"Dengan kata lain, David tidak suka jika ada yang menyakiti Elena? Apakah Jennifer pernah berusaha untuk menyakiti Elena?" Jack bertanya dengan sebelah alis terangkat.Anne mengangguk. "Jennifer selalu menjelek-jelekkan Elena karena rasa cemburu. Selama ini David selalu menyebut nama Elena, dan itu membuat Jennifer marah besar. Untuk itulah dia sengaja meminjam uang satu juta dollar darimu. Selain untuk berfoya-foya, dia ingin melampiaskan amarahnya padamu."Elena tercengang. Dulu, setelah David tiba-tiba berkencan dengan Jennifer karena dia menolak pria itu, hubungannya dengan Jennifer masih baik-baik saja. Ia sama sekali tidak keberatan. Toh ia memang tidak memiliki perasaan apapun pada David.Tapi ternyata hubungan mereka begitu toxic. David hanya menjadikan Jennifer sebagai pelampiasan. Jadi itulah sebabnya kenapa Jennifer akhirnya tidur dengan Lucas di apartemen Elena. Wanita itu ingin menyakitinya."Tapi ternyata kau tidak keberatan meminjamkan uangmu padanya. Itu semakin membua
Elena mengernyit ketika merasa kepalanya pusing. Bau khas rumah sakit menyambut indra penciumannya. Dibukanya mata secara perlahan, melihat ada orang lain di ruangan dari ekor matanya."Bagaimana keadaanmu? Masih pusing?" Suara Nina yang pertama kali menyambutnya.Kepalanya menoleh dan mendapati adik iparnya tengah duduk di sebelahnya dengan wajah khawatir."Masih sedikit pusing. Jack mana?" Ia melihat ke sekeliling ruangan dan tidak mendapati siapapun.Berbeda sekali dengan ruangan ICU yang ditempati oleh Jennifer, ruangan yang ditempatinya begitu mewah dan bersih. Meskipun masih ada bau obat-obatan, tapi ia juga mencium bau pengharum ruangan. "Dia... sepertinya sibuk. Tadi aku melihat dia sedang terburu-buru pergi dengan seorang wanita yang kira-kira lebih muda dari mama," jawab Nina terlihat ragu dan menatapnya dengan hati-hati."Oh, itu Anne. Bibi Jennifer satu-satunya. Dia membawa seorang anak laki-laki?"Nina menggeleng. "Ada apa? Kenapa mereka seperti dikejar setan?"Elena sen
"Itu menjelaskan kenapa ada yang mengawasi rumah ini," gumam Jack. "Dimana kuncinya?"Anne terlihat berpikir, tapi setelah itu menggeleng. "Dia bilang kalian adalah orang-orang yang pintar, jadi cari sendiri kunci itu."Jack hanya mengernyit mendengar jawaban absurd itu. Tapi ia hanya mengedikkan bahu. Itu urusan gampang. Ia membawa kotak kayu itu dan mengikuti Anne yang sudah menaiki tangga."Bagaimana Jennifer bisa mendapatkan hal sepenting itu?" Suaranya terdengar menggema di ruangan."Sebenarnya David yang menyuruh Jennifer untuk menyimpannya, karena Nicklaus Hunter tidak tahu bahwa David memiliki hubungan dengan keponakanku. Tapi sepertinya Jennifer berpikiran jauh ke depan. Jangan sampai orang yang bersembunyi di samping rumah tahu kau membawa kotak ini."Mereka akhirnya keluar dari ruang bawah tanah dan kembali menutup pintu yang ada di lantai. Jack membantu Anne mendorong ranjang agar menutupi pintu rahasia itu."Apa mereka anak buah David?" tanya Jack ketika Anne membuka pint
