"Halo…." Rose mengangkat teleponnya dari nomor tidak dikenal.
"Rose," sahut suara seorang wanita dari ujung sana.
"Sonya?" kagetnya.
"Iya, aku Sonya, Rose."
"Astaga, Sonya … kau kemana saja? Ini nomor barumu?"
"Iya, maaf aku tidak menghubungimu selama ini."
"Kau di mana sekarang, So? Aku begitu mengkhawatirkanmu, apa kau baik-baik saja?"
Sonya terdengar membuang nafas panjang. "Aku baik-baik saja Rose. Tolong jangan marah padaku karena meninggalkanmu di saat kau sedang koma waktu itu."
"Tidak apa-apa, aku mengerti posisimu, Sonya. Daddy sudah menceritakan semuanya padaku. Kau ada di mana? Dari siapa kau tau kalau aku sudah sadar?" tanya Rose penasaran.
"Aku bertemu dengan Ace."
"Ace?"
"Iya, aku ada di Mexico seka
Memasuki arena pertandingan, Allen sudah memakai sarung tinju berwarna biru. Kakinya dibungkus sepatu berwarna senada, yang memiliki sol atau alas bawah terbuat dari karet. Semua petinju diwajibkan untuk memakai sepatu seperti itu, untuk menghindari terpeleset di atas ring tinju nantinya. Ditemani asisten kepercayaannya Ace, Allen naik ke atas ring tinju dengan tinggi kurang lebih 1,5 meter. Pria berjambang itu duduk di ujung kanan ring, sembari bersiap-siap memakai pelindung gigi. Edward duduk di ujung kiri sambil memperhatikan Bos Mafia di depannya. Pria itu tersenyum licik dengan segala macam rencana di kepalanya. "Serang dia di perut kanannya, Tuan. Aku dengar kalau kelemahannya ada di sana," bisik salah seorang anak buah Edward. Pria itu mengangguk tanpa melepaskan pandangan tajamnya dari Allen. Dalam durasi waktu selama tiga menit dala
"Nona Rose, silahkan ikuti kami…." Seorang pria memakai pakaian serba hitam dan kacamata berwarna senada mendekati Rose.Wanita itu baru saja keluar dari pintu kedatangan penumpang pesawat yang baru landing."Kau siapa?!" sentak Rose merasa risih."Saya anggota dari bos Allen. Beliau meminta saya untuk menjemput Nona disini.""Allen? Dia tahu darimana aku datang?""Saya tidak tahu Nona, saya hanya diperintahkan untuk menjemput Nona sekarang."Rose diam, menatap menyelidik pria di depannya. Dia hanya takut jika orang ini berpura-pura menjadi suruhan Allen dan berkata ingin menjemput dia disini."Nona tidak perlu khawatir, saya anggota Blue Fire. Ini identitas saya…." Pria itu menunjukkan tato di punggung tangannya, dan sebuah cincin khas keanggotan mereka pada Rose.Rose baru percaya saat melihat bu
Perhatian Edward sedikit teralihkan melihat kedatangan dua wanita cantik di dalam ruang pertandingan itu.Salah satu wanita berambut panjang hitam dengan bibir penuh dan tubuh yang—seksi menurut Edward, berjalan mendekati Allen di ujung ring.Wanita itu terlihat sangat mirip dengan Eduardo, pria yang sedang dicari Allen saat ini sampai mau menerima ajakan duelnya di atas ring.Garis wajah dan tatapan mata keduanya pun sangat mirip, Edward jadi penasaran siapa wanita itu."Dia wanitanya Allen, Bos," bisik salah seorang anak buah Edward menjawab rasa penasarannya."Darimana kau tau?""Gosip kedekatan mereka sudah lama beredar, Bos. Makin heboh juga saat wanita itu diculik oleh paman Allen sendiri, yang aku dengar dia hampir mati karenanya."Edward menganggukan kepala mengerti, sepertinya wanita itu punya hubungan yang spesial de
"Kenapa kau lama sekali Liam?!""Tidak perlu marah-marah, wajahmu akan semakin jelek jika kau banyak bicara seperti itu!" sinis dokter pribadi Allen meletakkan tasnya di dekat Bos Mafia itu.Allen mengernyit melihat sikap tidak biasa yang ditunjukkan Liam padanya."Kau kenapa?" tanyanya ingin tahu."Kenapa apanya?""Kau terlihat seperti pria kesepian…," goda Allen tertawa mengejek."Dasar! Kau sama saja seperti asistenmu yang tidak tau diri itu!"Allen mengangguk-anggukkan kepala. "Jadi ini tentang Ace?""Apa maksudmu?""Kau pasti bertemu dengan Ace diluar bersama Sonya bukan? Kau cemburu melihat asistenku sudah memiliki kekasih sekarang?"Liam berdecih mengeluarkan jarum bersama benang daging untuk menjahit luka robek di dahi Allen,
