Quincy berulang kali mengatakan pada Violet bahwa dia akan membereskan Aruna dan Milan. Dia sudah sangat percaya diri untuk membantu Violet.
Quincy memang berteman baik dengan Nolan. Jadi, otomatis Quincy juga mengerti Nolan dengan cukup baik. Terkait dengan Nolan yang senang bermain-main dengan wanita hanya sebagai bentuk pelampiasan karena sebenarnya Nolan juga pernah dipermainkan. Mendengar itu, Violet seketika diam dengan ekspresi yang tidak terbaca.
Violet sulit menentukan pilihan. Grey menyerahkan apa pun keputusannya pada Violet, untuk terus berjuang ataupun berhenti, hanya saja Grey juga menekankan untuk tidak menjadi pecundang, itu sama artinya jika Grey menyuruh Violet tetap maju. Sedangkan, Violet sendiri ingin sekali mundur, karena dari awal ia belum yakin, banyak hal yang membuatnya terus bimbang.
Terus terang, Violet merasa tidak ada perkembangan dari semua usahanya. Selalu ada Aruna yang menyadarkan Violet bahwa apa pun yang dia lakukan pasti sia-
Nolan ingat ketika kakak perempuannya, Aster, dilecehkan oleh tiga orang pria yang semuanya merupakan teman Aster sendiri.Sepuluh tahun lalu, sewaktu Nolan merasakan patah hati terhebatnya, karena perempuan yang dia cintai menolaknya dengan melemparkan kata-kata kasar, bertepatan dengan itu Aster juga pulang dalam keadaan yang mengenaskan. Pakaian yang Aster kenakan robek di mana-mana, hanya jaket denim yang menjadi pelindung satu-satunya bagi Aster.Mendadak Aster seperti orang bisu, dia mengunci mulutnya rapat-rapat ketika ayah atau ibunya bertanya. Semuanya khawatir, karena Aster hanya diam dengan pandangan yang selalu mengawang, keadaan itu bertahan sampai dua minggu. Pernah sang ayah mendatangkan dokter khusus untuk memeriksa keadaan Aster, takut jika Aster mengidap suatu penyakit, tetapi kondisi Aster dinyatakan sehat meski sedang tertekan.Lalu, Nolan mencoba untuk mengajak Aster berbicara, dia sengaja mengunci pintu agar tidak ada yang bisa menggangguny
Sepanjang perjalanan diam-diam Nolan sering mencuri pandang lewat kaca spionnya hanya untuk memastikan keadaan Violet.Jujur, ia masih khawatir dengan Violet. Pasti tidak semudah itu melupakan kejadian yang tidak menyenangkan tadi. Nolan tidak menyangka jika Violet bisa sangat pintar menyembunyikan perasaannya. Violet terlihat baik-baik saja meski Nolan yakin bahwa Violet hanya berpura-pura karena takut membuatnya khawatir.Nolan jadi teringat lagi dengan Aster. Kakaknya tidak bisa bertahan setelah mengalami itu. Namun, Nolan pikir Aster hanya ingin menghilangkan ketakutannya dengan melakukan bunuh diri, mungkin menurut Aster itulah cara satu-satunya agar ia bisa terbebas.Melihat Violet lagi, Nolan mendadak tidak setuju kalau Violet sampai berpikir hal yang sama dengan Aster. Nolan tidak akan membiarkan itu terjadi.“Saya tidak akan membiarkan kamu berbuat nekat. Saya akan terus mengawasi kamu mulai sekarang.” Suara Nolan terdengar berbisik l
Untuk alasan apa pun, kata ‘berlebihan’ adalah yang terburuk.Terkadang, itu bisa mengantarkan kita pada kekecewaan.Violet menyukai atau bahkan mencintai Nolan secara berlebihan. Hal itu yang membuatnya lalai sampai masuk ke dalam perangkap.Pertama kali Violet menyetujui tentang misi, dia lupa jika kemungkinan terbesar justru ia yang akan terbuai. Violet kalah dengan pesona memabukkan Nolan.Sekarang, Violet menyadari bahwa dia sudah tidak bisa keluar lagi.Dia sudah terjebak.Di sini, bersama Nolan.“Bosse tidak bercanda, ‘kan?”Itu sudah ketiga kalinya Violet mencoba memastikan. Meskipun, Violet tahu Nolan sedang tidak membual, dia sangat serius. Bahkan, mereka sudah masuk ke dalam salah satu kamar bernuansa putih yang tergolong suite room ini.Nolan sengaja tidak menjawabnya lagi. Setelah merebahkan tubuhnya di atas kasur, Nolan memandangi Violet yang masih meminta penjelasan l
