Hendra awalnya tidak menyukai kedatangan banci itu. Apalagi dia membawa-bawa nama Atikah. Tetapi ketika dia menyodorkan uang 20 juta dalam amplop coklat, Hendra jadi enggan menolak. Dia butuh uang banyak untuk mengobati kelaminnya yang masih infeksi, butuh biaya operasi. Tetapi Bos-nya Si Sesco enggan turun tangan membantu langsung."Anjing itu Si Sesco!" Teriak Hendra, sambil menahan rasa sakit."Kata Madam, kamu sakit bukan karena urusan pekerjaan. Tapi urusan percintaan. Lagian asuransi yang ada di kantor kita kan cuma urusan kecelakaan. Kamu celakanya di mana, Hen? Burungmu kan tidak kelindes truk tronton?" Kata Sofie sinis. "Heh, bisa ngomong sopan nggak lu?!" Bentak Hendra. "Elu yang nggak sopan! Udah bagus kita tengokin, Madam nggak dateng ya wajar. Dia kan sibuk. Masih untung dia kirim pengacara, mengantar gajimu, kirim makanan, bahkan ngasih bonus pula... lu maunya apa Hen? Jika tidak mau diurus ya sudahlah! Kita gampang kok cari bagian keuangan lagi, pengangguran banyak di
"Kau, tak bisa mengusikku! Masih demen miara gundik juga, sok mau mengurusi moral orang!" bentak Alya Dildo, sambil menunjuk hidung Kapolsek Sangiran. Tak ada respon, Sangiran hanya terdiam. Membiarkan Alya Dildo pergi bersama pengacaranya dan orang-orang suruhan Pak Menteri. Sangiran tak banyak bicara usai konferensi pers yang menyatakan permohonan maaf kepada publik, karena telah melakukan insiden salah tangkap terhadap artis kontroversial: Alya Dildo.Tinggal segunung penyesalan pada diri Sangiran, mengapa dulu tergoda untuk berselingkuh dengan seorang pramugari. Padahal secara pribadi, Sangiran adalah prajurit polisi yang bersih dan dihormati. Namun untuk urusan nafsu, memang persoalannya lain lagi. Kini dia punya jabatan, dan itu membuatnya seperti banyak disirami gula dan susu sehingga mengundang semut. Banyak wanita cantik datang, menggoda, dan kemudian rela bahkan untuk sekedar menjadi boneka mainannya. Jika dia tak melepaskan Alya Dildo, maka Dini istrinya dan 2 anaknya aka
Sukemi memandang langit sore. Samsuri telah membantunya duduk dengan tenang di kursi kayu menghadap jendela. Cucunya itu senang Si Mbah tidak batuk-batuk lagi. Gara-gara gempa tadi pagi, seluruh keluarganya jadi panik, termasuk Si Mbah. Sampai lupa kalau dia sedang sakit batuk. Gempa mengalihkan rasa sakitnya ternyata."Dulu, Mbah paling senang melihat langit sore. Sambil menari bersama banyak teman di belakang rumah itu. Saat peristiwa itu terjadi, Mbah bahkan takut melihat langit pada sore hari lagi. Teringat bagaimana mengepulnya asap hitam yang berbau daging manusia terbakar...."Samsuri duduk di lantai sambil memijat kaki Sukemi, mencoba mendengarkan kisah sedih Mbahnya dalam diam. "Mereka semua anak-anak yang baik. Sangat lucu dan lincah sekali menari. Kecuali aku dan Wati. Aku mungkin karena murid baru, dan Wati... entahlah dengan anak itu. Badannya seperti keras dan kaku sekali.""Wati itu, Si Parwati itu kan Mbah?" Tanya Samsuri, sambil terus memijat."Iya. Cuma Mbah yang ta
