"Maaf aku harus jujur. Aku sangat mengenal Mas Rangga, jika dia mencintai seseorang maka orang itu akan menjadi pusat perhatiannya dan aku melihat bagaimana Mas Rangga memperlakukanmu. Jangan kecewakan dia, Maya. Dia akan memberikan kebahagiaan yang kamu mau," pesan Kinan untuk Maya.Maya tertegun, bahkan Kinan tahu isi hati dan keraguannya. Setelah mendengarkan ucapan Kinan kini Maya merasa yakin dengan cinta Rangga untuknya."Iya, Mbak. Terima kasih sudah mengingatkanku. Kini aku tahu keputusan apa yang harus aku ambil," sahut Maya.Setelah itu Kinan dan Maya mengobrol santai. Meskipun baru kali ini berjumpa, tapi mereka sudah terlihat dekat. Maya yang usianya beberapa tahun dibawah Kinan, merasa seperti mendapatkan seorang kakak.Hingga Rangga datang dan membawa kabar baik untuk Kinan."Kinan, maaf jika aku terlambat memberitahumu. Tapi itu lebih baik karena jika aku memberitahumu sejak awal maka kamu pasti akan merasa khawatir." Rangga menjelaskan."Kanapa, Mas? Ada kabar baik apa
Pak Amir yang terlanjur keceplosan terpaksa mengatakan yang sebenarnya.Maya menatap ibunya dengan pandangan berkaca-kaca. "Ibu apa benar itu?" Maya mencari jawaban dari ibunya, Bu Romlah menatap Maya dengan pandangan tak suka."Iya benar, Pak Amir bukan Bapak kandung kamu. Bapak kandung kamu itu sudah meninggal setelah kabur dengan pelakor. Ibu kira kamu bisa tetap jadi anak manis seperti dulu tapi ternyata kamu berubah. Wajar kalau Bapak mengatakan yang sebanarnya karena emosi menghadapimu," sahut Bu Romlah, cuek.Maya syok dengan kenyataan ini, kenapa dia mesti tahu di saat dia sudah dewasa begini. Sekarang dia baru sadar kenapa kedua orangtuanya memperlakukannya berbeda."Kenapa, Maya? Kamu terkejut, hah? Harusnya kamu bersyukur karena mendapatkan sosok seorang Bapak saat banyak anak yatim tak bisa merasakan memiliki seorang Bapak!" ucap Pak Amir."Sekarang aku tahu kenapa kalian memperlakuakn aku berbeda. Tapi kenapa, Bu? Kenapa sebagai Ibu kandungku kau tak pernah menyanyangiku
"Pak RT, benar mereka adalah orangtua saya. Namun, Ibu telah mengusir saya dari rumah makanya sekarang saya tinggal di sini. Hubungan kami memang tidak baik saat ini, namun saya tidak bisa menceritakan masalahnya secara detail. Maaf jika keberadaan saya di sini menimbulkan masalah dan keresahan bagi tetangga sekitar." jelas Maya kepada RT setempat.Mereka mengangguk tanda mengerti akan penjelasan Maya. Sedangkan Bu Romlah dan Pak Amir kelihatan malu saat Maya menceritakan hal yang sebenarnya."Baiklah, Mbak Maya dan Mas Rangga, jika memang ini masalah keluarga maka saya sarankan untuk menyelesaikannya secara kekeluargaan terlebih dahulu, kecuali jika kalian membutuhkan bantuan kami, maka kami siap untuk membantu menyelesaikannya." saran Pak RT.Kemudian pria itu beralih menatap Pak Amir dan Bu Romlah."Saya harap Bapak dan Ibu juga mengerti, jangan berbuat kerusuhan di wilayah saya karena semua orang tahu bahwa saya termasuk RT yang tegas dalam bertindak!" papar Pak RT tegas membuat B
