Share

Brondong Manja

Penulis: Laradin
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-07 20:13:18

"Mama pulang dulu ya mumpung ada Batara buat bantuin kamu di sini, nanti siang ke sini lagi. Kalau ada apa-apa kabarin mama awas aja," ucap Yunita sebelum wanita itu pulang.

"Iya, Ma. Mama istirahat jangan kecapean. Geino biar aku yang jagain," jawab Syaila.

Yunita kemudian pulang di temani supir pribadi keluarganya.

Beberapa saat setelah Yunita pulang, tiba-tiba Syaila melihat wajah Batara berubah muram. Memandanginya dengan kesal dari sofa.

Batara datang pagi-pagi sekali ke rumah sakit. Katanya ia tahu Geino masuk ke rumah sakit dari Mamang yang biasa membersikan kebun di rumah Syaila. Sebab Syaila lupa mengabari Batara.

"Kok mukanya gitu? Kenapa?" tanya Syaila mengambil duduk di samping Batara. Namun seperti seorang anak yang sedang merajuk, pria itu malah menggeser duduknya agar tidak terlalu dekat dengan Syaila. Kening Syaila berkedut kebingungan.

"Saya kesel sama kamu," katanya.

"Kok kesel? Aku ada buat salah?" Suara rendah Syaila kembali mengudara. Ia takut Geino terganggu tidu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Bucin berujung Sengsara   Kepicikan Azka

    "Ada apa ini? Wah siapa yang berbaik hati bagi-bagiin makanan diakhir bulan begini?""Ngerti aja ni kalau gue dah gak punya duit buat beli makanan enak.""Udah kaya acara ulang tahun banyak bunga dimana-mana.""Apa Bu Syaila ulang tahun, ya?""Eh tapi kenapa malah mantan suaminya yang repot-repot bikin acara? Bukannya mereka jadi musuh bubuyutan ya?"Begitulah kira-kira tanggapan para staff Syaila saat melihat banyak makanan yang menggiurkan mata bebas mereka ambil sesuka hati.Suasana kantor Syaila pagi sekali sudah diramaikan dengan kedatangan Azka yang membagikan makanan untuk sarapan kesetiap staff Syaila. Bunga-bunga segar dipajang di setiap penjuru kantor. Bermekaran seperti suasan hati Azka.Semuanya nampak senang, menikmati makanan yang disiapkan Azka."Sya, lu bikin acara?" Nadira yang kebetulan bertemu Syaila di lobi nampak heran saat masuk, melihat para staff kantor membawa banyak makanan. Matanya berkeliaran, mengernyit heran sebab banyak sekali bunga yang di taruh di seti

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-17
  • Bucin berujung Sengsara   Bantuan Geino

    Seperti yang kemarin Azka katakan, pria itu benar datang ke rumah Syaila. Entah apa tujuannya, tapi dia bilang ingin mengajak Geino jalan-jalan keluar mumpung hari libur.Syaila cukup ragu sebenarnya, mengingat perkataan Azka ingin menggugat hak asuh anak. Bukankah ada kemungkinan Azka akan merayu Geino untuk tinggal bersamanya. Tapi walau begitu, Yunita terus meyakinkannya, bahwa Azka berhak juga atas Geino. Dengan berat hati Syaila mengizinkan."Pulangnya jangan kemaleman, jangan makan makanan cepat saji. Geino masih dalam pemulihan," ucap Syaila dingin.Disampingnya Geino melirik sekilas sang ibu. Ia merasa tidak enak jika harus pergi bersama papanya. Tapi di sisi lain, anak itu juga merindukan sang papa karena sudah lama tidak bertemu."Kamu tenang aja, aku tau apa yang terbaik buat Geino. Aku ini papanya kalau kamu lupa." Azka tersenyum meyakinkan."Ayo, No. Keburu siang. Papa ada kejutan loh buat kamu. Pasti kamu suka!" ajak Azka antusias.Dengan ragu Geino berpamitan pada mama

