"Apa yang hilang?" Kayshila juga penasaran."Pemantik."Zenith menunjukkan dengan tangan, "Yang biasa aku pakai.""Oh."Kayshila sedikit ingat."Apa mungkin tertinggal di rumah?"Sepertinya, dia masih melihatnya di ruang kerja semalam."Tidak mungkin."Karena tidak ada di saku, Zenith menyerah, mengerutkan dahi dan menggelengkan kepala, "Saat keluar dari perusahaan, aku masih menggunakannya."Terlihat jelas bahwa dia cukup menyukai pemantik itu.Dia berkata, "Itu adalah hadiah ulang tahun dari Kakek di suatu tahun."Tidak heran, jika hilang memang sangat disayangkan."Apakah mungkin, ada di mobil?"Kayshila juga berhenti makan, merapikan kotak egg tart, "Ayo cari di mobil." "Baik."Keduanya masuk ke mobil dan mencari dengan seksama.Namun, hasilnya, tidak ada.Zenith menghela napas, menarik tangan Kayshila yang masih mencari, "Sudahlah, jangan dicari lagi."Pasti sudah hilang.Tidak akan bisa ditemukan kembali.Kayshila tidak tahu bagaimana menghiburnya, jadi dia hanya diam."Sedang m
Yang paling membuat pusing adalah hadiah ulang tahun.Apa yang cocok untuk diberikan? Apa yang kurang dari Zenith? Mobil mewah, jam tangan mahal? Jangan katakan Zenith tidak membutuhkannya, Kayshila juga tidak mampu membelinya.Meskipun setelah pernikahan, Zenith memberikan kartu tambahan kepadanya lagi. Namun, menggunakan uangnya untuk membeli hadiah untuknya juga tidak pantas.Tiba-tiba, Kayshila teringat pemantik api.Dia baru saja kehilangan satu, itu bisa jadi pilihan yang tepat.Lagi pula, meskipun pemantik itu dari merek ternama, harganya tidak akan terlalu selangit, mungkin dia masih bisa membelinya.Namun, Kayshila berpikir lagi, masih merasa kurang tepat. Pemantik yang hilang itu adalah hadiah dari Ronald, yang memiliki makna khusus.Apakah bisa diganti dengan sembarang pemantik api baru?Setelah memikirkan banyak hal, dia memutuskan untuk mencari Jeanet saat makan siang.Jadi, dia mengajak Jeanet untuk makan siang bersama.Jeanet ingin membayar dengan kartu makan sendiri,
Zenith terdiam sejenak, lalu tertawa, "Memeriksa? Takut aku melakukan hal yang tidak baik? Jangan berpikir macam-macam. Tentu saja aku akan pulang."Dia sudah menikah, tidak mungkin melakukan hal-hal seperti tidak pulang di malam hari.Seberapa sibuk pun, dia harus kembali dan tidur di samping istrinya.Kayshila merasa sedikit bersalah, "Kalau begitu, aku tutup telepon.""Baik, selamat malam."Setelah menutup telepon, Kayshila merenung.Dia bukan memeriksa dan juga tidak khawatir tentang apa yang akan dia lakukan.Tetapi saat itu, dia memiliki firasat, seolah ada sesuatu yang … akan terjadi.Apakah karena hamil, jadi mudah cemas?Semoga, itu hanya kekhawatirannya yang berlebihan.…Di Jalan Yani.Mobil Bentley hitam berhenti di ujung jalan. Daerah ini adalah kawasan tua, jalanan sempit, mobil tidak bisa masuk.Savian membuka pintu mobil, "Kakak Kedua, tinggal masuk beberapa langkah lagi."Zenith mengangguk, mengikuti langkahnya.Beberapa hari yang lalu, dia meminta Savian untuk menyel
Dengan senyum dingin, Savian melirik pintu dengan isyarat."Orang-orang kami akan membawamu ke kantor polisi. Bagaimanapun, barang ini bukan milikmu!""..."Wajah pria itu tampak tegang, dia menelan ludah."Ba ... bagaimana kalian tahu bahwa barang ini bukan milikku?""Cepat katakan!" Savian tiba-tiba berteriak, "Tidak perlu banyak omong!""Aku bilang, aku bilang!"Pria itu sangat ketakutan.Dia adalah pria paruh baya yang tampak biasa, tidak tahan dengan ancaman, bahkan Savian belum menggunakan cara-cara kasar, dia sudah mengaku."Aku mencurinya!"Mencuri?Zenith dan Savian bertukar pandang, itu benar-benar bukan miliknya!Dengan kata lain, tidak mungkin itu milik keluarga atau temannya.Tanpa perlu petunjuk dari Zenith, Savian bertanya lagi, "Dari siapa yang kau curi?"Zenith menahan napas, menunggu jawaban."Ini …"Pria itu bingung menggelengkan kepala, "Aku tidak tahu siapa pemiliknya …""Masih mau bermain-main?""Tidak, tidak!" Pria itu cepat-cepat menggeleng dan melihat Zenith."