Syah terdiam, dia tak berani secara tegas menyatakan bahwa kecurigaan Prana benar."Apa pun itu, mereka mahluk terdahulu dengan segala kecerdasan dan kengeriannya," ujarnya.Prana mengangguk,"Baik. Mari kita bahas hurufnya saja.""Sejarah huruf alfabet saja," jelas Syah. "Diperkirakan baru 2500 tahun lalu dipergunakan oleh bangsa Semit, baru kemudian mengalami perkembangan. Kalau alfabet Inggris sekarang kan dari alfabet Romawi itu. Kita sekarang menggunakan alfabet latin, karena pada tahun 1901 ada proses pembakuan bahasa Melayu di Hindia Belanda.""Betul, padahal sebelumnya tulisan masih menggunakan aksara-aksara Nusantara.""Begitulah... penguasa Belanda bahkan membuat huruf Jawi Gundul lenyap, tak lagi digunakan."Prana terdiam. Dia memandangi patung yang begitu tinggi itu. Apakah mungkin ada orang memanjat patung setinggi itu untuk sekedar iseng memahat di bagian dahi, pada masa zaman yang terbilang "belum lama" ini?"Terus apa yang akan kau lakukan, Mas?"Syahreza memutar sorot
Amsterdam, pagi.Juliana bergegas menuju Sloterdijk Station. Tak ada lagi yang bakal melarangnya untuk pergi ke Paris, Perancis, melewati Brussels, Belgia. Dia sudah terbiasa menempuh perjalanan sekitar 7 jam itu, demi menemui Kakaknya, meski dulu Papinya sering melarang."Zeta punya kehidupan sendiri yang tidak boleh ada kita di sana," kata pria tua itu."Tidak ada tentang 'kita', Papi. Zeta cuma tidak ingin melihat Papi datang ke rumahnya, cuma untuk terus menerus berpidato pembelaan diri tentang kematian Minna" Juliana melirik bapaknya yang cuma terdiam. Seberapa jauh dia bisa memahami alam pikiran orang tua tersebut? Mungkin tak pernah bisa. Tetapi setidaknya, cuma dia yang bertahan menghadapi situasi itu. Zarina, ibunya, meninggal dunia setelah setahun mereka kembali ke Belanda. Papinya yang kemudian mengasuh dirinya dan Zeta, sampai akhirnya kakak sulungnya itu kabur ke Paris usai lulus pendidikan sekolah menengah.Zeta kini memiliki keluarga sendiri. Suami, dan 3 anak. Perlaha
Sesco merasa berat saat melepas Leonard kembali ke Paris. Namun demi persiapan untuk kembali mengikuti Paris Fashion Week, mereka harus berbagi tugas. Sesco di Indonesia, Leonard di Perancis sana. "Kalau ada Leon di sini, eike rasa strawberry. Tanpa deise, eike apalah gitu. Tinta bergundik, ih syediiiih..." Sesco mengusap air matanya dengan tisu. Sofie tersenyum, lalu memperhatikan para penjahit yang masih memperbaiki gaun-gaun tua. Sesco menambahkan banyak aksen pada gaun, demi menutupi kerusakan seperti robek, warna yang berubah, noda dan sebagainya. "Betul-betul bagus ya, Madam? Cantik," puji Sofie."Oh, yes! Elegan kan gundalanya...""Sangat, Madam!""Oh iya, bagian Keuangan yang baru itu bagaimana kinerjanya?""Baru beberapa hari, Madam. Lumayan.""Dibanding Hendra?""Nina sepertinya sama. Bagus kerjanya.""Semoga akhlaknya juga bagus.""Amin.""Biarlah, wanita aja yang banyak kerja di sindang. Kecuali satpam, yes? Pusiiing eike ulah lekong kek Hendra. Burungnya aja yang rajin
Hendra nyaris tak bergerak pasca operasi beberapa hari lalu. Air matanya sudah kering, ketika mengetahui jika alat kelaminnya kini sudah tak sempurna lagi. Infeksi menyerang sekujur kemaluan, membuatnya terpaksa harus ikhlas jika alat vitalnya itu "dikikis"."Gue yang merindukan situasi kayak, lo. Kenapa elo yang mesti buntung burungnya ya?" Keluh Doza Fahmi, sambil membantu Hendra minum."Hei, gue nggak mau bahas soal itu ya? Ini burung cuma dipangkas sedikit, bukan dibabat habis," gerutu Hendra, usai meneguk air di gelas. "Disunat tapi kebablasan gitu? Ya, sama ajalah!"Hendra cemberut, sambil menyandarkan tubuhnya."Terus, kapan Alya Dildo kemari? Kau bilang dia ada penawaran menarik?" "Dia masih sibuk""Penawaran menarik apa sih? Jangan bilang ini pesanan Atikah ya?"Doza Fahmi menggeleng,"No, kita tak ada urusan lagi dengan itu tante!""Oh, syukurlah.""Bos gue, ingin kita bekerja sama menghancurkan Sesco!""Madam?" Hendra mengernyitkan kening."Ya, pria gay yang punya pacar bu
