Karena ditemani oleh polisi lalu lintas, Zenith berhasil masuk ke bandara dengan lancar.Namun, semuanya sudah terlambat.Petugas darat memberitahunya, "Pesawat tujuan Vancouver baru saja lepas landas."Sudah berangkat?Zenith hampir kehilangan kendali, dia sudah berusaha secepat mungkin, tetapi tetap saja tidak berhasil mengejar!Apakah sesulit ini hanya untuk bertemu Kayshila sekali saja?Selalu terlewat selangkah! Seolah takdir terus mempermainkannya! Apakah Tuhan sedang mengolok-oloknya?Tuhan telah memberinya kesempatan untuk bertemu, mengenal, dan mencintai Kayshila, tetapi mengapa tidak membiarkan mereka bersama?Apakah dia mengira Zenith akan menyerah begitu saja?Tidak mungkin!Jika takdir tidak memberinya kesempatan, maka dia sendiri yang akan memperjuangkannya!Tak lama setelah itu, Savian tiba di Samarinda untuk menjemput Zenith."Savian."Tanpa banyak bicara, Zenith langsung berkata dengan tegas, "Segera pesan tiket pesawat ke Vancouver untukku!""Baik, Kakak Kedua."Zeni
Dia membuka pesan itu.[Kayshila, aku akan segera melewati pemeriksaan keamanan. Aku akan ke Vancouver mencarimu, tunggulah aku.]Setelah membaca pesan itu, hati Kayshila langsung berdebar.Zenith akan datang ke Vancouver?Apa sebenarnya yang terjadi? Sepertinya dia tidak akan menyerah sebelum bertemu dengannya.Entah kenapa, jantung Kayshila mulai berdetak lebih cepat.Namun, dia tidak berani berpikir lebih jauh.Lebih baik tidak terlalu dipikirkan, jika dihitung-hitung, besok Zenith sudah akan sampai. Saat itu, dia bisa menanyakannya langsung....Azka baru saja menjalani operasi dan masih sangat lemah.Sebagai seorang mahasiswa yang belajar jauh di negeri orang, Kayshila sangat jarang bisa menemuinya. Terlebih lagi, setelah mengetahui hubungan mereka yang sebenarnya, rasa sayangnya terhadap adiknya ini semakin dalam.Kayshila tetap berada di sisi Azka, merawatnya dengan penuh perhatian.Bahkan Sully yang melihatnya pun berkata, "Hubungan kalian benar-benar dekat. Biasanya, seorang k
"Kayshila."Zenith mengetuk pintu sedikit lebih keras, khawatir dia sedang tidur dan tidak mendengar, "Ini aku, Zenith! Bukakan pintunya."Suara ketukan yang agak keras itu mengganggu tetangga."Siapa itu?" Seorang tetangga keluar dari pintunya dengan wajah tidak senang, "Tuan, Anda mengganggu kami. Tolong lebih tenang, kalau tidak saya akan menelepon polisi!""Maaf."Zenith meminta maaf dengan sopan dan segera menghubungi Sully lagi, ingin bertanya apakah ada telepon rumah di apartemen itu."Ah!" Sully menepuk dahinya dengan menyesal, "Aduh, aku lupa memberitahumu, Kayshila pergi ke pasar, aku memintanya untuk membeli ayam. Maaf ya."Zenith terdiam, bagaimana hal sepenting ini bisa sampai lupa?"Baik, aku mengerti."Keluar dari gedung apartemen, Zenith segera bergegas menuju pasar....Begitu tiba di pasar, Zenith hanya bisa tersenyum getir.Di hadapannya, pasar yang luas itu penuh dengan kerumunan orang, berdesakan ke sana kemari, di mana dia harus mencari Kayshila?Zenith mengusap p
