Masa-masa ujian bagi siswa-siswi kelas 12 sedang berlangsung. Kini para murid harus berhadapan dengan lembar-lembar soal setiap harinya. Dalam ujian kali ini ada hal yang harus dipertaruhkan Yandi si siswa pembuat onar yang berprestasi.
Sejak duduk di bangku Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Pertama, Yandi selalu saja unggul dalam setiap ujian yang dilaksanakan. Ia selalu mendapat pencapaian yang luar biasa pada masa-masa itu. Namun, kali ini remaja itu telah berubah. Semenjak ia duduk di bangku Sekolah Menengah Atas, nilai Yandi mulai berantakan. Ia yang sejak kecil selalu meraih peringkat satu di sekolah, kini tak pernah meraih peringkat itu.
Perubahan Yandi yang seperti ini tentunya sangat merugikan kedua orang tuanya. Keluarga yang terlihat sempurna di mata orang-orang, tentunya tak dapat menerima kenyataan bahwa putra mereka tak dapat mencapai peringkat satu. Keberhasilan putra mereka bukan diharapkan untuk membuat bangga kedua orang tua, atau untu
“Reina.”Pagi itu di jam istirahat pertama, seorang siswa berdiri tepat di depan kelas XII Ilmu Sosial 2. Remaja pria itu memanggil nama siswi itu dengan lantang hingga memecahkan suasana kelas yang damai. Kehadiran siswa itu pun membuat seluruh penghuni kelas itu bertanya-tanya, tentang arti dari kedatangannya yang mencari salah satu teman sekelas mereka dan membuat para murid di kelas itu mulai saling berbisik satu sama lain.Tak hanya membuat para murid di kelas itu bertanya-tanya, bahkan Reina sang pemilik nama itu pun bingung dan hanya terdiam saat melihat siswa itu memanggil namanya. “Lo ngapain cari Reina? Ada urusan apa lo ama teman kita?” tanya seorang siswa kala Reina hanya terdiam melihat situasi saat itu.“Bukan urusan lo. Gue mau ngapain sama dia, itu kan bukan urusan lo. Lagian gue juga nyari Reina, bukan nyari lo,” ujar Yandi menjawab pertanyaan siswa itu.Jawaban Yandi atas pertanyaan dari salah se
Hari-hari Yandi kini telah ditemani orang seorang teman barunya. Remaja pria itu kini semakin akrab dengan sahabat pacarnya. Ia dan Reina sering menghabiskan waktu bersama saat jam istirahat dalam berbagai bentuk kegiatan. Mulai dari makan-makan, berbagi cerita, hingga belajar bersama di perpustakaan.Meskipun Reina dan Yandi tak berada di jurusan yang sama, namun mereka memiliki ketertarikan untuk mempelajari bidang ilmu masing-masing. Terkadang kedua remaja itu menghabiskan waktu istirahat mereka di ruangan perpustakaan. Keduanya membaca buku bersama, bahkan mengajari materi yang dipelajari di masing-masing jurusan.Walaupun Reina bukanlah murid yang memiliki kemampuan seperti Yandi, namun ia cukup mampu untuk memberikan penjelasan pada remaja pria itu, selama materi itu dipahaminya dengan baik. Tak hanya Reina, Yandi pun dengan sangat terampil memberikan penjelasan pada siswi itu, mulai dari materi mata pelajaran jurusan hingga materi mata pelajaran umum. 