Paris, Perancis. Leonard merapatkan jaketnya. Sejak tiba dengan Air France di Charles de Gaulle International Airport Paris pagi itu, dia sudah disambut mendung yang menggantung di langit dan berujung pada gerimis. Sebenarnya, dia berharap dapat segera mengunjungi mansionnya di kawasan Bougival, Paris. Jika saja dia tidak harus bertemu dengan seseorang yang rencana akan menggantikan Magiba Dezses, asistennya di Paris yang memilih mundur pasca bayi yang dilahirkannya meninggal. Kondisi depresi tidak memungkinkan Magiba bisa fokus membantunya mempersiapkan keterlibatan Sesco di panggung Paris Fashion Week mendatang.Beruntung, seorang rekan merekomendasikannya untuk bertemu dengan seorang wanita berkebangsaan Belanda. "Dia pernah bekerja di rumah-rumah mode papan atas untuk tenaga 'segala bisa'," kata Anne Remano, sahabat Leonard selama belasan tahun. Leonard tertawa, saat mendengar Anne mengucapkan kalimat "segala bisa", itu untuk menegaskan tentang deskripsi pekerjaan bagian umum
Karel sesaat memandangi Kiki dan kedua staf Humas itu dengan tajam. Dia butuh waktu untuk menjelaskan. "Secara kebetulan," lanjutnya. "Satu hari sebelum menghilangnya Mbak Centini, ada petugas polisi di Kapolsek yang dipimpin Pak Sangiran, masih mengingat wajah wanita dalam video ini, yang mereka katakan sebagai 'keluarga Kapolsek yang terganggu jiwa dan ngamuk di Polsek'. Lalu dibawa Si Kapolsek pergi dengan mobil dinasnya dalam kondisi tangan terborgol dan mulut dilakban...""Oh, Tuhan!" Kiki dan kedua stafnya kompak berteriak sambil menutup mulut mereka. Karel menghela nafas dan langsung bangkit dari duduknya. "Saya akan melaporkan kasus ini ke Polda, dan saya berharap pihak Rajawali Air dapat turut membantu saya untuk itu. Kapolsek Sangiran saya perkirakan juga sudah berusaha membunuh Ibu Inoy, klien saya, karena beliau memiliki video-video ini sebagai barang bukti..."***Julianna tertegun di hadapan wanita tua itu. Sejak pagi dia datang ke rumah besar tersebut, malah Maria di
"Pinter, sih iya." Prana terkenang ucapan Triman. "Ayu sih ndak ya... udah perawan tua juga... tapi kok ya bisa nyangkut ke pasiennya yang kurang waras?"Prana mengangguk bingung,"Agak ganjil juga."Triman tertawa serak,"Itu mungkin karena nafsu toh? Wong Mas Ostin memang ganteng tenan iku! Saya juga kalo dadi wong wedhok, yo mesti ikut naksir. Anaknya memang masih kelihatan bocah, tapi tinggi tubuhnya. Sifatnya juga ramah, memang bikin jatuh hati kaum wanita. Cuma memang saya sering dapati, dia itu suka memamerkan kelaminnya ke pasien wanita ..."Prana mengendarai mobilnya menuju Kawasan Hitam. Dia telah berjanji kepada Syahreza dan Zulfan, untuk tiba di sana sebelum jam makan siang. Sementara Ustadz Hanif tidak bisa datang segera karena harus menjaga Samiran di rumah sakit, dia berjanjian datang saat Ashar setelah berganti tugas jaga dengan Pak Salam, salah satu pengurus masjid.Sebentar lagi, ritual permainan Hoom Pim Pah akan digelar Sukemi. Julianna memastikan datang, meski belu
