Usia Joshua telah tiga bulan dan bayi tampan itu tumbuh semakin montok juga sudah sangat ekspresif mengenali orang-orang yang di sekitarnya. Tubuh Jordan berkilat oleh keringat dan masih terus berlatih mengayunkan pedang kayu di tangannya yang semakin cepat juga terpusat. Tiba-tiba Rollo melompat ke depan Jordan dan berlawanan dengan pemuda itu sebagai lawan tanding latihan Jordan. Priskila dan Lagertha yang sedang menggendong Joshua di halaman belakang, fokus melihat Jordan latihan pedang, tersenyum geleng-geleng kepala melihat tingkah konyol Rollo dalam melatih Jordan mengayunkan pedangnya. "Akan ku beritahu sebuah rahasia, jika kau berhasil mengalahkanku!" ucap Rollo belum kewalahan mengayunkan pedangnya sama sekali meskipun Jordan cukup sengit tidak bercelah dalam serangannya. "Hidupmu terlalu banyak rahasia, Boss! Apakah kamu sungguh berbahagia di atas semua rahasia itu?" dengkus Jordan yang sudah mulai terbiasa berseloroh dengan Rollo seperti Maximus. Rollo menggetarkan taw
Beberapa menit sebelumnya di kediaman Connor. "Rollo, kamu memindahkan prajurit?" tanya Priskila setelah dirinya berada dalam ruangan kerja Rollo yang sedang memeriksa laporan dari Wilson melalui komputer. "Tidak. Ada apa?" Rollo menyahut cepat dan bertanya balik menghentikan pekerjaannya, menatap kedatangan istrinya yang menggendong Joshua. Joshua terlihat gelisah juga sedikit rewel sejak Lagertha pergi ke pesta di kediaman keluarga Vincent Bough. Rollo menuangkan minuman jus dalam pitcher ke gelas dan menenggaknya sekaligus tandas dua gelas tanpa merasa curiga sedikitpun. "Kamu tidak bisa tidur? Segera Sistermu pulang bersama Jordan, hem" ucap Rollo berdiri dari duduknya, mengulurkan tangan pada Joshua yang memalingkan wajah menolak tangan Papanya. Rollo tersenyum tipis, "Kamu lebih menyukai gendongan Jordan dan Sistermu?" Tiba-tiba Rollo merasakan aneh pada kedua kakinya, tetapi berusaha menahan dengan tidak menyurutkan senyuman manisnya pada Joshua yang kembali menoleh
Beberapa jam sebelumnya,Priskila memperhatikan dari jendela kamarnya telah terjadi pertukaran pengawal di halaman kediamannya.“Rollo, apakah kamu melakukan pergantian pengawal? Kenapa? Ini masih sore, seharusnya dua hari lagi bukan?” Priskila mendatangi Rollo di ruangan kerjanya bersama Joshua di gendongannya, bertanya pada suaminya itu.“Tidak. Apakah kamu yakin itu pergantian pengawal, bukan yang lain? Atau apakah kamu merindukanku? Kemarilah,” sahut Rollo tersenyum lembut dan menggerakkan kelopak matanya berkedip-kedip menggoda Joshua yang terlihat gelisah di gendongan Priskila.“Kenapa kamu rewel? Sistermu dan Jordan hanya pergi sebentar. Apakah karena Mamamu merindukan Papamu ini? Kamu tidak boleh cemburu, Boy! Mamamu selamanya milik Papa.” kekeh Rollo sembari meraih Joshua dari gendongan Priskila.Rollo menghentikan pekerjaannya begitu istri dan anaknya datang ke dalam ruangan kerjanya. Selalu seperti itu, sebagai bentuk peduli dan perhatiannya pada istri dan anak-anaknya.Rol
