Madison Bar mendadak berubah menjadi ring tinju dimana semua orang yang sebelumnya sibuk menghibur diri kini saling berteriak memberikan dukungan. Dibandingkan dengan pendukung pria pongah, beberapa orang yang mendukung niat baik Reagan tentu kalah jumlah. Di saat ini, pria pongah itu masih mencengkram batang leher wanita tadi hingga jejak jemarinya membekas di kulit mulus itu. Reagan melihat itu dengan sorot benci yang begitu dalam. “Pria miskin memang selalu besar kepala. Kamulah salah satunya,” ujar pria pongah mengejek. Kini dia menarik tubuh wanita itu dengan sekali hentakan. “Kalau kamu cukup percaya diri, lepaskan dia. Lawan aku satu lawan satu.” Reagan mengikis jarak dengan pria pongah dan wanita tadi. Aura mencekam dalam dirinya menguar bebas di udara. “Heh, kamu pikir siapa dirimu beraninya mengaturku?”“Kenapa? Kamu takut?” Reagan bertanya balik, itu berhasil membuat si pongah menelan ludah berat. “Kalau kamu menghindar dari tantangan yang aku berikan, harga dirimu se
Di saat ini Reagan memasuki sebuah ruangan VIP yang berada tak jauh dari area lantai dansa. Dua orang penjaga yang sebelumnya mencegat Reagan di depan pintu ada di sana. Tambahan seorang pria mengenakan setelan jas rapi sedang menunduk malu di hadapan Erik. Dia juga memohon maaf pada wanita tadi. Berkali-kali seolah tahu jika tidak melakukan itu, dia akan kehilangan jabatan bahkan pekerjaannya.Ketika Reagan datang, semua orang menoleh padanya. Saat melewati dua pria bertubuh kekar, dia melengos tidak peduli. Kini Reagan menghampiri wanita itu, yang tertunduk lesu dengan pundak gemetar karena ketakutan.“Bagaimana keadaanmu?” tanyanya.Wanita itu mengangkat kepala. “Aku baik-baik saja. Terima kasih sudah menolongku.”
“Permintaanmu tentang rekam jejak para pejabat? Tenang, aku sudah merangkumnya. Akan aku kirimkan padamu malam ini.”Erik terlihat bangga dengan usahanya. Semalaman suntuk dia habiskan untuk mengulik setiap profil pejabat dari berbagai situs media. Tetapi, pria di sampingnya malah menggeleng.“Bukan hanya itu,” kata Reagan sambil menggelengkan kepala. “Permintaanku tentang Claire.”Saat ini Erik menjelajah setiap sudut kepalanya. “Oh, permintaan itu.” Dia mengingat sesuatu. “Sudah aku siapkan. Kamu hanya perlu membuatnya merasa spesial di malam Valentine nanti.”Reagan mengangguk puas. Senyumnya mulai terbit membayangkan bagaimana ekspresi
Poin diungguli oleh Black Code. Kompetisi menjadi semakin sengit. Hanya perlu menambahkan poin sempurna di tugas terakhir untuk Black Code, dia menjadi kandidat terkuat untuk menang saat ini.“Tidak masalah, SpectraVant. Sejauh ini Anda sudah melakukan yang terbaik. Selesaikan salah satu tugas untuk mendapatkan poin dan menyeimbangkan lawan!” Wanita hologram itu menyemangati Reagan yang masih berkutat dengan perintah di perangkat lunak.Saat ini kamera membidik Reagan. Menaruh fokus dunia padanya. Topeng anonim yang dia pakai semakin mempersulit massa untuk menduga, siapa sosok jenius di baliknya.Di tempat lain, di Universitas Georgia, para Mahasiswa membentuk beberapa kelompok. Mereka menatap layar laptop, sedang di kelas lain lebih kreatif me
“TRING”Tambahan angka seribu muncul di kredit salah satu finalis. Para penonton tercengang dengan hasil yang terpampang di layar besar.Terdengar wanita hologram bersuara lagi. “Selamat! Tambahan seribu poin untuk SpectraVant!”“SpectraVant, kamu telah memenangi kompetisi peretas internasional. Berikan ucapan selamat untuknya!”Kemenangan telak telah diumumkan. Suara pendukung Reagan mulai bergemuruh menyorakkan kemenangan. Sedang Reagan sendiri di balik topengnya tersenyum tipis.Dia tahu dia bisa mendapatkan nilai sempurna dalam lima tugas itu, tetapi dia tidak berniat untuk memamerkan kemampuan
