"Ya, bisa dibilang begitu."Kayshila tidak berkomentar, sambil tersenyum.Ketika mendengarnya, perawat tidak bisa menahan diri berkata, "Kamu juga seorang dokter ahli bedah, kamu sendiri tahu, kondisi keluargamu ini ... kalau tidak melakukan transplantasi hati, dan hanya diobati setiap kali, itu hanya membuang-buang tenaga dan energi, semua tergantung berapa lama dia bisa bertahan.""Terima kasih."Kayshila mengembalikan rekam medis kepada perawat, "Maaf merepotkanmu, tolong jaga dia sebaik mungkin.""Oke siap, kamu tidak usah khawatir."Keluar dari ruangan ahli bedah hati, Kayshila semakin tidak mengerti.Apakah tidak ada cara lain lagi, jangan-jangan, memang harus dia dan Azka yang mendonorkannya?Dia tidak bersedia.Setiap kali dia memikirkan bagaimana William memperlakukan mereka selama bertahun-tahun, dia merasa sangat marah!Bagaimana dia bisa rela?Sore hari, turun hujan.Belum jam lima sore, menerima telepon dari Zenith."Halo.""Aku akan segera sampai sana, hari
Tavia menatap Zenith dengan penuh harapan, sorotan kasih sayang dalam matanya hampir meluap."Zenith, kamu juga tidak bisa melupakan aku, kan?"Zenith tidak menjawab, dan terdiam selama dua detik.Menggenggam pergelangan tangannya, tetapi kemudian melepaskannya.Dalam sekejap, Tavia merasa hancur, ekspresinya muram, "Zenith?"Zenith hanya mengatakan sepatah kalimat, "Tavia, aku sudah menikah."Terlepas dari apa yang terjadi sebelumnya, dia tetap harus setia terhadap pernikahan, dan istrinya."Huhu ..."Tiba-tiba Tavia menutupi wajahnya, dan merintih pelan.Zenith berusaha menahan diri, tapi ada beberapa hal yang mau tidak mau harus dikatakan."Untuk ke depannya, urusanmu akan aku serahkan pada Savian. Kamu bisa menghubunginya, dia akan membantumu menyelesaikan semuanya."Artinya, mereka tidak boleh berhubungan lagi."Zenith."Tavia tiba-tiba melepas tangannya dari wajah, dan menatap Zenith dengan tajam.Dengan serius bertanya, "Apa kamu pernah suka padaku?""!"Zenith t
Kayshila merasa aneh, memangnya Zenith tidak kangen dengan Tavia?Bagaimana caranya dia bisa menjadi seorang suami yang sangat sayang istri di depan istrinya?Atau jangan-jangan, di dunia ini memang ada orang seperti itu, yang bisa menyukai dua orang sekaligus di saat yang bersamaan?Kayshila bertanya pada dirinya sendiri, dia sendiri tidak bisa melakukan itu.Dia juga tidak ingin bertanya lagi.Selalu mengulang pertanyaan itu, benar-benar tidak ada artinya sama sekali."Tunggu sebentar."Kayshila tak berdaya, merasa terganggu, "Aku selesaikan dulu satu halaman ini.""Oke."Zenith melirik bukunya, di halaman ini tinggal beberapa baris saja, "Aku akan menunggu, tidak usah terburu-buru."Dia bersantai, sambil melihat buku-buku yang ada di rak.Selesai membaca beberapa baris, dia menghampirinya, "Aku sudah selesai.""Oh."Zenith sibuk menutup buku, meletakkannya ke rak buku, ada sesuatu yang jatuh dari dalam halaman buku.Melihat sekilas, seperti sebuah pembatas buku."Apa
"Tunggu ..."Kayshila melambai-lambaikan tangan, tertawa sampai selesai, baru berhenti.Menatap Zenith dengan tatapan penuh makna, "Pernahkah kamu berpikir, kalau suatu saat dia kembali, apa yang akan kamu lakukan?""Apa?"Zenith tertegun sejenak, dan menggelengkan kepala sambil tersenyum."Tidak mungkin, dia tidak akan kembali.""Belum pasti loh."Kayshila mengeluarkan satu jarinya, di depan dadanya."Tahun ini Tuan Muda Edsel umur berapa? Baru umur dua puluh enam dua puluh tujuh kan, kalau begitu gadis kupu-kupu kecil ini seharusnya lebih mudah, seumur hidup itu sangat panjang, gimana kamu bisa tahu kalau dia tidak akan kembali?"Zenith perlahan-lahan mengerutkan kening."Tadi itu aku ketawa karena ..."Kayshila dengan tidak mengubah nada suaranya, sambil menggambar lingkaran di dadanya."Seandainya dia kembali, kamu bakalan kesusahan seperti apa ya?"Saat ini, Zenith saja sudah terjebak di antara dia dan Tavia, mengatakan sesuatu tanpa mempertimbangkannya dengan baik.
