"Kau kemana saja Al?"
"Apa kau menungguku seharian ini, hm?"
Rose mengangguk. "Aku bosan di mansionmu sendirian. Aku ingin pulang, Al…."
"Kau belum sembuh benar Rose. Daddy-mu pasti akan sangat khawatir melihat keadaanmu seperti ini sekarang."
"Tapi aku-"
"Kemarilah," potong Allen menepuk kursi sofa di sampingnya.
Rose berdecak namun tetap mengikuti perintah atasannya itu.
"Tunggu setidaknya sampai gips di tanganmu bisa dilepas baru kau bisa pulang Rose." ujarnya lagi setelah Rose duduk.
"Itu terlalu lama Al, daddy pasti akan sangat khawatir padaku jika aku terlalu lama tidak pulang."
"Kau tenang saja, aku sudah mengurus itu untukmu. Kemarilah, aku ingin berada dekat denganmu." pinta Allen menarik tangan kanan Rose yang bebas gips.
"Kau kemana saja tadi?"
Follow IG author @adamvanda untuk visual Allen dan Rose 🤗
"Good morning baby…," bisik Allen di telinga Rose.Wanita ituQ masih tidur karena lelah dengan pertempuran mereka semalam.Sebuah kecupan mesra mendarat di dahi Rose, membuat dua mata indahnya perlahan terbuka."Maaf membangunkanmu Nona…," ujar seorang maid yang berdiri tidak jauh dari ranjang."Kau … sedang apa kau disini?""Maaf Nona, aku membawakan sarapanmu kesini. Kata bos, Nona akan makan dikamar," sahut maid itu tertunduk tidak berani menatap Rose.Rose mengedarkan pandangannya mencari sosok pria yang semalam habis bergelut dengannya.Allen tidak ada disana, hanya ada bantal guling yang berada disampingnya menggantikan posisi pria itu sebelumnya."Kemana bosmu?" tanya Rose sadar Allen tidak ada di kamar."Bos tadi pagi-pagi sekali sudah pergi Nona," jawabnya
"Apa kabar Adam?" sapa Allen pada sepupu laki-lakinya."Kabarku baik. Aku dengar kau makin sukses sekarang.""Iya, itu hanya sebagian dari usahaku saja selama ini." sahutnya menyombongkan diri.Sengaja … Allen ingin pelan-pelan memancing sikap sebenarnya Adam padanya."Lalu bagaimana dengan bisnis gelapmu? Apa semua berjalan dengan lancar?" tanya pria penuh tato itu."Semuanya sangat lancar, aku bahkan berhasil mendapatkan keuntungan yang tiga kali lipat dalam beberapa kali transaksi akhir-akhir ini.""Benarkah? Aku pikir kau sempat diserang dan banyak kehilangan benda berhargamu waktu itu!"Allen tertawa remeh, memutar gelas di tangannya. "Bandit-bandit pengecut itu tidak akan mampu menumbangkan bisnisku begitu saja. Penyerangan mereka bahkan tidak seberapa dengan kekuatan yang aku miliki!" sahutnya menyesap wine di ta
"Bangun pemalas!" sentak Ace membangunkan Sonya.Pria itu sudah mandi dan berganti pakaian untuk bersiap ke kantor. Hari ini pekerjaannya sangat banyak, hingga pagi-pagi sekali dia sudah harus tiba disana.Sonya yang kaget sontak terduduk di atas ranjang hingga selimut yang menutupi tubuh bagian atasnya tersingkap."Kau ingin menggodaku lagi, hm?"Ace duduk di samping Sonya dan memilin puncak dada wanita yang masih setengah sadar itu.Ujung benda kenyalnya langsung menegang mendapatkan sentuhan lembut dari jari-jari tangan Ace yang kasar.Sedikit meremasnya karena gemas, desahan lolos dari mulut Sonya yang sadar kalau lelaki itu lagi-lagi sedang mempermainkannya."Apa kau masih belum puas Sonya? Aku bisa memuaskanmu sekali lagi pagi ini sebelum aku pergi.""Brengsek!" Sonya menepis tangan nakal yang masih menemp