Prana menghela nafas, dan lebih menghela nafas lagi saat bertemu Dokter Ginaryo Sp.KJ. Dokter itu dengan ramah mempersilahkannya untuk berbincang di ruang kerjanya. Mereka bercakap cukup panjang, hingga terbongkar banyak hal."Saya menangani pasien Austin itu, justru setelah sekitar 5 tahunan dia telah menghuni rumah sakit ini. Dokter pertama yang menanganinya adalah Dokter Emilia, yang meninggal waktu itu, jadi saya yang lanjut menangani Austin. Anak muda itu memang sulit dilupakan. Terutama karena fisiknya yang berbeda dari yang lain. Dia sangat tampan, bule. Bahkan sering jadi rebutan pasien-pasien wanita di RSJ ini. Jangankan dia, ada saja petugas wanita yang juga sempat naksir...""Seperti apa kondisi Austin waktu dokter tangani?""Saya menangani Austin sekitar tahun 2005, ya... saya melihat kondisinya saat itu masih tidak begitu baik. Sering kabur dari rumah sakit, dan ditemukan petugas selalu senang berjalan-jalan sendirian tengah malam, tanpa alas kaki. Pokoknya kalau ditemuka
Aku menikahi Gayatri, tapi perjalanan "rumah tanggaku" yang sebenarnya, justru bersama Marce Si Tetangga Sebelah. Hal inilah yang membuat Austin memohon permintaan kepada Shumb Si Raja Iblis. Dia ingin agar kami bertiga bersatu menjadi keluarga utuh. "Bapak berhak hidup bahagia tanpa harus terus berpura-pura dalam pernikahan hampa. Austin ingin Bapak dan Mami bersatu selamanya, dalam pernikahan yang sah. Mami sangat menyayangi Austin, Pak. Dan pernahkah Mami juga mengecewakan hidup Bapak? Pernahkah Mami membunuh wanita-wanita yang membuat Bapak lupa untuk mengunjungi Mami di rumah? Jika Gayatri adalah Mami Marce, mungkin saat itu, Ibu Austin... Lovina... tidak akan tersiksa sampai mati...."Kalimat panjang anak itu, seakan menyadarkan aku betapa pentingnya ketulusan cinta. Ketulusan itu ternyata tidak hanya tentang harus selalu bersama, tetapi hanya butuh saling mengerti. Marce pernah mengatakan, dia tak sanggup marah saat aku selalu menyelingkuhinya."Karena aku tahu, aku bukan siap
Austin tumbuh dengan fisik sempurna. Ya, semakin mirip aku. Jauh berbeda dari Kalungga dan Turangga, yang wujudnya mirip Gayatri. Itulah sebabnya, aku sangat menyayangi Austin. Dia bebas bermain di rumahku kapan saja, tanpa Gayatri berani mengusirnya. Aku berikan apa saja yang dia mau, yang dia suka. Semua!Dia anak yang baik, juga berprestasi di sekolah. Marce ternyata sangat pandai mengurus anak rupawan itu, sebab semua orang menyukai kepribadiannya. Austin juga pandai melukis dan memahat sepertiku, sebab itu, dia kuizinkan untuk memasuki Ruangan Rahasia di Bawah Tanah.Ini adalah tempat yang tidak sengaja ditemukan Romo, saat sedang membuat ruangan lantai dasar, serta membuat makam. Ruangan aneh itu begitu besar, dengan dua patung raksasa. Romo sering melakukan semedi di tempat itu, jika sedang merasa gundah. "Ini sebenarnya pernah jadi tempat pemujaan iblis, mungkin sekian abad silam" kata Romo, saat membawaku ke sana, waktu kami baru saja menguburkan Kadita."Siapa itu, Romo?" T
Semula, aku mengira, berumahtangga itu sama seperti aku pernah melukis tubuh telanjang Kadita yang memesona. Asal kita suka melakukannya, meski itu sulit, pastinya bisa dapat diwujudkan juga. Tetapi nyatanya, pernikahan tidak seperti itu. Menikahi wanita bukan hanya untuk cuma bisa tersalurkan urusan kebutuhan biologis, punya anak, tidak cerai dan dianggap normal oleh masyarakat. Bukan itu!Aku menikahi Gayatri, yang tak pernah aku cintai. Aku bahkan tidak menerima segala kekurangannya. Bahkan aku tidak mengizinkan dia membuka topengnya, saat kami bersetubuh. Aku tak ingin gairahku memudar melihat wajahnya yang tak membangkitkan selera itu. Aku selalu membayangkan, jika dibalik topeng itu ada wanita berparas ayu rupawan, dan bukan pastinya itu bukan Gayatri!Dan ternyata, wanita itu juga tidak subur. Meski setiap malam kugagahi, dia tak kunjung bunting. Tapi sulit menuduhnya mandul, sebab dia pernah kawin dan punya anak sebelumnya. Aku juga, tidak ingin dituduh tidak subur! Inilah ya