Bilik penggemar rahasia berisi dua pintu. Akan ada satu orang pria dan satu orang wanita yang dipilih secara acak dari nomor gelang yang mereka pasang dengan sistem. Saat ini, panitia sedang mempersiapkan dua orang yang akan masuk ke dalam bilik. Keduanya tidak akan mengetahui siapa yang akan keluar jadi pasangannya dari bilik itu. “Nomor gelang tiga belas!” Satu panitia laki-laki bertugas memanggil kandidat lelaki di barisan. Merasa nomornya dipanggil, Reagan mengangkat tangan. “Kamu nomor tiga belas? Kemarilah!” kata pria itu. Reagan menurut. Berjalan santai mendekatinya. Dia tahu ini terlalu beresiko. Apalagi dia membawa Claire bersamanya. Bagaimana jika nantinya bukan Claire yang ditemui di bilik itu? Dia cukup khawatir ketika memikirkannya, tetapi, di sinilah tantangannya. “Kamu siap untuk masuk ke bilik?” tanya sang panitia. Reagan mengangguk. “Semoga orang di balik bilik itu adalah orang yang memang kamu harapkan,” sambungnya lagi. Panitia menyuruh Reagan masuk ke dalam bi
Tidak hanya penonton dan tamu yang datang ke acara itu yang terkejut. Reagan juga diam mematung di tempatnya. “Delia! Penggemar rahasia wanita terbaik malam ini!” Suara pembawa acara semakin membuat kesadaran Reagan hilang.“Delia?” Reagan bergumam lirih. Terlalu terkejut untuk menerima kenyataan. Di tempatnya berdiri Delia melempar senyum tipis nan malu-malu ke arahnya. Dia bahkan tidak segan menghampiri Reagan dan meraih tangan pria itu. “Hai, Reagan! Aku tidak menyangka kamu yang akan menjadi pasangan penggemar rahasiaku,” ujar Delia girang. “Dan aku akan menjaga rahasia tentang kita,” ucap Delia. Dia kini sudah mendekatkan wajahnya ketika mengatakan itu. Tubuh Reagan langsung menegang, tetapi dia juga tidak ingin terlihat lemah di hadapan Delia. Detik itu juga Reagan menyadari, dia telah salah langkah. “Ikut aku,” ucap Reagan tegas. Dia meraih tangan Delia kemudian memboyong gadis itu meninggalkan bilik. Semua orang melempar pandang ke arah mereka, penuh tanya. Bisik-bisik
Saat ini Reagan mengusap wajahnya frustasi. Di depannya, Delia menatapnya dengan penuh harap. “Bagaimana? Kamu mau ‘kan, Reagan?” Delia bertanya lagi. Dia meluruskan pandangannya pada Delia. Benar-benar serius. “Kita akan bahas masalah ini lain kali,” ujar Reagan dengan nada dingin. “Aku harus mencari seseorang.” Reagan hendak pergi, tetapi Delia menahannya, “Kamu mau cari Claire?” Niat Reagan tertahan. Raut wajah Delia kini berubah murung. “Apakah kamu… ada hubungan dengannya?” Kali ini dia terdengar sangat kecewa.Reagan menghela napas berat. Dia tidak merasa harus mengklarifikasi apapun pada siapapun. Delia bisa merasakan dinginnya sikap Reagan. Sesuatu yang tidak pernah dia temukan sebelumnya. “Tolong berhenti mencari tahu,” ucap Reagan. Dia hanya melontarkan beberapa kata, tetapi ucapannya cukup menusuk dada. Setelah mengatakan itu dan menyisakan kebekuan di hati Delia, Reagan pergi dengan cepat. Siapapun yang berpapasan dengannya, lekas menyingkir karena aura kuat yang pe
Berita tentang pernikahan Claire dengan Reagan, serta tentang skandal panas itu masih menjadi tren topik pembicaraan warganet. Hal itu juga berpengaruh terhadap menurunnya harga saham Croma Tech belakangan ini. Berita beredar bahwa kini, perusahaan tambang itu sudah berada diambang kebangkrutan. Para investor menarik semua dana investasi mereka dari sana, hingga salah satu perusahaan yang dinobatkan sebagai perusahaan tambang batu bara terbesar itu, mulai goyah. Erik membaca setiap berita bisnis di ponselnya dengan seksama, sedangkan di sebelahnya, Reagan diam mematung. Dia menatap wanita yang berlalu lalang, sesekali mereka menggoda dan memuja tampang Regan kemudian menjadi semakin gila. “Kamu tampan, tapi kenapa kamu hanya datang berdua dengan pria ini?” ucap salah satu wanita yang kini berdiri di samping Reagan. Dia menunjuk Erik dengan ekspresi yang sulit diartikan.Dia memakai dres ketat dari bahan beludru warna marun. Polos tanpa hiasan apapun. Alih-alih menambah kesan seksi,