Jack menyantap es krim cone di tangannya dengan lahap. Ia sesekali mengerang ketika rasa dingin menyentuh tenggorokannya."Aku benar-benar membenci es krim. Tuhan, tapi es krim ini benar-benar enak. Kenapa tiba-tiba es krim menjadi enak?" ucapnya sebelum kembali memasukkan es krim itu ke dalam mulutnya. "Aku benci es krim."Ia tidak sadar ketika Brad menatapnya dengan mulut menganga seperti orang bodoh."Tutup mulutmu sebelum ada serangga yang masuk," tegur Anne sambil menikmati ayam goreng dengan nikmat, seolah-olah baru pertama kali merasakannya.Mendengar kalimat itu, Brad langsung mengatupkan mulutnya. "Tapi dia sudah menghabiskan 3 es krim. Kenapa dia mendadak menjadi aneh begini?""Aahhh, enak sekali. Sekarang perutku benar-benar lapar." Kali ini Jack melahap ayam goreng krispi dan sesekali pamer pada Brad.Bukannya ingin ikut makan, pria itu malah memasang wajah jijik."Apa yang terjadi padanya? Kau apakan dia? Apa rumahmu memiliki virus? Oh, aku bahkan baru ingat bahwa itu ada
"Ada siapa?"Elena tersentak ketika mendengar suara suaminya. Baru saja ia bermimpi tentang Jennifer yang sudah terbujur kaku dan tiba-tiba ada sekelompok laki-laki yang membawa lari jasadnya."Tuan Edward Brown, Tuan."Baru ketika mendengar nama sang ayah disebut, rasa kantuk yang tadi tersisa langsung lenyap. Berganti dengan antusiasme yang menggebu-gebu."Ayahku berkunjung ke sini?" pekik Elena girang, tak bisa menyembunyikan rasa gembiranya.Jack tertawa melihat tingkahnya yang seperti anak kecil. "Cepat, cepat! Aku sangat merindukan ayahku," desaknya sambil memegang pegangan pintu."Sabar dulu. Ingat, kau sedang hamil!" peringat Jack ketika mobil sudah berhenti di depan mansion.Elena langsung membuka pintu mobil dan berjalan dengan cepat, sampai-sampai Robert yang menyambut di depan pintu terkejut bukan main."Ayah! Ayah, aku pulang!" teriak Elena sekuat yang ia bisa.Jack dan Robert hanya bisa meringis di belakang Elena."Ayah!"Elena melompat ke pelukan pria yang sangat dirin
"Hai, Nak. Kalau kalian melihat video ini, mungkin kakek sudah tiada. Maafkan kakek yang sudah menyeret kalian ke dalam masalah kami. Seharusnya semuanya berhenti sampai di kakek saja. Tapi ternyata kami bertiga terlalu egois."Alexander Pierce menunduk dengan wajah murung."Kalau kalian menemukan video ini, mungkin dendam masa lalu itu masih membara. Ketahuilah, kami bertiga sebenarnya bersahabat. Aku, Nicklaus Hunter, dan Eliot Jepson. Kami adalah sahabat yang begitu solid dan tak terpisahkan."Elena begitu fokus memperhatikan setiap kata yang diucapkan oleh kakeknya. Masalah yang beruntun menimpanya membuatnya sedih sekaligus penasaran.Kakeknya mengatakan bahwa ketiga sahabat itu memulai sebuah bisnis ketika mereka masih duduk di bangku kuliah. Bisnis yang bergerak di bidang penyedia jasa transfer dan pembayaran secara online.Alexander bertindak sebagai pemilik modal sekaligus pencetus ide, Nicklaus Hunter yang mendesain website dan sistem produk, sedangkan Eliot Jepson bertindak
"Kode brankasnya adalah nilai IPK Elena dan tanggal pernikahan Amelia dan Edward." Tiba-tiba Alexander tertawa terbahak-bahak. "Siapapun yang mencuri video ini, kalian hanya bisa gigit jari. Kalian bahkan tidak tahu dimana letak brankas itu."Tawa Alexander sepenuhnya lenyap, berganti dengan wajah serius dan dingin."Untuk Nicklaus Hunter, aku punya senjata untuk menjatuhkanmu. Senjata itu akan menghancurkanmu jika video ini sampai ke tangan cucuku. Jika sampai cucuku tahu, itu artinya kau masih berbuat ulah. Kenapa tidak kau lepaskan saja dendam tidak masuk akalmu itu? Kau sudah tua, Victoria bahkan sudah kau habisi. Apa kau dendam karena tidak bisa memiliki anak darinya seperti aku dan Eliot?"Alexander menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi, mata masih menatap ke arah kamera."Untuk Eliot Jepson, aku yakin kau tidak akan mencampuri urusan cucu-cucuku. Bagaimanapun juga, Amelia dan Talia adalah saudara, bukan? Alan dan Elena adalah sepupu cucumu, Gavra Jepson. Tapi perlu kau ingat,