"Dimana Sonya, Ace?""Aku membawanya kembali ke hotel, Bos."Allen mengernyit. "Kenapa? Disini, kan ada Rose. Dia bisa menemani Sonya nanti.""Maaf, Bos. Tapi udara disini agak tidak baik untuk kandungannya. Aku yang meminta dia pulang dulu ke hotel dan bisa kembali kesini kalau dia mau," sahut Ace tidak enak.Allen berdecak menggelengkan kepala. "Tidak ku sangka kau ternyata bisa lebih protektif dibanding ibu-ibu cerewet di luar sana," ledek Bos Mafia itu.Ace hanya terdiam menunduk, berjalan di samping atasannya. Semenjak tahu Sonya hamil, dia memang lebih posesif dibanding dulu.Pria itu hanya ingin menjaga anak dalam kandungan Sonya dan memastikan dua orang yang dia cintai itu, bisa selalu sehat dan aman hingga tanggal kelahiran Sonya tiba."Di mana Liam?" tanya Allen mengalihkan pembicaraan mereka.&nbs
"Sonya … kau dimana?" Ace baru saja masuk ke kamar hotel presidential suite yang dia sewa selama berada di Mexico.Pria itu terlihat kesana kemari mencari keberadaan wanita yang tengah mengandung itu.Bunyi gemericik air di dalam kamar mandi membuat pandangan Ace teralihkan, sepertinya Sonya sedang mandi pikirnya.Membuka seluruh pakaian yang dia pakai, Ace masuk dengan santai mengikuti Sonya di dalam sana.Tubuh polos wanita itu menyambutnya, Ace ikut masuk ke dalam kamar shower di mana Sonya sedang berdiri memakai sabun ke tubuhnya."Honey," bisik Ace di telinga Sonya."Ace?!" kagetnya berbalik menatap pria yang sama-sama polos di depannya."Kau sudah pulang?" tanya Sonya malu-malu, mengalihkan pandangannya dari sesuatu yang menggantung indah dibawah sana."Ini sudah malam, tidak baik wanita hamil sepertimu m
"Kita mau ke mana, Al?""Kita akan bertemu dengan seseorang," sahut Allen singkat."Siapa?""Kau akan tahu saat kita tiba nanti Baby…."Rose berdecak duduk dengan gelisah di dalam mobil mewah prianya. Wanita itu sudah lama tidak jalan-jalan di kota ini.Kenangan masa kecilnya bersama keluarganya menari indah di pikiran Rose. Ternyata sudah selama ini dia tidak pernah datang lagi kesini, pikirnya."Aku ingin mengunjungi makam ibuku, Al…," ujar Rose tiba-tiba."Tentu saja, kita akan kesana saat kita bertemu dengan orang ini nanti." Allen mengambil tangan Rose menggenggamnya dengan lembut."Aku jadi penasaran dengan siapa orang yang ingin kau temui ini…."Allen tersenyum, semakin menekan pedal gas agar mereka bisa secepatnya tiba di lokasi persembunyian Eduardo
"Ja-jadi kau cucuku?" sambung Eduardo tidak percaya.Ya, pria tua itu adalah Eduardo, ayah dari ibunya Rose yang selama ini mencari keberadaan keluarga anaknya.Semenjak tahu anak perempuannya meninggal, Eduardo terus berusaha mencari keberadaan cucu perempuannya, Rose.Anaknya memang sengaja menghilang karena tidak mau Eduardo menemukannya bersama Alex yang lari, dari kejarannya."Cucu?" gumam Rose berbisik di samping Allen."Baby, tuan ini adalah kakekmu. Ayah dari ibumu…." tunjuk Allen pada Eduardo."A-apa? Kakek?" kaget Rose."Iya, Baby. Alasan aku mengikuti pertandingan tinju waktu itu karena ingin mencari tuan ini. Beliau sudah lama mencari keberadaan kau dan daddy Alex," sahut Allen menjelaskan yang sebenarnya pada Rose."A-aku tidak percaya ini." Rose menutup mulut, menatap pria tua dengan kepala