Pada saat itu, waktu seakan berhenti, begitu juga dengan segala sesuatu di sekitar mereka.Mereka berpelukan dengan tenang, cukup lama.Hingga akhirnya, Kayshila terpaksa memecah keheningan, "Zenith, tanganku ... agak pegal.""Oh!" Zenith terkejut, menyadari dan buru-buru melepaskan pelukannya.Di tangan Kayshila masih ada ayam yang dibeli dari pasar, dia khawatir ayam itu mengenai tubuhnya, jadi dia terus memegangnya dengan tangan terangkat."Serahkan padaku." Zenith cepat mengambil ayam itu, memegangnya dengan satu tangan.Ayam itu sudah dipotong, dan bukan menggunakan plastik, tapi diikat dengan tali rami.Kayshila tersenyum dan menjelaskan, "Kak Sully yang menyuruhku membeli ini, untuk dimasak sup untuk Azka.""Aku tahu." Zenith menggenggam ayam itu dengan satu tangan, sementara tangannya yang lain menggenggam tangannya, membawa mereka berjalan ke apartemen, "Aku sudah menelepon Sully.""Begitu ya ..."Kayshila mulai paham. Kalau tidak, dia pasti tidak akan bisa menemukan tempat in
Kayshila berkata, "Selama bertahun-tahun dia di Vancouver, bahkan tidak pernah kena flu."Zenith mengikuti ucapannya, "Azka memang anak yang pengertian dan tidak merepotkan.""Iya." Kayshila menghela napas, "Bahkan kalau sakit pun tahu memilih waktu yang tepat. Kalau ini terjadi beberapa tahun lalu, aku belum tentu bisa datang tepat waktu.""Ini namanya ikatan batin antara kalian kakak beradik, Azka sedang manja pada kakaknya, dia tidak akan kenapa-kenapa."tertegun sejenak, lalu tersenyum di tengah air matanya. Setidaknya, dia tidak sekhawatir tadi....Operasi yang dijalani sebenarnya tidak terlalu rumit, hanya memakan waktu sekitar satu jam lebih.Saat kembali ke ruang perawatan, anestesi Azka belum sepenuhnya hilang."Azka, anak baik."Kayshila duduk di sisi tempat tidur, menggenggam tangannya, lalu dengan lembut menghapus air mata di sudut matanya."Sakit, ya? Azka pasti kesakitan, tapi kakak ada di sini, kakak akan menemanimu, selalu bersamamu."Mata Azka berkedip pelan, seolah m
Malam itu, Kayshila dan Zenith tetap di rumah sakit untuk menemani Azka.Semua kondisi Azka stabil, setelah menjalani perawatan, dia tidur dengan nyenyak.Zenith memberi instruksi pada perawat untuk menjaga, lalu membawa Kayshila keluar dari ruang perawatan.Kayshila sudah seharian belum makan, jika terus begini, mungkin adiknya belum sembuh, tapi kakaknya malah akan tumbang duluan."Ayo."Zenith menggenggam tangan Kayshila dan membawa dia keluar dari ruang perawatan, “Cuma makan sebentar, dekat rumah sakit kok, nggak akan lama.”Mereka berjalan berdampingan, keluar dari gedung rumah sakit.Setelah malam tiba, salju mulai turun di Vancouver.Dibandingkan dengan Jakarta, Vancouver lebih luas dan jarang penduduknya, terasa sangat tenang, terutama di malam yang sunyi ini, hingga bisa mendengar suara salju yang jatuh. Kayshila menunduk, melihat tangan yang digenggam oleh Zenith, menggigit bibirnya."Tadi kamu ..."Ternyata Zenith yang lebih dulu berbicara, "Azka memanggilku ‘kakak ipar’,
Jika tidak, mengetahui bahwa hari ini Kayshila telah kembali bebas, Zenith pasti akan menyesalinya seumur hidup!Zenith membuka kedua lengannya, lalu dengan erat memeluk Kayshila ke dalam dekapannya.Untung saja, dia tetap cukup sadar.Untung saja, Cedric melepaskan Kayshila, juga melepaskan dirinya sendiri.Kalau dipikir-pikir, sepertinya takdir tidak terlalu kejam padanya …Kayshila berada dalam pelukannya. Meskipun Zenith tidak mengucapkan sepatah kata pun, dia bisa merasakan bahwa pria itu sangat bahagia.Kebahagiaan ini, mereka rasakan bersama.Saat ini, tak ada kata-kata yang cukup untuk menggambarkan perasaan mereka.Setelah sekian tahun berjalan, akhirnya, di momen ini, mereka bisa berdiri di hadapan satu sama lain, berjalan bersama, menyatu dalam satu langkah! Zenith menegakkan kepalanya, memegang wajah Kayshila dengan kedua tangannya dan kembali mencium bibirnya.Kayshila berjinjit, mengikuti iramanya.Gruk, gruk."..." Zenith tiba-tiba berhenti, mengedipkan matanya dengan b
