto hasil jepretan orang suruhannya ke atas meja makan. Yaitu foto-foto Xabiru dan Aira yang sengaja diminta Jasmin untuk dimata-matai kedua pasangan suami-istri tersebut demi mengetahui perkembangan hubungan keduanya. Kesya yang baru saja menyantap sarapan paginya, dengan santai mengambil satu foto yang berada di dekatnya. Sebenarnya ia kesal dan marah dengan tindakan Jasmin yang semena-mena padanya, tapi ditahannya kuat emosi yang sudah naik ke ubun-ubun. Belum saatnya menunjukkan taring di hadapan wanita yang selalu merendahkannya saat marah dan memujanya saat senang. "Ada apa lagi?" tanya Kesya sembari menatap lekat foto Aira dan Xabiru. Tampak di sana, Xabiru tertawa lepas sambil menggandeng tangan Aira. Pemandangan yang tak pernah dilakukan Xabiru pada Jasmin. Selama menjalin hubungan dengan laki-laki itu, sikap Xabiru selalu dingin. Kalaupun tersenyum, itu h

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-09
  • Bukan Babysitter Biasa   Pertemuan yang Disengaja

    "Aduh, maaf. Maaf ya, saya tak sengaja." Aira meminta maaf berulang kali saat menabrak seseorang. Kepalanya tertunduk ke bawah hingga dia tak mengenali sosok yang bertabrakan dengannya. Aira fokus membereskan barang yang terjatuh. "Tidak apa. Aku pun tak sengaja. Kita sama-sama tak sengaja kok," jawab laki-laki yang melempar senyum semringah saat kedua bola matanya bersirobok dengan wanita yang berada di depannya. "Kamu …."Aira terkejut karena ternyata yang bertabrakan dengannya adalah laki-laki yang pernah ditemuinya di pesta salah satu rekan Xabiru. Ia masih ingat, namanya Ruli. "Hai," balas Ruli masih tak lepas dari senyumnya. Dia senang bisa bertemu dengan Aira. Bukan ketidaksengajaan, tapi memang disengaja karena ia mendapatkan informasi kalau Aira sedang berada di minimarket tak jauh dari rumahnya. Ia ingin sekali bertemu dengan Aira. Sebab itu segera tancap gas mendatanginya. "Kok bisa ada di sini?" tanya Aira sedikit canggung bertemu kembali dengan Ruli. Bingung juga kenap

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-10
  • Bukan Babysitter Biasa   Tawaran Kerja Sama

    Perut Aira mual dan dia ingin sekali muntah. Tangannya menutup mulut menahan agar yang di dalam perut tak keluar. "Kamu kenapa?" Ruli tampak cemas. Tangannya ingin sekali menyentuh bahu Aira tapi dia ingat hal tersebut tak boleh dilakukannya. Aira menggeleng. "Aku duluan ya," ucap Aira ingin beranjak pergi. Rasanya sudah tidak kuat. Entah apa penyebabnya. Sepertinya bau dari minuman Ruli menyengat penciumannya."Tunggu! Aku punya hijab, mungkin bisa kamu kenakan dulu." Ruli dengan cepat berlari ke mobilnya untuk mengambil benda tersebut. Aira yang menolak tak sempat mencegah karena Ruli sudah berlalu pergi. "Astaga, ini kenapa sih? Kok bisa begini," keluh Aira dalam hati sembari melangkah pelan. Tangannya tak henti mengelap bekas minuman di hijabnya setelah mampu menahan gejolak di perut. Meskipun sebenarnya itu sia-sia saja karena tak mungkin bisa kering dalam sekejap. "Tunggu! Kenapa main pergi, ini!" Langkah Aira terhenti. Panggilan Ruli memaksanya menoleh ke arah laki-laki te