"Bawa saja menantu saya ini, Pak. Saya ikhlas, kok," ucap Bu Indah datar tanpa ekspresi.Diana membelalakkan matanya begitu mengetahui mertuanya ada di sana juga."Ibu?" Diana berubah pias."Dari awal sebenarnya aku gak sreg denganmu, Na. Sampai akhirnya aku tahu bagaimana kelakuanmu dan keluargamu dan sekarang aku pastikan Arya tak akan memaafkanmu lagi." ujar Bu Indah penuh kekecewaan."Ini salah paham, Bu. A-aku hanya keluar dengan Pak Kevin, dia atasanku dan kami ada keperluan pekerjaan di sini ," elak Diana.Istri dari Kevin pun menghampiri Bu Indah dan mengatakan hal yang sebenarnya."Bohong! Apa yang dikatakannya itu bohong! Sudah beberapa bulan wanita ular ini menjalin hubungan terlarang dengan suamiku, aku punya banyak bukti termasuk bukti transfer atas nama dia!" seru perempuan itu sembari menunjuk Diana.Bu Indah tersenyum miris mendengar penuturan wanita itu. "Sayangnya aku lebih percaya dia daripada dirimu, menantuku tersayang! Oh ya, setelah ini kamu tak perlu susah pay
Rangga mengembangkan senyum manisnya, senyum yang selalu mampu meluluhkan hati seorang Maya."Terima kasih, Sayang," sahut Rangga dengan perasaan haru luar biasa, hatinya mengembang bahagia.Diambilnya cincin yang ada di dalam kotak perhiasan lalu dipasangkan di jari manis Maya, cincin itu kini melingkar manis di jarinya wanita yang dicintainya.Maya dan Rangga saling menatap dengan perasaan penuh cinta. Tak perlu diungkapkan dengan kata-kata, tapi siapapun bisa membaca bagaimana dua insan itu memiliki rasa satu sama lain."Ehem, udah dong saling memandangnya, bikin baper aja, nih." Lia turut bersuara.Rangga dan Maya tersipu malu dengan teguran Lia, sedangkan Bi Ijah dan Bu Lina menanggapi dengan senyuman, teringat masa muda mereka."Maya, Ibu berharap pernikahan kalian bisa lekas dilaksanakan. Kamu tidak perlu repot mengurusnya karena Rangga sudah meminta salah satu temannya yang bekerja di EO untuk menghandle semuanya," papar Bu Lina, turut bahagia.Tiba-tiba saja wajah Maya terli
Akhirnya Pak Amir terpaksa menikahkan putrinya tanpa pesta meriah, hanya sekedar ijab qabul saja di KUA. Berkali-kali pria itu meminta Bu Romlah untuk mendatangi Maya dan meminta uang kepadanya tapi perempuan itu selau menolaknya.Hesti dan Aldo sudah sah menjadi sepasang suami istri. Sekarang Aldo tinggal di rumah itu karena di rumahnya sendiri banyak saudara yang juga tinggal di sana."Kamu sih, Bu. Disuruh minta duit Maya gak mau. Jadinya kita cuma nikahin Hesti di KUA. Bapak malu sama teman-teman Bapak! Dari awal Bapak udah bilang sama mereka bakalan ngadain acara dangdutan biar meriah, eh malah gagal semuanya, gak ada acara gak ada amplop kondangan," sungut Pak Amir dengan wajah cemberut."Gak malu, Pak ngadain pesta tapi minta Maya? Apa Bapak sudah merasa jadi orangtua yang baik buat dia? Yang ada dari dulu Bapak itu selalu membuat Maya menderita, mau makan gak boleh pake ayam, cuma boleh pake tempe. Minta uang buat sekolah juga gak pernah kamu kasih malah dia kerja cari uang bu
"Lalu untuk apa kamu ke sini? Apa kamu masih butuh dengan ibumu ini? Ibu yang selama ini selalu membuatmu menderita, Ibu yang tak dapat melindungi anaknya? Buat apa kamu ke sini, May? Harusnya kamu menikah saja, tak perlu kamu memberitahu Ibu jahatmu ini!" seru Bu Romlah dengan air mata yang mulai tumpah."Ibu?" Maya tak menyangka reaksi ibunya akan seperti itu.Bu Romlah menangis tersedu, hatinya sangat sakit melihat Maya ada di depannya. Bayangan masa lalu di mana dia selalu menyia-nyiakan putri kecilnya kembali melintas. Saat dia sering mendaratkan pukulan di tubuh ringkih Maya kecil. Saat dia abai mendengar rengekan Maya kecil karena kelaparan dan masih banyak bayangan penderitaan lain yang dialami Maya karena dirinya bermunculan.Maya mendekati ibunya, rasa tak tega melihat wanita yang telah melahirkannya itu menangis membuatnya hatinya ikut teiriris."Ibu kenapa?" tanya Maya seraya menyentuh tangan ibunya."Ibu terlalu buruk, Maya. Ibu tak pantas mendapatkan putri sebaik kamu.