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-17
  • Bucin berujung Sengsara   Batara vs Azka

    "Azka masih ngirim kamu makanan kaya gini setiap hari?" Batara melempar kotak bekal yang Azka berikan hingga isi berceceran kemana-mana. Ruangan Syaila seketika menjadi berantakan dan bau minyak daging yang menguar dari makanan itu."Bar, ini kan bisa kita omongin baik-baik. Kamu jangan marah dulu." Syaila cukup terkejut dengan kemarahan Batara yang sebelum-sebelumnya tidak pernah pria itu tunjukan secara langsung di depan Syaila.Ia mengerti, Batara pasti sangat marah pada Azka yang tidak mau berhenti mengirimkan makanan untuk dirinya walaupun sudah diperingati. Batara merasa harga dirinya diremehkan. Syaila sudah menceritakan semua ini kepada Batara. Termasuk mantan suaminya yang sering menjemput Geino setelah lima hari lalu Azka mengajak Geino jalan-jalan. Tentu Batara tidak diam saja. Puluhan peringatan ia tembakan kepada mantan suami kekasihnya itu. Tapi sayang, sepertinya Azka memang tidak menyayangi nyawanya sendiri.Azka dengan terang-terangan melawan Batara. Tidak, Batara ti

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-17
  • Bucin berujung Sengsara   Hantaman Keras

    "Ini Batara kok gak sampe-sampe ya, Nad?"Yang ditanya mengangkat bahunya. "Ya mana gue tau. Coba lo telepon deh, siapa tahu langsung pulang. Atau macet," ucap Nadira.Syaila menuruti perkataan sahabatnya itu, namun Batara tidak mengangkat teleponnya.Meetingnya sudah berakhir sejak 15 menit lalu. Seharunya kekasihnya itu sudah datang sebelum meeting Syaila berakhir."Gak diangkat," eluh Syaila."Macet kali. Tunggu aja 15 menit lagi. Kalau gak ada lo susul."Sembari menunggu Nadira menyelesaikan laporan tentang meeting tadi, Syaila menikmati segelas kopinya. Ia juga menghubungi mamanya, menanyakan apakah Geino sudah di rumah. Dan jawaban sang mama malah menambah rasa cemasnya. Mereka belum sampai rumah.Syaila melongok jam tangannya, sudah 20 menit ia menunggu. Batara tidak kunjung datang juga."Nad, gue harus susul Batara deh. Kaya ada yang gak beres." Wanita itu berdiri dari duduknya.Nadira yang tengah sibuk menata arsip hanya melongok sekilas. "Sip sip. Hati-hati di jalan ya. Jang

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-22
  • Bucin berujung Sengsara   Brondong Ngambek

    Setelah aksi Batara memukul Azka, pria itu tidak menghubungi Syaila. Bukankah yang seharusnya marah itu Syaila? Beginilah jika memilik kekasih brondong. Prilakunya sangat ke kanak-kanakan.Wanita itu menghela napas panjang. Seharian tidak beraktivitas membuatnya merasa bosan. Hanya berguling-guling tidak sejas di sofa. Geino kemarin pergi ke rumah Azka, malamnya dia meminta izin untuk menginap di sana. Walau tidak rela, ia membiarkan putranya pergi. Apalagi Azka baru keluar dari rumah sakit karena ulah Batara. Mamanya pergi kontrol, beberapa hari ini katanya sering merasakan sakit di bagian dada. Syaila tidak ikut bersama mamanya sebab ia dilarang keras. Yunita menyuruh Syaila untuk tetap di rumah dan beristirahat."Ini beneran Batara ngambek sama gue?" Syaila kembali memeriksa ponselnya. Nihil, tidak ada satu pesan pun yang ia terima dari kekasihnya itu. Padahal biasanya puluhan chat dia kirim, entah itu hanya menanyakan hal tidak penting atau melarang Syaila untuk tidak membawa mob