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-10

Bab terbaru

  • Bukan Babysitter Biasa   Akhir Kisah Ini

    "Mas, kopinya." Aira masuk ke kamar membawakan secangkir kopi untuk Xabiru. "Terima kasih ya, maaf merepotkan." Segera meraih cangkir tersebut dari tangan Aira. "Masih sibuk, Mas?" Aira mengamati suaminya yang masih fokus ke layar laptop. Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Hubungan keduanya makin baik pasca kecelakaan yang menimpa Xabiru. Sesuai dengan janji yang disepakati, Xabiru ingin memulai hubungan layaknya suami-istri pada umumnya. Surat perjanjiannya bersama Aira sudah dimusnahkannya. "Iya, banyak yang harus diselesaikan, besok ada meeting." Xabiru menjawab tanpa menoleh ke Aira. Ia terlalu fokus ke layar laptop. "Oh, tapi besok sidang 'kan, Mas? Mas nggak datang?" Aira mencoba mengingatkan. Xabiru menoleh sebentar. "Datang, kok. Masih bisa. Meetingnya sore. Kalau pun sidangnya lama, biar Pak Burhan saja yang urus."Aira manggut-manggut mendengarkan."Menurut Mas, gimana? Apa Mbak Jasmin bakal di penjara atau?" Aira membuka obrolan tentang sidang Jasmin yang a

  • Bukan Babysitter Biasa   Orang di Balik Kecelakaan

    Semalaman Aira dan Bu Laila di rumah sakit menjaga keadaan Xabiru. Sebenarnya Bu Laila tak tega pada Aira karena menantunya itu dalam keadaan hamil muda. Kesehatannya juga tak baik. Bu Laila sempat meminta Aira untuk pulang saja, tapi Aira menolak. Ia ingin menemani suaminya sampai sadar. Pulang tak kan membuat perasaannya tenang. Justru membuatnya tak bisa tidur dan kepikiran terus. ***"Ra, Aira," lirih Xabiru memanggil istrinya. Ingin mengusap kepala Aira, tapi tak bisa. Tenaganya tak kuat. Ia merasa sangat lemah. Saat matanya mengerjap, orang yang pertama dilihatnya adalah Aira yang duduk tertidur sambil merebahkan kepalanya di ranjang yang ditempatinya. Ia merasa bersalah. "Ra.""Mas! Kamu sudah sadar? Ada yang sakit? Tunggu! Biar Aira panggilkan dokter dulu." Aira terkesiap melihat Xabiru yang telah sadarkan diri. Aira bangkit dari duduknya dan tampak kebingungan. Namun ia akhirnya ingat harus memanggil dokter segera. Xabiru tersenyum tipis seraya menggelengkan kepala. Meno

  • Bukan Babysitter Biasa   Penyesalan Aira

    Pantas saja perasaan Aira tak enak sejak kepergian suaminya. Ia merasa ada sesuatu yang mengganjal, tapi tak tahu apa itu, ternyata Mas Xabiru. Suaminya itu mengalami kecelakaan. Bergegas Aira menyiapkan diri untuk pergi ke rumah sakit. Ia berganti pakaian dulu, baru setelah itu mengambil beberapa baju buat suaminya. Ia tak tahu seberapa parah keadaan Xabiru, tapi pasti akan membutuhkan beberapa lembar pakaian ganti untuk berada di sana. Ia berharap, suaminya tidak apa-apa. Hanya luka ringan saja. Aira masuk ke dalam kamar putrinya, Jingga. Memeriksa keadaan putrinya itu sebelum ditinggal pergi. Nanti ada Bi Siti yang akan menemani Jingga sementara ia pergi ke rumah sakit. Jingga tertidur pulas. Rasanya enggan kalau membangunkan anaknya itu apalagi memberitahukan keadaan ayahnya. Memang lebih baik, Jingga tak perlu tahu dulu dan tetap berada di rumah. Hampir setengah jam Aira menunggu, baru Mang Diman dan Bi Siti tiba di rumahnya. Bergegas Aira menghampiri dengan setengah ber