Apa itu?Kayshila tidak melihat dengan jelas, benda kecil itu menggelinding ke bawah lemari.Dia membungkuk untuk mengambilnya."Apa yang kamu lakukan?"Suara pria yang dalam, masih mengantuk, menghentikannya dengan nada tidak senang.Kayshila mengangkat kepala, "Ada sesuatu yang jatuh, aku ingin mengambilnya."Zenith mengerutkan dahi dengan tidak puas, "Kamu tidak tahu kondisi tubuhmu sendiri? Membungkuk untuk mengambil sesuatu, apakah itu yang seharusnya dilakukan seorang ibu hamil?""..." Kayshila mengerutkan dahi, "Tidak apa-apa, kan?""Hmph." Zenith melangkah dua langkah lebih dekat, "Kalau nanti ada apa-apa, menangis pun sudah tidak sempat!"Zenith menggenggam tangan Kayshila, "Itu mungkin kancing mansetku, nanti pelayan akan datang dan mengambilnya.""Oh."Tujuannya baik untuknya, jadi Kayshila tidak berdebat dan hanya mengangguk patuh."Aku ada urusan, jadi tidak bisa menemanimu makan, kita bertemu malam nanti."Zenith mengerutkan dahi, tidak senang, "Begitu pagi?""Ya …"Kaysh
Ketika tiba di depan pabrik, Jeanet sudah menunggu dengan sabar."Di sini!"Mobil berhenti di depan Jeanet, Kayshila keluar dari mobil dan mengeluarkan gambar dari tasnya."Bisa tolong lihat ini? Apakah ini bisa?""Baiklah."Keduanya berjalan sambil berbicara.Jeanet membuka gambar itu, mengangguk, "Tidak ada masalah, sepertinya bisa dan semua bahan juga ada.""Syukurlah."Saat mereka berbicara, Brivan mencuri-curi pandang.Gambar yang digambar di depan tidak dia mengerti, tetapi gambar hasil akhirnya dia mengerti.Sepertinya, itu adalah sebuah pemantik?Dia tidak bisa menahan diri untuk melotot, Kayshila tidak mungkin ingin membuat barang ini sendiri, kan?Tidak lama kemudian, dia tahu bahwa tebakannya benar.Jeanet membawa Kayshila masuk ke pabrik, membawanya ke ruang kerja ayahnya."Aku sudah memberi tahu ayah, gunakan saja sesukamu."Keduanya melihat gambar, Kayshila sibuk bekerja, sementara Jeanet mencarikan bahan dan membantu memeriksa.Brivan tertegun, diam-diam memberikan jempo
Zenith tidak berkata apa-apa, terdiam cukup lama.Setelah beberapa saat, dia berkata, "Aku yang pergi sendiri."Apa pun itu, apakah dia Si Kupu-Kupu Kecil atau bukan, dia harus pergi dan memastikan sendiri.Dia menyentuh cincin pernikahan di jari manis kirinya.Jika itu dia, itu akan menyelesaikan sebuah urusan yang sudah lama mengganggu pikirannya.Jika kali ini bukan dia, maka dia akan menyerah dan tidak akan mencarinya lagi.…Sesuai dengan alamat yang diterima Savian, tempatnya berada di kawasan wisata di pinggiran barat Jakarta.Tempat yang disepakati adalah sebuah kafe.Karena berada di kawasan wisata, jumlah pengunjung cukup ramai.Sepertinya, pihak yang dihubungi sangat waspada, karena tidak bisa memastikan siapa yang akan ditemui, sehingga memilih tempat ini."Kakak Kedua."Savian menemukan tempat duduk di lobi, "Pihak lawan bilang tidak ingin duduk di ruang pribadi, jadi bertemu di sini.""Baik."Zenith mengangguk, tidak keberatan."Dia akan datang kapan?"Savian duduk dan me