Apakah mudah ketika bertemu lagi dengan orang yang sudah mengecewakan kita?Violet tidak tahu bagaimana menghadapi Nolan sekarang ini. Semuanya tidak mudah. Setiap kali Nolan mengajaknya berbicara, Violet sengaja menghindar atau sekadar menanggapinya jika itu menyangkut soal pekerjaan.Ini lebih parah daripada saat Violet sengaja menjaga jarak karena masih bimbang dengan perasaannya, apakah ia akan benar-benar berusaha menjalankan misi ketika ia sendiri tidak yakin, ini lebih parah karena Violet tidak memberikan kesempatan sedikit pun pada Nolan yang mungkin berniat menjelaskan kenapa dia melakukan hal yang melukai hati dan harga dirinya.Hingga menjelang perjalanan mereka tiba di tempat tujuan, Violet hanya diam sembari melihat pemandangan yang sebenarnya tidak terlalu menarik, hanya deretan rumah-rumah yang terlihat dari kaca mobil. Nolan juga tidak mengajak Violet berbicara. Hal itu yang semakin merentangkan jarak di antara keduanya, seperti penyekat untuk me
Violet sekarang punya waktu luang setelah menyelesaikan tugas dari Nolan. Dia menyempatkan diri untuk membeli secangkir kopi di kafe yang jaraknya cuma lima puluh meter dari lokasi pembangunan, meski sebenarnya Violet tidak menyukai kopi.Khusus saat ini, Violet membutuhkan kopi untuk menyegarkan pikirannya daripada segelas jus dengan tambahan es. Kopi yang ia pilih juga bukan kopi pahit pekat. Dia masih menambahkan banyak susu agar rasanya dominan manis.“Bosse benar-benar tidak meminta maaf. Dia keterlaluan sekali. Aku berhasil membuat Bosse tertarik, tapi aku tidak menyangka dia akan memperlakukanku seperti ini.”Violet menghela napasnya. Tidak pernah satu kali pun ia membayangkan Nolan akan menganggapnya sebagai wanita murahan.Violet memikirkan hal itu berulang kali, sampai ia membiarkan secangkir kopi yang tadinya mengepulkan asap kini perlahan menghilang karena sudah lumayan dingin.Sekali lagi Violet menggumam.“Ter
“Kita mau ke mana, Bosse?”Violet tidak tahan untuk tidak menanyakan hal itu pada Nolan, karena dia merasa perjalanan mereka sudah lumayan lama. Kira-kira tiga puluh menit berjalan tidak ada tanda-tanda Nolan akan berhenti saat-saat ini, mungkin masih beberapa menit lagi.“Jika kamu ingin tahu, maafkan saya dulu.”Nolan menggunakan kesempatan untuk memperoleh maaf dari Violet. Padahal, dia tidak pernah melontarkan kalimat apa pun yang mengindikasikan bahwa dia sedang meminta maaf.“Kamu tahu, saya ini tidak akan pernah mengucapkan kalimat yang kamu inginkan. Tapi, bukan berarti saya merasa tidak bersalah. Untuk orang kaku seperti saya, kamu bisa mengambil kesimpulan sendiri walau dengan kalimat sepele dan terkesan tidak bernilai.”Yang diajak bicara hanya menyimak meski kedua tangannya sedang mengenakan jaket untuk menghalau dingin, karena cuaca tiba-tiba turun hujan. Violet merasa beruntung dengan keputusannya u