Akhirnya hari ini datang jugaAuthor rada² gak rela mau tamatin cerita ini, tapi setiap pertemuan pasti ada perpisahan...Author mau ngucapin terima kasih untuk semua pembaca setia Boss Mafia, I Love You yang selalu setia menanti up setiap hari...Juga untuk semua yang sudah mendukung cerita ini sampai tamat…Untuk sahabat sesama penulis Buenda Vania yang selalu setia author curhatin setiap saat,,Untuk teman-teman yang tergabung dalam Group Author Halu dan Group Author Bahagia…Terima kasih untuk setiap canda tawa selama ini,, sharing tentang segala macam hal dari yang serius sampe yang nggak penting…At least untuk suami dan anak tercinta yang selalu sabar dan mendukung hobi istri dan bundanya…I love you more ❤️By the way untuk karya kedua author sudah terbit yah guysJudulnya
"Kau mau ke mana lagi, Al?" rengek Rose memeluk suaminya posesif."Aku mau ke kamar mandi sebentar Baby, perutku sakit…," keluh Allen."Tidak boleh, kau harus tetap di sini bersamaku!""Astaga … lalu aku harus buang air disini Rose?" Wanita itu mengangguk dengan puppy eyes-nya.Semenjak hamil, Rose semakin bersikap manja padanya. Allen tidak diizinkan oleh wanita itu sedikit pun menjauh darinya.Bahkan untuk ke kamar mandi saja, Rose akan mengikuti pria berjambang itu ke dalam seperti saat ini. Rose sedang duduk di dekat dia yang sedang berkonsentrasi mengeluarkan tahap akhir isi dalam perutnya."Kau tidak jijik setiap hari menemaniku begini Rose?""Tidak.""Tapi aku yang malah jijik dengan diriku sendiri melihat kau begitu betah disini Baby…."Ro
Dua bulan setelah bulan madu di atas kapal itu, Rose keluar dari kamar mandi dengan wajah yang pucat.Sudah seharian ini wanita berambut panjang itu muntah-muntah di dalam sana. Allen sampai khawatir melihat keadaan istrinya."Kita ke rumah sakit saja Baby…." Rose menggeleng bersandar di dada bidang Allen yang memeluknya."Tapi aku khawatir melihat kau muntah-muntah begini sejak pagi Baby. Aku tidak tenang meninggalkanmu sendiri di mansion""Aku tidak apa-apa, Al. Kau pergilah bekerja, mungkin aku hanya salah makan saja kemarin."Allen berdecak, mulai jengkel dengan Rose yang tidak mau mendengarkan perkataannya. Pria itu kelimpungan sendiri mengurus wanitanya karena Amberd sedang berlibur ke luar negeri.Mau menghubungi Alex pun, pria itu tidak ada di Miami sekarang. Dia memilih kembali ke Mexico membuka usahanya di sana sembari menemani Eduardo
"Kapal pesiar?""Iya, kita akan berlayar selama seminggu penuh di atas laut."Allen mengajak Rose naik ke atas kapal pesiar berukuran cukup besar yang belum lama dia beli.Pria itu sengaja membelinya untuk hadiah pernikahan dia untuk Rose. Bahkan pada kapal badan tertulis inisial nama keduanya dan tanggal pernikahan mereka.Allen benar-benar memastikan hadiah ini akan menjadi kenangan untuk mereka berdua, sekaligus sebagai tempat bulan madu mereka setelah resmi menjadi suami istri."Ini sangat indah, Al…." Rose berdiri pada dek kapal, menatap hamparan laut luas di depan mereka. Kapal itu mulai bergerak saat keduanya naik ke atas sana."Kau suka?""Sangat, aku sangat menyukainya…," sahut Rose terkagum-kagum."Aku senang jika kau menyukainya Baby." Allen memeluk wanitanya dari belak
Tanggal sebelas di bulan sebelas adalah tanggal terindah untuk Allen dan Rose. Pasangan itu memantapkan hati untuk saling mengikat janji suci di depan pendeta.Rose berjalan mendekati Allen yang tengah menunggunya di depan altar, dengan mata yang berkaca-kaca.Wanita itu berjalan pelan ditemani Alex di sampingnya dengan mata yang sembab. Pria paruh baya itu tidak menyangka anak yang selama ini dia jaga dan dia rawat, kini akan menikah dengan seorang pria pilihannya.Teringat bagaimana Alex memberi pesan-pesan untuk Rose tadi saat mereka masih di ruang ganti pengantin."Hiduplah dengan bahagia, Nak. Daddy akan selalu mendoakan yang terbaik untuk kau dan keluargamu. Mommy-mu pasti ikut bahagia melihat kau akan menikah hari ini."Rose tersenyum menggenggam tangan ayahnya. "Terima kasih, Dad. Terima kasih karena sudah menjaga aku sampai sekarang. Terima kasih juga karena tidak
