Ada masalah apa lagi, sih?!” tanya Yena kesal.“Para penganggu, nyonya,” jawab anak biah Yena.“Aku gak mau tahu. Pokoknya gimana pun caranya, kalian harus segera bereskan para tikus itu, dan selesaikan tugas kalian secepatnya!” perintah Yena.“Ta—tapi gimana caranya, nyonya? Di sini terlalu ramai dan kalau salah langkah, kita bisa ketahuan,” ujar anak buahnya.“Masa nyelesain tikus-tikus gitu aja kalian gak bisa?!”ujar Yena tak habis pikir. “Oke, gini. Pertama-tama kalian cari tahu siapa pria itu. Kemudian usik sesuatu yang berharga buat dia, setelah itu siapkan pertunjukan spektakuler.”“Baik. Siap, nyonya.” ********************Rumah sakit Cempaka, tempat di mana Reina dirawat sudah dipenuhi oleh anak buah Yena. Para pria itu terus memperhatikan gerak-gerik Vian, sambil menjaga jarak mereka dengan pria itu.Anak-anak buah Yena juga menghitung selang waktu saat perawat atau dokter datang ke ruang Reina. Para pria itu juga mengambil beberapa foto Via
Kedua kaki dan tangan Reina kini tak bisa digerakkan lagi. Mulutnya pun tertutup rapat hingga tak bisa mengeluarkan suara sedikit pun. Hanya air mata yang berjatuhan menjelaskan betapa tersiksanya ia saat itu. “Gimana, nyonya?” tanya seorang pria yang berdiri di sebelah kiri Reina. “Hmm... bagus. Sepertinya hari ini cukup sampai di sini, kita lanjutkan lagi di hari lain,” ucap Yena merasa senang. “Baik, nyonya,” jawab para pria yang berada di dekat Reina dengan serentak.“Kerja kalian hari ini sangat memuaskan. Nex time, harus lebih memuaskan,” ujar Yena merasa puas dengan pertunjukkan hari ini. Wanita itu pun segera mengakhiri panggilan video yang sedang berlangsung, setelah merasa puas dengan pertunjukkan kali ini.“Kayaknya dia pingsan, deh,” ucap seorang pria di sebelah kanan Reina. Pria itu melepaskan tangannya perlahan dari mulut Reina. Ia memukul pelan wajah gadis itu beberapa kali, untuk mengecek apakah ia benar-benar kehilangan kesadarannya, atau hanya berpura-pura saja. “
Kini Yandi kembali lagi berada di meja belajarnya. Ia mulai memikirkan lagi rencananya. Pria itu kembali mengambil kertas-kertasnya yang disimpannya dalam laci meja dengan sembarangan. Yandi kini sibuk menyusun rencana yang paling ampuh untuk menemukan sosok penculik itu. Saat sedang menyusun rencananya, Yandi tiba-tiba saja terpikirkan akan sesuatu. “Kok gue baru kepikiran, ya?” “Mama dulu pernah ngancam aku. Dan diancaman mama itu kayak jelas banget kalau mama tuh tahu pasti siapa orang yang dekat sama gue. Apa jangan-jangan...” Brak!Mata Yandi membelalak, ia masih tak habis pikir dengan kelakuan mamanya. “Gue tahu kalau mama adalah orang yang bakalan lakuin apa pun demi tujuannya. Tapi... tapi gak mungkin kan orang itu mama?!” Yandi merasa merinding saat memikirkan semuanya. Ia masih tak habis pikir jika mamanya berada di belakang layar kasus penculikan Reina.“Gak, gak. Gue harus pastiin sekali lagi. Gue gak boleh sembarangan, karena gue sembarangan bisa gagal rencana gue.” Ya
Yena merasa begitu bahagia dengan semua yang didapatkannya. “Gak sia-sia aku buang-buang tenaga dan waktuku buat ngedidik anak itu. Hahaha...”“Yandi, mama kamu ini akan mempersiapkan segala sesuatu, agar kamu jadi penerusku yang sempurna. Hahaha....” Yena segera meninggalkan ruang kerja sambil tertawa bahagia. Tak lupa sebelum pergi, Yena singgah ke kamar putranya terlebih dahulu. “Yandi sayang.... Kamu jangan ke mana-mana, ya. Nanti mama bakal bawa hadiah istimewa buat kamu. Oke?” ujar Yena dan segera meninggalkan putranya terkurung di kamar. “Sial! Perasaan gue gak enak banget.” Yandi membatin khawatir setelah mendengar perkataan mamanya. Ia memang tak tahu apa yang akan dilakukan oleh wanita itu. Tetapi ia yakin bahwa wanita itu akan melakukan hal yang buruk pada Reina. ***************************“Oh.... Aku lupa sesuatu.” Yena segera kembali ke dalam rumah setelah mengingat sesuatu. “Astaga, bisa-bisanya aku lupa membawa kabar bahagia,” ucap Yen tert