Keputusan yang baru saja Reagan dengar bagaikan sebuah petir yang menghantamnya di siang bolong. Hal yang paling Reagan hindari kini mengancamnya di depan mata. Dia melihat Claire yang mengeluarkan pakaiannya dari lemari beserta sebuah koper besar. “Claire, kita bisa bicarakan ini baik-baik. Aku bisa menjelaskannya. Tapi, tolong dengarkan aku dan jangan pergi.” Reagan berusaha menahan langkah sang istri, tetapi, Claire cukup keras kepala. Dia enyahkan seluruh sentuhan Reagan dengan kasar. Perlakuan itu nyaris membuat mental Reagan jatuh. “Tidak ada yang perlu dijelaskan lagi, semuanya sudah jelas aku lihat. Minggir!” Setelah memastikan semua barangnya masuk ke dalm koper, Claire melangkah menuju pintu utama. “Claire, kumohon. Kita baru saja membangun rumah tangga ini bersama, tolong jangan pergi.” Claire mendengus kesal. Kesabarannya bena-benar diuji oleh sikap Reagan. Dia berbalik, menghadap Reagan untuk terakhir kalinya. Suaminya kinni terlihat begitu menyedihkan. Matanya merah
“Ternyata kamu di sini? Apa yang sedang kamu lakukan?” Reagan menoleh ketika mendengar suara Erik mengisi lorong kosong tempatnya berdiri sejak tadi. Ekspresi Reagan benar-benar tegang. Dia seperti menyimpan api bara yang siap berkobar di kepalanya. Ketika menatap Erik, pandangannya meneduh. “Aku baru selesai mengenyahkan sampah. Ayo, kita pulang.” Reagan melangkah mendekati Erik, membiarkan sahabatnya itu tenggelam dalam berbagai pertanyaan di benaknya. Ketika sampai di parkiran, Reagan tidak menemukan mobil mewah yang ditumpangi Theodore di sana. Dia pun kembali berkata pada Erik, “Apa mereka sudah pulang?” Erik mengangguk. “Ya, semuanya berakhir sesuai dengan dugaan kita.” Mereka berdua masuk ke dalam mobil dengan Erik yang bertugas untuk mengendara. Sedangkan Reagan, dia mengambil sebuah obat merah dari dalam dashboard. Erik melirik sekilas apa yang Reagan lakukan kemudian ternganga. “Kamu terluka?! Apa yang sebenarnya terjadi selama aku tidak ada?” “Hanya hal kecil. Sampah
“Reagan! Kamu mau kemana? Hei!”Setelah Reagan menghilang dari pandangan, hanya ada Erik yang diam mematung di tempatnya sekarang. .Disaat yang sama, pintu ruang VIP terbuka. Theodore dan Pricilla keluar dari sana, dengan gestur yang berbeda. Erik kembali ke mejanya, saat ini posisi duduknya membelakangi dua orang itu. Dari pantulan layar laptop yang gelap, Erik memantau setiap pergerakan Theodore dan Pricilla. “Terima kasih sudah mengundangku, Tuan Theo. Sebuah kehormatan bagiku bisa makan siang denganmu.” Suara Pricilla terdengar. Disusul tawa berwibawa dari Theodore. “Nona Pricilla, jangan sungkan seperti itu. Bagaimanapun kita adalah relasi bisnis. Sudah sepantasnya aku menjamu dengan baik.” Pricilla menyunggingkan senyum tipis. Dari sorot matanya jelas Erik bisa melihat ada ketertarikan yang begitu besar di sana terhadap Theodore. “Selain pembelot, mereka juga pandai berakting,” gerutu Erik di depan layar laptopnya. Dia masih ingat jelas, adegan panas mereka yang desahann