“Masih pusing?” Nolan memastikan keadaan Violet.Sementara, Violet masih memejam, karena kepalanya masih berdenyut hebat. Ini bukan pertama kalinya ia naik pesawat, tetapi ini pertama kalinya ia mengalami bagaimana rasanya turbulensi. Hingga saat ini pun, sisa-sisa ketakutan itu masih ada.Meskipun kemungkinan terjadinya turbulensi tergolong besar, Violet masih tidak menduga ia akan benar-benar mengalaminya.Dia masih ingat bagaimana suasana tegang di dalam pesawat. Semua penumpang saling memanjatkan doa sesuai agama masing-masing. Para kru pesawat juga tidak henti menenangkan para penumpang, tidak boleh panik.Namun, mustahil untuk tidak panik. Merasakan guncangan hebat itu sampai melemparkan beberapa penumpang yang tidak memakai sabuk pengaman, beberapa koper berjatuhan di atas laci kabin, dan salah satu penumpang merasakan imbas dari jatuhnya koper yang menimpa kepalanya.Karena turbulensi adalah hal yang tidak bisa diprediksi, pramu
Setelah Helium mengutarakan niatnya, Violet masih mengingat betul kalimat Nolan yang di luar dugaan.‘Violet sudah menjadi kekasih saya’.Seharusnya saat itu ia langsung saja memukul kepala Nolan sekalian, tidak perlu menunggu sampai hari ini, setelah mereka kembali lagi ke Atlanta. Violet sengaja menarik lengan Nolan menuju ke sebuah ruangan kosong yang belum ditentukan diperuntukkan untuk apa nantinya. Nolan mengikuti Violet tanpa protes atau bertanya apa pun.“Kenapa Bosse melakukannya?”Violet yakin Nolan mengerti apa maksud dari pertanyaannya. Mengatakan pada Helium kalau mereka menjalin hubungan membuat tidur Violet tidak nyenyak. Dia tidak mengerti kenapa Nolan melakukannya. Bola matanya tidak bergulir ke mana pun selain wajah Nolan dengan penuh tuntutan.Karena tidak kunjung mendapat jawaban, Violet memajukan tubuhnya satu langkah. “Apa maksud Bosse mengatakan kita ini berpacaran? Kenapa harus?”No
Ini menginjak hari kedua Violet dan Nolan kembali ke rutinitas pekerjaan. Sungguh luar biasa ketika mereka sudah disambut dengan segudang tugas dan agenda. Kesibukan itu membuat mereka lebih banyak bertemu, tetapi justru kurang berkomunikasi.Setiap menitnya selalu ada rentetan pekerjaan yang harus mereka selesaikan. Untung saja Violet memaksa untuk pulang. Jika mereka bertahan lebih lama lagi di sana, entah sebanyak apa lagi tumpukan jadwal yang memaksa mereka berlari, berpacu dengan waktu.Bahkan, pagi ini Violet sudah disambut dengan omelan Nolan sebab klien mengirimkan komplain. Menurut Nolan itu adalah masalah besar, karena baginya klien adalah raja yang menuntut kepuasan.“Rubah semuanya. Mulai dari awal. Siang nanti saya harus sudah menerima berkas itu di meja saya,” perintah Nolan.Violet mengangguk sembari memungut lagi berkas yang Nolan lemparkan di atas sofa.“Baik, Pak. Saya akan revisi secepatnya.”&ldquo
Nenek Glow bisa membaca situasi. Nolan dan Violet tidak banyak bicara. Mereka hanya sekadar menanggapi untuk menghargainya.Sejak tadi Violet juga lebih banyak melamun. Makanan yang nenek Glow hidangkan sama sekali tak menggugah selera. Berulang kali nenek Glow menyenggol lengan Nolan untuk menanyakan ada apa dengan Violet, tetapi Nolan hanya diam sembari mengangkat bahu. Padahal, jelas dialah sang penyebab situasi ini.“Aku ingin pulang, Bosse,” ucap Violet di sela makan.Nenek Glow yang sedang mengunyah makanan seketika terhenti. Dia menatap ke arah Violet. “Kenapa buru-buru?” tanyanya.Violet tersenyum tipis. “Pekerjaanku dan Nolan sudah menunggu, Nek. Kami harus kembali untuk bekerja.”Nenek Glow mengangguk mengerti. Lalu, beralih pada Nolan yang baru saja selesai mengelap bibirnya dengan tisu. “Padahal aku masih ingin melihatmu dan Violet di sini. Tapi, kalian memang harus bekerja,” ucapnya lesu.