"Tidak apa-apa." Savian langsung berkata tanpa perlu diperintah oleh Zenith, "Kami tidak bisa membiarkanmu rugi."Uang sekecil ini tidak ada artinya bagi Kakak Kedua.Lina berpikir sejenak, "CEO Edsel, bolehkah aku bertanya, mengapa Anda membeli jepit rambut ini?"Zenith tidak menjawab, berdiri, "Itu bukan urusanmu. Ambil saja ganti rugi dengan tenang."Dia melangkah untuk pergi."Tunggu sebentar!"Lina dengan terburu-buru menghentikannya, "CEO Edsel! Tolong, tunggu sebentar!"Zenith berhenti, mengerutkan dahi, "Ada hal lain?""Ya." Lina mengangguk berulang kali, "Aku belum selesai berbicara. Jepit rambut ini, meskipun hilang di tanganku, tetapi itu bukan milikku."Zenith terhenti sejenak, menatapnya tajam.Dia mengucapkan setiap kata dengan lambat, "Kalau bukan milikmu, lalu milik siapa?""CEO Edsel."Lina tersenyum dengan sedikit rasa putus asa, "Anda pikirlah, di dalam tas makeupku, masih bisa milik siapa? Selain itu, ya milik artisku."Artisnya …Lina memiliki lebih dari satu artis
Setelah keluar dari rumah sakit, sikap Zenith terhadap Kayshila jadi jauh lebih hati-hati.Awalnya hari ini dia berniat pergi ke kantor, tapi sekarang malah tidak ingin pergi sama sekali."Kayshila, hari ini kamu mau ngapain? Aku temani semuanya, boleh ya?""Boleh." Kayshila paham maksudnya dan tidak menolak.Keduanya berjalan melewati lobi poliklinik, menuju ke luar.Tiba-tiba, Kayshila berhenti melangkah, pandangannya terpaku pada satu arah."Kayshila?" Zenith mengira dia merasa tidak enak badan, "Kenapa?""Oh …" Kayshila melirik padanya, "Lihat seseorang yang aku kenal. Kamu juga kenal.""Oh ya?"Zenith mengikuti arah pandangannya. Di loket pendaftaran mandiri, yang paling akhir dalam antrean adalah seorang perempuan."Siapa?" Zenith menyipitkan mata, berusaha mengingat."Hmm?" Kayshila menatapnya sambil tertawa, "Nggak ingat? Aktingnya sih meyakinkan.""Bukan begitu … aku beneran nggak inget. Siapa sih?""Udah deh, cukup ya."Kayshila melotot manja, "Orang itu pernah ada hubungan s
Dua bulan kemudian.Pagi-pagi sekali, Zenith sudah bangun.Dengan langkah ringan dan hati-hati, ia turun ke bawah, masuk ke ruang makan, dan mulai menyiapkan sarapan untuk Kayshila.Sejak sebulan yang lalu, Kayshila mulai mengalami gejala mual karena kehamilan.Apa pun yang dimakan pasti dimuntahkan, bahkan kadang-kadang hanya minum air pun bisa membuatnya mual.Nafsu makannya menurun drastis. Setiap kali ditanya, jawabannya selalu, “nggak lapar”.Padahal di rumah ada chef masakan barat dan Indo, ditambah lagi ada Bibi Maya yang ahli masak.Kalau saja dia sedikit saja bilang ingin makan sesuatu, langsung bisa disajikan di depan matanya.Tapi mulutnya sangat pilih-pilih dan hanya mau makan masakan buatan Zenith.Jadinya, setiap kali ada waktu, Zenith pasti turun tangan sendiri.Apalagi soal sarapan, sudah pasti jadi tanggung jawab dia sepenuhnya.Di dapur, Bibi Maya melihat dia masuk, langsung menyapa sambil tersenyum, "Tuan Muda Zenith sudah bangun? Semua bahan sudah saya siapkan.""Ya
Perjalanan ke Toronto kali ini benar-benar penuh dengan kebahagiaan. …Delapan bulan kemudian, Jeanet melahirkan seorang bayi laki-laki di Rumah Sakit Santa.Bayi besar dengan berat 3,9 kg.Cucu pertama di Keluarga Gaby, dan cucu bungsu di Keluarga Wint. Sejak lahir, ia sudah bagaikan terlahir dengan sendok emas di mulutnya.Karena kondisi tubuhnya, Jeanet tidak memilih melahirkan secara normal, melainkan melalui operasi caesar.Farnley ikut masuk ke ruang operasi. Awalnya dia menunggu di ruang persiapan, lalu