“Ah, Theo… Lebih dalam lagi..”“Kamu sungguh nikmat, Cilla.”Meski tatapan mata Reagan tertuju pada layar laptop milik Erik, diam-diam dia menelan ludah berat.“Apakah kita datang kemari untuk memergoki dua orang yang bersenggama?” cibir Reagan. Akibat mendengar desahan itu, sudah sepuluh menit lamanya tubuh Reagan menegang.“Kamu pikir, ini bagian dari rencanaku, huh?” balas Erik sengit. Dia merasa tersudutkan.“Mana aku tahu kalau dua orang itu memiliki hubungan khusus.”“Aku sudah menyuruhmu un
Claire berdiri di lobi dengan wajah tercengang. Sedang Reagan baru saja turun dari mobilnya dengan senyum hangat menyambut Claire. Dia melangkah menghampiri istrinya, meraih tangan mulus itu kemudian mencium punggung tangan Claire. Wanita di depan Reagan kini terperangah tak percaya melihat sepuluh orang pengawal dalam balutan jas serba hitam, kacamata yang dilengkapi kamera pengintai canggih, dan headphone radio yang melingkar di bagian belakang leher mereka, berdiri mengelilingi mobil Reagan. Mata Claire mengerjap, otaknya mendadak buntu. “Kenapa ada banyak sekali pengawal, Reagan?” tanyanya. “Mereka akan menjaga kita dari media, dan orang-orang yang berniat untuk meneror kamu lagi,” jawab Reagan. Senyumnya begitu tenang, tetapi dalam diam Reagan memantau setiap hal yang menyangkut keselamatan Claire. Reagan menarik tubuh Claire, posesif. Matanya awas mengintai. Disaat yang bersamaan, dia melihat satu sosok pria berdiri tak jauh dari area lobi, dengan kamera di tangannya. Papa
Di dalam kamar itu, dua orang pria sedang menatap layar besar di depan mereka dengan serius. Reagan adalah yang paling fokus mengamati setiap detail pergerakan sistem operasi ponsel Pricilla yang diretas.Semua aktivitas benda itu, terpampang di layar. Termasuk percakapan rahasia antara wanita itu dengan Theodore Philips. Sosok yang sudah Reagan selidiki sebelumnya.“Apa kamu yakin Pricilla menjadi bagian dari mereka?” tanya Erik. Instingnya sebagai peretas belum setajam Reagan. Hingga mulutnya tidak berhenti bertanya ini dan itu.“Semua orang yang ada di sekeliling Theodore bisa menjadi orang-orang yang dicurigai terlibat dalam kasus ini. Aku harus mencari tahu motif mereka mempekerjakan kita.”
Ketika Reagan sampai di unit penthousenya, dia menemukan Claire sudah duduk berhadapan dengan Tuan Delanney. Dua orang itu menoleh bersamaan.“Paman? Sejak kapan Paman sampai di sini?” tanya Reagan, dia mendekat, duduk di sofa tepat di samping Claire.Reagan tidak berharap mendapat sambutan ramah dari sang mertua, dia hanya berusaha menghormati paruh baya itu.Wajah Tuan Delanney tidak ada ramah-ramahnya. Tetapi, dia juga tidak menunjukkan amarah yang intens.“Aku datang kemari butuh penjelasan dari kalian berdua,” ucapnya. “Bagaimana bisa pernikahan kalian sampai tersebar di media?”Saat ini
Ekspresi Jonas saat ini sulit untuk digambarkan setelah Reagan membisikkan sebuah permintaan di telinganya. Dia mematung seperti bongkahan es. Tidak berkedip, pun mengatupkan mulutnya yang terbuka lebar. Reagan tersenyum miring, “Aku tahu ini akan sulit bagimu. Tapi, permintaan yang aku ajukan adalah bayaran paling rumah untuk misi ini,” ucap Reagan santai. Dia mengemas barang-barangnya ke dalam tas sambil kembali berkata, “Aku akan memberimu waktu dua hari untuk memutuskan. Jika kamu setuju, kita akan langsung eksekusi misi ini.” Tubuh Reagan kini menjulang tinggi di samping Jonas. Dalam posisi ini, Jonas terlihat seperti seorang kurcaci yang meringkuk penuh penderitaan. Reagan tidak bermaksud menambah beban Jonas, tetapi setiap misi apapun yang Reagan bereskan memiliki resiko yang teramat besar. “Kabari aku apapun keputusanmu. Aku pergi dulu.” Dirasa tidak ada hal penting lainnya yang harus dibahas, Reagan memutuskan pergi dari hadapan Jonas. Membiarkan teman barunya itu memutus