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-07
  • Bucin berujung Sengsara   Masalah kecil

    Keduanya kini sudah duduk saling berhadapan di meja makan rumah Batara. Syaila pikir sebuah panggilan tidak akan menjadi suatu masalah besar karena menurutnya hal itu bisa dibicarakan nanti dan akan terbiasa seiring berjalannya waktu. Namun memiliki hubungan dengan pria brondong rupanya hal kecil pun bisa menjadi masalah yang serius. Maklum belum berpengalaman. Syaila memahaminya.Syaila sudah menyiapkan bubur instan untuk Batara. Ia tahu buah saja tidak akan mengenyangkan perut luas Batara. Kening pria itu masih tertempel penurun panas, dengan segala kekesalan yang menumpuk di dadanya, Batara terpaksa harus menghabiskan bubur tidak ada rasa itu dengan penuh perjuangan.Mulut Batara sudah gatal ingin mengomel, menuntaskan masalah panggilan yang selalu Syaila remehkan. Ia tahu dirinya lebih muda dari Syaila, tapi bukan berarti Syaila harus terus memanggilnya dengan sebutan nama bukan? Itu tidak menggambarkan suatu hubungan yang spesial diantara mereka!"Sekarang kamu bisa protes?" Sya

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-07
  • Bucin berujung Sengsara   Si Paling Salting Brutal

    Hari ini hari yang sangat cerah. Menjelang sore, Syaila memutuskan untuk pergi ke super market. Membeli banyak sayur dan perlengkapan dapur lainnya. Pekerjaan wanita itu sudah ia selesai kan dengan cepat agar ia bisa pulang lebih awal. Hampir satu jam wara-wiri mendorong troli, Syaila akhirnya bisa pulang dan membawa dua kantong besar belanjaan. Namun ia bukan pulang ke rumahnya, melainkan ke rumah Batara. Syaila ingin memberi kejutan kecil kepada lelaki itu.Tidak perlu menunggu ada yang membukakan pintu, Syaila sudah tahu password pintu rumah lelaki itu. Syaila masuk dengan santai sembari memikirkan makanan apa yang akan ia masak."Loh kok ada di bawah? Bukannya istirahat di kamar." Gagal sudah aksi memberi kejutannya untuk Batara. Lelaki itu sudah melihat keberadaanya. Berbaring di sofa sembari menonton series Korea di televisi."Saya demam, bukan lumpuh, Sya," katanya singkat."Eum, tadinya mau ngasih kejutan si buat kamu. Tapi karena kamu udah tau ada aku jadi gak jadi. Kamu mau

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-19
  • Bucin berujung Sengsara   Kejutan mencengangkan

    Satu-satunya obat mujarab Batara hanyalah Syaila. Terbukti, pagi ini lelaki itu sudah terlihat sehat dan segar bugar. Suasana hatinya juga sangat baik. Sampai orang-orang kantor keheranan dengan sikap bosnya sekarang.Membalas sapaan dari karyawan dengan senyum hangat. Itu sungguh keajaiban. "Loh Bapak udah masuk? Bukannya cuti Bapak tiga hari?" tanya sekretaris nya."Saya sudah sehat. Kamu gak liat?"Sekretaris nya itu hanya menyengir sungkan. Takut kena omel pagi-pagi. " Syukur kalau gitu, Pak. Saya belum siapin Bapak kopi, Bapak mau kopi apa?""Jangan kopi deh, nanti calon istri saya marah. Teh anget aja," ucap Batara mesem-mesem tidak jelas."Oh iya, Pak. Saya buatkan."Sekertaris keduanya itu lantas undur diri. Ngeri juga melihat bosnya senyum-senyum sendiri seperti tadi.Sampainya di ruangan, Batara langsung duduk di kursi kebanggaan nya lalu menyalakan ponsel. Untuk apalagi? Untuk mengabari kekasihnya."Kamu lagi di mana?" Sambungan telepon Batara diangkat Syaila di seberang s