Entah sudah berapa bulan Elena tidak menginjakkan kaki di perusahaan yang sudah resmi menjadi miliknya sekarang. Beruntung Alan bukanlah pria yang tamak dan dengki. Tentu saja, kakaknya sudah mendapatkan bagian yang lebih besar di eMark."Selamat pagi, Nyonya Elena," sapa seorang resepsionis dengan sopan sambil tersenyum.Elena menghentikan langkahnya ketika melihat ada seorang pria yang terlihat familiar di sofa khusus untuk tamu. Keningnya mengernyit. Ia menoleh pada resepsionis yang langsung mengerti."Dia adalah pengawal Tuan Nicklaus Hunter, Nyonya," kata resepsionis itu."Untuk apa dia datang ke sini?" Tiba-tiba moodnya semakin memburuk. Mendengar monster tua bangka itu berada di perusahaannya membuatnya naik pitam."Ada urusan dengan Tuan Alan terkait dengan ekspansi Greenlake ke berbagai negara di Asia dan Eropa."Kali ini sebelah alis Elena terangkat. Ia mendengkus sinis. Greenlake memang belum membuka cabang di negara-negara Asia dan Eropa seperti Jepson Group dan perusahaan
"Kau yakin dengan keputusanmu?" Jacob bertanya untuk yang kesekian kalinya.Nathan mengangguk mantap. Tidak ada keraguan dalam hatinya. Ia sudah yakin dengan keputusannya, dan menurutnya itu adalah yang terbaik.Jacob menghela nafas panjang, lalu menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi."Apa karena kau masih mencintai menantuku?""Salah satunya. Tapi lebih karena aku tidak mau menghancurkan pernikahan anak anda. Meskipun aku sangat mencintai Elena, tapi aku tidak mau membuat dia menderita."Berita mengenai Elena yang kritis karena kehilangan banyak darah setelah bertengkar dengan Jack membuat Nathan sadar. Cinta memang tidak bisa dipaksakan. Apalagi wanita adalah makhluk yang sensitif. Selalu menggunakan perasaannya."Baiklah. Jika kau memang sudah tidak merasa nyaman terus berada di sini, aku tidak bisa menahanmu. Tapi kau bisa kembali ke sini sewaktu-waktu jika kau mau," kata Jacob akhirnya.Pria itu membubuhkan tandatangan pada surat mutasi untuk Nathan."Kenapa Korea Selatan?
Elena mengeratkan pegangan tangannya pada lengan Jack ketika melihat bayi itu semakin mendekat dalam gendongan seorang perawat."Bayi kita. Dia bayi kita," ucapnya antusias.Sebenarnya ia terkejut ketika melihat raut kaget dan terpana di wajah Jack. Seolah-olah pria itu juga baru pertama kalinya melihat wajah anak mereka. Tapi ia tidak mau merusak suasana. Mungkin memang benar suaminya sibuk menungguinya, sementara bayi mereka harus dirawat di inkubator.Tiba-tiba bayi itu menangis, membuat Elena bingung sekaligus penasaran. Dia belum pernah menghadapi seorang bayi sebelumnya."Tidak usah panik, Nyonya. Dekap dia dalam pelukan anda. Bayi memerlukan pelukan dari ibunya setelah lahir," kata perawat itu sambil tersenyum.Elena menerima bayinya dengan sedikit kikuk. Takut jika nanti tiba-tiba menjatuhkannya atau membuat tangisan bayi itu kian menjadi-jadi.Di luar dugaannya, bayi itu justru berhenti menangis setelah Elena mendekatkannya pada dadanya. Hatinya terasa begitu penuh. Senyumnya