"Kayshila?""Kamu benar-benar pantang menyerah ya."Kayshila mengabaikan kelemahan yang dia tunjukkan, "Tidak mempan memaksa aku untuk melakukannya, dan sekarang kamu melakukannya dengan cara lembut seperti ini? Kamu kira, dengan memberikan aku rumah dan uang, aku akan luluh dan dengan sukarela mendonorkan hatiku?""Bukan, aku tidak berpikiran seperti itu ...""Diam!"Kayshila tiba-tiba berdiri. Karena banyak orang di sekitar, dia tidak berbicara terlalu keras, tetapi matanya penuh dengan amarah yang ditahan. Dia berusaha keras untuk tidak kehilangan kendali."Setiap kata yang keluar dari mulutmu, aku tidak percaya. Jika kau berpikir aku akan mendonorkan hatiku kepadamu, lupakan saja! Itu tidak akan pernah terjadi!"Dia meletakkan tangannya di atas perutnya.Karena perutnya tidak terlalu besar, dan dia mengenakan rok longgar yang menutupi perutnya, jadi tidak terlalu kelihatan."?"Tapi, saat dia merapikan ujung roknya, barulah perutnya sedikit membuncit, dan terlihat jelas.
"Kakak Kedua, William, datang mencari Kayshila … Kayshila menangis. Bahkan memarahiku …"Zenith mendengarkan dengan tenang, tidak menunjukkan ekspresi apa pun."Aku mengerti, jika ada kabar, telepon saja aku kapan saja.""Baik, Kakak Kedua."Setelah menutup telepon, Zenith menggenggam ponselnya dengan kuat, hampir saja ponsel itu melengkung!William.Bukankah dia butuh transplantasi hati? Dia sudah hampir mati karena sakit, tapi masih pergi mencari Kayshila!Bukan karena dia cemburu atau ingin mengungkit masa lalu Kayshila, tetapi mereka sudah menikah, jadi urusan dengan William seharusnya sudah selesai.Brivan bilang, Kayshila menangis? Apa dia benar-benar peduli pada orang tua itu?Apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka hingga membuatnya menangis!Karena ada yang mengganggu pikirannya, Zenith pergi lebih awal dari kantor dan menuju rumah sakit untuk menjemput Kayshila."Kenapa pulang begitu cepat hari ini?"Kayshila turun dengan terburu-buru.Zenith memperhatikan dengan seksam
Di ruang kerja.Zenith yang merasa gelisah mengeluarkan sebatang rokok, bersiap untuk menyalakannya. Namun, dia menahan diri.Kayshila sedang hamil, tidak bisa mencium bau asap rokok, jadi dia dilarang merokok di dalam rumah. Jika ingin merokok, dia harus pergi ke balkon atau ke halaman.Rasa frustrasinya semakin meningkat, dan dengan sembarangan dia melempar rokok itu.Kemudian, ponselnya berdering. Itu adalah Savian."Ada apa?""Kakak Kedua." Savian terdengar agak bersemangat, "Aku tidak tahu apakah aku harus mengatakan ini.""Cih."Zenith yang sudah kesal tidak mau mendengar dia bertele-tele. "Cepat katakan! Kenapa menelepon kalau tidak ingin bicara?""Baiklah." Setelah mendengar itu, Savian tidak berani lagi menggantungkan informasi, meskipun suaranya tidak bisa menyembunyikan kegembiraan. "Kak, kamu masih ingat tentang jepit rambut itu?"Jepit rambut?Zenith menyipitkan mata, memainkan pemantik di tangannya.Sebuah kilasan menyadarkannya, "Kamu maksud … jepit rambut kupu-kupu?"