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-26

Bab terbaru

  • Bucin berujung Sengsara   Selesai

    "Akhirnya sahabat jomblo gue dari lahir nikah juga hahaha."Nadira melengos sembari berdecak sebal. Ucapan itu sudah puluhan kali Syaila lontarkan bahkan ketika ia bercerita dirinya menerima lamaran Ferdi. Wanita yang kini tengah hamil tua itu tidak berhenti meledek Nadira. "Lu diem deh kalo gak mau anak lo nanti mirip gue," ujar Nadira yang langsung direspon gelak tawa Ferdi. "Jangan dong sayang, biar anak kita aja nanti yang mirip mamanya."Benar, memang hanya Ferdi yang dapat menaklukkan ke bar-bar-an mulut Nadira, hanya dengan ucapan sederhana barusan perempuan itu sudah tersipu malu. "Najis banget mukanya merah. Dahlah gue mau makan dulu. Selamat ya, gue doain Ferdi diberi kesabaran punya istri kaya lo." Syaila memeluk sahabatnya itu meski sedikit kesusahan karena perutnya yang besar. "Makasih ya, Sya. Lu jaga kesehatan juga. Jagain keponakan gue awas aja kalo kenapa-napa gue geplak pala lo." Nadira memberi peringatan. Keduanya kemudian terkekeh, Ferdi dan Batara yang menya

  • Bucin berujung Sengsara   Karma tidak akan salah berlabuh

    Suara tangis bayi cantik berpipi gembul berhasil membuat panik sang ibu. Bayi berusia lima bulan itu nampaknya kepanasan terus berada di dalam mobil selama perjalanan yang lumayan jauh. Maka, sang ibu dengan sigap mengambil botol susu di dalam kantong stok asi. Mobil berhenti bersamaan dengan tangis bayi perempuan itu yang juga mereda. Terlelap di gendongan sang ibu dengan nyaman. "Kamu mau ikut masuk?" Terlihat pria jangkung yang sedari tadi mengemudikan mobil melongok ke jok belakang, untuk menjawab pertanyaan sang istri, "Kamu duluan aja, aku cari parkir dulu. Di sini panas kasian Kanaya," tuturnya yang diangguki istrinya. Wanita itu kemudian keluar dari mobil, menatap bagunan yang mungkin lebih cocok disebut neraka dunia bagi sebagian orang. Ia menatap putri kecil di dalam gendongannya sebelum ia melangkah masuk ke dalam bangunan itu. Tatapan sendu seperti seorang ibu yang akan meninggalkan putrinya untuk waktu yang sangat lama. Lantas ia masuk tanpa ragu lagi. Seolah, putri k

  • Bucin berujung Sengsara   Berita Gembira

    Setelah siang itu Batara bercerita tentang keinginannya yang aneh-aneh, satu jam setelahnya Batara mengajak Syaila makan pecel lele di pinggir jalan. Namun sialnya sore itu hujan deras dan mereka berdua berakhir basah kuyup saat mencari makanan itu, niatnya mereka ingin menghabiskan waktu bersama. Syaila berakhir sakit dan itu yang membuat Batara sekarang sangat merasa bersalah. "Maaf ya gara-gara kamu nemenin aku cari pecel lele kamu jadi sakit kaya gini." Batara benar-benar merasa bersalah. Sampai tidak mau menatap istrinya. "Aku cuma masuk angin sayang. Minum obat juga bakal sembuh." Syaila mengusak rambut Batara. "Kamu muntah-muntah tadi. Kita ke rumah sakit aja ya sekarang? Aku takut kamu kenapa-napa." "Aku gak apa-apa," sanggah Syaila. Ia akui perutnya sekarang memang terasa dikocok. Ia juga tidak nafsu makan sama sekali. Lidahnya terasa pahit dan makanan apapun yang berusaha ia masukkan ke dalam mulutnya selalu mendapat kan penolakan. Ia berkahir muntahan-muntah. Tubuhnya t