Masih dalam keadaan tubuh yang telanjang, Allen merapatkan tubuhnya menyentuh dua gundukan besar Rose dan menggesekkan miliknya yang menggantung indah.Tangan kekarnya asik meremas bokong padat berisi Rose dan mencium ceruk leher jenjang wanitanya, meninggalkan tanda kepemilikannya disana. Turun ke bawah mencium tulang selangka Rose dan berhenti di gundukan kenyalnya.Allen kemudian mendudukan Rose ke sudut ranjang dan membuka lebar kedua kakinya. Mulai mengendus dan membaui milik Rose, Allen menyesapnya dengan lembut.Mencari sebuah harta karun kecil disana, Allen mulai memanjakan wanita bertubuh seksi itu.Lidah liarnya asik dia mainkan bergantian dengan bibir basahnya memasuki rongga kehangatan milik Rose.Rose mencengkram kuat ujung ranjang diikuti dengan gerakan naik turun yang diberikan Allen melalui mulutnya di bawah sana.Allen terus memberikan kenikm
"Akhirnya kau pulang juga, Nak…." Alex menyambut kedatangan anak perempuannya dengan pelukan hangat."Maaf Dad, aku-""Kami baru saja pulang dari perjalanan bisnis Tuan Alex," potong Allen cepat.Hari ini dia mengantarkan Rose pulang setelah puas menggerayanginya selama seharian penuh kemarin.Rose sampai sulit berjalan karena tingkah pria gila ini, tidak pernah ada kata lelah untuk Allen menggempurnya."Iya, Nak Ace menghubungiku waktu itu dan mengatakan keberangkatan kalian. Apa kalian sudah makan?""Sebenarnya kami dari bandara langsung kemari Tuan," sahut Allen lagi."Baiklah, kalian beristirahatlah dulu. Aku akan menyiapkan makanan untuk kalian berdua.""Biar aku bantu, Dad…." sela Rose mengikuti Alex dari belakang."Tidak perlu," tahan ayahnya. "Kau tunggu dis
"Good morning….""Morning," balas Rose singkat."Biar aku pasangkan." Allen dengan cepat menarik sabuk pengaman Rose dan memasangkannya.Sedikit mencari kesempatan, Allen mendaratkan bibirnya ke ceruk leher Rose membuat wanita itu terlonjak kaget."Al…!""Apa?" kekehnya mulai melajukan mobil."Dasar mesum!""Itu bukan mesum Rose. Itu tandanya aku kangen.""Terserah!" sahutnya malas.Allen menepati janjinya kemarin akan datang menjemput Rose di rumahnya, untuk sama-sama pergi ke kantor. Tanpa ditemani Ace asistennya, Allen membawa mobil sport itu sendiri."Kau sudah sarapan Rose?""Sudah.""Baiklah, setidaknya kau sudah punya asupan pagi ini.""Maksudmu?"
Dua orang pria dengan satu wanita cantik berpakaian baju formal turun dari dalam mobil mewah keluaran terbaru.Tatapan mata penasaran sekaligus terpukau mengikuti arah langkah kaki ketiganya, masuk kedalam gedung perusahaan milik Robert Clarck."Berjalanlah di sampingku Rose, jangan berdiri di belakangku." perintah Allen menarik tangan wanitanya mendekat.Rose hanya bisa mengangguk, dan mengikuti langkah kaki panjang Allen. Sedikitpun pria itu tidak mau Rose jauh-jauh darinya.Apalagi mengingat mereka sedang berada di tempat musuh, Allen harus ekstra mengawasi sekitar mereka."Ada yang bisa saya bantu Tuan?" tanya seorang resepsionis wanita sopan."Kami ingin bertemu dengan CEO-mu tuan Robert," jawab Ace dengan gaya dinginnya."Maaf, apa sudah buat janji lebih dulu?""Katakan saja keponakannya ada disini!" sela
"Mau kemana kau Rose?""A-apa? Aku mau mandi Al.""Kita mandi bersama.""Tidak! Kau saja yang duluan kalau begitu.""Kenapa? Bukannya tadi kau bilang mau mandi? Kenapa sekarang malah tidak mau?""Aku…."Rose memutar otak, kalau mereka mandi bersama … yang ada bukan mandi tapi malah main air di sana.Astaga membayangkan rasa lelahnya di sodok Allen dalam keadaan berdiri sudah membuat lutut Rose lemas karenanya."Jangan berpikiran aneh! Aku hanya ingin mandi, ayo…." Allen menarik tangan Rose masuk ke kamar mandi dalam kamarnya.Rose dibawa Allen ke mansionnya karena ingin menghabiskan waktu sampai malam disana bersamanya.Setidaknya dia harus berpuas-puas melepaskan rindu bersama Rose, sebelum dia mengantarkannya pulang nanti.