Kayshila mengerti apa yang terjadi dan memberi tahu Bibi Maya, "Aku akan pergi memanggilnya.""Kalau begitu, aku akan turun untuk menyiapkan semuanya.""Baik."Kayshila berbalik dan berjalan ke pintu ruang kerja, mengangkat tangan dan mengetuk pintu."Pintu tidak terkunci!"Suara pria yang dalam, disertai dengan kemarahan yang menggulung.Kayshila menarik napas dalam-dalam dan mendorong pintu masuk.Di belakang meja, pria itu bersandar pada kursi besar, dengan kedua kaki di atas meja. Dia sedang melihat komputer, tidak tahu sedang melihat apa. Takut dia sedang sibuk dengan urusan penting, Kayshila tidak terlalu berjalan mendekat."Masih sibuk? Ayo makan."Zenith tidak mengangkat kepalanya sedikit pun, dengan tegas menjawab, "Tidak mau makan.""Kenapa?" Kayshila sudah mengenal sifat buruknya, tetapi apa Zenith tidak merasa bahwa menolak makan adalah sikap yang kekanak-kanakan?"Makanlah, jangan ngambek seperti anak kecil."Mendengar ini, Zenith terkejut dan mengangkat kepalanya, "Ter
Setelah keluar dari rumah sakit, sikap Zenith terhadap Kayshila jadi jauh lebih hati-hati.Awalnya hari ini dia berniat pergi ke kantor, tapi sekarang malah tidak ingin pergi sama sekali."Kayshila, hari ini kamu mau ngapain? Aku temani semuanya, boleh ya?""Boleh." Kayshila paham maksudnya dan tidak menolak.Keduanya berjalan melewati lobi poliklinik, menuju ke luar.Tiba-tiba, Kayshila berhenti melangkah, pandangannya terpaku pada satu arah."Kayshila?" Zenith mengira dia merasa tidak enak badan, "Kenapa?""Oh …" Kayshila melirik padanya, "Lihat seseorang yang aku kenal. Kamu juga kenal.""Oh ya?"Zenith mengikuti arah pandangannya. Di loket pendaftaran mandiri, yang paling akhir dalam antrean adalah seorang perempuan."Siapa?" Zenith menyipitkan mata, berusaha mengingat."Hmm?" Kayshila menatapnya sambil tertawa, "Nggak ingat? Aktingnya sih meyakinkan.""Bukan begitu … aku beneran nggak inget. Siapa sih?""Udah deh, cukup ya."Kayshila melotot manja, "Orang itu pernah ada hubungan s
Dua bulan kemudian.Pagi-pagi sekali, Zenith sudah bangun.Dengan langkah ringan dan hati-hati, ia turun ke bawah, masuk ke ruang makan, dan mulai menyiapkan sarapan untuk Kayshila.Sejak sebulan yang lalu, Kayshila mulai mengalami gejala mual karena kehamilan.Apa pun yang dimakan pasti dimuntahkan, bahkan kadang-kadang hanya minum air pun bisa membuatnya mual.Nafsu makannya menurun drastis. Setiap kali ditanya, jawabannya selalu, “nggak lapar”.Padahal di rumah ada chef masakan barat dan Indo, ditambah lagi ada Bibi Maya yang ahli masak.Kalau saja dia sedikit saja bilang ingin makan sesuatu, langsung bisa disajikan di depan matanya.Tapi mulutnya sangat pilih-pilih dan hanya mau makan masakan buatan Zenith.Jadinya, setiap kali ada waktu, Zenith pasti turun tangan sendiri.Apalagi soal sarapan, sudah pasti jadi tanggung jawab dia sepenuhnya.Di dapur, Bibi Maya melihat dia masuk, langsung menyapa sambil tersenyum, "Tuan Muda Zenith sudah bangun? Semua bahan sudah saya siapkan.""Ya