Hari esok yang telah dinanti-nanti kini akhirnya tiba juga. Semua penantian Yandi sejak kemarin telah berubah menjadi hari penting baginya. Hari ini rencana Yandi akan segera dijalankan, dan ini akan memiliki risiko. Jika gagal maka akan ada yang terluka, maka itu ia harus membuatnya berhasil. “Oke, sekarang udah terang dan orang-orang ini benar-benar jagain gue kayak bayi. Bisa-bisa mereka masih ngejagain gue dari kemarin sampai hari ini,” batin Yandi kesal.Melihat para pria suruhan Yrna yang masih terus menjaganya sepwrti seorang bayi, membuat Yandi merasa sangat kesal. Namun, ia tak boleh teralihkan dengan hal-hal seperti itu, agar hanya terfokus pada rencananya saja. “Hu.... Tenang Yandi, it’s okay. Sekarang lo harus bangun dan siap-siap ke kampus.”Sesaat ia ingin beranjak dari tempat tidurnya, terlintas di benak Yandi, jika segera bersiap ke kampus pasti Yena akan segera curigainya. Kecurigaan Yena pasti akan timbul kalau melihat putranya yang malas berkuliah, tiba-tiba saja s
Rasa cemas dan khawatir terus menghantui Yandi, namun ia tak boleh terlihat mencurigakan. Ia terus saja berusaha menutupi semua perasaannya. Ia juga memastikan bahwa raut wajahnya tak terlihat aneh. “Ingat, harus biasa aja. Mereka pasti bisa handle semuanya.” Yandi juga merasa khawatir, karena teman-temannya ikut terlibat maslah dengan mamanya. Ia takut jika terjadi sesuatu yang buruk pada mereka. “Semoga aja mama gak tahu. Dan semoga mereka baik-baik aja.” Dalam hatinya Yandi terus berdoa. Ia memohon agar teman-temannya tak ada lagi yang terluka.Yandi terus melanjutkan semua aktivitasnya selama di kampus, dengan pengawasan dari para pria suruhan Yena. Ia terus bersikap malas selama berada di kampus seperti biasanya. Yandi yang terlihat tak membuat hal-hal lain selain kebiasaannya yang malas mengikuti perkuliahan, membuat para pria itu merasa bosan terus memantaunya. Rasa bosan itu membuat para pria itu sesekali membuang padangan mereka pada hal-hal lain.Melihat pria-pria yang men
Kedua mata Reina sudah terpejam. Gadis itu pun sudah tertidur lelap selama beberapa saat. Namun, ia seketika tersadar karena mimpi buruk yang menghantuinya. Mimpi yang mengingatkan semua kejadian-kejadian buruk yang terus menimpanya akhir-akhir ini.Mata Reina yang tadinya terpejamkan langsung terbuka lebar. Nafasnya pun menjadi tak teratur. “Hos... hos... hos...” Kengerian menyelimuti tubuhnya membuat dirinya merasa ketakutan. “Tenang, tenang. Itu cuman mimpi dan itu udah lewat,” gumam Reina menenangkan dirinya.Reina melirik ke arah teman-temannya, dilihatnya mereka masih terjaga. Doni, Rino, Andi dan Agus terlihat seperti sedang menjaganya dari sesuatu. “Iya, ada mereka. Pasti semuanya baik-baik, aja. Gak bakal ada kejadian kayak waktu itu.” Berada di dalam ruang rawat membuat Reina menjadi ketakutan. Ia menjadi traumanya semenjak kejadian itu.*(* eps. New Game Has Started)Hadirnya Rino, Doni, Andi dan Agus membuat Reina merasa lebih tenang. Kehadiran mereka juga membuat ia mampu
Hari demi hari terus berganti, tetapi Reina masih saja terbaring di rumah sakit. Kondisi Reina kini juga terus membaik. Luka-luka di tubuhnya pun sudah mulai membaik sedikit demi sedikit.Kondisi Reina yang terus membaik pun membuat teman-temannya dan Vian merasa senang. Selama ia dirawat di rumah sakit, ia tak pernah ditinggal sendirian lagi semenjak Doni, Rino, Agus dan Andi datang menjenguknya. Keempat pria itu akan selalu bergantian menjaganya dan tak membiarkan gadis itu sendiri.Doni, Rino, Andi dan Agus juga memberitahukan pada Vian agar tak sekali-kali meninggalkan Reina sendirian. Jika saat ia hanya sendirian dan ingin pergi ke mana saja, ia harus menghubungi mereka agar gadis itu tak sendirian. Namun, keempat pria itu belum memberitahu apa alasan dari semua itu. Tetapi Vian tetap melakukan seperti yang dikatakan teman-teman Reina.Setelah sekian lama terbaring di rumah sakit, akhirnya Reina diizinkan untuk pulang. Gadis itu diizinkan pulang dengan catatan untuk terus kembali