Lagertha berusaha mengumpulkan tenaganya dengan mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat, lalu melayangkan tinju ke wajah Vincent hingga pria itu terpaling ke samping."Ouch!" Lagertha juga menjerit tertahan karena puncak buah dadanya tergigit oleh Vincent dan pria itu balas menampar wajah cantik Lagertha berulang kali. "Kau mau bermain-main denganku?" dengkus Vincent penuh emosi dan tatapan matanya merah menyala tersulut birahi juga amarah karena Lagertha berani melawan serta memukul wajah tampannya. Vincent menarik paksa hingga terkoyak celana dalam Lagertha dan tepat pria itu hendak membuka lilitan ikatan pinggang celananya, sebuah tendangan keras membuat Vincent terbang jatuh ke lantai dari atas ranjang. Jordan segera memeluk Lagertha dan melepaskan jas yang dia pakai untuk menutupi tubuh terbuka Lagertha. "Bawa pengawal Lagertha Connor keluar dari ruangan pesta dan bunuh mereka semuanya!" perintah Vincent terdengar dari sambungan telpon yang dia lakukan cepat, sudah bangkit berd
"Lagertha!" Jordan berteriak memanggil, segera berguling dan mengedipkan kelopak matanya berkali-kali agar bisa memindai lingkungan yang gelap di sekitarnya. "A-aku di sini," sahut Lagertha sedikit lebih jauh ke bawah dan suara gadis muda itu terdengar seperti menahan rasa sakit. Jordan bergegas meluncur dan matanya telah berhasil mendeteksi Lagertha di depannya yang berada dalam dekapan Gustaf. "Gustaf ..." panggil Jordan pada Gustaf sembari membantu rekannya tersebut setelah membuat Lagertha berdiri dan berpijak stabil di atas tanah. "Kalian cepatlah pergi! Aku akan menahan anak buah keluarga Vincent di sini." ucap Gustaf lirih. Perut samping dan punggung Gustaf terluka, terhantuk batu besar saat melindungi Lagertha yang mereka jatuh berguling-guling. Lagertha mengancingkan jas milik Jordan yang masih dia pakai dan bagian bawah menggunakan celana bahan Vincent. Sehingga gaunnya yang masih dia pakai, tidak terlalu berguna lagi setelah sobek pada bagian dadanya. Lagerth
Jordan mengangkat satu lengan ke depan wajahnya agar bisa memindai orang yang berada di balik penyinaran lampu mobil ke arahnya, Gustaf dan Lagertha. "Jordan!" panggil suara seorang pria yang terdengar serak, mengangkat tangan pada orang-orang di sekelilingnya agar mematikan lampu yang menyorot silau Jordan, Gustaf dan Lagertha. Jordan mengerutkan keningnya, masih belum bisa mengingat pria yang kini sudah melangkah lebar ke arahnya. "Jasper dari Orebro, kita sudah berkenalan di penjara pulau ..." Pria yang bernama Jasper berhenti sejenak menatap lekat wajah Jordan yang akhirnya mengangguk cepat, mengingat pria di depannya tersebut turut dibebaskan oleh Maximus dari penjara terkutuk tengah pulau bersamanya. "Mari masuk ke dalam mobil," ajak Jasper membantu Jordan membawa Gustaf yang masih dia tahan di punggungnya, masuk ke dalam mobil juga memegangi lengan Lagertha yang masih menatap lekat ke arah pria dewasa tersebut. "Ceritanya sangat panjang, tapi kami baru saja mendapatk
Mobil pemadam kebakaran dan polisi yang datang ke kediaman Connor, hanyalah kedok bagi anak buah Kalf dan Vincent yang bekerjasama menghancurkan Rollo Connor, datang ke kediaman untuk menunggui atau mencari Lagertha, Jordan dan Gustaf yang kabur dari kediaman Vincent. Emmet dan rekannya berhasil mengemudikan mobil ke sebuah rumah yang memiliki halaman sepi di belakangnya dan dengan cepat mematikan mesin mobil mereka, menghindari mobil pemadam kebakaran serta polisi yang mereka juga meyakini adalah sebuah kedok. "Cepat bawa dia masuk," ucap seorang wanita muda, melihat Emmet menggendong Gustaf, berdiri di depan pintu belakang rumah yang mereka bersembunyi. Amber, sang wanita bergegas mengintip melalui jendela ketika mendengar suara mobil memasuki pekarangan rumahnya dan berhenti di halaman belakang. Emmet mengangguk cepat, memberi kode pada rekannya untuk terus waspada berjaga di luar sementara dia membawa Gustaf masuk ke dalam rumah. Gustaf tersenyum pelan saat mengenali waja