Akhirnya hari ini datang jugaAuthor rada² gak rela mau tamatin cerita ini, tapi setiap pertemuan pasti ada perpisahan...Author mau ngucapin terima kasih untuk semua pembaca setia Boss Mafia, I Love You yang selalu setia menanti up setiap hari...Juga untuk semua yang sudah mendukung cerita ini sampai tamat…Untuk sahabat sesama penulis Buenda Vania yang selalu setia author curhatin setiap saat,,Untuk teman-teman yang tergabung dalam Group Author Halu dan Group Author Bahagia…Terima kasih untuk setiap canda tawa selama ini,, sharing tentang segala macam hal dari yang serius sampe yang nggak penting…At least untuk suami dan anak tercinta yang selalu sabar dan mendukung hobi istri dan bundanya…I love you more ❤️By the way untuk karya kedua author sudah terbit yah guysJudulnya
"Kau mau ke mana lagi, Al?" rengek Rose memeluk suaminya posesif."Aku mau ke kamar mandi sebentar Baby, perutku sakit…," keluh Allen."Tidak boleh, kau harus tetap di sini bersamaku!""Astaga … lalu aku harus buang air disini Rose?" Wanita itu mengangguk dengan puppy eyes-nya.Semenjak hamil, Rose semakin bersikap manja padanya. Allen tidak diizinkan oleh wanita itu sedikit pun menjauh darinya.Bahkan untuk ke kamar mandi saja, Rose akan mengikuti pria berjambang itu ke dalam seperti saat ini. Rose sedang duduk di dekat dia yang sedang berkonsentrasi mengeluarkan tahap akhir isi dalam perutnya."Kau tidak jijik setiap hari menemaniku begini Rose?""Tidak.""Tapi aku yang malah jijik dengan diriku sendiri melihat kau begitu betah disini Baby…."Ro
Dua bulan setelah bulan madu di atas kapal itu, Rose keluar dari kamar mandi dengan wajah yang pucat.Sudah seharian ini wanita berambut panjang itu muntah-muntah di dalam sana. Allen sampai khawatir melihat keadaan istrinya."Kita ke rumah sakit saja Baby…." Rose menggeleng bersandar di dada bidang Allen yang memeluknya."Tapi aku khawatir melihat kau muntah-muntah begini sejak pagi Baby. Aku tidak tenang meninggalkanmu sendiri di mansion""Aku tidak apa-apa, Al. Kau pergilah bekerja, mungkin aku hanya salah makan saja kemarin."Allen berdecak, mulai jengkel dengan Rose yang tidak mau mendengarkan perkataannya. Pria itu kelimpungan sendiri mengurus wanitanya karena Amberd sedang berlibur ke luar negeri.Mau menghubungi Alex pun, pria itu tidak ada di Miami sekarang. Dia memilih kembali ke Mexico membuka usahanya di sana sembari menemani Eduardo
"Kapal pesiar?""Iya, kita akan berlayar selama seminggu penuh di atas laut."Allen mengajak Rose naik ke atas kapal pesiar berukuran cukup besar yang belum lama dia beli.Pria itu sengaja membelinya untuk hadiah pernikahan dia untuk Rose. Bahkan pada kapal badan tertulis inisial nama keduanya dan tanggal pernikahan mereka.Allen benar-benar memastikan hadiah ini akan menjadi kenangan untuk mereka berdua, sekaligus sebagai tempat bulan madu mereka setelah resmi menjadi suami istri."Ini sangat indah, Al…." Rose berdiri pada dek kapal, menatap hamparan laut luas di depan mereka. Kapal itu mulai bergerak saat keduanya naik ke atas sana."Kau suka?""Sangat, aku sangat menyukainya…," sahut Rose terkagum-kagum."Aku senang jika kau menyukainya Baby." Allen memeluk wanitanya dari belak
Tanggal sebelas di bulan sebelas adalah tanggal terindah untuk Allen dan Rose. Pasangan itu memantapkan hati untuk saling mengikat janji suci di depan pendeta.Rose berjalan mendekati Allen yang tengah menunggunya di depan altar, dengan mata yang berkaca-kaca.Wanita itu berjalan pelan ditemani Alex di sampingnya dengan mata yang sembab. Pria paruh baya itu tidak menyangka anak yang selama ini dia jaga dan dia rawat, kini akan menikah dengan seorang pria pilihannya.Teringat bagaimana Alex memberi pesan-pesan untuk Rose tadi saat mereka masih di ruang ganti pengantin."Hiduplah dengan bahagia, Nak. Daddy akan selalu mendoakan yang terbaik untuk kau dan keluargamu. Mommy-mu pasti ikut bahagia melihat kau akan menikah hari ini."Rose tersenyum menggenggam tangan ayahnya. "Terima kasih, Dad. Terima kasih karena sudah menjaga aku sampai sekarang. Terima kasih juga karena tidak