setelah bayinya lahir, barulah ia masuk ke ruang operasi.Ia mengganti pakaian isolasi, mengenakan sarung tangan, lalu menerima gunting dari dokter untuk memotong tali pusar yang menghubungkan anak dan ibunya.Setelah itu, ia menggendong bayinya dan menghampiri Jeanet, memeluk ibu dan anak sekaligus."Jeanet, kamu sudah sangat berjuang."Jeanet tersenyum, "Hmm."Begitu keluar dari ruang operasi, Jeanet dipindahkan ke kamar rawat. Farnley menjaganya sepanjang malam tanpa beranjak
"Apa maksudnya?" Jeanet sempat tertegun.Adriena cemas, "Aku tanya, kamu jawab saja!""Sepertinya ... bulan lalu?" Jeanet mencoba menghitung."Aduh!" Adriena tertawa sambil menangis, "Anak ini! Hubungan kalian begini, sudah sekian lama nggak haid, kamu nggak ada rasa curiga sedikit pun?""Aku ..." Jeanet menggeleng polos, "Sejak sembuh dari sakit, datang bulanku memang nggak teratur.""Tapi nggak sampai se-nggak teratur ini juga!"Adriena melirik Farnley, "Kamu percaya nggak, dia muntah-muntah kayak gitu gara-gara kamu!""Hah?" Jeanet kaget, "Masa sih?""Kenapa nggak?"Adriena tertawa geli, "Kalian anak muda memang kurang pengalaman! Kalau pasangan itu hubungannya dekat banget, ceweknya hamil, cowoknya bisa ikut-ikutan muntah!"Sambil mendorong mereka, dia berkata, "Masih bengong aja? Cepat ke rumah sakit, periksa dulu!""Oh ..."Begitu sampai rumah sakit dan hasilnya keluar, semua pun terdiam."Apa aku bilang?" Adriena membaca laporan medis sambil tersenyum lebar, "Benar kan, kamu ham
Azka yang bertubuh tinggi dengan mudah mengangkat Jannice di atas bahunya, ke mana pun pergi, Jannice tak perlu berjalan sedikit pun.Jannice pun girang dan berteriak, "Aku milik tempat ini! Tempat ini bagaikan surga!"Ucapan itu terdengar oleh para orang dewasa, membuat mereka tak bisa menahan tawa.Seiring berjalannya waktu, para tamu pun datang satu per satu.Pernikahan pun tiba sesuai jadwal.Di taman tua yang klasik, hamparan karpet merah digelar. Azka kembali menggendong Kayshila, mengantarnya menuju pernikahan.Ia menyerahkan sang kakak kepada Zenith, "Kakak ipar, kakakku kuserahkan padamu."Pemuda itu kini berbicara jauh lebih lancar daripada dulu."Tenang saja." Zenith menerima mempelainya, di belakangnya ada Jannice dan Kevin sebagai flower boy dan flower girl, menaburkan kelopak bunga ke udara.Saat sesi lempar bunga, dengan teriakan Kayshila, "Aku lempar ya! Satu, dua, tiga!"Dia melemparkan buket bunga ke belakang.Buket itu terbang di udara, dan di tengah riuh para tamu,
Awalnya, niat Kayshila adalah untuk tidak menggelar pernikahan lagi.Namun, saat urusan ini jatuh ke tangan Adriena, ditambah lagi dengan Ron, pasangan suami istri ini memang merasa sangat bersalah kepada putri mereka. Dengan adanya kesempatan seperti ini, bagaimana mungkin mereka tidak memanfaatkannya sebaik mungkin?Dan juga, Ron dan Calista telah resmi bercerai setengah tahun lalu, dan keesokan harinya, Ron langsung mendaftarkan pernikahan dengan Adriena, menjadikan mereka pasangan sah secara hukum.Pertikaian yang telah berlangsung selama lebih dari dua puluh tahun itu akhirnya mencapai sebuah akhir.Setidaknya, bagi mereka, ini adalah akhir yang baik.Pernikahan mereka digelar dengan sangat megah. Para tokoh kalangan elite dari seluruh Kanada yang bisa hadir, datang semua.Ron akhirnya bisa menegakkan kepala, menikahi perempuan yang telah dicintainya sejak muda, dan kini akhirnya ia bisa berdiri di sisinya secara sah.Dalam pernikahan itu, Kayshila dan Zenith mengambil cuti dan da