Ternyata asisten yang dimaksud Siska adalah Dikna, mantan adik ipar Maya yang juga merupakan putri bungsu keluarga Raharjo.Dikna bekerja di salon itu semenjak ayahnya ditetapkan sebagai tersangka kasus korupsi. Selama ini dia selalu mendapat sokongan dana dari sang ayah jadi tidak pernah merasa kekurangan, tapi semenjak ayahnya di penjara otomatis keuangannya pun berantakan karena hanya mengandalkan gaji suaminya yang tak seberapa.Dikna lantas menghambur memeluk Maya dengan tangisan pecah."Mbak Maya, maafkan aku, Mbak." ucap Dikna tergugu.Maya tercekat, dia masih belum bisa menguasai keadaan. Maya juga tak menyangka jika adik ipar yang selalu sinis kepadanya selama ini tiba-tiba memeluknya."Dikna, ada apa ini?" tanya Maya bingungDikna melepaskan pelukannya, dia menghapus air mata yang membasahi pipinya."Mbak, maafkan aku jika selama ini aku selalu bersikap gak baik sama kamu," ucap Dikna dengan mata mengembun.Maya menghela nafas panjang, dia sudah berusaha melupakan apa yang p
Acara di ballroom hotel berlangsung dengan meriah. Banyak kerabat, tetangga, relasi dan rekan bisnis Rangga yang datang memenuhi undangan itu.Maya sempat merasa minder berada diantara mereka semua. Dia baru menyadari jika sang suami adalah orang yang diperhitungkan dalam bisnis interiornya. Rata-rata mereka yang datang dari kalangan atas, terlihat dari penampilan mereka yang berbeda.Rangga tak membiarkan istrinya merasa sendiri, dia tak pernah melepas tangan Maya, bahkan dia selalu melibatkan Maya di saat berbaur bersama teman-temannya.Saat tengah asyik mengobrol, Maya melihat seseorang yang dikenalnya. Beberapa kali dia meyakinkan pandangannya bahwa apa yang dilihatnya itu benar adalah Kinan.Kinan dan Radit memang sengaja datang ke pesta pernikahan itu. Mereka ingin memberikan kado spesial untuk Maya dan Rangga."Maya, selamat ya. Akhirnya kalian bisa bersama." Kinan memberikan selamat seraya memeluk Maya."Terima kasih, Mbak sudah menyempatkan datang ke sini jauh-jauh," sahut Ma
"Yaa ... aku terlambat!" sahut Hesti dengan rona wajah kecewa dan pasrah."Busyet ... ini bocah baru bangun langsung liat acara nikahan! Mandi sono, gih! Masih ileran gitu," Bi Ijah negur Hesti yang masih memakai baju tidur s*ksi."Syirik aja jadi orang, terserah dong aku mau ngapain," jawab Hesti ketus, perempuan itu lalu kembali ke kamarnya."Astaghfirullah ...." Bi Ijah beristighfar sambil mengelus dada setelah kepergian Hesti.Setelah acara akad nikah selesai, Penghulu menutupnya dengan acara doa bersama dan setelahnya mereka semua pun merayakannya dengan menikmati hidangan yang sudah disediakan.Sementara Maya dan Rangga mendapat banyak ucapan selamat dari orang-orang di sekitarnya. Mereka juga sudah mengabadikan momen spesial itu dengan berfoto ria bersama. Beberapa saat lamanya mereka berinteraksi dengan semua tamu yang hadir, hingga Rangga berniat untuk mengajak Maya istirahat sebentar di kamar karena nanti malam acara akan dilanjutkan di ballroom sebuah hotel bintang 5."Saya