Hari demi hari berlalu, berbagai kisah pun terus terukir di kehidupan Yandi. Tanpa terasa kini masa-masa indah di bangku sekolah menengah atas hampir berakhir bagi kelas XII.Di akhir hari-hari mereka sebagai pelajar di SMA Citra, tentunya para murid kelas XII sibuk menghadapi berbagai jenis ujian. Dalam ujian kali ini, awalnya Yandi sama sekali tak berniat untuk mendapatkan peringkat seperti masa-masa sebelumnya. Namun karena sebuah ancaman dirinya harus menyelesaikan ujian kali ini sesempurna mungkin, agar tak ada orang yang menanggung risiko dari kegagalannya.Ancaman dari kedua orang tua Yandi, membuat remaja itu tak dapat membantah perkataan mereka kali ini. Meskipun ia sangat ingin membantah dan tak mengikuti apa yang diinginkan mereka. Namun sejak dirinya mengenal Reina, ia tak lagi mengerjakan soal-soal ujian dengan penuh tekanan karena ancaman dari orang tuanya.Remaja pria itu perlahan mulai tersadar apa tujuannya untuk bersekolah. Ia pun j
Cip... cip... cip...Kicauan burung menandakan waktu telah berganti dan matahari kini telah bersinar. Di pagi yang cerah ini, semua anggota keluarga di sebuah rumah sedang berkumpul untuk mengisi energi sebelum melakukan aktivitas mereka.Pembicaraan yang memancing emosi pun dimulai saat semua anggota keluarga berkumpul. “Yani, kuliah kamu kok gitu-gitu, aja?” tanya Yena sambil menyantap sarapan berupa roti dan susu.“Gitu-gitu gimana ya, ma?” tanya Yani tak mengerti maksud pertanyaan mamanya.“Kamu benaran gak ngerti maksud mama? Kok bisa? Kamu itu udah kuliah, masa gak ngerti maksud mama?!” Wanita itu kesal pada putrinya yang tak mengerti maksud dari pertanyaannya, dan malah balik bertanya padanya.“Ya udah sih, ma. Lagian kalau mama gak mau kasih tahu juga gak papa. Jadi aku gak perlu jawab,” balas Yani santai dan segera menyelesaikan sarapannya. Ia pun segera meninggalkan meja makan begitu menyele
Pertengkaran antara Yandi dan Yeri membuat bi Ami kebingungan. Wanita itu ingin sekali mendekati tuan mudanya dan menenangkannya. Namun remaja itu sama sekali tak membiarkan siapa pun masuk ke kamarnya. Sedangkan remaja itu terus saja berteriak-teriak memarahi Yandi yang tak lagi berada di rumah itu.Pertengkaran kedua kakak beradik ini juga membuat hati wanita itu terasa sakit. Walaupun kedua remaja pria itu bukanlah anaknya dan dirinya juga masih terbilang belum terlalu lama bekerja di rumah itu, namun bi Ami terlanjur menaruh perhatian dan rasa sayang pada ketiga putra-putri Yena dan Yudi.Pertengkaran itu juga membuat hati Yandi sangat panas. Rasanya ia ingin berhenti bersekolah, agar tak ada lagi orang yang membuat keributan mengenai prestasinya. Namun, saat itu juga ia teringat perkataan Reina dan ia pun berusaha untuk mensyukuri atas kesempatan yang didapatnya untuk bersekolah. “Ha... sabar Yandi... sabar... bentar lagi lo juga lulus. Ingat kata tuh cewek,
Rasa lelah menunggu membuat Yandi merasa sedikit kesal. 30 menit sudah berlalu dan keempat temannya belum juga terlihat. Akhirnya ia memutuskan untuk kembali ke rumah gadis itu, meski harus menyaksikan hal yang tak ingin dilihatnya.Saat di perjalanan Yandi tersadar jika dirinya tidak membawa ponselnya. Remaja itu merogoh saku celana dan membongkar isi tasnya mencari ponselnya untuk mengabari Reina bahwa dirinya akan tiba terlambat. Namun ia tak dapat menemukan ponselnya. “Ah... gue lupa ngambil tu hp. Kan tadi gue taruh di atas meja.” Ia baru menyadari bahwa dirinya lupa mengambil ponselnya karena hatinya yang sudah terlanjur panas menghadapi Yeri. “Gara-gara ribut sama si Yeri, nih. Jadi lupa bawa hp kan gue.”Yandi berdecak kesal kala mengingat kejadian pagi itu. Dan ia pun mulai mengomel sepanjang perjalanan menuju rumah Reina, saat mengingat semua perkataan yang keluar dari mulut sang adik. “Lagian tuh anak kenapa, sih? Kerasukan apaa
Kepulangan Andre masih meninggalkan tanda tanya di benak Yandi dan teman-temannya. Sikap Andre yang berubah menjadi sangat pendiam pun membuat mereka semakin penasaran dan saling bertanya satu sama lainnya. Namun mereka tak dapat menemukan jawaban atas pertanyaan mereka. “Andre kenapa, sih?” tanya Doni yang bingung dengan sikap Andre yang tiba-tiba menjadi pendiam dan memilih untuk meninggalkan rumah Reina lebih dulu.“Kayaknya masalah biasa, deh,” jawab Andi menebak. Andi berpikir perubahan sikap Andre yang mendadak, diakibatkan masalah dalam keluarganya.“Masa, sih? Gue kurang yakin.” Doni merasa ragu jika perubahan sikap Andre yang mendadak itu karena masalah keluarganya. Tak hanya Doni yang merasa ragu dengan tebakan Andi, Yandi, Rino dan Agus pun turut meragukan tebakan Andi. “Setuju. Gue juga gak yakin kalau itu karena masalah biasanya,” tambah Rino.“Terus apa lagi kalau bukan masalah biasanya?”