Pagi-pagi, Sully memasak bubur nasi dan membawanya ke sini.Bubur dari beras ketan yang lembut, dengan lapisan minyak beras tebal di atasnya, terlihat berkilauan. Disajikan dengan beberapa lauk kecil yang dibeli Sully di supermarket.Kayshila mencicipi sesendok. "Rasanya sama persis seperti yang di Jakarta.""Iya." Sully tersenyum dan mengangguk. "Sekarang semuanya serba canggih, dunia ini sudah seperti desa global, mau beli apa saja jadi mudah."Kayshila menuangkan semangkuk bubur dan menyuapkannya kepada Azka.Azka sedikit malu. "Kak, aku bisa sendiri."Selama bertahun-tahun tinggal di Vancouver, dia sudah terbiasa hidup mandiri."Aku tahu."Kayshila tersenyum tipis, matanya penuh rasa bangga terhadap adiknya. "Tapi kan kamu masih ada luka. Kalau sampai tertarik dan sakit, kakak juga akan merasa sedih."Mendengar itu, Azka langsung berhenti membantah.Namun, wajahnya masih sedikit memerah. "Baiklah, aku nurut sama kakak.""Anak baik."Saat Kayshila menyuapi Azka, Zenith sibuk menelep
Setelah keluar dari rumah sakit, sikap Zenith terhadap Kayshila jadi jauh lebih hati-hati.Awalnya hari ini dia berniat pergi ke kantor, tapi sekarang malah tidak ingin pergi sama sekali."Kayshila, hari ini kamu mau ngapain? Aku temani semuanya, boleh ya?""Boleh." Kayshila paham maksudnya dan tidak menolak.Keduanya berjalan melewati lobi poliklinik, menuju ke luar.Tiba-tiba, Kayshila berhenti melangkah, pandangannya terpaku pada satu arah."Kayshila?" Zenith mengira dia merasa tidak enak badan, "Kenapa?""Oh …" Kayshila melirik padanya, "Lihat seseorang yang aku kenal. Kamu juga kenal.""Oh ya?"Zenith mengikuti arah pandangannya. Di loket pendaftaran mandiri, yang paling akhir dalam antrean adalah seorang perempuan."Siapa?" Zenith menyipitkan mata, berusaha mengingat."Hmm?" Kayshila menatapnya sambil tertawa, "Nggak ingat? Aktingnya sih meyakinkan.""Bukan begitu … aku beneran nggak inget. Siapa sih?""Udah deh, cukup ya."Kayshila melotot manja, "Orang itu pernah ada hubungan s
Dua bulan kemudian.Pagi-pagi sekali, Zenith sudah bangun.Dengan langkah ringan dan hati-hati, ia turun ke bawah, masuk ke ruang makan, dan mulai menyiapkan sarapan untuk Kayshila.Sejak sebulan yang lalu, Kayshila mulai mengalami gejala mual karena kehamilan.Apa pun yang dimakan pasti dimuntahkan, bahkan kadang-kadang hanya minum air pun bisa membuatnya mual.Nafsu makannya menurun drastis. Setiap kali ditanya, jawabannya selalu, “nggak lapar”.Padahal di rumah ada chef masakan barat dan Indo, ditambah lagi ada Bibi Maya yang ahli masak.Kalau saja dia sedikit saja bilang ingin makan sesuatu, langsung bisa disajikan di depan matanya.Tapi mulutnya sangat pilih-pilih dan hanya mau makan masakan buatan Zenith.Jadinya, setiap kali ada waktu, Zenith pasti turun tangan sendiri.Apalagi soal sarapan, sudah pasti jadi tanggung jawab dia sepenuhnya.Di dapur, Bibi Maya melihat dia masuk, langsung menyapa sambil tersenyum, "Tuan Muda Zenith sudah bangun? Semua bahan sudah saya siapkan.""Ya