Perjalanan ke Toronto kali ini benar-benar penuh dengan kebahagiaan. …Delapan bulan kemudian, Jeanet melahirkan seorang bayi laki-laki di Rumah Sakit Santa.Bayi besar dengan berat 3,9 kg.Cucu pertama di Keluarga Gaby, dan cucu bungsu di Keluarga Wint. Sejak lahir, ia sudah bagaikan terlahir dengan sendok emas di mulutnya.Karena kondisi tubuhnya, Jeanet tidak memilih melahirkan secara normal, melainkan melalui operasi caesar.Farnley ikut masuk ke ruang operasi. Awalnya dia menunggu di ruang persiapan, lalu setelah bayinya lahir, barulah ia masuk ke ruang operasi.Ia mengganti pakaian isolasi, mengenakan sarung tangan, lalu menerima gunting dari dokter untuk memotong tali pusar yang menghubungkan anak dan ibunya.Setelah itu, ia menggendong bayinya dan menghampiri Jeanet, memeluk ibu dan anak sekaligus."Jeanet, kamu sudah sangat berjuang."Jeanet tersenyum, "Hmm."Begitu keluar dari ruang operasi, Jeanet dipindahkan ke kamar rawat. Farnley menjaganya sepanjang malam tanpa beranjak
"Apa maksudnya?" Jeanet sempat tertegun.Adriena cemas, "Aku tanya, kamu jawab saja!""Sepertinya ... bulan lalu?" Jeanet mencoba menghitung."Aduh!" Adriena tertawa sambil menangis, "Anak ini! Hubungan kalian begini, sudah sekian lama nggak haid, kamu nggak ada rasa curiga sedikit pun?""Aku ..." Jeanet menggeleng polos, "Sejak sembuh dari sakit, datang bulanku memang nggak teratur.""Tapi nggak sampai se-nggak teratur ini juga!"Adriena melirik Farnley, "Kamu percaya nggak, dia muntah-muntah kayak gitu gara-gara kamu!""Hah?" Jeanet kaget, "Masa sih?""Kenapa nggak?"Adriena tertawa geli, "Kalian anak muda memang kurang pengalaman! Kalau pasangan itu hubungannya dekat banget, ceweknya hamil, cowoknya bisa ikut-ikutan muntah!"Sambil mendorong mereka, dia berkata, "Masih bengong aja? Cepat ke rumah sakit, periksa dulu!""Oh ..."Begitu sampai rumah sakit dan hasilnya keluar, semua pun terdiam."Apa aku bilang?" Adriena membaca laporan medis sambil tersenyum lebar, "Benar kan, kamu ham
Azka yang bertubuh tinggi dengan mudah mengangkat Jannice di atas bahunya, ke mana pun pergi, Jannice tak perlu berjalan sedikit pun.Jannice pun girang dan berteriak, "Aku milik tempat ini! Tempat ini bagaikan surga!"Ucapan itu terdengar oleh para orang dewasa, membuat mereka tak bisa menahan tawa.Seiring berjalannya waktu, para tamu pun datang satu per satu.Pernikahan pun tiba sesuai jadwal.Di taman tua yang klasik, hamparan karpet merah digelar. Azka kembali menggendong Kayshila, mengantarnya menuju pernikahan.Ia menyerahkan sang kakak kepada Zenith, "Kakak ipar, kakakku kuserahkan padamu."Pemuda itu kini berbicara jauh lebih lancar daripada dulu."Tenang saja." Zenith menerima mempelainya, di belakangnya ada Jannice dan Kevin sebagai flower boy dan flower girl, menaburkan kelopak bunga ke udara.Saat sesi lempar bunga, dengan teriakan Kayshila, "Aku lempar ya! Satu, dua, tiga!"Dia melemparkan buket bunga ke belakang.Buket itu terbang di udara, dan di tengah riuh para tamu,
Awalnya, niat Kayshila adalah untuk tidak menggelar pernikahan lagi.Namun, saat urusan ini jatuh ke tangan Adriena, ditambah lagi dengan Ron, pasangan suami istri ini memang merasa sangat bersalah kepada putri mereka. Dengan adanya kesempatan seperti ini, bagaimana mungkin mereka tidak memanfaatkannya sebaik mungkin?Dan juga, Ron dan Calista telah resmi bercerai setengah tahun lalu, dan keesokan harinya, Ron langsung mendaftarkan pernikahan dengan Adriena, menjadikan mereka pasangan sah secara hukum.Pertikaian yang telah berlangsung selama lebih dari dua puluh tahun itu akhirnya mencapai sebuah akhir.Setidaknya, bagi mereka, ini adalah akhir yang baik.Pernikahan mereka digelar dengan sangat megah. Para tokoh kalangan elite dari seluruh Kanada yang bisa hadir, datang semua.Ron akhirnya bisa menegakkan kepala, menikahi perempuan yang telah dicintainya sejak muda, dan kini akhirnya ia bisa berdiri di sisinya secara sah.Dalam pernikahan itu, Kayshila dan Zenith mengambil cuti dan da