Anak buah Vincent dan Kalf yang datang ke tebing mencari Lagertha dan Jordan, tewas semuanya ditembaki oleh anak buah Jasper. Jordan sudah duduk di dalam kapal, memeluk Joshua yang tertidur dan botol susunya diisi air mineral oleh anak buah Jasper dan Joshua menyesapnya hingga air dalam botol segera tandas. "Dia haus," bisik Lagertha sedih membelai tangan Joshua yang tetap tertidur nyenyak di pelukan hangat Jordan. Jasper menutupi tubuh Joshua dengan selimut tebal. Juga memberikannya untuk Jordan, Lagertha dan Vanessa. Jordan menatap lekat ke dalam mata Jasper yang duduk di depannya, berpegangan pada seutas tali. "Kamu Jordan Smith Watanabe, bukan?" cetus Jasper melemparkan pertanyaan pada Jordan sebelum dia memulai cerita tentang dirinya yang dia tahu Jordan sedang menagih janjinya sebelum mereka menaiki kapal. Semua anak buah Jasper terlihat sibuk mengendalikan kapal agar segera sampai di Orebro. Mereka juga menyimak pembicaraan pemimpin mereka dengan Jordan. Jordan men
Mister Bough mengamuk murka. membanting semua benda di atas meja kerjanya berantakan jatuh ke lantai, begitu melihat tayangan video yang dikirimkan oleh seseorang ke ponselnya.Dua orang anak buahnya yang menyeret tubuh Kaye ke dalam danau, terlihat beberapa kali mengikuti Ben Horik berpergian. Hal tersebut jelas mengindikasikan jika kedua anak buahnya tersebut selama ini membelot pada pihak Ben Horik. "Beraninya pria terkutuk itu menyusupkan mata-mata di sekitarku!" Mister Bough mendengkus geram memukul meja kerjanya dengan telapak tangan terkepal kuat. "Tiger, bawa semua anggota keluarga kedua orang itu ke hadapanku dan ..." "Permisi, Sir." terdengar suara ketukan pada daun pintu ruang kerja, "Ada Zero ingin bertemu Anda, membawa oleh-oleh." penjaga di depan pintu berteriak nyaring memberitahukan kedatangan Zero sehingga memotong perkataan Mister Bough yang ia tujukan untuk Tiger, asisten pribadinya. "Masuk!" Zero melangkahkan kakiinya memasuki ruangan kerja Mister Bough yang b
Entah sudah berapa jam Zetha merawat tubuh besar Maximus yang ia buat tetap tertidur pulas selama diberikan perawatan dan pengobatan, Luciano Sky selalu sigap luar biasa mendampingi, menyiapkan segala sesuatunya memudahkan pekerjaan Zetha. Dari menyodorkan jepitan sedotan ke sela bibir Zetha ketika mendengar hembusan napas pelan istri cantiknya itu, mengelap keringat, juga menyingsingkan lengan bajunya sampai ke turut serta menggunting benang begitu Zetha selesai membuat simpul dari menjahit bagian-bagian tubuh Maximus yang terbuka. Luciano dan Zetha benar-benar pasangan yang seiring senapas. Luciano selalu tahu apa yang harus dia lakukan dan diinginkan oleh Zetha tanpa istrinya itu berkata mengungkapkannya.Pun sebaliknya, Zetha akan selalu tahu saat Luciano menahan napas ketika tanpa sengaja jemari tangannya menyentuh tangan Marco Ilso yang ia genggam secara refleks. Zetha akan mendekatkan posisi tubuh serta kepala ke depan bibir Luciano agar suaminya itu bisa mengecup atau menciu