Perjalanan ke Toronto kali ini benar-benar penuh dengan kebahagiaan. …Delapan bulan kemudian, Jeanet melahirkan seorang bayi laki-laki di Rumah Sakit Santa.Bayi besar dengan berat 3,9 kg.Cucu pertama di Keluarga Gaby, dan cucu bungsu di Keluarga Wint. Sejak lahir, ia sudah bagaikan terlahir dengan sendok emas di mulutnya.Karena kondisi tubuhnya, Jeanet tidak memilih melahirkan secara normal, melainkan melalui operasi caesar.Farnley ikut masuk ke ruang operasi. Awalnya dia menunggu di ruang persiapan, lalu setelah bayinya lahir, barulah ia masuk ke ruang operasi.Ia mengganti pakaian isolasi, mengenakan sarung tangan, lalu menerima gunting dari dokter untuk memotong tali pusar yang menghubungkan anak dan ibunya.Setelah itu, ia menggendong bayinya dan menghampiri Jeanet, memeluk ibu dan anak sekaligus."Jeanet, kamu sudah sangat berjuang."Jeanet tersenyum, "Hmm."Begitu keluar dari ruang operasi, Jeanet dipindahkan ke kamar rawat. Farnley menjaganya sepanjang malam tanpa beranjak
"Apa maksudnya?" Jeanet sempat tertegun.Adriena cemas, "Aku tanya, kamu jawab saja!""Sepertinya ... bulan lalu?" Jeanet mencoba menghitung."Aduh!" Adriena tertawa sambil menangis, "Anak ini! Hubungan kalian begini, sudah sekian lama nggak haid, kamu nggak ada rasa curiga sedikit pun?""Aku ..." Jeanet menggeleng polos, "Sejak sembuh dari sakit, datang bulanku memang nggak teratur.""Tapi nggak sampai se-nggak teratur ini juga!"Adriena melirik Farnley, "Kamu percaya nggak, dia muntah-muntah kayak gitu gara-gara kamu!""Hah?" Jeanet kaget, "Masa sih?""Kenapa nggak?"Adriena tertawa geli, "Kalian anak muda memang kurang pengalaman! Kalau pasangan itu hubungannya dekat banget, ceweknya hamil, cowoknya bisa ikut-ikutan muntah!"Sambil mendorong mereka, dia berkata, "Masih bengong aja? Cepat ke rumah sakit, periksa dulu!""Oh ..."Begitu sampai rumah sakit dan hasilnya keluar, semua pun terdiam."Apa aku bilang?" Adriena membaca laporan medis sambil tersenyum lebar, "Benar kan, kamu ham
Azka yang bertubuh tinggi dengan mudah mengangkat Jannice di atas bahunya, ke mana pun pergi, Jannice tak perlu berjalan sedikit pun.Jannice pun girang dan berteriak, "Aku milik tempat ini! Tempat ini bagaikan surga!"Ucapan itu terdengar oleh para orang dewasa, membuat mereka tak bisa menahan tawa.Seiring berjalannya waktu, para tamu pun datang satu per satu.Pernikahan pun tiba sesuai jadwal.Di taman tua yang klasik, hamparan karpet merah digelar. Azka kembali menggendong Kayshila, mengantarnya menuju pernikahan.Ia menyerahkan sang kakak kepada Zenith, "Kakak ipar, kakakku kuserahkan padamu."Pemuda itu kini berbicara jauh lebih lancar daripada dulu."Tenang saja." Zenith menerima mempelainya, di belakangnya ada Jannice dan Kevin sebagai flower boy dan flower girl, menaburkan kelopak bunga ke udara.Saat sesi lempar bunga, dengan teriakan Kayshila, "Aku lempar ya! Satu, dua, tiga!"Dia melemparkan buket bunga ke belakang.Buket itu terbang di udara, dan di tengah riuh para tamu,
Awalnya, niat Kayshila adalah untuk tidak menggelar pernikahan lagi.Namun, saat urusan ini jatuh ke tangan Adriena, ditambah lagi dengan Ron, pasangan suami istri ini memang merasa sangat bersalah kepada putri mereka. Dengan adanya kesempatan seperti ini, bagaimana mungkin mereka tidak memanfaatkannya sebaik mungkin?Dan juga, Ron dan Calista telah resmi bercerai setengah tahun lalu, dan keesokan harinya, Ron langsung mendaftarkan pernikahan dengan Adriena, menjadikan mereka pasangan sah secara hukum.Pertikaian yang telah berlangsung selama lebih dari dua puluh tahun itu akhirnya mencapai sebuah akhir.Setidaknya, bagi mereka, ini adalah akhir yang baik.Pernikahan mereka digelar dengan sangat megah. Para tokoh kalangan elite dari seluruh Kanada yang bisa hadir, datang semua.Ron akhirnya bisa menegakkan kepala, menikahi perempuan yang telah dicintainya sejak muda, dan kini akhirnya ia bisa berdiri di sisinya secara sah.Dalam pernikahan itu, Kayshila dan Zenith mengambil cuti dan da