"Baik, aku mengerti."Setelah menutup telepon, Kayshila berdiri di hadapan Zenith. Mata Zenith sedikit memerah, suaranya tenang namun terdengar datar."Dia sudah pergi."Kayshila memejamkan mata sejenak, tak mengatakan apa pun. Dia hanya melangkah maju dan memeluknya.Dia bisa merasakan tubuh Zenith sedikit gemetar.Di saat seperti ini, hatinya pasti sangat terluka, ya?Kini, tampak jelas bahwa yang paling patut dibenci adalah Gordon dan Morica. Hidup Jeromi bisa dibilang penuh dengan ketidakberuntungan.Akhir hidupnya yang seperti itu seolah-olah membuat seluruh perjalanan hidupnya di dunia ini menjadi sia-sia.Kayshila menepuk-nepuk punggung Zenith dengan lembut. "Adakan pemakaman yang layak untuknya. Iringi dia ke peristirahatan terakhirnya dengan baik.""Mm." Zenith mengangguk dengan suara serak.Meski berniat menggelar pemakaman yang layak, pada kenyataannya tak banyak orang yang hadir.Selama beberapa tahun terakhir, Jeromi tinggal di Toronto dan tak memiliki banyak teman. Dia me
Jeromi perlahan membuka mulut, menatap langit-langit, "Aku ini hidupnya pendek. Tapi sejujurnya, aku sudah lama merasa cukup dengan hidup ini.""Bagiku, sejak meninggalkan Jakarta, meninggalkan kamu, ibu, dan kakek … setiap hari setelahnya terasa lebih menyiksa daripada mati."Suasana dalam ruangan sunyi senyap.Kayshila diam-diam menggenggam tangan Zenith.Orang bilang, ketika seseorang menjelang ajal, kata-katanya menjadi tulus.Kalau dulu Jeromi mengucapkan kalimat seperti ini, orang mungkin akan curiga, apakah dia hanya sedang berpura-pura.Tapi melihat kondisinya sekarang … apa gunanya berpura-pura lagi?Sudah terlihat jelas, dia benar-benar sedang sangat menderita.Jeromi melanjutkan, "Satu-satunya keinginanku dalam hidup ini adalah kembali ke Jakarta, kembali ke sisi Ibu …"Ia perlahan menoleh ke arah Zenith, "Zenith, kumohon padamu, bawalah aku pulang, bolehkah?"Bibir Zenith menegang, hatinya terasa perih dan sesak.Pria di hadapannya ini dulu adalah saudara kandungnya, tapi j
Mereka tidak perlu mengkhawatirkan apa pun, bahkan untuk mengurus Jannice pun sudah tidak diperlukan lagi.Paman Kevin sangat menyayangi keponakan perempuannya, dan ia sering mengajaknya bermain keliling seluruh area perkebunan.Tahun itu, saat mereka datang, Toronto sedang berada dalam musim dingin. Namun kini, musim semi telah tiba, bunga-bunga bermekaran, taman terlihat sangat indah, sangat cocok untuk anak-anak bermain.Memasuki bulan April, Toronto akan berganti ke musim panas, yang akan berlangsung hingga Oktober. Pada saat itu, perkebunan akan terlihat secantik lukisan cat minyak.Adriena pun mengusulkan, "Kayshila, bagaimana kalau nanti acara reuni kalian diadakan di sini saja?"Semakin dipikir, ia merasa ide itu sangat masuk akal."Tempatnya luas, kalian juga hanya mengundang kerabat dan teman dekat saja, pasti cukup untuk menampung semua. Kota Azka juga dekat dari sini, jadi kalau mau menjemput orang juga mudah. Momen ini langka, kalian kakak-beradik bisa berkumpul kembali."