"Lah, gimana sih Mbak. Semua harus minta ijin dan nurut sama kamu. Iya, aku dan Aldo memutuskan untuk tinggal di sini, rumah ini besar, fasilitasnya lengkap, jadi aku juga pingin tinggal nyaman di sini," tutur Hesti ringan."Jangan ngaco kamu, Hes! Ini rumah Mas Rangga, kamu gak bisa seenaknya tinggal di sini tanpa ijin darinya," sahut Maya geram.Hesti melotot, sementara Aldo malah asyik bermain ponsel di ranjang, tak peduli dengan kemarahan Maya."Mas Rangga pasti ngijinin aku tinggal di sini! Jangan khawatir besok aku akan bilang sendiri sama orangnya," sahut Hesti menatap Maya tajam.Hesti lalu mendorong tubuh Maya untuk mundur sedikit, lalu dia menarik tangan kakaknya untuk menjauh dari kamarnya, tak ingin Aldo mendengar ucapannya."Apaan sih, Hes?!" tandas Maya seraya melepaskan cekalan tangan Hesti."Mbak, asal kamu tahu aja ya. Kamu itu cuma beruntung karena kamu lah orang pertama yang bertemu dengan Mas Rangga, seandainya dia ketemu aku duluan, yakin deh dia bakalan jatuh cin
Sebelum maghrib Bu Lina, Andika, dan Lia sudah datang ke tempat Maya. Mereka ikut pengajian yang diselenggarakan di rumah itu, mengingat itu juga adalah rumah Bu Lina dan para tetangga sudah mengenalnya. Mereka datang diantarkan oleh orang suruhan Rangga, setelah itu orang itu pun pergi dan akan datang lagi nanti saat acara selesai.Setelah maghrib, Bu Indah dan Arya juga datang atas permintaan Maya. Kedatangan Arya ke situ untuk membantu Maya menyiapkan segala keperluan dari pihak keluarga perempuan karena Maya tak mempunyai saudara laki-laki.Saat bertemu dengan Lia, Arya terlihat begitu bersemangat. Dia mulai sering mencuri pandang dan kadangkala mereka kedapatan mengobrol berdua.Hal itu tentu saja tak lepas dari pengamatan Bu Indah dan Bu Lina, selaku ibu dari Lia.Rangga tak ikut serta karena Bu Lina tak mengijinkannya datang sebelum akad nikah besok pagi. Maya keluar dengan balutan gamis putih yang lembut dan elegan, pemberian dari Rangga. Dengan riassan modern dan natural, di
Sore itu, rumah sudah dibersihkan oleh Bi Ijah dan Bu Romlah juga dibantu oleh para tetangga. Pengajian akan digelar nanti setelah maghrib."Mbak, tinggal menunggu kiriman kuenya. Harusnya sudah dikirim dari tadi, sih tapi ini sampai jam segini kok belum datang ya," tutur Bi Ijah khawatir."Tenang, Bi. Masih ada waktu sekitar 2,5 jam. Sebentar lagi pasti akan datang," sahut Maya optimis."Itu, tuh kalau kebanyakan dosa, acaranya gak bakalan lancar!" seru Hesti tanpa merasa bersalah."Tutup mulutmu, Hes!" tandas Bu Romlah geram dan Hesti pun melengos.Tak lama sebuah mobil warna putih berhenti di depan rumah. Seorang wanita turun dari mobil itu, sedangkan pria yang bersamanya membuka jok belakang untuk mengambil kue pesanan Maya.Melihat wanita itu, Maya tercekat. Dia sangat mengenal siapa yang kini sedang dilihatnya. Tak salah lagi itu Diana tapi dengan penampilan yang tak seperti biasanya.Diana terlihat lusuh, wajahnya pun bebas dari make up seperti yang biasa dia pakai. Wajah perem
"Hes, kalau kamu lapar, makan nasi yang Ibu bungkus dari rumah tadi. Lagipula kamu tadi juga udah makan, kok sekarang minta makan lagi," celoteh Bu Romlah."Beda, Bu. Aku ngidam pingin makan makanan yang dimasak sama Mbak Maya sendiri," sahut Hesti seenaknya.Maya yang sudah paham akan sifat adiknya, akhirnya bersuara. Dia tak mau terus menerus dimanfaatkan oleh Hesti karena semakin dia menerima dan mengalah maka adiknya itu akan semakin menjadi, sifatnya hampir sama dengan Pak Amir, bapaknya."Kalau kamu lapar, ambil sendiri makanan yang ada di meja makan. Jangan suka main perintah seenak kamu, di sini jangan bertingkah seperti di rumahmu sendiri," ucap Maya penuh penekanan."Mbak kok kamu gitu, sih. Aku ini lagi hamil, loh! Jangan ketus sama orang hamil, bisa kualat kamu nanti!" sahut Hesti, tak terima."Jaga sikapmu, Hesti! Kalau sikapmu masih saja seenaknya, mending kamu pulang saja!" Bu Romlah merasa geram."Ibu ini kenapa, sih jadi belain Mbak Maya terus? Apa karena Mbak Maya ba