Hari ini adalah hari pertama ujian tryout yang kedua. Di ujian kali ini maupun di ujian tryout yang pertama, Yandi selalu mengerjakan setiap butir soal dengan teliti hingga menyelesaikannya tepat sebelum waktu berakhir. Tetapi terkadang ia menyelesaikan setiap butir soal lebih cepat hingga tersisa begitu banyak waktu. Waktu yang tersisa pun selalu digunakannya untuk mengecek kembali setiap jawabannya. Ia tak ingin terdapat kesalahan dalam setiap jawabannya, karena dalam ujian kali ini ia harus menyelamatkan seseorang.Saat ujian berlangsung semua siswa mulai mengerjakan soal ujian dengan teliti hingga membuat suasana kelas menjadi sangat hening. Mata pelajaran yang diujikan hari ini adalah mata pelajaran Bahasa Indonesia. Bagi sebagian siswa, mata pelajaran ini sangatlah muda. Namun bagi sebagian siswa mata pelajaran ini tak begitu mudah.Mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah mata pelajaran yang selalu diujikan di hari pertama saat ujian dilaksanakan. Saat mata
Kehidupan adalah suatu anugerah dari Tuhan. Kehidupan juga merupakan rahasia. Dalam kehidupan ini tentunya banyak hal-hal yang terjadi di luar dugaan, yang terkadang menghasilkan tawa tetapi dapat juga menghasilkan air mata.Setiap detik, setiap menit dan setiap jam dalam kehidupan ini selalu dipenuhi rahasia. Sebagai manusia kita pastinya tak akan tahu apa yang bisa terjadi beberapa waktu ke depan. Terkadang apa yang kita duga memang terjadi, tetapi sering juga terjadi hal yang tak pernah kita duga.Setelah menjalani kehidupan tanpa kedua orang tuanya, kini Yandi bersama dua saudaranya tak pernah kehilangan senyum lagi. Mereka pun selalu menikmati waktu berkumpul di meja makan.Yani, Yandi dan Yeri selalu memiliki waktu untuk satu sama lain, meski mereka pun sibuk dengan pekerjaan atau pun pendidikan mereka. Suasana rumah Yandi yang dulunya terasa suram, kini terasa lebih cerah. Selalu ada tawa dan kebahagiaan. Tak hanya ada tangis melulu, atau tekanan melulu. Ketiga bersaudara itu
Kehidupan memang selalu diisi oleh berbagai hal. Kadang yang mengisi kehidupan adalah hal-hal yang sudah kita duga. Tapi terkadang juga diisi dengan hal-hal yang tak pernah diduga. Hari-hari Ami dan Vian kini dijalani dengan penuh air mata. Keduanya kini resmi memilih untuk tak berjalan bersama lagi. Ami dan Vian telah sepakat untuk menjalani kehidupan masing-masing. Namun mereka masih tetap mengurus Reina sebagai anak bersama-sama. Hanya saja, baik Vian maupun Ami saling membatasi diri. Setelah berhenti menjadi asisten rumah tangga Yandi dan keluarganya, kini Ami mulai membuka usaha kecil-kecil dari uang yang kerja kerasnya selama ini. Yani sendiri memberikan uang dalam jumlah yang cukup fantastis kepada Ami. Gasia itu memberikan Ami uang sebagai gaji terakhirnya dan juga sebagai ganti rugi atas perbuatan Yena. Uang yang diberikan Yani pada wanita itu adalah uang milik kedua orang tuanya. Ami kini telah membeli sebuah gerobak yang akan digunakannya untuk berjualan. Ia membeli gerob