  • Bucin berujung Sengsara   Tiba-tiba Kangen

    Tiga bulan sudah berlalu Syaila dan Batara mengarungi bahtera rumah tangga. Seperti kata orang-orang pernikahan tidak ada yang mulus tanpa dibumbui pertengkaran. Syaila sering mengomel seperti istri-istri pada umumnya mana kala Batara lupa menaruh handuk di atas ranjang. Atau perdebatan yang mungkin nampak sepele jika dipikirkan. Tapi beruntung nya Batara adalah orang yang sabar dan lapang mengakui kesalahanannya. Selama tiga bulan hidup dalam atap yang sama Syaila menemukan banyak kejutan dari Batara. Batara yang ternyata begitu manja melebihi anak-anak. Dia bahkan tidak malu menangis jika dirinya tidak sengaja membentak Syaila. Meski begitu, Batara adalah sosok ayah sambung yang baik untuk Geino dan menantu yang berbakti untuk mamanya. Syaila tidak henti-hentinya bersyukur telah dipertemukan dengan pria seperti Batara. "Sayang Geino katanya dikasih tugas buat hewan dari tanah liat. Besok dikumpulnya."Syaila menoleh ke sumber suara, serum wajah yang hendak ia oleskan di wajahnya

  • Bucin berujung Sengsara   Hadeuhhh

    "Tumben kamu jam segini udah bisa diajak jalan? Kerjaan kamu udah selesai?""Udah, aku mau quality time sama suami aku yang ganteng ini."Satu bulan sudah berlalu. Mereka hidup bahagia sebagai sepasang suami istri. Siang disibukkan dengan pekerjaan, dan jika sudah di rumah keduanya sebisa mungkin tidak membawa atau mengerjakan pekerjaan kantor di rumah. Itu sudah menjadi kesepakatan mereka. Sore ini Batara mendapat kabar jika istrinya bisa pulang lebih cepat dan mengajaknya untuk jalan-jalan. Hitung-hitung mengenang masa pendekatan mereka dulu. Batara sih setiap hari memang sibuk, tapi ia lebih santai dari Syaila. Pria itu bisa dengan mudah mengatur jadwalnya berbeda dengan Syaila. Keduanya sudah sampai di sebuah mall ternama di ibu kota. Bergandengan tangan, melihat-lihat store pakaian branded, memilah restoran yang keduanya inginkan. "Mau beli baju?" tawar Batara. Syaila menggeleng. "Baju aku masih banyak yang belum dipake." Baik, Syaila memang berbeda dari kebanyakan perempuan

  • Bucin berujung Sengsara   Pasutri Baru

    Waktu berjalan lebih cepat jika kita berada di antara orang-orang yang kita sayangi. Begitu pun sebaliknya. Tapi Syaila tidak pernah menyangka akan secepat ini. Entah ada kata apalagi yang bisa ia ucapkan selain bahagia. Ratusan orang yang datang ke acara resepsi pernikahan nampak ikut bahagia. Pun dengan mamanya dan Geino yang tersenyum mana kala ia dan Batara akhirnya sah menjadi sepasang suami istri.Dekorasi megah yang ternyata sudah Batara siapkan begitu memesona ditambah undangan tamu yang tidak ada henti-hentinya."Udah aku bilang jangan banyak-banyak ngundang tamu. Ini tangan aku udah mau putus rasanya," bisik Syaila di tengah sibuknya menyambut para tamu yang datang. "Aku cuma undang temen-temen kantor. Itu kolega keluarga-keluargaku. Mana bisa aku batalin." Batara meringis.Keduanya menghela napas panjang. Tidak ada yang bisa mereka lakukan selain terus tersenyum dan menyambut tamu dengan senyum hangat. Meski rasanya pasangan pengantin baru itu sudah ingin cepat-cepat mere