"Siapa kau?" Elena menatap seorang wanita yang masih muda dan terlihat begitu cantik. Kecantikan khas wanita jaman dulu. Mengingatkannya pada wanita-wanita seperti Putri Diana atau Marilyn Monroe.Tunggu, ia seperti pernah melihat wanita ini sebelumnya. Tapi di mana?"Kau begitu cantik. Bahkan lebih cantik dari Amelia," kata wanita itu sambil tersenyum lembut.Tubuh wanita itu begitu tinggi semampai seperti layaknya model. Seperti tubuh Elena yang tinggi, sehingga orang-orang sering mengira bahwa dirinya adalah seorang model.Sebentar, ada yang aneh di sini. Elena memperhatikan wanita di hadapannya dengan seksama. Rambut pirang dan bibir agak tebal di bagian bawah. Kulit putih bersih dan mata sebiru langit di siang hari."Tidak mungkin," gumam Elena.Satu kesadaran membuatnya refleks melangkah mundur. Kepalanya menggeleng-geleng."Ini tidak benar. Seharusnya aku tidak bisa bertemu dan berbincang denganmu. Apakah aku sudah mati?" Dia mulai panik dan melihat ke sekitarnya.Hanya ada ham
Suara isak tangis yang menyayat hati memenuhi ruang ICU. Seorang pria menggenggam tangan seorang wanita yang sejak kemarin belum juga sadarkan diri. Padahal sudah berkantong-kantong darah habis, tapi sang wanita belum juga mau bangun."Jack, kau juga harus makan untuk memulihkan tenagamu. Jangan menyiksa diri sendiri." Julia mengusap pipinya yang basah melihat sang putra terus menangis dalam penyesalan."Semua ini karena kebodohanku. Seharusnya aku menjaga perasaannya. Seandainya aku tidak egois, dia tidak akan berbaring di sini," ucap Jack di sela-sela tangisnya.Ya, Jack benar-benar sangat menyesal. Dia melampiaskan kemarahan karena cemburu buta, tapi dia tidak pernah menyangka bahwa dampaknya jauh lebih besar lagi. Dia benar-benar bisa kehilangan Elena untuk selamanya.Sekarang dia tahu bagaimana rasanya menjadi Arsen. Ternyata rasanya tidak menyenangkan. Rasanya seperti bertaruh dengan waktu. Tidak ada yang tahu apakah Elena bisa sadar atau malah pergi untuk selamanya."Maafkan ak
Selama hidupnya, Jack tidak pernah lepas kendali. Dia selalu bisa menahan diri. Bahkan meskipun dia tahu bahwa Claire menikah dengan Arsen, dia hanya diam saja. Tapi semua berubah ketika ia bertemu dengan Elena.Sekarang emosinya sering tidak stabil. Sudah dua kali ini dia lepas kendali, dan semuanya karena Elena. Ia tidak bisa biasa saja atau tak acuh jika itu sudah menyangkut tentang Elena.Ada rasa aneh yang tidak bisa dijabarkan. Dia takut jika Elena pergi jauh darinya. Kembali meninggalkannya seperti dulu."Di mana Nathan?" tanyanya pada salah satu karyawan yang melintas di lobi perusahaan."Umm, kurang tahu, Tuan. Tapi tadi saya sempat melihat dia bersama Tuan Jacob," jawab karyawan itu dengan sopan.Jack berlalu dengan amarah masih menguasai diri. Kedua tangannya bahkan masih terkepal dengan erat dan jantungnya bertalu-talu. Siapapun yang berpapasan dengannya tidak berani menyapa. Kakinya melangkah memasuki lift dan menekan tombol lantai paling atas. Dia benar-benar sangat ma
"Jack belum pulang juga?" tanya Elena dengan hati gelisah.Kemarin malam setelah dinyatakan baik-baik saja oleh dokter dan diperbolehkan untuk pulang, Elena berkali-kali menelpon suaminya. Tapi karena tubuhnya entah kenapa masih terasa lelah, dia pun akhirnya tertidur begitu diantarkan ke kamar oleh Alan."Belum. Aku sudah menghubungi ponselnya, tapi tidak diangkat," jawab Nina. "Lebih baik sarapan dulu. Kau harus memulihkan energi setelah kemarin hampir saja keracunan."Elena menurut saja ketika Nina menuntunnya menuju ke ruang makan. Beruntung Nina mau langsung datang ke mansion untuk menemaninya. Entah kenapa suaminya tidak kunjung pulang."Makanlah yang banyak, Nona. Setelah ini jangan lagi keluar. Sebentar lagi Anda melahirkan, jadi lebih baik di rumah saja. Anda bisa meminta tolong pada pengawal yang biasanya menjaga anda jika menginginkan sesuatu," saran Bibi Mary sambil meletakkan berbagai menu makanan sehat untuk ibu hamil.Mendadak Elena teringat dengan Brad. Di mana laki-la