Semua orang tahu, jika Mintje Molina hanyalah anak Jans Pietter dari seorang gundiknya, yang bernama Nyai Midah. Sebab itu, meski aku mendapat gelar bangsawan dari Bapak, beliau tidak merasa ada alasan bagiku untuk tidak mau jadi Belanda."Manson Jans Pietter, kamu itu Belanda. Darah Eropa menetes di tubuhmu. Persetan soal priyayi, itu juga pribumi. Derajat mereka itu, di bawah kita..." kata Mami suatu kali, saat aku menolak untuk dipanggil Manson Jans Pietter."Jika Mami merasa tidak sederajat, mengapa menikahi Romo?"Saat itu, aku hanya melihat Mientje Molina hanya membuang muka. Di kemudian hari aku tahu, ternyata memang tak ada satupun orang Belanda, ras Eropa lainnya, atau siapalah yang dianggap Mami derajatnya jauh lebih tinggi, bersedia menikahi seorang anak Nyai yang pernah sempat melacurkan diri demi sesuap nasi, setelah Bapak Belandanya mati. Romo mengangkat derajat wanita itu, tapi dia tidak pernah berterima kasih.Bahkan Mami mencoba meninggalkannya demi pria Cina kaya. Ya
Prana menepuk halus pundak Samiran, dia khawatir pria itu akan tambah sakit jika bicara. Tapi Samiran tidak mau berhenti."Muntarso ingin mengusai harta rumah itu dengan menikahi Gayatri, sebab itu dia membunuh Pak Moksa dengan meracunnya. Bu Gayatri tidak tahu. Wanita itu juga tidak tahu, jika kecelakaan mobil yang dialami Kalungga dan Turangga juga karena sabotase Muntarso. Tapi mobil yang pernah dibawa Muntarso untuk meneror kedua orang itu sebelumnya, juga kelak malah kemudian terbalik dan terbakar...""Dia pernah membakar orang, bukan?"Samiran memandang sedih ke arah Prana,"Saya juga. Mungkinkah akan terjadi hal yang sama?"Prana menggeleng, lalu kembali menepuk halus pundak pria itu."Bapak orang yang sudah berusaha menjadi baik...""Saya tidak tahu apakah Tuhan akan memaafkan saya. Sebab saya terlalu bodoh dan patuh kepada sesama manusia. Sebelum mati, Bu Gayatri berpesan agar saya menjaga dan jiwanya dari gangguan jiwa lain yang juga terjebak di rumah itu. Sebab itu setiap 20
Samiran masih tampak lemah, tapi dia tahu, kehadiran kedua pria di depannya memang telah ditunggunya. Prana, yang membawa Syahreza temannya, diyakini Samiran dapat segera menuntaskan segala masalah."Kami ingin bertanya tentang Austin, Pak. Sebentar saja," kata Prana.Perlahan, Samiran mulai memejamkan matanya. Dia bersyukur, kini nafasnya tidak lagi sesak sehingga bisa bicara."Ada yang sedikit rancu tentang Austin anak Lovina. Dia sebenarnya sudah ada sebelum saya dibawa Muntarso ke sana.""Austin sudah lahir?""Sudah besar malah. Saat saya masuk ke sana, Austin jelas lebih tua dari saya.""Kalau Lovina?""Usia Lovina saat hamil, juga jauh berbeda dengan Kalungga dan Turangga, 13 tahun. Kalau dua anak itu, sekitar usia 3 dan 1 tahun waktu Lovina mati. Dia itu diasuh Bu Gayatri dari bayi, sebagai anak pancingan biar cepat hamil. Saya tahu cerita itu juga dari Muntarso. Kasus kematian Lovina terjadi, itu jauh dari kasus Tumini mati. Sebelum itu, Lovina adalah korban Moksa pertama seb