Keputusan Ami untuk membiarkan Reina tetap berhubungan dengan Ayahnya adalah sebuah keputusan besar. Namun ia sadar, bahwa putrinya tak akan pernah bahagia jika ia terus melarangnya. Ia pun sadar bahwa Reina tak akan tinggal diam saja, jika ia terus melarangnya. Sehingga ia merasa apa pun larangan yang ia beri, itu tak akan membuat putrinya berhenti menemui ayahnya.Keputusan Ami untuk tetap membiarkan Vian berhubungan dengan putrinya lagi, membuat Vian merasa senang. Namun, di sisi lain ia pun merasa sedih. Saat memeluk Reina, Vian menyadari bahwa ia mengharapkan sesuatu yang lebih dari itu. Ia sebenarnya tak hanya ingin membuat Ami menghilangkan larangannya itu. Sebenarnya Vian dan Ami menginginkan hal yang sama. Jauh di dalam lubuk hati mereka, ada suatu keinginan yang tertahan sejak lama dan kini harus dikubur mereka sedalam-dalam.Tak hanya Ami, Vian pun sangat ingin rumah tangga mereka telah hancur dulu, bisa kembali lagi. Namun, itu semua susah tak mungkin lagi. Sejak Vian
“Reina! Keluar lo, gue belum selesai ngomong!” teriak Rein gigih. Meski Reina sudah meninggalkan, namun ia tak menyerah. Reina pun kembali menemuinya. “Ada apaan lagi?” tanya Reina.“Gue mau tahu, ya. Lo harus jauh-jauh dati papi gue!” ujar Rein sembari menunjuk Reina.Reina memutar bola matanya dan menggeleng pelan kepalanya. “Lo paham kata-kata gue tadi?!” tanya Reina geram. “Gue rasa udah jelas, ya. Jadi gak perlu ulangin lagi.”“Gak! Gue gak terima, gue gak mau dan gak sudi lo ngerrbut semua milik gue!” balas Reina.“Gue gak pernah rebut milik lo, ya! Mau Yandi atau pun papi, lo gue kan udah bilang, gue udah bilang kalau gue gak ngerebut mereka,” jelas Reina. “Lagian om Vian bukan cuma papi lo, doang! Jadi lo gak bisa ngelarang gue!” tegas Reina.“Gue gak mau hidup gue hancur karena lo!” teriak Rein.“Gue gak pernah ngehancurin hidup lo, ya! Harusnya gue yang marah-marah ke lo dan lo, karena mami itu udah hancurin hidup gue!” balas Reina. “Asal lo tahu, gara-gara mami lo, gue jad
Hidup Rein sebagai anak tunggal dan satu-satunya anak kesayangan Vian hancur begitu saja dalam waktu singkat. Hidupnya terasa begitu gelap semenjak mengetahui semua kebenaran tentang kedua orang tuanya.Sejak saat itu, Rein hanya mengurung dirinya di kamar. Ia bahkan tak makan maupun minum sama sekali. Kondisi tubuhnya pun semakin melemah.Suasana rumah itu pun menjadi sangat gelap. Semenjak semuanya terbongkar, tak ada lagi percakapan yang terjadi, selain pertengkaran Nia dan Vian.Nia terus saja meminta Vian untuk tak kembali kepada Ami. Sesekali ia juga memaksa Vian untuk tak menemui Reina. Namun Vian tetap menolak semua permintaan sang istri.Semua pertengkaran itu selalu saja didengar oleh Rein. Pertengkaran itu membuatnya tak ingin menginjakkan kakinya di tempat lain, selain kamarnya. Ia yang selalu berada di dalam kamarnya pun membuat Vian khawatir. Vian selalu mendatangi kamarnya, namun gadis itu selalu mengusir Vian. Hal yang sama pun terjadi pada Nia. Rein sangat marah besa
Suasana yang canggung kini telah pergi dan diganti dengan suasana sedih. Air mata Reina banjir malam itu. Gadis itu hanya bersandar pada Yandi dan terus meneteskan air matanya.Yandi tak tahan melihat Reina terus-terusan meneteskan air matanya. Ia berusaha memikirkan sebuah cara. Namun, ia pun tak bisa menemukan cara yang tepat.Permasalahan dalam keluarga adalah permasalahan yang sering dialaminya. Namun, ia bukanlah orang yang suka mencari jalan keluar. Ia adalah orang yang sering membantah dan melawan. Sehingga sulit baginya untuk membantu Reina menemukan jalan keluar untuk masalahnya.“Eh... sorry, sorry. Gue malah nangis gak jelas lagi,” ucap Reina segera menghapus air matanya. “Gak papa kali. Gak perlu minta. Gue malah senang kalau lo mau cerita,” ucap Yandi lembut.“Eh... tapi kayaknya lo gak bisa di sini lama-lama, deh. Soalnya ini udah mau jam sepuluh,” ucap Yandi merasa tak enak hati. Tanpa sadar mereka menghabiskan cukup banyak waktu dan kini waktu hampir menunjukkan pukul