Nathan menatap tajam orang yang keluar dari tempat yang gelap. Pria seusia Jacob Reeves yang memakai jaket kulit hitam dan celana jeans."Kenapa kau jauh-jauh datang ke sini, ayah? Sudah kubilang untuk jangan dekat-dekat denganku," kata Nathan dengan menggertakkan rahangnya."Supaya wanita pujaanmu itu tidak tahu bahwa kau adalah anak seorang direktur FBI? Memangnya kenapa? Suami wanita itu bahkan berada jauh di bawahku.""Tapi dia jauh lebih kaya darimu. Dia bahkan bisa membeli jabatanmu beserta seluruh aset yang kau punya," sergah Nathan.Pria yang dipanggil ayah itu mendengkus. Menghisap rokoknya dan meniupkan asap ke arah Nathan."Sungguh aneh kau mengaku sudah yatim piatu. Apakah sebegitu inginnya kau terbebas dariku? Bukankah seharusnya kau menerima jabatan yang kuberikan? Kau bahkan bisa berada di atas Jack Reeves."Nathan tidak peduli dengan perkataan ayahnya. Dia langsung beranjak dari tempatnya."Wanita itu membuat pilihan yang bagus. Seandainya dia memilihmu, aku tidak akan
Sudah sebulan lebih Nathan sengaja menghindari segala hal yang berhubungan dengan Elena dan Jack. Bukan hanya wanita saja, pria seperti dirinya pun juga membutuhkan waktu untuk menyendiri agar hatinya tidak semakin terluka."Takdir benar-benar membencimu rupanya," ujar Brad sebelum tertawa girang.Ya, takdir benar-benar mempermainkan hidupnya sekarang. Setelah memohon pada Evan untuk diberikan pekerjaan lainnya dengan alasan yang meyakinkan, lagi-lagi Nathan harus berakhir di tempat yang sama dengan Elena.Di ballroom eMark, tempat di mana ayah Elena mengadakan acara pesta ulang tahun perusahaan sekaligus untuk mengenalkan Elena kepada publik sebagai putri kandungnya.Semua orang terkesiap ketika mengetahui fakta itu. Apalagi ketika mereka tahu bahwa Edward Brown adalah mantan menantu Alexander Pierce. Mereka semua tentu langsung ramai dan saling berbisik."Tidak ada yang benar-benar menjadi temanmu di dunia bisnis," komentar Nathan sambil mengawasi Elena meskipun telinganya mendengar
Nathan membelalakkan mata. Tubuhnya menegang. Bagaimana Alan bisa tahu mengenai asal-usulnya? Padahal dia sudah menutupinya dengan rapat.Bahkan hacker profesional pun tidak akan mampu menembus informasi pribadinya karena sokongannya begitu kuat. Asalkan dia tetap diam dan tidak berbuat ulah."Kau pikir kau bisa menutupi siapa dirimu yang sebenarnya, hah? Jika itu menyangkut adikku, aku akan melakukan apa saja. Termasuk menyelidiki tentang latar belakangmu. Kau membuat malu ayahmu karena mengundurkan diri dari gedung Pentagon, padahal karirmu begitu cemerlang. Kau mencoreng nama ayahmu karena memberontak, tidak mau menuruti perintah Menteri Pertahanan dan Presiden."Nathan tidak bisa berkata-kata. Perkataan Alan membuatnya terlalu shock sampai pikirannya mendadak kosong."Kau semakin membuat malu ayahmu karena memilih untuk menjalani karir sebagai tentara bayaran swasta, dan berakhir sebagai bodyguard anak konglomerat. Kau dilarang untuk membuat skandal lagi, atau ayahmu akan diturunk