  • Bucin berujung Sengsara   Cerita kepada bulan yang malu-malu

    Ibu kota malam ini terasa lebih tenang. Cahaya lampu yang terpantul sinar rembulan membiaskan cahaya warna-warni memanjakan mata. Entah, sudah berapa lama Syaila tidak datang ke tempat ini. Semasa kuliah semester awal ia sering datang kemari. Hanya menyaksikan gemelapnya ibu kota atau hanya sekedar menikmati segelas kopi panas.Dulu ia manusia paling naif perihal hubungan timbal-balik antar manusia. Percaya bahwa kebaikan akan dibalas kebaikan, pun sebaliknya. Tapi Tuhan sepertinya ingin menunjukan hal lain kepadanya, bahwa jangan berharap selain pada-NYA. Tidak butuh bertemu ribuan orang untuk ia membuktikannya. Orang yang ia amat percaya akhirnya mengkhianati kepercayaannya dengan hal yang bahkan tidak pernah ia duga-duga. Pengorbanan yang selama ini ia lakukan terasa sia-sia hanya karena kekurangan yang mungkin dia harapkan ada pada Syaila.Namun beruntung sejak ia akhirnya memutuskan untuk mengambil cuti kuliah karena hamil hingga ia berpisah dengan Azka ia tidak lagi kemari, jik

  • Bucin berujung Sengsara   Menyambutmu kembali

    Seperti halnya hujan, kita tidak bisa mencegah air yang turun itu untuk tidak membuat kita kedinginan. Kita tidak bisa bernegosiasi agar hujan jangan dulu turun sebelum payung kita siap. Begitu pula yang terjadi dengan Syaila dan Batara. Hampir pukul satu malam keduanya sibuk mengasihani dirinya sendiri. Memandang isi gedung yang seharusnya menjadi saksi bisu kisah cinta mereka bersatu. Kini, dekorasi yang sudah dirangkai sedemikian rupa harus terpaksa dilucuti sebab pasangan lain akan menggunakan gedung ini. Seharusnya pagi tadi adalah acara pernikahan keduanya, dan malam ini seharusnya mereka sudah menjadi pasangan suami istri. Tapi sekali lagi, manusia hanya bisa berencana. "Kamu udah ngantuk belum? Udah malem, kita pulang aja ya?" Tidak bisa dibohongi, jelas Batara juga merasa sedih atas gagalnya pernikahan mereka. Tapi mau dikata apa? Semuanya telah terjadi. Syaila menghela napas panjang. "Rasanya kalau aku bilang ini tidak adil, aku akan dicap sebagai manusia yang gak bersyuku

  • Bucin berujung Sengsara   Boleh ikut menjaga kalian?

    Persidangan pertama dibuka dengan hakim yang menanyakan alasan mengapa Azka tiba-tiba menggugat hak asuh anak padahal sebelumnya mereka sudah sepakat bahwa hak asuh anak diberikan kepada Syaila. Pengacara Azka menjelaskan alasannya. Seperti yang Azka sebelumnya bilang, perihal Syaila yang memiliki kekasih yang trampemental. Ia juga bilang bahwa ia memiliki buktinya. Sebab itu Azka khawatir jika anaknya yang diasuh Syaila akan mendapatkan dampaknya juga. Tidak hanya pihak Azka yang dimintai penjelasan. Syaila juga diberi kesempatan untuk menyanggah. Sama seperti Azka, Syaila menyerahkan semuanya kepada kuasa hukumnya. Kuasa hukum Syaila menceritakan semuanya. Dan perihal apa yang dikatakan Azka hanya sebuah kesalahpahaman. Juga Syaila yang sudah tidak menjalin hubungan lagi dengan Batara. Sidang berjalan lancar. Azka nampak tidak memiliki argumen lagi setelah kuasa hukum Syaila membeberkan semuanya. Dan tanpa sepengetahuan semua orang yang ada dipersidangan, pria yang memakai topi

DMCA.com Protection Status