Kaki Reina terus melangkah menjauhi rumahnya. Semakin lama, semakin jauh ia melangkah. Namun, gadis itu bahkan tak tahu ia harus terus melangkahkan kakinya ke mana. Reina terus berjalan tanpa henti. Tubuh serasa lesu. Tenaganya habis terkuras setelah banyak meneteskan air mata. Pikirannya pun menjadi sangat kacau.Tit.... Tit....“Ha?” Reina terkejut dengan suara klakson mobil yang begitu dekat dengannya. “Reina, lo—lo habis kenapa?” tanya Andi khawatir setelah melihat mata Reina yang sembab. “Gak papa, kok,” jawab Reina dengan suaranya yang serak.“Tuh... tuh... suara lo serak kayak gitu, masih aja bilang gak papa.” Perkataan Reina tak mencerminkan keadaannya yang terlihat jelas tak baik-baik saja. “Lagian lo mau ke mana, sih?” tanya Andi.“Gak tahu,” jawab Reina. Andi pun merasa aneh dengan jawaban gadis itu. Namun satu hal yang biasa ia pastikan, bahwa gadis itu sedang tidak baik-baik saja. “Ya udah. Kalau gitu, mendingan lo naik, deh. Entar gue antarin lo ke mana, aja,” ujar And
“Reina...” teriak Ami, namun putrinya tak menghiraukannyaHari ini seharusnya menjadi hari yang membahagiakan bagi Ami, karena hari ini ia bisa segara menjemput putrinya. Ia pun bisa kembali berkumpul bersama putrinya tanpa harus berpisah lagi. Hari ini, Ami sengaja berhenti dari pekerjaannya. Ia memilih berhenti agar ia bisa mengurus putrinya yang sedang sakit. Meski Yani dan Yeri tak setuju, namun mereka tak bisa menahan Ami. Mereka pun harus melepaskan Ami, agar ia bisa merawat putrinya. Selain itu, mereka saat ini mulai mengalami masalah keuangan. Melepaskan Ami di kondisi sekarang adalah salah satu pilihan untuk mengurangi pengeluaran. Semenjak kedua orang tua mereka berada di tahanan, pekerjaan mereka pun tak ada yang mengurusnya. Baik Yani maupun Yandi, keduanya sama-sama tak berminat melanjutkan pekerjaan orang tua mereka. Belum lagi, mereka harus membayar tagihan rumah sakit Yandi.Yani adalah satu-satunya anggota keluarga yang susah bekerja selain kedua orang tuanya. Yand
Semua teka-teki dari beribu pertanyaan di kepala Reina kini telah terpecahkan. Namun, ia tak menyangka jika semuanya sangat menyakitkan. Rasa sakit itu bukan hanya semata-mata karena kebohongan Ami. Semenjak mendengar pertengkaran Vian dan Nia, Reina sudah tahu bahwa selama ini Ami telah membohongi dirinya tentang ayahnya yang susah meninggal.Reina memang merasa kecewa dan sedih. Namun, setelah ia mendengar perdebatan bundanya dan Vian, ia merasa sangat sakit hati dengan sikap bundanya. Reina yang terlanjur sakit hati pun memilih untuk menjauh dari Vian dan Ami. Ia berlari sekuat mungkin menjauhi mereka, tanpa tahu ke mana ia harus terus berlari.Kaki Reina terus melangkah dan melangkah, dan tanpa sadar ia berlari menuju tempat yang tak asing. Ya, tempat itu adalah tempat yang sering dikunjunginya. Tanpa sadar, Reina terus melangkahkan kakinya menuju tempat pemakaman umum. Suatu tempat yang sering ia kunjungi, ketika ia merindukan sosok seorang ayah.“Ayah?” Tubuh Reina terasa lem