"Kau senang?"Rose mengangguk penuh semangat. "Tentu saja, Al. Malam ini adalah salah satu malam terindah di hidupku.""Memangnya malam selain ini apalagi?" tanya Allen penasaran."Kau mau tahu?" Allen mengangguk."Malam di mana aku sadar aku sudah mencintaimu, Al." sahut Rose mengingat malam panjang mereka berdua."Benarkah? Boleh aku tahu kapan tepatnya itu?" Rose tertawa geli, malu untuk memberitahukannya pada Allen."Kenapa tertawa? Jangan membuatku penasaran Baby…." keluh Allen memeluk posesif wanitanya dari belakang."Aku malu memberitahukannya padamu.""Kenapa malu? Aku bukan orang lain Baby, aku calon suamimu sekarang!"Rose tersenyum dengan wajah memerah. Mendengar Allen berkata calon suami makin membuat hatinya berdebar tidak karuan. Rose merasa seper
"Cepatlah Rose, kita sudah terlambat!""Berisik!" sahut Rose keluar dari dalam kamar mereka.Wanita itu memakai gaun peach sampai ke mata kakinya dengan dada yang menyembul sempurna, dan punggung yang terbuka sampai ke batas bokong. Rambutnya diikat ke atas, memperlihatkan leher Rose yang jenjang.Allen mendekati wanitanya terpesona. "Kau memang selalu cantik dan menawan Baby…," puji pria itu merangkul pinggang Rose.Wanita bermanik mata biru itu hanya mencebik, menepis rangkulan Allen padanya. Rose masih kesal dengan pria berjambang itu, dia menganggap Allen tidak pernah peka dengan perdebatan mereka semalam.Meski terkesan seperti anak kecil, tapi Rose kesal saja Allen bertingkah seperti pria polos yang tidak mengerti apa-apa.Mereka pun naik ke mobil diantarkan salah satu anggota Blue Fire menuju venue tempat pernikahan Ace dan Sonya diadakan.
"Daddy…." panggil Rose mendekati Alex. "Kemarilah, duduk disini dengan Daddy." Pria paruh baya itu menepuk kursi bangku disampingnya. ""Kau sedang apa sendirian disini, Dad?" tanya Rose ikut duduk bersama ayahnya. "Menikmati pemandangan sore hari Rose. Biasanya Daddy dan mommy selalu duduk disini setiap jam begini." Rose mengernyit tidak mengerti. "Disini?" "Iya, Nak. Rumah kakekmu ini dulunya adalah tempat tinggal pertama kami setelah menikah," terang Alex mengingat kenangannya bersama ibu Rose. "Benarkah? Kenapa Daddy tidak pernah mengatakannya padaku kalau kita punya rumah lain lagi, selain rumah kita yang dulu?" tanya Rose tidak percaya. "Itu karena rumah ini terpaksa Daddy jual untuk biaya persalinan ibumu, Nak. Kami sangat susah dulu, bahkan untuk membelikan ibumu makanan yang dia suka saja Daddy tida
"Kau disini Ace?" Sonya kaget mendapati pria itu sudah lebih dulu berada di rumah orang tuanya.Wanita berlesung pipit itu dijemput oleh anggota Blue Fire di hotel sebelumnya atas perintah Ace."Duduk, Sonya!" perintah ibunya menatap tajam anak perempuan mereka."I-iya, Mom." Takut-takut wanita itu duduk di samping Ace yang tersenyum tenang menatapnya."Apa benar pria ini adalah calon suamimu?" tanya ibu Sonya tanpa basa basi.Sonya tertunduk tidak berani menatap kedua orang tuanya. "Iya, Mom … Dad.""Lalu benar kalau dia sudah menghamilimu?" tanya wanita paruh baya itu lagi.Sonya mengangguk, tidak berani bersuara. Ace tengah menggenggam tangannya dengan hangat, seakan memberikan ketenangan di hati wanitanya.Dua pasangan suami istri itu saling menatap satu sama lain, dan kompak menghembuskan nafas panja