Jordan dengan Lagertha duduk pada kursi penumpang, mengemudikan mobil sport yang Lagertha curi, sangat cepat mengikuti mobil di depan mereka yang dikemudikan oleh anak buah Jasper melaju kencang membawa Maximus, Marco dan Kai ke landasan pacu helikopter. Maximus terluka parah, pun juga Kai mengalami cidera tusukan pisau pada perutnya. Mereka benar-benar seperti berlomba dengan waktu. Marco sudah menghubungi dokter terbaik untuk Maximus dan Kai sebelum diperintahkan oleh Jordan. Marco sangat paham seperti apa peran Maximus bagi Jordan dan Lagertha.Iringan mobil anak buah Jasper dan Jordan yang seolah membelah pekatnya jalanan daerah perbatasan, berpapasan dengan rombongan mobil pasukan keluarga Bough. Mister Bough yang turut serta berada dalam mobil anak buahnya, menolehkan kepalanya sejenak memandangi bagian belakang mobil sport yang dikemudikan Jordan.Alis pria tua tersebut terlihat sedikit bertaut, tetapi belum sempat bibirnya memberikan perintah pada sopirnya untuk berbalik, k
Jordan menyambar jubah dari tubuh mayat yang memiliki ukuran paling besar, melingkupkannya ke Maximus yang menyeringaikan sudut bibir tersenyum getir. "Aku tidak mengijinkanmu mati, Max! Jadi bertahanlah dan akan ku cari dokter terbaik untuk mengobatimu." bisik Jordan lembut tetapi setiap suku katanya penuh penekanan akan perasaan terdalamnya. "Kai, Lagertha ...!" Jordan berseru memanggil Lagertha dan Kai yang berlari meloncat bergegas mendekat. Malang bagi Kai yang sangat terburu-buru, ia justru berhadapan dengan Kaye yang masih menggenggam pisau di tangannya. Atau mungkinkah takdir untuk Kai? "Kai ...!" Maximus berusaha memanggil lirih untuk memperingatkan pemuda itu akan Kaye yang pandai ilmu beladiri. "Aku melihat ada mobil sport di samping rumah, cepatlah bawa Max ke sana. Segera aku akan menyusul." Jordan berbisik pada Lagertha yang tatapan matanya ragu, tetapi ia tetap menganggukkan kepala. "Kaye itu licik. bantu Kai ..." Maximus berkata sangat pelan yang langsung dimenge
Bagian depan pintu masuk gelap. Percikan cahaya terlihat jauh di dalam ruangan yang sepertinya itu adalah cahaya lilin.Jordan memberi kode untuk ia masuk lebih dulu ke dalam rumah, Lagertha di tengah dan bagian belakang Kai yang waspada akan sekelilingnya.Baru saja Jordan masuk ke dalam ruangan, wajahnya langsung terteleng ke samping. sebuah tinju dengan tenaga besar sangat kuat menghantam rahangnya hingga berderak.Perkelahian tidak dapat dielakkan. Jordan menutup pintu di belakangnya agar Lagertha tidak masuk dulu bersama Kai.Sang pria di dalam rumah kembali melayangkan pukulan ke arah Jordan, tetapi pemuda itu telah merunduk dan needle di tangannya dengan cepat menusuk perut sang pria yang ia gerakkan ke samping untuk merobek tanpa ampun.Mereka harus cepat, Jordan tidak memiliki waktu untuk bermain-main. Ia menarik needle dari perut sang pria yang terduduk menekuk lutut di lantai setelah memburai isi dalam perutnya ke
Jordan masih terbaring menengadah, melihat titik-titik air hujan yang jatuh melewati dedaunan lebat di atasnya. Hujan lebat kembali mereda berganti gerimis. Namun Jordan belum ingin bangkit dari posisi tidur telentangnya. Beberapa burung sudah keluar berkicau dan tupai serta monyet bersenda gurau di atas pepohonan. Jordan memperhatikan semuanya. Ia juga merasakan pil yang dijejali Zero masuk ke dalam mulutnya sudah mulai bekerja dari dalam, membuat pernapasan jadi teratur pun peredaran darahnya semakin lancar. "Pejamkan matamu, tebaslah titik-titik air tanpa membasahi tangan!" terngiang dalam kepala Jordan arahan dari Keigo, Papa kandungnya sewaktu ia masih dalam penjara tengah pulau. Jordan juga teringat ketika tadi Zero mengatakan, ""Latih fokusmu menebas titik-titik air hujan! JIka tidak, kau tak pantas mendapatkan istri cantik seperti Lagertha Connor!" Pria bertopeng itu juga menyebut Jordan, lamban, lemah dan tatapan kedua matanya terlihat sangat meremehkan Jordan. Perlahan