  • Bukan Babysitter Biasa   Kecelakaan

    "Nikahi aku, Mas. Jadi kedua pun tak masalah asal bisa bersamamu." Jasmin tampak pasrah. Apa pun akan dilakukannya meskipun harus tersakiti. Xabiru menghela napasnya. Terasa berat memenuhi keinginan wanita di sampingnya ini. "Aku tak bisa, Jas. Aku sudah membuat keputusan untuk menjalankan pernikahanku bersama Aira. Apalagi sekarang dia sedang mengandung anakku."Brug! Xabiru tersentak kaget mendapati serangan tak terduga. Jasmin memukulkan bantal sofa ke arahnya. Wanita itu kesal karena Xabiru tak bisa menepati janjinya. Katanya dulu tidak akan tergoda atau meniduri istrinya, tapi sekarang, wanita itu malah hamil juga. "Dasar lelaki! Omongannya tidak bisa dipercaya!""Ya, memang laki-laki itu egois. Seperti yang dulu kulakukan padamu. Aku tahu kamu menyukaiku, Jas. Namun sayangnya aku lebih menyukai kakakmu."Jasmin mendelik tak suka. Kembali bantal di tangannya, dihantamkan ke tubuh Xabiru. "Sudah, Jas. Hentikan!" Xabiru meminta Jasmin berhenti, karena rasanya tak enak dipuku

  • Bukan Babysitter Biasa   Dibohongi, dipaksa Menikahinya

    Xabiru akhirnya pergi. Terpaksa karena ia pikir ini adalah kesempatan terakhirnya bertemu Jasmin. Ia ingin memperbaiki semuanya. Ingin juga mengakhiri dengan benar hubungan mereka yang sempat terjalin meskipun ia telah menikah. Ia ingin membatalkan janjinya untuk menikahi wanita tersebut. meski terdengar egois, tapi itu adalah jalan terbaik. Daripada tetap bersama dengan perasaan yang telah berubah. Bagaimanapun juga Xabiru sadar ia telah mencintai Aira, bukan Jasmin. Bahkan nama wanita tersebut sulit untuk ia masukkan ke dalam hatinya. ***Xabiru sekarang sudah berada di depan pintu unit apartemen Jasmin. Ia menunggu dibukakan pintu oleh wanita tersebut. "Masuk, Mas." Pintu tiba-tiba terbuka dengan sendirinya tanpa terlihat sosok Jasmin di depan pintu. Hanya suaranya yang terdengar mempersilakan masuk. Xabiru sedikit heran tapi dia tetap masuk ke dalam. Baru berjalan beberapa langkah, Tiba-tiba dia tersentak kaget mendengar pintu apartemen tertutup. Ia berbalik dan melihat Jasmi

  • Bukan Babysitter Biasa   Terpaksa Menemui Seseorang

    Xabiru tertegun membaca pesan yang baru saja dikirim Jasmin. Dia baru tahu kalau Jasmin ingin pergi keluar negeri, tapi dalam rangka apa? Setahu Xabiru, tidak ada kunjungan ke luar negeri dari kantor dan kalaupun urusan pribadi, kenapa terkesan mendadak? "Mas.""Mas Xabiru." "Mas ....""Ya, a--apa?" jawab Xabiru tergagap baru tersadar karena panggilan Aira. Ia sedang memikirkan Jasmin. "Mas kenapa? Dari tadi kupanggil nggak jawab. Mas kayak mikirin sesuatu." Aira heran dan mulai berpikir negatif kalau suaminya tersebut tidak begitu senang dengan kehamilannya ini. Xabiru seperti banyak pikiran. Banyak termenung sedari tadi diperhatikannya. Wanita itu ingat kalau Xabiru berharap pernikahan mereka hanya berumur setahun dan akan segera berpisah secepatnya. apa itu pemicunya? apa suaminya kebingungan untuk mengakhiri semuanya setelah tahu ia hamil? "Tidak. Tidak apa," jawab Xabiru datar. Menambah kepiluan hati Aira. "Kalau begitu, habiskan makanan Mas, biar secepatnya kubereskan." Ai