"Baik, aku mengerti."Setelah menutup telepon, Kayshila berdiri di hadapan Zenith. Mata Zenith sedikit memerah, suaranya tenang namun terdengar datar."Dia sudah pergi."Kayshila memejamkan mata sejenak, tak mengatakan apa pun. Dia hanya melangkah maju dan memeluknya.Dia bisa merasakan tubuh Zenith sedikit gemetar.Di saat seperti ini, hatinya pasti sangat terluka, ya?Kini, tampak jelas bahwa yang paling patut dibenci adalah Gordon dan Morica. Hidup Jeromi bisa dibilang penuh dengan ketidakberuntungan.Akhir hidupnya yang seperti itu seolah-olah membuat seluruh perjalanan hidupnya di dunia ini menjadi sia-sia.Kayshila menepuk-nepuk punggung Zenith dengan lembut. "Adakan pemakaman yang layak untuknya. Iringi dia ke peristirahatan terakhirnya dengan baik.""Mm." Zenith mengangguk dengan suara serak.Meski berniat menggelar pemakaman yang layak, pada kenyataannya tak banyak orang yang hadir.Selama beberapa tahun terakhir, Jeromi tinggal di Toronto dan tak memiliki banyak teman. Dia me
Jeromi perlahan membuka mulut, menatap langit-langit, "Aku ini hidupnya pendek. Tapi sejujurnya, aku sudah lama merasa cukup dengan hidup ini.""Bagiku, sejak meninggalkan Jakarta, meninggalkan kamu, ibu, dan kakek … setiap hari setelahnya terasa lebih menyiksa daripada mati."Suasana dalam ruangan sunyi senyap.Kayshila diam-diam menggenggam tangan Zenith.Orang bilang, ketika seseorang menjelang ajal, kata-katanya menjadi tulus.Kalau dulu Jeromi mengucapkan kalimat seperti ini, orang mungkin akan curiga, apakah dia hanya sedang berpura-pura.Tapi melihat kondisinya sekarang … apa gunanya berpura-pura lagi?Sudah terlihat jelas, dia benar-benar sedang sangat menderita.Jeromi melanjutkan, "Satu-satunya keinginanku dalam hidup ini adalah kembali ke Jakarta, kembali ke sisi Ibu …"Ia perlahan menoleh ke arah Zenith, "Zenith, kumohon padamu, bawalah aku pulang, bolehkah?"Bibir Zenith menegang, hatinya terasa perih dan sesak.Pria di hadapannya ini dulu adalah saudara kandungnya, tapi j
Mereka tidak perlu mengkhawatirkan apa pun, bahkan untuk mengurus Jannice pun sudah tidak diperlukan lagi.Paman Kevin sangat menyayangi keponakan perempuannya, dan ia sering mengajaknya bermain keliling seluruh area perkebunan.Tahun itu, saat mereka datang, Toronto sedang berada dalam musim dingin. Namun kini, musim semi telah tiba, bunga-bunga bermekaran, taman terlihat sangat indah, sangat cocok untuk anak-anak bermain.Memasuki bulan April, Toronto akan berganti ke musim panas, yang akan berlangsung hingga Oktober. Pada saat itu, perkebunan akan terlihat secantik lukisan cat minyak.Adriena pun mengusulkan, "Kayshila, bagaimana kalau nanti acara reuni kalian diadakan di sini saja?"Semakin dipikir, ia merasa ide itu sangat masuk akal."Tempatnya luas, kalian juga hanya mengundang kerabat dan teman dekat saja, pasti cukup untuk menampung semua. Kota Azka juga dekat dari sini, jadi kalau mau menjemput orang juga mudah. Momen ini langka, kalian kakak-beradik bisa berkumpul kembali."