Maya segera mengalihkan perhatian wanita itu. Dia meminta Bu Indah untuk memanggil keduanya, sedangkan Maya menyiapkan minuman untuk mereka semua.Saat makan bersama, sesekali mereka mengobrol untuk memanfaatkan waktu yang ada."Lia, jadi setiap harinya kamu sibuk apa?" tanya Bu Lia memancing."Saya sekolah desain mode dan tekstil, Bu. Mas Rangga ingin saya terjun ke dunia fashion karena itu passion saya, jadi dalam waktu dekat, Insya Allah saya akan membuka usaha konveksi kecil-kecilan," jelas Lia apa adanya."Wah, hebat banget masih muda tapi sudah punya jiwa wirausahawan," sahut Bu Indah kagum.Arya pun nampak kagum dengan cara gadis itu menjelaskan, tak ada kesombongan, gadis itu malah terkesan merendah di hadapan setiap orang.Sesekali Arya terlihat memperhatikan Lia saat di meja makan. Maya dan Bu Indah yang tahu akan hal itu pun saling melempar senyum. Setelah acara makan bersama selesai, Bu Indah memanggil Maya sebentar untuk menunggunya. Bu Indah masuk ke kamar dan mengambil
Ternyata asisten yang dimaksud Siska adalah Dikna, mantan adik ipar Maya yang juga merupakan putri bungsu keluarga Raharjo.Dikna bekerja di salon itu semenjak ayahnya ditetapkan sebagai tersangka kasus korupsi. Selama ini dia selalu mendapat sokongan dana dari sang ayah jadi tidak pernah merasa kekurangan, tapi semenjak ayahnya di penjara otomatis keuangannya pun berantakan karena hanya mengandalkan gaji suaminya yang tak seberapa.Dikna lantas menghambur memeluk Maya dengan tangisan pecah."Mbak Maya, maafkan aku, Mbak." ucap Dikna tergugu.Maya tercekat, dia masih belum bisa menguasai keadaan. Maya juga tak menyangka jika adik ipar yang selalu sinis kepadanya selama ini tiba-tiba memeluknya."Dikna, ada apa ini?" tanya Maya bingungDikna melepaskan pelukannya, dia menghapus air mata yang membasahi pipinya."Mbak, maafkan aku jika selama ini aku selalu bersikap gak baik sama kamu," ucap Dikna dengan mata mengembun.Maya menghela nafas panjang, dia sudah berusaha melupakan apa yang p
"Lalu untuk apa kamu ke sini? Apa kamu masih butuh dengan ibumu ini? Ibu yang selama ini selalu membuatmu menderita, Ibu yang tak dapat melindungi anaknya? Buat apa kamu ke sini, May? Harusnya kamu menikah saja, tak perlu kamu memberitahu Ibu jahatmu ini!" seru Bu Romlah dengan air mata yang mulai tumpah."Ibu?" Maya tak menyangka reaksi ibunya akan seperti itu.Bu Romlah menangis tersedu, hatinya sangat sakit melihat Maya ada di depannya. Bayangan masa lalu di mana dia selalu menyia-nyiakan putri kecilnya kembali melintas. Saat dia sering mendaratkan pukulan di tubuh ringkih Maya kecil. Saat dia abai mendengar rengekan Maya kecil karena kelaparan dan masih banyak bayangan penderitaan lain yang dialami Maya karena dirinya bermunculan.Maya mendekati ibunya, rasa tak tega melihat wanita yang telah melahirkannya itu menangis membuatnya hatinya ikut teiriris."Ibu kenapa?" tanya Maya seraya menyentuh tangan ibunya."Ibu terlalu buruk, Maya. Ibu tak pantas mendapatkan putri sebaik kamu.