“Bosse ...”Yang dipanggil hanya melirik sebentar sebelum berkutat lagi pada layar laptop dengan serius.“Bosse ...” panggil Violet lagi.Tanpa berminat menatap lawan, Nolan menjawab dengan bergumam. Hal yang menarik Violet untuk berdiri tepat di samping Nolan, di sebuah ruangan khusus untuk Nolan jika berkunjung kemari.“Coba lihat saya dulu, Bosse!” Violet mulai geram. Dia berkaca pinggang dengan bibir mengerucut.Karena gemas, Nolan menarik lengan Violet hingga bokong padat wanita itu berada tepat di atas pahanya.Violet terperanjat, pipinya pun memanas. Dia mencoba melepaskan diri dari lilitan lengan kokoh Nolan yang memutari pinggangnya.“Bo-bosse ...” Violet terperanjat. Dia tidak percaya dengan posisinya sekarang ini. Rasanya dominan memalukan, itulah mengapa ia menyembunyikan wajahnya di sela rambut panjangnya. Tentu dia sangat gugup. Apalagi, ketika tangan Nolan sedikit mengusap
Setidaknya, setelah menjalani akting pura-pura ini, Violet merasakan perubahan besar dari Nolan.Terlihat bagaimana Nolan memperlakukannya dengan sangat baik, benar-benar seperti sepasang kekasih.Binar tetulusan yang Nolan pancarkan bukan hanya untuk sang nenek. Bahkan, Violet tidak bisa melihat Nolan yang dulu. Seperti memang ia sedang menghadapi Nolan yang baru, atau mungkin inilah wajah Nolan yang sebenarnya. Entahlah, Violet tidak ingin mencari tahunya. Tidak untuk saat ini.Nenek Glow banyak bercerita tentang Nolan. Setidaknya, Violet kini mulai mengetahui lebih banyak. Dan ada sebuah fakta mengejutkan.“Aku menemukannya di hutan. Kau bayangkan, bocah berusia enam tahun ada di hutan.” Raut wajah nenek sangat serius. Kerutan di keningnya bertambah banyak ketika ia mencoba mengingat-ingat memori. “Dia ketakutan. Aku kasihan, akhirnya aku bawa dia ke rumah. Butuh waktu lama untuknya mau menceritakan semuanya. Tapi, aku sabar menunggu
Nolan mengajak Violet ke suatu tempat di daerah pegunungan sebagai upaya menebus semua kesalahannya pada Violet. Jalannya menikung, sedikit membuat Violet mual, untungnya pemandangan sekitarnya bisa dengan mudah mengalihkan pikirannya. Pepohonan besar tumbuh di sepanjang jalan, banyak bunga azalea yang mulai bermekaran, menjadi indikasi mereka memasuki area puncak.Ada segelintir rumah, jaraknya begitu jauh dengan rumah-rumah lainnya. Tampak biasa, tetapi Violet menemukan satu rumah yang akhirnya mencuri perhatiannya, terhalang banyak pepohonan besar. Dia terpaku pada lentera yang menggantung di kanan dan kiri pintu. Atapnya hanya dibalut jerami usang. Lalu, seorang anak kecil tengah bermain di halaman yang tidak terlalu luas. Violet memicing untuk mengetahui apa yang sedang anak kecil itu mainkan di tangannya. Bahkan, sampai mobil terus melaju dan rumah itu sudah terlihat jauh, Violet masih berusaha memutar kepalanya.Guncangan akibat jalanan yang tidak rata