  • Bukan Babysitter Biasa   Kabar Kepergian Jasmin

    Yusi menggeleng lemah. "Maaf, Bu, saya tidak tahu.""Hm … apa Ibu perlu sesuatu? Apa Ibu mau minum? Biar saya ambilkan." Dengan takut-takut Yusi menawarkannya. Ia merasa tak enak pada majikannya tersebut karena perintah untuk menahan Jasmin tak mampu dilakukannya. Jangankan untuk menahan, bertanya Jasmin mau kemana saja tak mampu keluar dari mulutnya. Ia sudah gemetaran saat melihat raut wajah tak bersahabat yang ditunjukkan Jasmin padanya saat keluar dari kamarnya. Bu Mita menggeleng. "Saya mau ke kamar saja." Wanita tersebut mengubah posisi rebahan menjadi duduk. Lalu kemudian beranjak bangun ingin menuju ke kamar. Bu Mita merasa perlu istirahat sebentar karena kepalanya sungguh terasa pusing. Entah tensinya naik mendengar kelakuan Jasmin atau kondisi badannya yang memang sejak kemarin sudah tidak sehat. "Baik, Bu."***"Tunggu, Bu! Jangan masuk!" Lola–sekretaris Xabiru melonjak terkejut dari tempat duduknya melihat Jasmin tiba-tiba berjalan menuju ruangan atasannya–Xabiru dengan

  • Bukan Babysitter Biasa   Amukan Jasmin

    "Aaargh!" Jasmin mengamuk kembali. Kamarnya seperti kapal pecah hingga kalau ada yang masuk ke dalamnya, harus hati-hati melangkah karena banyak serpihan kaca pecah berserakan di lantai. Yusi dan Anggi saling tatap kala mendengar suara keributan dari lantai atas rumah Bu Mita. "Non Jasmin kenapa lagi, Mbak Yus? Aku takut ke atas," ujar Anggi seraya menatap ke atas tangga yang menghubungkan lantai atas dan bawah. Dadanya berdegup kencang seiring terdengar suara benda-benda berbunyi tak enak di telinganya. Apalagi saat ini Bu Mita–majikannya lagi di luar, tidak ada di rumah. "Huuussst! Kalau nggak penting, nggak usah ke atas. Kamu nyari mati kalau pergi ke sana terus masuk ke kamarnya Non Jasmin. Itu sama saja seperti masuk ke kandang harimau. Seram," balas Yusi sambil bergidik ngeri membayangkannya. "Mbak enak sudah terbiasa karena sudah lama tinggal di sini. Lah, saya baru hitungan bulan sudah spot jantung saja tiap dengar suara prang-prang kedubrak dari kamar Non Jasmin." Anggi y

  • Bukan Babysitter Biasa   Rasa Bahagia Aira dan Kemarahan Jasmin

    "Aira, kamu baik-baik saja?" Bu Laila datang menghampiri menantunya dengan raut khawatir. Wanita paruh baya tersebut memeluk Aira dengan erat. "Nggak papa kok, Bu. Aira baik-baik saja." Senyum terulas di bibir pucat Aira setelah mengurai pelukan mertuanya. Dia senang diperhatikan mertuanya. "Nenek, kata Ayah, Bunda punya dede bayi, loh di perutnya. Jingga katanya bakal jadi kakak, Jingga senang dengarnya." Jingga berceloteh menghampiri Bu Laila sembari memeluknya. "Iya, Jingga bakal jadi kakak. Nanti harus sayang ya sama dedenya, nggak boleh marah atau bertengkar." Bu Laila menasihati seraya mencubit pelan pipi Jingga. Lalu mengusap pucuk kepalanya. Gadis kecil tersebut mengiakan dengan anggukkan kepala. Senyum lebar menghiasi wajahnya. Ia kesenangan. Tak sabar menunggu adiknya lahir. "Tapi Jingga jangan ganggu Bunda ya? Bunda lagi sakit.""Iya, Nek. Kata Ayah, Jingga nggak boleh minta ini minta itu sama Bunda. Harus ambil sendiri. Harus kerjakan sendiri. Jangan nyusahin Bunda,"

DMCA.com Protection Status