Hujan masih gerimis besar-besar yang bisa membuat tubuh seseorang basah kuyup jika lima menit saja berada di luar ruangan. "Aku akan siapkan sarapan untukmu," ucap Lagertha pada Jordan, telah berganti pakaian dengan sangat cepat setelah bercinta dan mereka mandi bersama membersihkan diri. "Nanti saja. Aku belum lapar." tolak Jordan seraya menyambar cepat pinggang ramping Lagertha untuk ia ciumi samping lehernya sambil mengendus aroma wangi tubuh istrinya itu. Lagertha sudah sangat paham kebiasaan Jordan yang akan mengendusnya jika ingin minta sesuatu. "Katakan, kamu mau apa dan kemana? Bersama siapa?" Lagertha meraih dan menangkup wajah berbulu maskulin Jordan untuk ia bawa menatapnya. Maximus sedang pergi mengontrol pengiriman 'paket-paket' dari organisasi mafia yang juga mereka sebut organisasi Jola. Sedangkan Marco setiap pagi hingga siang atau sore hari akan menghandel pekerjaan di perusahaan dan Jasper melakukan inspeksi lokasi untuk mendirikan pabrik di wilayah Asia bersama
Jordan mengerjakan dan memantau pekerjaannya dari kediaman. Ia semakin giat berlatih dan membuat tubuhnya bugar selalu. Ini adalah hari ke tujuh sejak pertemuan Jordan dan Zero di dalam hutan, belum ada tanda-tanda Zero datang berkunjung lagi. Pagi ini hujan turun cukup deras, namun tidak mengurungkan niat Jordan untuk melakukan inspeksi rutin setiap hari dengan waktu tak menentu memeriksa sekeliling kediaman. "Aku sudah siapkan air hangat untukmu berendam," Lagertha langsung menyambut Jordan di depan pintu belakang kediaman dengan jubah handuk di tangannya. Jordan menerima jubah handuk untuk ia lilitkan ke tubuh basahnya seraya memberikan kecupan ke pipi Lagertha yang berjingkat meringis karena merasakan dingin dari bibir Jordan sementara pria itu terkekeh rendah. "Dimana Joshua?" "Tidur lagi dengan Vanessa setelah sarapan." Lagertha menjawab sambil mengikuti langkah kaki Jordan menaiki tangga menuju lorong kamar. Jordan mampir ke kamar Joshua yang hanya digunakan di waktu sia
Jordan tiba-tiba terbangun dari tidur, mendapati Lagertha masih terlelap dalam dekapannya. Jordan bangkit perlahan, memindai sekelilingnya yang sinar lampu sangat temaram,, celingukan mencari Joshua yang ia lupa jika bayi tampan itu tidur bersama Samantha. Seakan terhubung dengan Jordan, Joshua terdengar merengek manja ikut terbangun di kamar Samantha. Jordan sudah berjalan ke depan pintu kamar Samantha terbangun oleng berusaha membujuk Joshua yang sedikit rewel. "Berikan padaku," Jordan sudah membuka pelan pintu kamar Samantha. Joshua di gendongan Samantha langsung mengulurkan lengan gempalnya ke arah Jordan yang tersenyum lembut meraih bayi tampan itu dan menghapus jejak airmatanya. "Dia belum terbiasa tidur berpisah dengan kami, aku akan membuatkannya susu dan membawanya tidur ke kamar." tutur Jordan yang akhirnya dianggukkan Samantha. "Terima kasih, Jordan." Samantha tetap merasa perlu berterima kasih pada suami keponakannya yang begitu sangat bertanggung jawab juga lembut dal