Entah bagaimana Violet berakhir di tangan Nolan. Perlakuan Nolan dan suara serak yang terdengar begitu seksi berhasil membuatnya takluk. Semuanya mengalir sampai Violet tidak ingat komitmen untuk tidak terjerumus, dia justru sudah kalah telak.Malam ini, Violet menyerahkan diri. Dia dituntun ke sebuah perasaan asing yang menghasilkan sensasi luar biasa bagi tubuhnya. Sentuhan Nolan yang lembut membuat Violet tidak ingin menyudahinya.“Kamu cantik, Sayang.”Seharusnya Violet tidak terpengaruh dengan rayuan yang pasti sudah sering Nolan lantunkan pada wanita lain. Namun, Violet masih saja berdebar, wajahnya memanas, dan jemarinya seperti disihir untuk mengusap rahang tegas Nolan.“Biarkan saya memilikimu, ya?”Itu bukan pertanyaan, karena Nolan tidak meminta persetujuan, dia tidak ingin mendengar jawaban Violet. Bibirnya yang bengkak akibat ciuman panas mendarat di perpotongan leher Violet, menyesap dengan kuat sampai mungkin
Wajah yang memanas, tatapan sarat akan cinta, serta debaran gila, Violet bisa merasakan Nolan juga sama sepertinya.Cara bagaimana Nolan menatapnya, Violet bisa melihat itu. Meletakkan jemarinya di dada Nolan membuatnya tahu jika detak jantung Nolan seirama dengannya, begitu kencang.Jadi, bolehkah Violet mengartikan itu sebagai bentuk ketertarikan yang sama?Violet seperti tidak mau menyudahinya. Dia ingin terus merasakannya. Nolan membuatnya bergairah, tetapi bukan menjurus pada hal-hal berbau ranjang, meski sempat terlintas.“Kau sangat cantik,” ucap Nolan di sela ciumannya, sebelum ia kembali menautkan bibirnya lagi, untuk sekian kalinya.Jika saja Helium tidak menyela dengan sebuah gebrakan meja, Nolan masih ingin menikmatinya lebih lama.Lagi dan lagi.“Cukup!” Helium terengah karena menahan emosi. “Aku tidak mau melihatnya.”Nolan menarik lembut lengan Violet untuk duduk di sebelahnya.
Setelah Helium mengutarakan niatnya, Violet masih mengingat betul kalimat Nolan yang di luar dugaan.‘Violet sudah menjadi kekasih saya’.Seharusnya saat itu ia langsung saja memukul kepala Nolan sekalian, tidak perlu menunggu sampai hari ini, setelah mereka kembali lagi ke Atlanta. Violet sengaja menarik lengan Nolan menuju ke sebuah ruangan kosong yang belum ditentukan diperuntukkan untuk apa nantinya. Nolan mengikuti Violet tanpa protes atau bertanya apa pun.“Kenapa Bosse melakukannya?”Violet yakin Nolan mengerti apa maksud dari pertanyaannya. Mengatakan pada Helium kalau mereka menjalin hubungan membuat tidur Violet tidak nyenyak. Dia tidak mengerti kenapa Nolan melakukannya. Bola matanya tidak bergulir ke mana pun selain wajah Nolan dengan penuh tuntutan.Karena tidak kunjung mendapat jawaban, Violet memajukan tubuhnya satu langkah. “Apa maksud Bosse mengatakan kita ini berpacaran? Kenapa harus?”No
“Masih pusing?” Nolan memastikan keadaan Violet.Sementara, Violet masih memejam, karena kepalanya masih berdenyut hebat. Ini bukan pertama kalinya ia naik pesawat, tetapi ini pertama kalinya ia mengalami bagaimana rasanya turbulensi. Hingga saat ini pun, sisa-sisa ketakutan itu masih ada.Meskipun kemungkinan terjadinya turbulensi tergolong besar, Violet masih tidak menduga ia akan benar-benar mengalaminya.Dia masih ingat bagaimana suasana tegang di dalam pesawat. Semua penumpang saling memanjatkan doa sesuai agama masing-masing. Para kru pesawat juga tidak henti menenangkan para penumpang, tidak boleh panik.Namun, mustahil untuk tidak panik. Merasakan guncangan hebat itu sampai melemparkan beberapa penumpang yang tidak memakai sabuk pengaman, beberapa koper berjatuhan di atas laci kabin, dan salah satu penumpang merasakan imbas dari jatuhnya koper yang menimpa kepalanya.Karena turbulensi adalah hal yang tidak bisa diprediksi, pramu