"Baik, aku mengerti."Setelah menutup telepon, Kayshila berdiri di hadapan Zenith. Mata Zenith sedikit memerah, suaranya tenang namun terdengar datar."Dia sudah pergi."Kayshila memejamkan mata sejenak, tak mengatakan apa pun. Dia hanya melangkah maju dan memeluknya.Dia bisa merasakan tubuh Zenith sedikit gemetar.Di saat seperti ini, hatinya pasti sangat terluka, ya?Kini, tampak jelas bahwa yang paling patut dibenci adalah Gordon dan Morica. Hidup Jeromi bisa dibilang penuh dengan ketidakberuntungan.Akhir hidupnya yang seperti itu seolah-olah membuat seluruh perjalanan hidupnya di dunia ini menjadi sia-sia.Kayshila menepuk-nepuk punggung Zenith dengan lembut. "Adakan pemakaman yang layak untuknya. Iringi dia ke peristirahatan terakhirnya dengan baik.""Mm." Zenith mengangguk dengan suara serak.Meski berniat menggelar pemakaman yang layak, pada kenyataannya tak banyak orang yang hadir.Selama beberapa tahun terakhir, Jeromi tinggal di Toronto dan tak memiliki banyak teman. Dia me
Jeromi perlahan membuka mulut, menatap langit-langit, "Aku ini hidupnya pendek. Tapi sejujurnya, aku sudah lama merasa cukup dengan hidup ini.""Bagiku, sejak meninggalkan Jakarta, meninggalkan kamu, ibu, dan kakek … setiap hari setelahnya terasa lebih menyiksa daripada mati."Suasana dalam ruangan sunyi senyap.Kayshila diam-diam menggenggam tangan Zenith.Orang bilang, ketika seseorang menjelang ajal, kata-katanya menjadi tulus.Kalau dulu Jeromi mengucapkan kalimat seperti ini, orang mungkin akan curiga, apakah dia hanya sedang berpura-pura.Tapi melihat kondisinya sekarang … apa gunanya berpura-pura lagi?Sudah terlihat jelas, dia benar-benar sedang sangat menderita.Jeromi melanjutkan, "Satu-satunya keinginanku dalam hidup ini adalah kembali ke Jakarta, kembali ke sisi Ibu …"Ia perlahan menoleh ke arah Zenith, "Zenith, kumohon padamu, bawalah aku pulang, bolehkah?"Bibir Zenith menegang, hatinya terasa perih dan sesak.Pria di hadapannya ini dulu adalah saudara kandungnya, tapi j
Mereka tidak perlu mengkhawatirkan apa pun, bahkan untuk mengurus Jannice pun sudah tidak diperlukan lagi.Paman Kevin sangat menyayangi keponakan perempuannya, dan ia sering mengajaknya bermain keliling seluruh area perkebunan.Tahun itu, saat mereka datang, Toronto sedang berada dalam musim dingin. Namun kini, musim semi telah tiba, bunga-bunga bermekaran, taman terlihat sangat indah, sangat cocok untuk anak-anak bermain.Memasuki bulan April, Toronto akan berganti ke musim panas, yang akan berlangsung hingga Oktober. Pada saat itu, perkebunan akan terlihat secantik lukisan cat minyak.Adriena pun mengusulkan, "Kayshila, bagaimana kalau nanti acara reuni kalian diadakan di sini saja?"Semakin dipikir, ia merasa ide itu sangat masuk akal."Tempatnya luas, kalian juga hanya mengundang kerabat dan teman dekat saja, pasti cukup untuk menampung semua. Kota Azka juga dekat dari sini, jadi kalau mau menjemput orang juga mudah. Momen ini langka, kalian kakak-beradik bisa berkumpul kembali."