"Kau senang?"Rose mengangguk penuh semangat. "Tentu saja, Al. Malam ini adalah salah satu malam terindah di hidupku.""Memangnya malam selain ini apalagi?" tanya Allen penasaran."Kau mau tahu?" Allen mengangguk."Malam di mana aku sadar aku sudah mencintaimu, Al." sahut Rose mengingat malam panjang mereka berdua."Benarkah? Boleh aku tahu kapan tepatnya itu?" Rose tertawa geli, malu untuk memberitahukannya pada Allen."Kenapa tertawa? Jangan membuatku penasaran Baby…." keluh Allen memeluk posesif wanitanya dari belakang."Aku malu memberitahukannya padamu.""Kenapa malu? Aku bukan orang lain Baby, aku calon suamimu sekarang!"Rose tersenyum dengan wajah memerah. Mendengar Allen berkata calon suami makin membuat hatinya berdebar tidak karuan. Rose merasa seper
"Cepatlah Rose, kita sudah terlambat!""Berisik!" sahut Rose keluar dari dalam kamar mereka.Wanita itu memakai gaun peach sampai ke mata kakinya dengan dada yang menyembul sempurna, dan punggung yang terbuka sampai ke batas bokong. Rambutnya diikat ke atas, memperlihatkan leher Rose yang jenjang.Allen mendekati wanitanya terpesona. "Kau memang selalu cantik dan menawan Baby…," puji pria itu merangkul pinggang Rose.Wanita bermanik mata biru itu hanya mencebik, menepis rangkulan Allen padanya. Rose masih kesal dengan pria berjambang itu, dia menganggap Allen tidak pernah peka dengan perdebatan mereka semalam.Meski terkesan seperti anak kecil, tapi Rose kesal saja Allen bertingkah seperti pria polos yang tidak mengerti apa-apa.Mereka pun naik ke mobil diantarkan salah satu anggota Blue Fire menuju venue tempat pernikahan Ace dan Sonya diadakan.
"Daddy…." panggil Rose mendekati Alex. "Kemarilah, duduk disini dengan Daddy." Pria paruh baya itu menepuk kursi bangku disampingnya. ""Kau sedang apa sendirian disini, Dad?" tanya Rose ikut duduk bersama ayahnya. "Menikmati pemandangan sore hari Rose. Biasanya Daddy dan mommy selalu duduk disini setiap jam begini." Rose mengernyit tidak mengerti. "Disini?" "Iya, Nak. Rumah kakekmu ini dulunya adalah tempat tinggal pertama kami setelah menikah," terang Alex mengingat kenangannya bersama ibu Rose. "Benarkah? Kenapa Daddy tidak pernah mengatakannya padaku kalau kita punya rumah lain lagi, selain rumah kita yang dulu?" tanya Rose tidak percaya. "Itu karena rumah ini terpaksa Daddy jual untuk biaya persalinan ibumu, Nak. Kami sangat susah dulu, bahkan untuk membelikan ibumu makanan yang dia suka saja Daddy tida
"Kau disini Ace?" Sonya kaget mendapati pria itu sudah lebih dulu berada di rumah orang tuanya.Wanita berlesung pipit itu dijemput oleh anggota Blue Fire di hotel sebelumnya atas perintah Ace."Duduk, Sonya!" perintah ibunya menatap tajam anak perempuan mereka."I-iya, Mom." Takut-takut wanita itu duduk di samping Ace yang tersenyum tenang menatapnya."Apa benar pria ini adalah calon suamimu?" tanya ibu Sonya tanpa basa basi.Sonya tertunduk tidak berani menatap kedua orang tuanya. "Iya, Mom … Dad.""Lalu benar kalau dia sudah menghamilimu?" tanya wanita paruh baya itu lagi.Sonya mengangguk, tidak berani bersuara. Ace tengah menggenggam tangannya dengan hangat, seakan memberikan ketenangan di hati wanitanya.Dua pasangan suami istri itu saling menatap satu sama lain, dan kompak menghembuskan nafas panja